bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode
resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara
keseluruhan. Karakteristik model Think Pair Share siswa dibimbing secara
mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan
permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjebatani dan
mengarahkan proses belajar mengajar siswa juga mempunyai dampak lain
yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara
langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan
bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya
jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Metode Think Pairs Share dikembangkan untuk meningkatkan
penguasaan isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini
seperti dinyatakan oleh Richard I. Arends (1997:122) bahwa "Think-pair-
share and Numbered heads together, described here, are two examples of
structures teachers can use to teach academic content or to check on
student understanding of particular content ”.
Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran
dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir)
siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas
pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk
bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-
8
sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru.
Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu
membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode
Think Pair Share ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi
pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2.1.2. Model Pembelajaran Think Pair Share
TPS singkatan dari Think Pair Share atau berpikir, berpasangan,
berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. (Direktorat PLP modul SN-38
2004:17).TPS Think-Pair-Share atau Berfikir, Berpasangan, Berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share menghendaki siswa
bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih
dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual
(Ibrahim dkk : 2000 ).
2.1.3. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share
Think-Pair-Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada
tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran Think Pair Share relatif rendah
dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi
guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Think Pair Share merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Think Pair Share menghendaki siswa bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).
Metode pengajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh
Frank Lyman dan kawan-kawan di Universitas Maryland yang mampu
mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam metode Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih
9
banyak waktu untuk berpikir dan merespons serta saling membantu yang
lain. Guru hanya memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau
siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
dijelaskan dan dialami.
Guru memilih menggunakan Think Pairs Share untuk membandingkan
Tanya jawab kelompok keseluruhan. Sebagai contoh, seorang guru baru
saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca
tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih
serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca.
Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya
jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and
answer).
2.1.4. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share
Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan
saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja
menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu
tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang
apa yang telah dijelaskan atau dialami. Untuk itu guru dapat menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tahap I : Thinking ( Berpikir ). Guru mengajukan pertanyaan atau
soal yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta
untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau soal tersebut secara
mandiri untuk beberapa saat.
b. Tahap II : Pairing ( Berpasangan ). Guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan
pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi
10
jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit
untuk berpasangan.
c. Tahap III : Sharing ( Berbagi ). Pada tahap akhir ini, guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi dengan kelompoknya tentang apa yang
telah mereka bicarakan. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah
kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang
heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas
yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan
kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut
bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam
kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa
yang lemah terbantu dalam memahami permasalahan yang
diselesaikan dalam kelompok tersebut.
2.1.5. Cara Pembelajaran Menggunakan Metode Think Pair Share
Think Pair Share memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus
regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan Think Pair
Share dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
Adapaun siklus regular pembelajaran yang dimaksud adalah:
a. Tahapan pengajaran
b. Tahapan belajar tim
c. Tahapan Think Pair Share
d. Tahapan penilaian
e. Tahapan rekognisi/penghargaan.
Dalam Think Pair Share, guru menantang dengan pertanyaan terbuka
dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan
pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk
mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori
jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota
11
kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan
mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit.
Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk
menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur Think Pair
Share memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk
mendiskusikan ide-ide mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk
membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk
mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses
aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional.
Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang
ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta
inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman
sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama.
Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga
melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.
Struktur Think Pair Share juga meningkatkan keterampilan
komunikasi lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka
dengan satu sama lain. “Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan
kesempatan yang tepat bagi guru untuk membahas konsep yang akan
didiskusikan atau dipelajari siswa pada periode berikutnya. Salah satu
variasi dari struktur Think Pair Share ini adalah siswa dapat menuliskan
pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya. Kemudian guru
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat apakah ada
masalah dalam pemahaman mereka.
Dalam Implementasinya secara teknis Howard (2006) mengemukakan
lima langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik Think Pair Share,
sebagai berikut:
12
- Step 1 : Guru memberitahukan sebuah topik dan menyatakan
berapa lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan
mereka.
