fifin irawati
DESCRIPTION
retgawrtarTRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM
MENGHADAPI SECTIO CAESARIA
DI RS. MANU HUSADA MALANG
Disusun Oleh :
FIFIN IRAWATI
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
MALANG
2006
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM
MENGHADAPI SECTIO CAESARIA
DI RS. MANU HUSADA MALANG
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
FIFIN IRAWATI
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
MALANG
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga dapat terselesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Section Caesaria di RS Manu Husada Malang. Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi Sectio Caesaria di RS Manu Husada Malang.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Yuliyanik, S.KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
2. Direktur RS. Manu Husada yang telah memberikan ijin untuk penelitian ini.
3. Ibu Endah Tri Agustin, S.SiT, selaku Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Jupriyono, S.KP, M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, korelasi, saran dan bimbingan sehingga dapat tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang beserta stafnya yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril materiil dan doa yang tulus selama ini.
7. Rekan-rekan Mahasiswa akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang dan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Malang, 2006
Penulis
ABSTRACT
Irawati, Fifin. 2006. The Mother Dread Level In Facing a Sectio Caesaria at Manu Husada Maternity Hospital Malang, Masterpiece Write Eruditely, Acadeny Midwifery of Widyagama Husada Malang.
Advisor (1) Endah Tri Agustin, S.SiT, (2) Jupriyono, S.Kp, M.Kes.
The anxietas is an inconveience symptom, worry sensation, fear and sometimes panic from the disaster that menacing and can not be parried by which can or can not relate to the external excitement, (Kapita selekta kedokteran, 1999). The anxietas will give a negatif impact to a partument because a generated effects when a mother have been operated that is a improvement of blood pressure and pulse that cause at the less maximal of uterus contractionso that can cause a bleeding. To know the possibility that a mother anxietas before having the sectio caesaria, its important to detect early. But, not all natural mother have it. This matter can be prove from the result of an antecedent survey that is from 10 mother that having sectio caesaria at Manu Husada Maternity Hospital Malang, 70% having a anxietas which is not too heavy level.
This type Research is descriptive, because is purpose is to obtain the anxietas level image of mother in facing sectio caesaria. The population of this research counted 150 people with amount of sample 40 people and the sample intake process is using a Acidental Sampling Technique.
Pursuant to the descriptive analysis, its obtained the result that a anxietas level counted 32,5% eith light criteria, 57,5% with medium criteria, 10% with heavy criteria and 0% with panic criteria.
The conclution of this research is that in the reality mount anxietas of mother in facing a sectio caesaria have good enough. This happened because the anxietas can be influenced by education, age and experience in bearing and also mass media and cultural social around the responder residence.
Suggestion that be able to be passed to the Maternity Hospital Manu Husada Malang is more improving the approachment and communication to the patient especially to mothe who will have a sectio caesaria at Manu Husada Maternity Hospital Malang.
Bibliographies: 14 references (in 1996 2006)
Key Words: Level anxientas, mother in facing, a sactio caesaria
ABSTRAK
Fifin,Irawati, 2006, Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Sectio Caesaria di Rumah Sakit Manu Husada Malang, Karya Tulis Ilmiah, Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang, Pembimbing (1) Endah Tri Agustin, S.SiT, (2) Jupriyono, S.Kp, M.Kes.
Kecemasan merupakan suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang da[at atau tidak berhubungan dengan rangsangan eksternal, (Kapita Selekta Kedokteran, 1999). Kecemasan akan memberikan dampak yang negatif pada ibu inartu karena efek samping yang ditimbulkan adalah pada saat ibu selesai dilakukannya operasi yaitu peningkatan tekanan darah dan nadi yang akan berakibat pada kontraksi uterus yang kurang maksimal sehingga bisa menyebabkan perdarahan. Untuk mengetahui kemungkinan ibu mengalami kecemasan sebelum diakukan sectio caesaria perlu dilakukan deteksi dini. Namun demikian tidak semua ibu mengalami hal tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil survey pendahuluan yaitu dari 10 ibu yang akan dilakukan sectio caesaria di Rumah Sakit Manu Husada Malang, 70% mengalami tingkat kecemasan yang tidak terlalu berat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria. Populasi dari penelitian ini sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 40 orang dan cara pengambilan sampel menggunakan teknik Acidental Sampling.
Berdasarkan analisa deskriptif diperoleh hasil bahwa tingkat kecemasan sebanyak 32,5% dengan kriteria ringan, 57,5% dengan kriteria sedang, 10% dengan kriteria berat dan 0% dengan kriteria panik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ternyata tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesarea sudah cukup baik. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan pengalaman melahirkan serta media masa dan sosial budaya disekitar tempat tinggal responden.
Saran yang dapat diberikan kepada Rumah Sakit Manu Husada Malang tersebut adalah agar lebih meningkatkan pendekatan dan komunikasi kepada pasiennya terutama kepada ibu yang akan dilakukan sectio caesaria di Rumah Sakit Manu Husada Malang.
Kepustakaan: 14 Kepustakaan (tahun 1996 2006)
Kata Kunci: Tingkat Kecerdasan, Ibu Inpartu, Sectio Caesaria
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ivABSTRACT
vABSTRAK
viDAFTAR ISI
viiiDAFTAR GAMBAR
xDAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan Penulisan
4
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 Konsep Kecemasan
6
2.1.1 Pengertian
6
2.1.2 Penyebab Kecemasan
7
2.1.3 Gejala Klinis Kecemasan
8
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
9
2.1.5 Stressor Pencetus
9
2.1.6 Tingkat Kecemasan
9
2.1.7 Pengukuran Kecemasan
11
2.2 Konsep Sectio Caesaria
13
2.2.1 Pengertian
13
2.2.2 Istilah Sectio Caesaria
14
2.2.3 Indikasi dari Sectio Caesaria
14
2.2.4 Macam-macam Sectio Caesaria
15
2.2.5 Komplikasi dari Sectio Caesaria
16
2.2.6 Perawatan Post Partum
16
2.3 Konsep Persalinan
21
2.3.1 Pengertian
21
2.3.2 Bentuk Persalinan
21
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
22
2.3.4 Tanda dan Gejala Persalinan
22
2.3.5 Karakteristik Persalinan yang Sebenarnya
23
2.3.6 Karakteristik Persalinan Palsu
24
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
25
3.1 Kerangka Konsep
25
3.2 Desain Penelitian
26
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
26
3.3.1 Populasi
26
3.3.2 Sampling
26
3.3.3 Sampel
27
3.4 Variabel Penelitian
27
3.5 Definisi Variabel
27
3.5.1 Definisi Konsep
27
3.5.2 Definisi Operasional
28
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
28
3.6.1 Kriteria Inklusi
28
3.6.2 Kriteria Eksklusi
29
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
29
3.7.1 Tempat
29
3.7.2 Waktu
29
3.8 Teknik Pengumpulan Data
29
3.9 Teknik Analisa Data
29
3.9.1 Editing
29
3.9.2 Scoring
29
3.9.3 Transfering
30
3.9.4 Tabulating
30
3.10 Etika Penilaian
30
3.10.1 Lembar Persetujuan
31
3.10.2 Tanpa Nama
31
3.10.3 Kerahasiaan
31
3.10.4 Jadwal Kegiatan Penelitian
31
BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
32
4.1 Hasil Penelitian
32
4.1.1 Data Umum
32
4.1.1.1 Gambaran Tentang Tempat Penelitian
32
4.1.1.2 Karakteristik Responden
32
4.1.2 Data Khusus
34
4.2 Pembahasan
35
4.3 Keterbatasan Penelitian
38
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
39
Kesimpulan
39
Saran
40
Rekomendasi
40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
NomorJudul Gambar Halaman
Gambar 3.1Kerangka Konsep25
DAFTAR TABEL
NomorJudul Tabel Halaman
Tabel 3.1Definisi Operasional
28
Tabel 4.1Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang pada Bulan
Agustus Berdasarkan Pendidikan
33
Tabel 4.2Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang pada Bulan
Agustus Berdasarkan Umur
33
Tabel 4.3Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang pada Bulan
Agustus Berdasarkan Pengalaman Melahirkan
34
Tabel 44Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang pada Bulan
Agustus Berdasarkan Jenjang Tingkat Kecemasan
34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Lampiran
1. Jadwal Penelitian
2. Permohonan Izin Penelitian
3. Surat Izin Penelitian
4. Permohonan Menjadi Responden
5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
6. Lembar Kuesioner (Alat Ukur Skala Hars)BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama pada persalinan pertalna, wajar timbul perasaan cemas ataupun takut. Meski ingin segera melepaskan beban dari perut yang membesar, di lain pihak timbul kekhawatiran apakah akan bisa menjalani persalinan secara sectio caesaria secara aman.
Untuk menghadapi kecemasan semacam ini, tidak ada jalan lain kecuali usaha untuk menenangkan diri serta menghilangkan sumber kecemasan satu persatu sehingga kepercayaan diri semakin meningkat. Selain itu membina komunikasi dengan suami, orang tua, sanak saudara ataupun sesama calon ibu juga membantu. Sebisa rnungkin hindari menanggung kecemasan sendirian, sebab ini berpotensi menambah kecemasan anda, karena adanya kecenderungan memikirkan sesuatu yang tidak perlu ataupun berlebihan. Membina komunikasi sesama calon ibu di klinik bersalin I tempat praktek dokter kandungan sangat dianjurkan, sehingga anda tidak perlu merasa sendirian menanggung kecemasan itu sendiri.
Berdasarkan pernyataan diatas sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan cara persalinan, yang dulunya persalinan umumnya dilahirkan secara normal kini cenderung dilakukan secara sectio caesaria dengan indikasi antara lain plasenta previa, CPD, Ruptur uteri mengancam, partus lama, distosia servik, preeklamsi dll. Angka kejadian sectio caesaria tentu meningkat sejak tahun 1980 sampai sekarang. Di Indonesia sectia caesaria pada tahun 1981 sebesar 15,35%, meningkat menjadi 23,23% pada tahun 1986, peningkatan ini juga terjadi diseluruh dunia (R. Haryono Roeshadi, 1610412006). Di Jawa Timur saja peningkatan persalinan secara sectio caesaria sangat mencolok dari 13,0% pada tahun 2000 meningkat menjadi 14,1 % pada tahun 2001. Begitu juga di kota Malang juga terjadi peningkatan persalinan secara sectio caesaria dari 12,8% pada tahun 2002 menjadi 13,8% pada tahun 2003. Peningkatan ini terjadi terutama di RS Manu Husada Malang jumlah sectio caesaria meningkat dari 8,3% pada tahun 2004 menjadi 10,2% pada tahun 2005 (Biro pllsat statistik Malang).
Dewasa ini persalinan secara sectio caesaria jauh lebih aman dibandingkan dahulu karena dengan adanya antibiotik, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan anastesi yang lebih baik. Sebelum keputusan untuk melakukan sectio caesaria diambil pertimbangkan secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi yaitu perdarahan, cedera saluran kemih/usus, dan infeksi. Pertimbangan tersebut harus berdasarkan pertimbangan pravbedah secara lengkap mengacu pada syarat - syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan tersebut diatas dapat diturunkan apabila menghadapi kasus gawat darurat dimana kecepatan waktu untuk melakukan tindakan sangat mempengaruhi keluaran prosedur operatif ini. Walaupun demikian, persyaratan minimal tindakan operatif harus dipenuhi. Sebelum sectio caesaria elektif lakukan kajian usia kehamilan berdasarkan haid terakhir, profil biofisik dan amniosintesis untuk menilai maturitas paru janin (Sarwono, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 12 April 2006 yang dilakukan dengan metode wawancara dan pengamatan di RS Manu Husada Malang dari 10 wanita inpartu yang akan dilakukan sectio caesaria 30% wanita mengalami keluhan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gangguan ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, mampu menerima rangsang yang komplek, 40% wanita mengalami keluhan sering nafas pendek, tekanan darah dan nadi meningkat, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah, rangsang luar tidak mau diterima dan 30% wanita mengalami keluhan nafas pendek , nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan.
Akibat yang ditimbulkan bila ibu inpartu yang akan dilakukan sectio caesaria mengalami kecemasan adalah bisa terjadi peningkatan nadi dan tekanan darah yang akan berakibat fatal pada saat setelah dilakukan tindakan sectio caesaria yaitu bisa berpengaruh terhadap proses invalusi karena uterus tidak maksimal dalam kontraksi yang akan menyebabkan perdarahan dan sangat membahayakan kondisi pasien. Di RS Manu Husada Malang kasus seperti ini pada tahun 2005 terjadi sebanyak 1% dari 1361 pasien dan pasien bisa ditangani dengan intensif.
Dari fenomena diatas, peneliti merasa tertarik untuk lebih mengetahui gambaran tentang bagaimana tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria di RS Manu Husada Malang.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan.
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria berdasarkan karakteristik pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk pengembangan dalam bidang kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan metode mengatasi kecemasan ibu dalam rnenghadapi kecemasan.
1.4.2 Untuk tenaga profesi Kebidanan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan dan memuiimalkan resiko kecemasan pada ibu inpartu yang akan dilakukan sectio caesaria.1.4.3Untuk pendidikan Kebidanan
Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan penelitian tentang tingkat kecemasan yang akan datang.