- Step 2 : Guru akan menetapkan waktu berpikir secara individual.
- Step 3 : Dalam pasangan, pasangan A akan berbagi; pasangan B
akan mendengar.
- Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan A.
- Step 5 : Pasangan berganti peran.
Howard (2006), memberikan stressing terhadap sebuah pilihan yang
dapat diperhatikan pada struktur Think Pair Share ini, yaitu guru dapat
menetapkan respon awal sebelum step 4. Misalnya, terima kasih atas
sharingnya, satu hal saya telah pelajari dengan mendengarkan kamu …,
saya senang mendengarkan kamu sebab….
Pembelajaran kooperatif besar karena otak yang berbeda
memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa
berasal dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki
kekuatan dalam bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk
pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran Think Pair Share, jika siswa
tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak sepenuhnya memahami konsep
ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan menjelaskannya
kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba
untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak
bekerja lebih baik dari pada satu.
Pembelajaran Think Pair Share dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk
respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
13
Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi
dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses
pendidikan jangka panjang. Pembelajaran Think Pair Share juga
mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan
dunia saat ini. Pembelajaran Think Pair Share bisa mengajarkan orang
untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik
perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua
orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat.
2.1.6. Model Pembelajaran Think Pairs Share
Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland
pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning.
Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi
siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa.
Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar
Think Pair Share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi
pelajaran,
Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan
pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas
secara keseluruhan.
14
Dengan teknik belajar mengajar think pair share yang disebutkan
Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar
pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siawa karena
siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab
setiap pertanyaan dan berdiskusi.
2.1.7. Karakteristik Model pembelajaran Think Pairs Share
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair
(berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan
pasangan lain atau seluruh kelas).
1. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk
berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang
diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban
mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban
siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui
jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir
pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini,
guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan
yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali
pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu
berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut
dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah
15
dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki
tugas untuk dikerjakan sendiri.
2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku).
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah
dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan
jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4
atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling
berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga
hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat
tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan
tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan
lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi
efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan
yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-
pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah
sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah
yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini
juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan
koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
16
2.1.8. Kelebihan Metode Pembelajaran Think Pair Share
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
Penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share menuntut
siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau
permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga
diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru
menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
2. Memperbaiki kehadiran.
Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga
dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap
pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa
tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
3. Angka putus sekolah berkurang.
Model pembelajaran Think Pair Share diharapkan dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional.
4. Sikap apatis berkurang.
Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa
malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,
metode pembelajaran Think Pair Share akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
5. Penerimaan terhadap individu lebih besar.
Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di
dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa
17
lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan pembelajaran Think Pair Share hal ini dapat diminimalisir
sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan
oleh guru.
6. Hasil belajar lebih mendalam.
Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa.
Dengan pembelajaran Think Pair Share perkembangan hasil belajar
siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran
Think Pair Share menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim,
sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima
pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya
tidak diterima.
2.1.9. Kelemahan Model Pembelajaran Think Pairs Share
Kelemahan model pembelajaran Think Pairs Share Menurut Lie
(2005:46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri
dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu
dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika
terjadi perselisihan dalam kelompok. Beberapa kelemahan model
pembelajaran Think Pairs Share sebagai berikut :
a. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir
sistematik.
b. Lebih sedikit ide yang masuk.
c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok
yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan
dimonitor.
18
2.1.10. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pairs Share
Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran tipe think pair share
terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu
tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan. Penjelasan dari
setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi
sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.
Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta
menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
b. Tahap Think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan
demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini,
siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan
jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.
Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan
dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.
Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman
sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati
siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya.
Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk
mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
d. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh
kelas)
19
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara
perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan
kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari
hasil pemikiran mereka.
e. Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu
maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada
tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada
tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan
penjelasan terhadap seluruh kelas.