1.4.4 Untuk peneliti
Sebagai pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian dan peningkatan pengetahuan dalam menghadapi kecemasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep kecemasan meliputi pengertian kecemasan, penyebab, gejala klinis kecemasan, faktar - faktor yang mempengaruhi kecemasan, stresor pencetus, tingkat kecemasan, pengukuran kecemasan dan metode mengatasi kecemasali. Konsep sectio caesaria meliputi pengertian sectio caesaria, istilah sectio caesaria, indikasi sectio caesaria, komplikasi tindakan sectio caesaria dan perawatan past operasi, dan bimbingan ibu yang akan dilakukan sectio caesaria. Konsep persalinan meliputi pengertian persalinan, bentuk persalinan berdasarkan definisi, faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan, tanda dan gejala persalinan, karakteristik persalinan yang sebenarnya dan palsu.
2.1 Konsep Kecemasan
2.1.1 Pengertian
Kecemasan (anacietus) adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsangan eksternal (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Kecemasan adalah sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik (Ni Lu Putu Eka, 2006).
2.1.2 Penyebab Kecemasan
Beberapa teori penyebab kecemasan antara lain :
1.Teori biologi
Tepatnya pada abad 2, penelitian menggabungkan adanya hubungan antara sistem endokrin dan emosi. Pada awalnya pada saat menetapkan adanya kerja sama pada adrenal medulla dalam memproduksi epineprin, dalam hubungan mengacau dan membantu teori respon. Adanya ketidakteraturan sistem syaraf penghubung (Kapita selekta kedokteran, 1999). Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus Benzodiazepin. Respon ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurut kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Kapita selekta kedokteran, 1999).
2. Teori psikodinamika
Pada batas psikoanalitik, kecemasan adalah pandangan yang mengingatkan pada ego, yang dapat membahayakan, ancaman ini berasal dari internal dan eksternal. Kecemasan dapat mempengaruhi dalam perkembangan personal, fungsi personal, dalam perkembangan perawatan syaraf dan jiwa adanya ketidaksadaran konflik. Pengambilan kerangka kerja respon kecemasan secara berlanjut, sebagai individu mencoba dan berusaha bertahan adanya kecemasan berulang (Kapita selekta kedokteran, 1999).
3.Teori interpersonal
Teori interpersonal berpandangan bahwa kecemasan adalah respon individu terhadap lingkungan eksternal, pengambilan kerangka kerja ini untuk menerangkan penelitian tentang respon cemas dalam hubungan dengan individu lain. Orang dengan harga diri rendah terutama akan mengalami perkembangan kecemasan berat (Kapita selekta kedokteran, 1999).
4.Teori tingkah laku atau behavior
Dalam teori tingkah laku ini, dasar dari teori pembelajaran eriologi gejala kecemasan adalah Genetralisasi dari ketetapan trauma penelitian sebagai pegangan atau objek. Adanya pemikiran pengambilan kerangka kerja ini untuk menerangkan kecemasan adalah teori respon psikologi dan koqnitif terhadap stimulus eksternal. Menurut pandangan prilaku kecemasan rnerupakan produk frustasi yaitu gejala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Joko Tri Prasetyo, I998).
2.1.3 Gejala klinis kecemasan
Menurut Nursalam (2001), keluhan - keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami kecemasan adalah :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pemikiran sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi - mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan - keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar - debar, sesak nafas gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain - lain.
2.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu mengalami kecemasan yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya.
2. Umur
Pada umumnya kecemasan berkembang pada golongan umur remaja dan dewasa muda.
3. Pengalaman melahirkan
Tingkat pengalaman melahirkan yang sedikit sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang.
2.1.6 Tingkat kecemasan
Kecemasan adalah respon emosional, kapasitas untuk mencapai cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan menurut Nursalam, 2001 tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu :
l. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari - hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan rnenghasilkan pertumbuhan kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dalam melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Panik
Kecemasan ini dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunya kemampuan untu.k berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
2.1.7 Pengukuran kecemasan
Menurut Nursalam 2001, untuk mengetahui sejauh mana derajat kecernasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan panik, orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan HARS (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok, gejala masing - masing kelompok dirinci lagi dengan gejala - gejala yang spesifik. Masing - masing kelompok diberi penilaian angka (skore) antara 0 - 4 yang artinya adalah
Nilai 0: Tidak ada keluhan (tidak satupun dari gejala yang ada)
1: Gejala ringan (satu dari gejala yang ada)
2: Gejala sedang (separoh dari gejala yang ada)
3: Gejala berat (lebih dari separoh dari gejala yang ada)
4: Gejala panik (semua dari gejala yang ada)
Masing - masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Kurang 14: Tidak ada kecemasan
14-20 : Kecemasan ringan
21-27: Kecemasan sedang
28-41: Kecemasan Berat
42-56: Kecemasan panik
Ada hal - hal yang dinilai dalam alat ukur HARS ini adalah :
1. Perasaan cemas : merasa cemas, firasat buruk, takut akan perasaan sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan : merasa tegang, tidak dapat istirahat, mudah terkejut, lesu, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan : pada kegelapan, ditinggal sendiri, pada keramaian orang banyak, pada orang asing, pada binatang besar.
4. Gangguan tidur : sukar tidur, terbangun tengah malam, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi - mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan : sukar konsentrasi, daya ingat buruk, sering bingung.
6. Perasaan depresi : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurang kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari.
7. Gejala samatik : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemetar, suara tidak stabil.
8. Gejala sensorisTinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan tertusuk - tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler : takhikardi, berdebar - debar, nyeri dada, denyutan nadi mengeras, rasa lemas mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernafasan : merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek atau sesak, sering menarik nafas panjang.
11. Gejala Gastrointestibal : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum / sesudah makan, mual, muntah, enek detokasi lembek, konstipasi, berat badan menurun.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorhoe, menarhaid, frigiditas, ejakulasi dini, ereksi hilang, impotensi.
13. Gangguan vegetatif atau otonom : mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku saat wawancara : gelisah, jari gemetar, tidak tenang, muka tegang, mengenitkan dahi atau kering, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah.
Metode untuk mengatasi kecemasan :
1. Padukan teknik nafas dalam kedalam rutinitas sehari - hari.
2. Mengajarkan teknik nafas dalam sedikitnya 3 sampai 4 kali sehari.
3. Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan pencahayaan yang rendah.
4. Memberi dorongan pada klien untuk mengambil posisi rileks dan nyaman.
5. Mengajarkan klien bernafas dengan lambat rnelalui lubang hidung mengisi perut dengan udara sebelum mengisi paru - paru.
6. Memberitahukan pada klien untuk memfokuskan pikiran pada irama pernafasan yang lambat ini selama beberapa menit.
7. Mengajak klien untuk berimajinasi tentang hal - hal yang positif tentang kelahiran anak.
2.2 Konsep Sectio Caesaria
2.2.1 Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histertomia untuk melahirkan janin dari arah rahim (Mochtar, 1998).
Sectio caesaria adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (Histerektomi), (Sarwono, 2002).
2.2.2 Istilah sectio caesaria (Sarwono, 2002)
1). Sectio Caesaria Primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesaria tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
2). Sectio Caesaria Sekunder
Kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan) bila tidak ada kemajuan persalinan atau partu percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesaria.
3). Sectio Caesaria Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami sectio caesaria dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesaria ulang.
4). Sectio Caesaria Histerektami
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesaria secara langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
5). Operasi Posso
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim berat.
2.2.3 Indikasi dari Sectio Caesaria (Mochtar, 1998).
1). Plasenta previa sentralis dan lateralis
2).Disproporsi sepalo pelvik (CPD)
3).Ruptur uteri mengancam
4).Partus lama atau partus tak maju
5).Distosia serviks
6).Preeklamsi
7).Malpresentasi janin
8).Distosia oleh karena tumor jalan lahir
9).Gawat janin
2.2.4 Macam - macam sectio caesaria (Sarwono, 2002)
1). Sectio Caesaria Abdominalis
Sectio caesaria transperitoneal
(1). Sectio Caesaria klasik atau carporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
(2).Sectio Caesaria ismika atau profunda atau IOV dengan insisi segmen bawah rahim.
(3).Sectio Caesaria peritonialis yaitu membuka peritonium partelaris dengan demikian tidak membuka cavum abdominalis.
2). Sectio Caesaria Vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim
(1).Sayatan memanjang (Longitudinal)
(2).Sayatan melintang (Transversal)
(3).Sayatan huruf T (T insision)
2.2.5 Komplikasi dari sectio caesaria
1) Infeksi puerperalis
(1). Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
(2).Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
(3).Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan antibiotik yang tepat.
2) Perdarahan yang disebabkan oleh
(1). Banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka
(2).Atonia uteri
(3).Perdarahan plasenta bed
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila repetonialisasi terlalu tinggi.
4) Kemungkinan rupttir uteri spontania pada kehamilan mendatang.
2.2.6 Perawatan Post Operasi
Perawatan yang diberikan pada ibu nifas dengan SC antara lain :
1). Segera setelah operasi selesai, hal - hal yang perlu diperhatikan adalah
(1).Posisi pasien tidur miring kekiri dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan nafas.
(2).Periksa TTV tiap 15 menit pada jam pertama, tiap 30 menit pada jam kedua.
(3).Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar.
(4).Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
(5).Selanjutnya TTV diperiksa setiap 4 jam selama 24 jam pertama dan juga fundus uteri.
2). Ambulasi
Ambulasi dilakukan dengan tujuan
(1). Mencegah trombosis vena dan emboli pulmonal
(2).Membantu jalanya penyembuhan
Tetapi ambulasi terlalu dini dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi, maka ambulasi sebaiknya dilakukan secara teratur dengan ketentuan sebagai berikut :
(1). Miring kiri atau kanan dilakukan setelah 6 - 8 jam setelah pasien sadar.
(2).Latihan pernafasan sedini mungkin dapat dilakukan pada pasien setelah sadar dengan tetap berbaring di tempat tidur.
(3).Pada hari kedua pasien didudukan selama 5 menit, lalu nafas panjang, kemudian disertai dengan batuk kecil yang digunakan untuk melonggarkan pernafasan.
(4).Kemudian posisi tidur terlentang diganti setengah duduk.
(5).Selanjutnya pada hari ketiga secara berturut - turut penderita dianjurkan duduk dan berjalan - jalan.
3). Perawatan luka insisi
(1). Inspeksi luka setiap hari, apakah luka sembuh perprimum atau ada eksudat dibawah luka.
(2). Luka dengan eksudat sedikit dapat ditutup dengan bend ard operatif gressing.
(3).Luka dengan eksudar sedang dapat ditutup dengan surgipad atau dikompres dengan cairan suci hama lainnya.
(4). Untuk memberikan kenyamanan pada pasien dapat dipakaikan gurita.
(5).Pertahankan penutup luka selama hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi.
(6). Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan sedikit jaringan pengganti pembalut. Selanjutnya pantau keluarnya cairan dan darah.
(7).Jika perdarahan tetap bertambah, buka pembalut infeksi dan atasi penyebabnya serta ganti pembalut.
(8). Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi berikan plester untuk mengencangkan.
(9). Ganti pembalut dengan cara steril.
(10). Luka harus tetap dijaga agar selalu kering.
4). Pemberian cairan
(1). Dalam waktu 24 jam dapat diberikan cairan RL dan DS - 10% secara bergantian sebanyak tiga liter.
(2). Bila produksi urine kurang dari 30 cc maka harus dilakukan pengkajian lebih lanjut dari penyebab oliguri itu sendiri.
(3). Pemberian cairan perinfus dapat dihentikan bila penderita sudah flatus.
5). Diet
(1). Setelah penderita flatus dan infus dihentikan, maka mulai dapat diberikan cairan per oral.
(2). Pemberian sedikit minuman dapat diberikan 6 - 10 jam paska bedah berupa air putih atau air teh dan jumlahnya dapat ditambah setelah infus dihentikan.
(3). Secara bertahap kemudian diberikan bubur saring, minum air buah dan susu. Selanjutnya boleh makan bubur kasar dan kemudian nasi.
6). Kateterisasi
Jika urine jernih kateter dapat dilepas setelah 12 jam post operasi atau ditunggu sampai keesokan harinya.
7). Pemberian analgetika
Pada 24 jam pertama untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan 10 mg morfin atau moridipin 75 mg setiap 3 jam.
8). Motilitas usus
(1).Pada hari pertama setelah pembedahan, bising usus biasanya belum terdengar. Pada hari kedua biasanya bising usus masih lemah dan baru aktif pada hari ketiga.
(2).Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi usus dapat menjadi tnasalah yang menyusahkan. Pada hari kedua dan ketiga post operasi dapat diberikan : pemberian supositaria rectal agar terjadi defikasi, bila gagal dapat dilakukan pemasangan pipa rectal dan pipa nassal.
9). Perawatan rutin lainnya
(1). Pemeriksaan TTV minimal setiap 4 jam.
(2). Observasi jumlah cairan yang masuk dan urine.
(3). Tinggi fundus uteri.
(4). Kontraksi uterus.
(5). Lochea.
(6). Perawatan payudara dan laktasi.
10). Konseling pada ibu
(1). Jangan hamil kurang dari 1 tahun dan dianjurkan memakai kontrasepsi.
(2). Untuk kehamilan berikutnya hendaknya melakukan ANC secara teratur.
(3). Persalinan selanjutnya dianjurkan di RS.
2.2.7Bantuan yang diberikan pada ibu dalam bimbingan menghadapi persalinan secara sectio caesaria adalah :
1). Mengatasi perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan secara sectio caesaria dengan jalan :
(1). Memberikan pengertian pada ibu tentang peristiwa persalinan secara sectio caesaria.