2.2. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar menurut (Drs. Slameto 2010:180) minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakian besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu akativitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadap sesuatu dipengaruhi dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi peneriman minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat
terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal hakiki untuk dapat mempelajari hal
terseut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya.
20
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
mempelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti
menunjukan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupaka suatu alat untuk
mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa
hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,
kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan
konasi (kehendak). Atas dasar tersebut minat dianggap sebagai respon yang sadar
dari diri individu. Yang dimaksud kognisi adalah minat tersebut didahului oleh
pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju, kemudian menimbulkan
emosi (perasaan) tertentu, dan akan menuju pada konasi (kehendak) untuk
mencapainya, seperti adanya keinginan dan kemauan dari diri individu tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah rasa suka
atau ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta
didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut dapat
ditunjukkan melalui partisipasi dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan
pengalaman tersebut.
21
2.2.1. Meningkat Minat Siswa
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada olahraga
balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, pengajar dapat menarik
perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru
saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran
yang sesungguhnya.
Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner dan Tanner (1975)
menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru
pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan imformasi pada
siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang diberikan dengan
bahan pengajaan yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa akan
datang. Rooijakers (1980) berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa. Siswa, misalnya, akan menaruh perhatian pada
pelajaran IPA tentang materi gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa
mendaratnya manusia pertama di bulan.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif
dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai
untuk membujuk seseorang agar melalukan sesuatu yang tidak mau
melalukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan
memberikan insentif akan membangkitka motivasi siswa, dan mungkin minat
terhadap bahan yang akan diajarkan akan muncul.
Studi-studi eksperimental menunjukan bahwa siswa- siswa yang secara teratur
dan sistematis diberikan hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena
perbaikan dalam kualitas pekerjannya, cenderung bekerja lebih baik daripada
22
siswa –siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau
karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerja yang buruk
tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yag terlalu kuat dan sering lebih
menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada
tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam
menggunakan insentif. Insentif apa pun yang dipakai perlu disesuikan dengan
diri siswa masing-masing.
2.2.2. Manfaat Minat Belajar
Sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan memiliki
minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang pelajaran yang
diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta didik berhasil
memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sehingga, tidak sulit
bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau pertanyaan dari peserta didik.
Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus dan meningkatkan prestasi peserta
didik.
Selain itu, Minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam
belajar. Peserta didik akan memiliki konsentrasi yang baik apabila dalam dirinya
terdapat minat untuk mempelajari hal yang ingin mereka ketahui. Konsentrasi
yang terbentuk inilah, yang mempermudah peserta didik memahami materi yang
dipelajari. Seperti yang dijelaskan diatas, minat merupakan pendorong bagi
peserta didik dalam belajar. Dengan minat tersebut, belajar bukan lagi sebagai
beban bagi peserta didik. Belajar menjadi hal yang menggembirakan bahkan
peserta didik dapat belajar dengan perasaan senang karena mengetahui hal-hal
yang baru. Dengan kata lain, memperkecil kebosanan peserta didik terhadap
pelajaran. Hal ini, menunjukkan bahwa minat sangat erat hubungannya dengan
belajar.
23
Persoalannya saat ini adalah minat peserta didik yang berbeda atau bahkan
tidak adanya minat pada diri peserta didik. Minat tersebut ada yang berasal dari
diri peserta didik yang disebut bakat. Tapi, ada kalanya minat tersebut perlu
mendapatkan pengaruh dari lingkungan. Minat dari lingkungan tersebut, karena
adanya pengaruh dari guru yang menggunakan variasi gaya belajar.
Pendidik harus memiliki perhatian khusus terhadap peserta didiknya, sehingga
pendidik dapat mengetahui peserta didik yang memiliki minat dalam belajar dan
peserta didik yang harus dibantu dalam menciptakan minat belajar tersebut. Guru
dapat memperhatikan hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa peserta didik
memiliki minat yang cukup terhadap pelajaran, antara lain ialah:
1. Melalui pekerjaan rumah
Secara sekilas, pendidik dapat menilai minat peserta didik melalui
pekerjaan rumah. Peserta didik yang memiliki minat terhadap pelajaran
tersebut, akan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan kepadanya
dengan baik.