(2). Menunjukkan kesediaan untuk menolong ibu dalam persalinan secara sectio caesaria.
(3). Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan mohon bantuan kepada Tuhan, sesuai dengan agamanya.
2). Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan
(1). Memberikan penjelasan yang bujaksana.
(2).Dengan menjawab pertanyaan ibu dengan baik dan tidak menyinggung perasaan.
3). Memberikan gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya persalinan secara sectio caesaria.
4). Ibu harus sering diajak bicara saat operasi sedang berlangsung.
5).Penolong mengerti dengan perasaan pasien.
6). Menarik perhatian dan kepercayaan ibu terhadap penolong.
2.3 KONSEP PERSALINAN
2.3.1 Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1948).
Persalinan merupakan suatu proses saat janin dan produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat yang terahu, progesif, sering dan kuat (Barbara R.Stright, RN,PhD, 2002).
2.3.2Bentuk persalinan berdasarkan definisi dibedakan menjadi (Mamiaba, 1998)
1). Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
2).Persalinan buatan
Bila prases persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3).Persalinan anjuran
Bila ketentuan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2.3.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan
1). Jalan lahir (passage)
Ini mengacu pada kemampuan panggul dan jalan lahir dalam memungkinkan janin turun.
2).Janin (passanger)
Ini mengacu pada janin dan kemampuannya untuk bergerak melalui jalan lahir.
3). Tenaga (power)
Ini mengacu pada frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi uterus sampai menyebabkan pendataran dan dilatasi servik komplit.
4). Faktor plasenta mengacu pada tempat insersi plasenta.
5). Psikis mengacu pada keadaan psikologi klien, sistem pendukung yang tersedia, persiapan kelahiran anak, pengalaman dan strategi kaping.
2.3.4 Tanda dan gejala persalinan
1). Lightening adalah penurunan janin dan uterus masuk ke dalam rongga pelvik, 2 sampai 3 minggu sebelum awitan.
2). Kontraksi broxton hicks adalah kontraksi yang tidak teratur dan intermiten yag telah terjadi sepanjang kehamilan, menyebabkan ketidaknyamanan dan menghasilkan nyeri tarik pada abdomen dan lipatan paha.
3). Penibahan serviks meliputi pelunakan, pematangan dan pendataran serviks yang akan menyebabkan keluarnya lendir bercampur darah.
4). Ruptur membran amnion bisa terjadi sebelum awitan persalinan. Jika wanita tersebut mencurigai bahwa membran tersebut telah pecah, ia hanis menghubungi petugas kesehatan dan segera pergi kekamar bersalin untuk segera diperiksa.
5). Peningkatan energi atau peningkatan ketegangan dan keletihan bisa terjadi segera sebelum persalinan.
6). Penurunan berat badan sekitar 0,45 - 0,35 kg bisa terjadi dalam 2 sampai 3 hari sebelum awitan persalinan.
2.3.5 Karakteristik persalinan yang sebenamya
1). Kontraksi terjadi dengali interval yang teratur.
2). Kontraksi dimulai dari punggung dan menjalar kesekitar abdomen, meningkat intensitas dan durasinya, dan secara bertahap memiliki interval yang Pendek.
3). Berjalan akan meningkatkan intensitas kontraksi.
4).Biasanya akan terdapat lendir dan darah.
5). Serviks menjadi menipis dan berdilatasi.
6). Sedasi tidak menghentikan kontraksi.
2.3.6 Karakteristik persalinan palsu
1). Kontraksi tetjadi dengan interval yang tidak terlalu.
2). Kontraksi terlokalisasi temtama di abdomen, intensitas tetap sama atau bervariasi dan intervalnya tetap panjang.
3). Berjalan tidak menambah intensitas kontraksi dan seringkali mengurangi nyeri.
4). Lendir bercampur darah biasanya tidak ada.
5). Sedasi cenderung menurunkan jumlah kontraksi.
2.3.7 Bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan melahirkan
Beberapa hal yang perlu diingat dalam bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan melahirkan adalah sebagai berikut :
1). Bahwa ibu yang akan bersalin, tenitama yang baru pertama kali akan melahirkan, sering mengalami perasaan tidak tenang, takut, ragu - ragu akan persalinan yang dihadapi.
2).Bahwa kehamilan dan persalinan itu dirasakan sebagai cobaan atau ujian, walaupun ibu bersedia menerima dan mengharapkan kehadiran anaknya.
3). Bahwa ibu akan lebih gelisah, cemas waktu menghadapi persalinan dan lebih banyak persoalan yang dipikirkan.
BAB 3
METODE PENELITIAN3.1 Kerangka Konsep
Sosial budaya Media massa-------------: Tidak diteliti
________: Diteliti
Gambar 3.1 Bagan skematik kerangka konsep penelitian
Tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria di R5 Manu Husada Malang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan. Dalam hal ini peneliti hanya mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria dengan mengkriteriakan ke dalam kriteria kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai kira - kira kegiatan yang akan dilaksanakan (Arikunto, 2002). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu metode penelitian yang menggambarkan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria di RS Manu Husada Malang.3.3 Populasi, Sampling dan Sampel
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi adalah semua elemen yang memenuhi kriteria tertentu (Achhir Yani S.). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu dan akan dilakukan Sectio caesaria di RS Mann Husada Malang. Pada tanggal 1 Agustus s/d 31 Agustus 2006 dengan jmnlah populasi 150 responden.
3.3.2 Sampling
Sampling adalah cara atau teknik tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasinya (Nursalam, 2002). Pada penelitian ini menggunakan teknik acidental sampling yaitu dengan mengambil sampel yang ada pada saat melakukan penelitian pada tanggal 1 Agustus s/d 31 Agustus 2006. Adapun besar sampel ditentukan berdasarkan kriteria Nursalam (2003) dimana bila populasi < 1000 maka besar sampel yang digunakan dapat diambil sekitar 20 - 30%.
3.3.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk studi tertentu dan anggota sampel disebut objek (Achir Yani S. Hamid). Sampel dari penelitian ini adalah ibu inpartu dan akan dilakukan tindakan sectio caesaria yang datang ke RS Manu Husada Malangtanggal 1 Agustus sld 31 Agustus 2006.Mengacu pada teknik sampling yang dipilih, maka besar sampel yang dipilih sebanyak 20% dari 150 responden.3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2002). Variabel pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria.3.5 Definisi Variabel
3.5.1 Definisi Konsep
Kecemasan adalah respon emosional, kapasitas untuk mencapai cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
3.5.2 Definisi operasional
Merupakan segala keluhan yang sering dikemukakan oleh ibu yang mengalami kecemasan dalaun menghadapi sectio caesaria mulai dari tingkat ringan, sedang, berat dan panik.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No.VariabelDefinisi OperasionalAlat UkurSkala DataKriteria
1.Tingkat kecemasan dalam menghadapi SC pada tingkat ringan, sedang, berat dan panikJenjang psikologi ibu inpartu yang ditemukan dalam bentuk emosional dan perilaku yang mengidentifikasi ketidak berdayaan dalam menghadapi persalinan SC yang diidentifikasi dengan skala kecemasan menurut HARS.Skala HARSOrdinalRingan : 14-21
Sedang : 21-27
Berat : 28-41
Panik : 42-56
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1 Kriteria Inklusi
1).Ibu inpartu yang bersedia menjadi responden
2).Ibu inparni yang akan menjalani tindakan sectio caesaria
3).Ibu inpartu yang rnenjalani sectio caesaria di RS Manu Husada Malang
3.6.2 Kriteria Eksklusi
1). Ibu inpartu yang tidak bersedia menjadi responden
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
3.7.1 Tempat
Penelitian dilaklikan di RS Manu Husada Matang jalan Sultan Agung 12 Malang.