2. Diskusi
Diskusi yang diciptakan dalam ruang kelas dengan teman sebaya,
dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuat minat
tersebut. Jadi, dalam berdiskusi peserta didik tersebut akan antusias dan
berprestasi.
3. Memberi Pertanyaan
Apabila proses belajar mengajar berlangsung dengan aktif, artinya
peserta didik aktif bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi
yang diterangkan oleh pendidik. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta
didik memiliki minat terhadap pelajaran tersebut. Membangkitkan minat
dalam diri peserta didik merupakan kewajiban dari pendidik, orang tua, dan
masyarakat.
24
Sekolah merupakan salah satu badan untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi peserta didik. Di dalam sekolah, pendidik harus
mempunyai strategi-srategi untuk membangkitkan minat peserta didik untuk
belajar. Misalnya, pendidik bercerita tentang hal yang dapat menarik yang
berhubungan denga materi, sehingga menimbulkan minat terhadap pelajaran
tersebut. Selain itu, pendidik dapat memotivasi peserta didik dengan cara
memberikan hadiah bagi peserta didik yang mendapat nilai seratus. Serta
masih banyak hal-hal lain yang dapat dikembangkan oleh pendidik untuk
menumbuhkan keaktifan pserta didik dalam belajar.
Selain sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan serta menantang, diperlukan peran orang tua yang
besar. Pendidik hanya dapat mengawasi dalam lingkungan sekolah. Diluar
sekolah, orang tua perlu menumbuhkan minat belajar anak. Hal tersebut,
salah satunya ialah dengan memenuhi fasilitas belajar anak. Dengan
demikian akan tidak kesulitan dalam belajar sebab semua fasilitas telah
terpenuhi. Pada dasarnya, peran pendidik dan orang tua berpengaruh penting
dalam keberhasilan belajar peserta didik.
Berhasil atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut
dapat berupa faktor dari dalam individu (faktor internal) seperti faktor
kesehatan, bakat dan perhatian, dan faktor dari luar individu (faktor
eksternal) seperti keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik
yang berasal dari peserta didik sendiri.
a. Kesehatan
Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong
untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu
misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat
25
lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar.
Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki
rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa
malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran
tersebut.
b. Bakat dan intelegensi
Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat
terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang
memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan
hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ”
nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.
c. Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus
mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal
tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan
memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang
bagus.
2. Faktor eksternal
Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik
yang berasal luar.
a. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat
belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua dalam
mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus
selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap
materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak.
26
Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, juga perlu diperhatikan
oleh orang tua. Dengan kata lain, oran tua harus terus mengetahui
perkembangan belajar anak pada setiap hari. Suasana rumah juga
harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan ketenangan
perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan
mudah membentuk konsentrasinya terhadapa materi yang dihadapi.
b. Sekolah
Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah
harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik
menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi
anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang
menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses
pembelajaran.
Minat belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan
sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai
ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan
memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang
mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memilki
pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan
rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan
didepan soal-soal tersebut.
c. Masyarakat
Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan
kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat
yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan
karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi,
orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan
sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan
semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
27
2.3. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis dalam kata communis ini
memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara
terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals - in
relationships, group, organizations and societies- respond to and create
messages to adapt to the environment and one another.
Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu
dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya,
The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
28
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
Dan definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan sikap, pendapat, atau prilaku, baik
secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media) yang terjadi di
dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan:
membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan
tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya
menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian
disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan
oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem
syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat
menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka
orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.
Demikianlah ke empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-
ulang.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang
menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk
kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau
tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi
dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak
orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang
dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.
29
2.3.1. Jenis Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi digolongkan dalam dua jenis yaitu : komunikasi
verbal (komunikasi dengan kata-kata) dan komunikasi nonverbal (komunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh). Dalam proses komunikasi yang bersifat
langsung, yaitu terjadi kontak langsung antara pengirim dengan peneriman pesan,
kedua jenis komunikasi tersebut biasanya digunakan secara bersama-sama.
Dalam zaman teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju seperti
sekarang ini, pengertian kontak langsung dapat berarti penggunaan alat
multimedia seperti televisi, video, call, dan video conferensi yang tidak
mensyaratkan kontak langsug fisik.
1. Aspek-Aspek Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Perbedaharan kata (Vocabulary)
Kemampuan mengelola kata dan perbendaharaan kata sangat
dibutuhkan dalam berkomunikasi karena komunikasi tidak akan
efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang baik
dimengerti.
b. Kecepatan (Racing)
Pengaturan kecepatan berbicara yang baik (tidak terlalu cepat
atau lamba) akan menyebabkan komunikasi lebih efektif.
c. Intonasi (Tekanan suara)
Kemampuan memberikan intonasi/tekanan suara yang tepat
secara proporsional pada kata-kata yang dipilih akan
mempengaruhi arti pesan. Pesan akan menjadi berarti lain bila
diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
d. Humor
Kemampuan menyampaikan humor dapat mengurangi
kelelahan menerima pesan dan akan menyebabkan suasana santai
30
sehingga isi pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima
pesan. Humor agar dapat menghilangkan ketegangan dapat
disampaikan ketika penerima pesan sudah terlihat lelah dan
tegang.
e. Singkat dan Jelas
Kemampuan menyampaikan isi pesan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok masalah sehinggaa mudah dimengerti akan
menyebabkan komunikasi efektif.
f. Waktu Yang Tepat ( Timing)
Kemampuan mengelola waktu secara tepat akan membuat
penerima pesan tidak merasa membuang waktunya dalam
mendengarkan pesan dari pengirim pesan sehingga proses
komunikasi akan menjadi menyenagkan.
2. Aspek-Aspek Komunikasi Nonverbal
Aspek-aspek komunikasi nonverbal dan pengaruhnya meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Ekspresi Wajah
Kemampuan mengendalikan ekspresi wajah dapat
menyebabkan komunikasi menjadi efektif atau sebaliknya karena
wajah sendiri merupakan sumber yang kaya akan komunikasi dan
mencerminkan suasana hati emosi pemiliknya.
b. Kontak Mata
Kemampuan untuk melakukan kontak mata dengan menerima
pesan diperlukan agar penerima pesan merasa dihargai dan dapat
dijadikan kedua belah pihak melakuakan observasi terhadap lawan
bicaranya. Kontak mata memberikan pengaruh baik dalam proses
komunikasi itu sendiri.
31
c. Sentuhan
Proses komunikasi akan berjalan lebih baik dengan sesekali
memberikan sentuhan kepada lawan bicara karena dirasakan lebih
bersifat spontan pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti
perhatian yang sungguh-sungguh, dukunagn emosional, kasih
sayang atau simpati dapat diwujudkan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan
Postur tubuh dan cara berjalan harus diperhatikan karena cara
seseorang berjalan, duduk, berdiri, bergerak memperlihatkan
ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksiakn
emosi, konsep, diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound ( Suara)
Berbagai suara yang dikeluarkan dalam proses komunikasi
dapat memberikan pesan yang sangat jelas dan mudah dimengerti.
Suara merupaka salah satu bentuk ungkapan perasaan, pikiran
seseorang yang dapat dijadikan sebagai alat berkomunikasi.
f. Gerak isyarat
Isyarat seperti mengetuk-ngetukan kaki atau menggerakan
tangan selam berbicar, sebagai bagia total dari komunikasi
erupakn ekspres keadaan seseorang. Dengan demikian, berbagai
aspek serta peranan dan pengaruhnya dalam berkomunikasi
merupakan hal penting bila kita ingin proses komunikasi berjalan
dengan baik, efektif, dan mencapai tujuan.