3.7.2 Waktu
Mulai tanggal l Agustus s/d 31 Agustus 2006.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
3.8.1 Data Primer
Data yang diambil langsung dari responden melalui wawancara dan pendekatan pada klien.
3.8.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari rekam medis yang ada di RS Manu Husada Malang.
3.9 Teknik Analisa Data
3.9.1 Editing
Dalam hal ini peneliti menyebarkan kuesioner 60 dan kembali 40 lengkap dengan jawabannya.
3.9.2 Scoring
Menggunakan alat ukur skala HARS yang masing - masing kelompok gejala diberi penilaian angka (Skore) antara 0 - 4 yang artinya adalah
Nilai 0: Tidak ada keluhan
1: Gejala ringan (satu dari gejala yang ada)
2: Gejala sedang (separoh dari gejala yang ada)
3: Gejala berat (lebih dari separoh gejala yang ada)
4: Gejala panik (semua gejala yang ada)
3.9.3 Transfering
Memindahkan jawaban dalam master sheet.
3.9.4 Tabulating
Melakukan analisa data dengan teknik deskriptif kualitatif dengan penilaian derajat kecemasan. Deskriptif kualitatif adalah data yang digambarkan dengan kata - kata atau kalimat yang dipisah - pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Setelah dijumlahkan maka dihasilkan skala penilaian yaitu kurang dari 14 tidak ada kecemasan, 14 - 20 kecemasan ringan, 21 - 27 kecemasan sedang, 28 - 41 kecemasan berat dan 42 - 56 panik (Nursalam, 2002).
3.10 Etika Penilaian
Penelitian yang menggunakan objek menusia tidak boleh bertentangan denganetika agar hak responden dapat dilindungi. Untuk itu perlu adanya izin dari direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang dan RS Manu Husada Malang. Setelah mendapat persetujuan baru penelitian boleh dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :
3.10.1 Lembar Persetujuan (Infomed consent)
Lembar persetujuan menjadi responden diberikan sesaat sebelum responden diberi kuesioner. Jika responden bersedia maka diminta tanda tangan dilembar persetujuan, tetapi jika tidak bersedia peneliti harus menghormati hak menolak untuk menjadi responden.
3.10.2 Tanpa Nama (anonimity)
Pada lembar pengumpulan data nama responden tidak dicantumkan hanya diberi kode.
3.10.3 Kerahasiaan (confidentility)
Informasi yang didapat dari responden akan dijaga kerahasiaannya.
3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian
Terlampir
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang pendidikan dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengolahan data. Dari hasil penelitian diperoleh data umum dan data khusus. Data umum meliputi identitas pasien yang terdiri dari pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan. Data khusus terdiri dari variabel penelitian yang terdiri dari tingkat kecemasan pada tingkat ringan, sedang, berat dan panik.
Sedangkan pada pembahasan akan dibahas tentang kesenjangan teori dengan hasil penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
1). Gambaran tentang tempat penelitian
Rumah sakit Manu Husada Malang berdiri sejak tahun 2002 dengan pelayanan ANC, persalinan secara normal maupun sectio saecaria dan kontrol nifas. Jumlah pasien yang akan dilakukan sectio caesaria setiap harinya rata - rata 6 orang baik yang dari rujukan bidan atau yang datang sendiri.
Jumlah responden dari penelitian adalah 40 responden dari 150 ibu inpartu yang akan dilakukan sectio caesaria di RS Manu Husada Malang jalan Sultan Agung 12 Malang (sesuai dengan kriteria inklusi) mulai tanggal 1 Agustus s/d 31 Agustus 2006, kemudian diambil 20% dari jumlah populasi tersebut.
2). Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat dari segi pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan yang disajikan dalam bentuk dstribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Respanden di RS Manu Husada Malang Pada Bulan Agustus Berdasarkan Pendidikan
Tingkat KecemasanPendidikan
SMPSMAPTTotal
n%n%n%n%
Ringan
Sedang
Berat 4
10
210
25
58
11
120
27,5
2,51
2
12,5
5
2,513
23
432,5
57,5
10
Total1640205041040100
Beradasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian separo (SO%) responden berpendidikan SMA, hampir separoh (40%) berpendidikan SMP dan sangat sedikit (10l0) yang berpendidikan sampai PT.
Tabel 4.2 Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang Pada Bulan Agustus Berdasarkan Umur
Tingkat KecerdasanUmur
18-30 tahun31-42 tahunTotal
n%n%n%
Ringan
Sedang
Berat 4
6
-10
15
-9
17
422,5
42,5
1013
23
432,5
57,5
10
Total1025207540100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) responden berusia 31 - 42 tahun dan hanya sedikit (25%) responden berusia 18 - 30 tahun.
Tabel 4.3 Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang Pada Bulan Agustus Berdasarkan Pengalaman Melahirkan
Tingkat KecemasanPengalaman Melahirkan
1 kali2 kali3 kali>3 kaliTotal
n%n%n%n%n%
Ringan
Sedang
Berat 11
9
127,5
22,5
2,52
7
15
17,5
2,5-
4
1-
10
2,5-
3
1-
7,5
2,513
23
432,5
57,5
10
Total2152,51025512,541040100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa lebih dari separo (52,5%) responden mempunyai pengalaman melahirkan 1 kali, sebagian kecil (25%) responden mempunyai pengalaman melahirkan 2 kali, dan hanya sedikit (10%) responden yang mempunyai pengalaman melahirkan lebih dari 3 ka1i.
4.1.2 Data Khusus
Pada sub bab ini disajikan data yang mencakup variabel penelitian yaitu jenjang kecemasan pada tingkat kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.
Tabe1 4.4 Distribusi Responden di RS Manu Husada Malang Pada Bulan Agustus Berdasarkan Jenjang Tingkat Kecemasan
No.Tingkat KecemasanJumlahPersentase %
1.
2.