32
2.3.2. Unsur - Unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-
unsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator ( pengirim)
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan
menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam
komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2. Komunikan (penerima)
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator,
kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media. (saluran)
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai
sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya
berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain
sebagainya.
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh
Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan
pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas
penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back)
atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
33
2.3.3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana seorang komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai
dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Pada penjelasan ini,
akan dijelaskan berbagai proses komunikasi melalui model-model komunikasi
itu sendiri, Dalam model komunikasi menurut (David K.Berlo,) diketahui
bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message,
Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback,
Efek, dan Lingkungan.
1. Source (Sumber)
Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam
komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber
biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan
banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu.
Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
2. Message (Pesan),
Pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan
oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif,
edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan
melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau
melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message,
Content, atau Information.
34
3. Channel (Media dan saluran komunikasi).
Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan
Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan
tersebut. Misalnya secara personal (komunikasi interpersonal), maka media
komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media
telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan
komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan
media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV,
Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat
pribadi dan bisa bersifat massa.
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa),
dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan
pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila
terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan.
Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang
setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan
35
dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam
konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding)
adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan
yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of
experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika
bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman
komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila
bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses
komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku
(sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu
mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang
sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar
belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali
karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.
36
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses
komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat
diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.)
dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb).
2.3.4. Fungsi dan Manfaat Komunikasi
Dengan berkomunikasi dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain
karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di
antaranya adalah:
1. Mengungkapkan buah pikiran seseorang, misalnya: pendapat, argumentasi.
2. Membangkitkan minat mendengar dan membaca, misalnya: seorang guru
memberi tugas kepada siswanya, maka siswa mencari dan mengerjakan
tugas tersebut.
3. Alat hubungan kemanusiaan (human relation) yang baik, misalnya :
dengan komunikasi orang dapat menceritakan keinginannya atau
kebutuhannya.
4. Mempelajari sifat-sifat manusia, misalnya : dengan berkomunikasi Anda
dapat mengetahui budaya, adat istiadat, bahasa maupun agama.
5. Memperlancar kerja sama antar manusia dan lingkungannya, misalnya:
dengan komunikasi Anda dapat saling tolong menolong dan sebagainya.
6. Mempermudah memahami berita atau informasi, misalnya : dengan
komunikasi orang mudah mengerti dan mau menerima segala persoalan
yang sedang dihadapi.
37
7. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak
tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
8. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator
atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
9. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan,
dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain
sebagainya.
10. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara
komunikator dan komunikan.
11. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan
dengan finansial, barang dan jasa.
12. Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan
perjuangan bersama.
Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan
efektif, di antaranya adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan
jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam
suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan,
komunitas atau jama’ah.
4. Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia
dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.
38
2.3.5. Kajian Teori Menurut Peneliti
Dari beberapa pendapat ahli diatas mengatakan, maka saya mengaris
kesimpulan dan merangkum inti dari bermacam pendapat.
1. Model pembelajaran Think Pair Share ini adalah merupakan suatu
model pembelajaran dengan hasil gabungan kreatifitas berpikir,
interaksi, kemampuan presentasi siswa dengan objek yang dihadapinya
hingga dapat menemukan cara memahami dan memecahkan masalah
yang dihadapi atau yang diberikan oleh guru.
2. Minat belajar adalah merupakan semangat belajar yang ditimbulkan
oleh keinginan sendiri terhadap sesuatu yang diinginkan, sehingga
mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan
pengalaman.
3. Kemampuan komunikasi menurut saya adalah merupakan proses
kemampuan mengungkapkan buah pikiran seseorang melalui pendapat,
dan argumentasi yang dialaminya secara langsung untuk memperoleh
atau memahami berita dan informasi yang di terimanya.
2.4. Pengertian IPA
Alam Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”.
Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya
pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional
dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat.
Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan
kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra.
Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala
isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui
oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan
39
objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991:
3).
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program
Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Ilmu pengetahuan
alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan
disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences
(ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi,
kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science
meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.
IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan
kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia
yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu
persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains
semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun
dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan "
Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali
dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi
budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer),
ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of
Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of
technology).
40
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-
putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-
gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
2.4.1. Fungsi dan Tujuan IPA
Ilmu Pengetahuan Alam dapat didefinisi sesuai dengan fungsinya. Dua fungsi
IPA sangat penting menurut Benal, yaitu meningkatankan produksi dan
mengubah sikap juga pandangan manusia terhadap alam. IPA dapat dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi karena IPA
menggunakan pendekatan eksperimentasi, dan uji coba sehingga dapat diketahui
faktor-faktor penghambat untuk mencapai tujuan. Sedangkan IPA berfungsi
untuk merubah sikap manusia terhadap alam semesta dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Orang percaya bahwa pelangi adalah selendang bidadari, sedangkan orang
IPA mengerti bahwa pelangi suatu pembiasan cahaya oleh bintik-bintik air
di udara.
b. Orang percaya gerhana bulan terjadi karena di telah raksasa sakti,
sedangkan orang IPA gerhana bulan terjadi karena tertutup bayangan bumi.
c. Orang percaya gunung meletus karena meminta sesaji, menurut orang IPA
gunung meletus karena adanya perbedaan tekanan antara materi yang
menyumbat lubang kepundan dengan gas dan cairan batu yang hendak
dikeluarkan dari dalam gunung.
41
Tujuan dari pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap tuhan YME berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelediki alam sekitr,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci
menjadi empat (4) kelompok yaitu:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
42
Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara
spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan
tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam
bahasannya.
2.5. Penelitian Relevan
Danik Nurjanah. X 4306004. PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Proposal Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus
2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa
dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran
kooperatif think pair share pada materi Virus.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian
adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2010/2011.
Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan
data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan
teknik triangulasi sumber data. Analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif think
pair share dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa di kelas X-3 SMA
Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan minat belajar siswa
dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata
43
berdasarkan lembar observasi minat belajar siswa pra siklus sebesar 50,63%,
siklus 1 sebesar 74,58% dan siklus 2 sebesar 84,17%. Hasil perhitungan angket
pra siklus menunjukkan minat belajar siswa sebesar 63,59%, siklus 1 sebesar
73,65%, dan siklus 2 sebesar 80,54%. Kesimpulannya bahwa penerapan
pembelajaran koperatif Think Pair Share dapat meningkatkan minat belajar
siswa.
KANIYEM. NIM: S810809307. “Penggunaan Model Cooperative Learning
Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Kelas X SMA N 1 Girimarto” (Penelitian Tindakan Kelas Siswa
Kelas X.3 SMA N 1 Girimarto). Pembimbing I: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc
Pembimbing II: Prof. Dr Sri Anitah, M.Pd. Tesis. Surakarta: Program Studi
Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak model cooperative
learning tipe think pair share terhadap minat belajar dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran kimia
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini
dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Girimarto Kabupaten Wonogiri.
Subyek penelitian adalah siswa kelas X.3 SMA N 1 Girimarto. Pelaksanaan
penelitian ini dimulai sejak bulan Juli 2020 sampi dengan Desember 2010.
Teknik pengumpulan data yaitu angket, tes dan dokumentasi. Rancangan
tindakan dilakukan selama 3 (tiga) siklus, siklus I selama 2 minggu, siklus II
selama satu minggu, dan siklus III selama tiga minggu. Model penelitian
tindakan kelas adalah Model Kemis. Teknik analalisis data yang digunakan untuk
menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan adalah analisis deskriptif
kualitatif. Analisis pada penelitian ini meliputi sajian data, analisis data, dan
penarikan kesimpulan.
44
Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa: 1. Penggunaan model cooperative learning tipe Think Pair Share
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat belajar siswa
untuk mempelajari materi pelajaran kimia yang telah diterima selama ini. Hal ini
ditunjukkan dengan kenaikkan rata-rata jawaban angket siswa yang semakin
meningkat pada siklus I 84,69, siklus II 97, siklus III 107,93. Hasil ini
membuktikan bahwa siswa semakin tertarik, dan antusias dengan pembelajaran
kimia yang menggunakan model kooperatif tipe TPS sehingga mereka menjadi
semakin rajin untuk menyelesaikan soal-soal karena merasa mampu. 2.
Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe Think Pair
Share memiliki dampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Siswa
yang lebih mampu dalam suatu kelompok akan mengajari temanya yang kurang
mampu dalam kelompoknya, sehingga penggunaan model cooperatif learning
tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (58,62%),
siklus II (72,41%), siklus III (86,21%).
45
2.6. Kerangka Berpikir
Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai
hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran
menurut kerangka logis. Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah
dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan
telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, atau konsep-konsep yang akan
dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan
antar variabel.
Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama.
2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu
dengan lainnya.
3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari
penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian
kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negative.
4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara
variabel itu ada..
5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas
melihat hubungan antar variable.
Berdasarkan landasan teori dan kajian berbagai penelitian yang telah
diuraikan pada kajian sebelumnya, penulis cenderung berpendapat bahwa
penerapan penelitian ini akan dilaksanakan atau digunakan siswa kelas V SDN
Mangunsari 03 Salatiga. Sebelum memilih siswa dari kelas untuk dijadikan
subjek, ada hal yang perlu dipertimbangkan siswa mana yang harus menjadi
kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Siswa yang akan
dijadikan subjek penelitian baik yang akan dijadikan kelompok eksperimen
46
maupun kelompok kontrol merupakan siswa yang mendapatkan nilai rata-rata
mata pelajaran IPA kelas V yang sama.
Kesamaan nilai juga dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk penilaian,
setelah siswa kedua kelompok ini mendapatkan perlakukan setalah memilih
menggunakan patokan nilai, sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu siswa yang
sebagia subjek penelitian tersebut diberi angket yang disebut Kuisioner Setelah
diberi angket tahap pertama selanjutnya kelompok kelas eksperimen akan
diajarkan dengan model pembelajaran Think Pairs Share pada mata pelajaran
IPA. Sedangkan siswa yang tergolong kelompok kontrol akan diajarkan dengan
model pembelajara pembelajaran yang masih terpaku pada satu arah atau yang
sering disebut konvensional (ceramah).
Setelah mendapatkan perlakuan, kedua kelompok ini kembali lagi
mendapatkan pengujian dengan Angket ( Kuisioner). Setelah selesai memberikan
angket maka hasil dari Kuisioner terakhirlah yang selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui apakah ada pengaruh yang sebabkan oleh model pembelajaran Think
Pairs Share tersebut terhadap minat belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 03
Salatiga.
Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis membuat skema atau alur dari
akan diterapkan nanti di tempat penelitian sebagai berikut :
47
Subjek Penelitian Siswa Kelas IV SDN
Mangunsari 03 Dan SDN Gendongan 02
Kelompok
Kelas
Kontrol
Kelompok
Kelas
Eksperimen
Angket
( kuisioner)
Penerapan Model
Pembelajaran Konvensional
Penerapan Model Pembelajaran
Think Pair Share
Angket
Observasi
Pengaruh yang sebabkan oleh model
pembelajaran Think Pair Share terhadap minat
belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 03
Salatiga.
48
2.7. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis Pertama > 0,05: Ada pengaruh yang signifikan yang ditimbulkan
model pembelajaran Think Pair Share terhadap minat belajar dan kemampuan
komunikasi siswa kelas V SDN Mangunsari 03 pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
b. Hipotesis Kedua < 0,05: Tidak ada pengaruh signifikan yang ditimbulkan
model pembelajaran Think Pairs Share terhadap minat belajar dan
kemampuan komunikasi siswa kelas V SDN Mangunsari 03 pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).