3.Ringan
Sedang
Berat13
23
432,5
57,5
10
40100
Berdasarkan tabel 4.4 lebih dari separo (57,5%) mengalami tingkat kecemasan sedang, sebagian kecil (32,5%) mengalami tingkat kecemasan ringan dan hanya sedikit (10%) mengalami tingkat kecemasan berat.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisa dari peneliti berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa psikologi ibu yang akan dilakukan operasi sectio caesaria sudah dapat mengendalikan emosinya mengenai suatu hal yang akan terjadi pada saat akan dilakukannya sectio caesaria. Terutama bagi ibu yang memang jadwal operasinya sudah direncanakan sebelumnya sehingga persiapan mental ibu memang sudah dipersiapkan secara matang untuk menghadapi operasi sectio caesaria tetapi bagi ibu yang jadwal operasinya tidak direncanakan inilah yang akan menimbulkan suahi kecemasan karena tidak ada persiapan mental terlebih dahulu dan ibu pasti akan beranggapan pada saat operasi nanti akankah terjadi suatu hal diluar dugaan. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi operasi sectio caesaria sangat bervariasi.
Kesimpulan data diatas bila dihubungkan dengan faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan dapat dijelaskan sebagai berikut, dari segi pendidikan didapatkan data bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak (50%) dialami oleh responden yang berpendidikan SMA, (40%) yang berpendidikan SMP dan (1Q%) yang berpendidikan sampai perguruan tinggi, bila dilihat dari data penelitian maka lebih dari separo responden yang berpendidikan SMA tingkat kecemasaimya tinggi, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang tinggi tidak mempengaruhi tingkat kecemasan, begitu juga sebaliknya pendidikan yang rendah juga tidak mempengaruhi tingginya tingkat kecemasan. Dengan demikian tingginya tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kecemasan. Dan pada penelitian ini tingginya tingkat kecemasan mungkin disebabkan oleh faktor lain selain pendidikan.
Selain pendidikan, umur juga merupakan salah satu faktor yang mempenganihi kecemasan. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata tingkat kecemasan sebagian besar (70%) dialami oleh responden dengan golongan umur 31 - 42 tahun dan hanya sedikit (10l0) dialami oleh responden dengan golongan umur 18 - 30 tahun, hal ini dibuktikan oleh peneliti bahwa umur sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan seseorang, semakin tua umur seseorang sernakin tinggi pula tingkat kecemasan yang dialaminya sehingga bila perbedaan umur dihubungkan dengan kecemasan rnaka kecemasannya tidak berbeda jauh. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Nursalam (2001) bahwa umur dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang.
Sedangkan jika dilihat dari pengalaman melahirkan mayoritas responden yang mengalami kecemasan mempunyai pengalaman melahirkan 1 kali, sehingga pengalaman melahirkan memang sangat mempengaruhi kecemasan seseorang apalagi responden tersebut baru melahirkan anak pertama sehingga kecemasan seorang calon ibu pasti muncul karena ibu akan mempunyai pemikiran yang negatif tentang keselamatan jiwanya dan keselamatan bayi yang akan dilahirkannya melalui jalan operasi sectio caesaria, berbeda dengan ibu yang sudah pernah melahirkan 2 kali bahkan lebih dari 3 kali pemikiran yang negatif akan keselamatan jiwanya dan keselamatan bayinya sangat kecil karena kemungkinan mereka berpikir bahwa dengan operasilah bayi dan nyawa mereka bisa diselamatkan. Sehingga jika pengalaman melahirkan dihubungkan dengan tingkat kecemasan akan semakin berpengaruh bahwa semakin banyak pengalaman melahirkan seorang ibu semakinrendah pula tingkat kecemasan yang akan dialami oleh ibu tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Barbara R (2002) bahwa pengalaman melahirkan seorang ibu yang pernah melahirkan akan sangat mempengaruhi tingkat kecemasan.
Berdasarkan analisa peneliti dari hasil penelitian, didapatkan sebagian kecil responden (32,5%) dengan kriteria ringan, lebih dari separo (57,5%) dengan kriteria sedang dan hanya sedikit (10%) dengan kriteria berat dan pada kriteria panik tidak ditemukan pada penelitian ini. Untuk yang kriteria berat pada saat pre operasi tidak perlu penanganan khusus tetapi penanganan lebih difokuskan pada saat setelah dilakukan operasi dengan memantau proses involusi dan banyaknya darah yang keluar setiap 15 menit sekali sampai pasien sadar dan selanjutnya dipantau setiap 4 jam sekali.
Setelah mengetahui tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam menghadapi operasi sectio caesaria pada tahap ringan, sedang, berat dan panik, dapat dilihat bahwa responden mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan emosinya pada saat akan dilakukan operasi sectio caesaria. Masalah demikian bisa ditekan dan diatasi dengan melakukan test (deteksi dini) pada ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi misalnya pada ibu dengan hipertensi, payah jantung, asma dan lain sebagainya, sehingga dapat diketahui sejak dini perkiraan persalinatmya melalui jalan sectio caesaria atau normal terutama bagi ibu dengan resiko tinggi, sehingga pemberitahuan biaya operasi bisa diberitahukan jauh - jauh sebelum ibu akan dioperasi sehingga persiapan mental dan biaya bisa dipersiapkan mulai dari awal dijadwalkan akan melahirkan secara sectio caesaria. Selain itu tingkat kecemasan responden mungkin juga bisa dipengaruhi oleh media masa dan sosial budaya yang ada disekitar responden tersebut bertempat tinggal. Dan juga sesuai dengan situasi dan kondisi, perilaku manusia juga dapat benibah setiap saat.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Sampel penelitian ini hanya mengatnbil 40 responden. Kenyataan ini masih terlalu sedikit unhik kategori penelitian deskriptif. Disamping itu alat ukur data dalam penelitian ini adalah instrumen terpakai dari HARS yang hanya sekali diuji coba sehingga validitas masih perlu ditingkatkan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria di Rumah Sakit Manu Husada Malang maka dapat disimpulkan bahwa :
5.1 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan (50%) berpendidikan SMA, (40%) berpendidikan SMP dan (10%) berpendidikan PT, umur sebagian besar responden (82,5%) berumur 31- 42 tahun dan (17,5%) berumur 18 - 30 tahun, selain itu dipengaruhi oleh pengalaman melahirkan (50%) mempunyai pengalaman melahirkan 1 kali, (25%) memptmyai pengalaman melahirkan 2 kali, (12,5%) mempunyai pengalaman melahirkan 3 kali dan (12,5%) mempunyai pengalaman melahirkan lebih dari 3 kali.
5.2 Pada tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik responden pada faktor pendidikan lebih banyak dialami oleh responden yang berpendidikan SMA, umur lebih banyak dialami oleh golongan umur 31 - 42 tahun dan pengalaman melahirkan paling banyak dialami responden yang masih punya pengalaman melahirkan 1 kali.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ternyata tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria di RS Manu Husada Malang tersebut sudah dikategorikan cukup baik karena tingkat kecemasan yang dialami masih dapat dipantau dan tidak membahayakan kondisi pasien. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan. Dari hasil penelitian dengan responden yang berumur 18 - 42 tahun dan lebih dari separo berpendidikan SMA ternyata mempunyai tingkat emosi (kecemasan) yang cukup baik. Dimana selain dipenganihi oleh pendidikan dan pengalaman melahirkan juga dipengaruhi oleh media masa ataupun sosial budaya dimana responden tersebut bertempat tinggal.
Saran
Bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan profesi bidan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan dan meminimalkan resiko dari kecemasan pada ibu inpartu yang akan dilakukan sectio caesaria serta untuk pengembangan metode dalam mengatasi kecemasan itu sendiri. Dan bagi peneliti sendiri penelitian ini telah memberikan pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian tentang tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria.
Rekomendasi
Pada penelitian ini peneliti melihat adanya hubungan keterikatan antara pendidikan, umur dan pengalaman melahirkan yang sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan seseorang.
Bagi peneliti lain yang berminat pada penelitian ini dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperbanyak sampel, instrumen yang digunakan mungkin lebih paten serta analisa data dan pembahasan lebih diperluas sehingga dapat memberikan hasil yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Kebidanan Widyagama Husada. (2006), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Karya Tulis Ilmiah. Malang
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.
Achir Yani S. (2002). Riset Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.
Barbara R. (2000). Konsep Persalinan/Inpartu. Jakarta, EGC.
FKUI. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Joko Tri Prasetyo (1998). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta, Rineka Cipta.
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. Buku Kedokteran, EGC.
Ni Luh Putu Eka (2006). Foto Copy Tentang Cemas (Ansietas).
Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam, Pariani. S (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
R. Haryono Roeshadi (14/04/06). File/\User09\D\My Documents\TOPIK ARTIKELff.htm.
Sarwono Prawirohardjo (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta, YBP-SP.
(Zln) Keluarga, org (14/04/06). Domain Id dan Domain Com.
Zr. Christina S. Ibrahim (1996). Perawatan Kebidanan Jilid 2. Jakarta, Bhratara.
Malang, 29 Juli 2006
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama:Marselinus Maring
Jabatan:Direktur Utama
Menerangkan bahwa :
Nama:Fifin Irawati
Nim:0302.19
Tingkat/semester:III / 6
Dengan ini kami memberikan izin kepada mahasiswa tersebut untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit saya dengan judul Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi SC di Rumah Sakit Manu Husada Malang.
Demikian atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Malang, 29 Juli 2006
Marselinus maring
Direktur
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama:Fifin Irawati
NIM:0302.19
Mahasiswa:Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang
Tujuan:Melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Sectio Caesaria.
Untuk keperluan di atas kami mohon kesediaan ibu untuk mengisi permohonan untuk menjadi responden yang kami sediakan, kami akan menjamin isi, hasil dan kerahasiaan sesuai dengan etika penelitian.
Demikian permohonan ini kami buat, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
Hormat saya
Fifin Irawati
0302.19
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka saya :
( Bersedia/tidak bersedia )
Untuk berperan serta menjadi responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut di kemudian hari.
Malang, 2006
Yang bersangkutan
(
)
Keterangan :
*) coret yang tidak perlu
LEMBAR KUESIONER
Identitas Responden
1. Nama
:
2.Umur
:
3.Pendidikan:
4.Pekerjaan
:
1. Yang dimaksud dengan perasaan cemas adalah
( )Firasat buruk
( )Takut akan pikiran sendiri
( )Mudah tersinggung
2. Yang dimaksud dengan ketegangan adalah
( )Merasa tegang
( )Lesu
( )Mudah terkejut
( )Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
( )Mudah menangis
( )Gemetar
( )Gelisah
3. Anda merasa ketakutan bila pada keadaan
( )Pada gelap
( )Ditinggal sendiri
( )Para orang asing
( )Pada binatang besar
( )Pada keramaian lalu lintas
( )Pada kerumunan banyak orang
4. Apakah anda merasakan gangguan tidur antara lain
( )Sukar memulai tidur
( )Terbangun malam hari
( )Tidak pulas
( )Mimpi buruk
( )Mimpi yang menakutkan
5. Apakah anda merasakan gangguan kecerdasan antara lain
( )Daya ingat buruk
( )Sulit berkonsentrasi
( )Sering bingung
6. Apakah anda merasakan perasaan depresi/tertekan seperti
( )Kehilangan minat
( )Sedih
( )Bangun dini hari
( )Berkurangnya kesukaan pada hobi
( )Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Apakah anda merasakan gejala pada otot-otot seperti
( )Nyeri otot
( )Kaku
( )Kedutan otot
( )Gigi bemeratak
( )Suara tak stabil
8. Apakah anda merasakan gejala sensorik
( )Telinga berdenging
( )Penglihatan kabur
( )Muka merah dan pucat
( )Merasa lemah
( )Perasaan ditusuk-tusuk
9. Apakah anda merasakan gejala yang berhubungan dengan jantung yaitu
( )Denyut nadi cepat
( )Berdebar-debar
( )Nyeri dada
( )Denyut nadi mengeras
( )Rasa lemah seperti mau pingsan
( )Detak jantung hilang sekejap
10. Apakah anda merasakan gejala pada pernafasan antara lain
( )Rasa tertekan di dada
( )Perasaan tercekik
( )Merasa nafas pendek/sesak
( )Sering menarik nafas panjang
11. Apakah anda merasakan gejala pada penceraan yang meliputi
( )Sulit menelan
( )Mual muntah
( )Berat badan menurun
( )Konstipasi/sulit buang air besar
( )Perut melilit
( )Gangguan pencernaan
( )Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
( )Rasa panas di perut
( )Perut terasa penuh/kembung
12. Apakah anda merasakan gejala pada saluran kencing antara lain
( )Sering kencing
( )Tidak dapat menahan kencing
( )Amenorhoe/menstruasi yang tidak teratur
( )Frigiditas
13. Apakah anda merasakan gejala sekunder yaitu
( )Mulut kering
( )Muka kering
( )Mudah berkeringat
( )Pusing/sakit kepala
( )Bulu roma berdiri
14. Apakah ibu merasakan
( )Gelisah
( )Tidak tenang
( )Mengerutkan dahi muka tegang
( )Tonus/ketegangan otot meningkat
( )Nafas pendek dan cepat
( )Muka merah
Kriteria :
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi sectio caesaria
Ibu Inpartu
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Pendidikan
Umur
Pengalaman melahirkan
Petunjuk pengisian
Bacalah setiap pertanyaan yang tersedia dengan teliti
Berilah tanda (() jika terdapat gejala yang saudara alami selama akan dilakukan tindakan SC