bab ii kajian pustaka 2.1 . kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 . Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini
masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh karena
itu, sekolah ingin mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat
yang akan datang. Pembelajaran ini merupakan suatu proses penyampaian
pengetahuan, yang akan dilaksanakan dengan menuangkan berbagai macam
ilmu pengetahuan kepada siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di sekolah dasar
yang dimaksudkan agar siswa mempunyai banyak pengetahuan, gagasan dan
konsep yang terorganisasi tentang alam di sekitarnya, yang akan diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar merupakan
penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang telah
dipelajari dari fakta-fakta, prinsip-prinsip dan proses penemuan. Pengetahuan
siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah.
Namun materi Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan harus sesuai dengan
usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Materi Ilmu Pengetahuan
Alam yang akan diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkatan
kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam
dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi kelestarian lingkungan alam
sekitar.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori (Abdullah,1998:18).
7
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(Sri Sulistyorini, 2007: 39).
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah. Pada prinsipnya, mempelajari IPA adalah sebagai
cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas
dalam Suyitno, 2002: 7).
2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran diri
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk dapat berperan dan ikut serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
8
6. Meningkatkan kesadaran untuk dapat menghargai lingkungan alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
(Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD,
2007: 13-14).
2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai
Berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair, dan gas.
3. Energi dan perubahannya yaitu meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta yaitu meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
(Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD,
2007: 14).
2.1.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Standar kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal
yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,
diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari
suatu materi yang diajarkan.
9
Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran standar kompetensi
(SK) peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibandingkan
dengan standar kompetensi (SK) peserta didik.
Tabel 1.1
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Semester
II SDN Blotongan 01 Salatiga
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
11. Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat.
11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan.
1.2 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan teknologi.
2.1.2. Model Pembelajaran scramble
Model pembelajaran merupakan strategi yang akan digunakan oleh
guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap belajar siswa, mampu
berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan dalam pencapaian hasil
pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Berbagai macam model
pendekatan dalam pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran
scramble. Scramble merupakan model pembelajaran dengan membagikan
lembar kartu soal dan kartu jawaban yang jawabannya harus disusun sehingga
bisa menjadi sebuah jawaban yang tepat/benar.
Model pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran
Word Square. Word Square dalam arti bahasa terdiri atas dua suku kata
diantaranya Word yang berarti Kata dan Square yang berarti Pencari.
Jadi menurut bahasa arti dari Word Squre adalah pencari kata. Dalam model
pembelajaran, Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan
10
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan
jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang
perbedaanya jawaban sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan
kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Sedangkan
scramble, jawaban sudah dituliskan namun dengan susunan huruf yang acak,
dan siswa diberi tugas untuk menyusun huruf-huruf jawaban tersebut sehingga
menjadi jawaban yang tepat/benar.
Istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam
bahasa indonesia yang berarti perebutan, peperangan, dan perjuangan. Seperti
yang diungkapkan oleh fadmawati (2009) pembelajaran model scramble adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan mencocokan kartu
pertanyaan dengan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal,
sedangkan soeparmo (1998:60) berpendapat bahwa model scramble adalah
salah satu permainan bahasa, yang pada hakikatnya permainan bahasa ialah
merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan
cara menggembirakan.
Scramble merupakan model mengajar dengan membagikan lembar soal
dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan.
Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal
jawaban yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang
merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran
kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-
macam bentuk yakni:
a. Scramble huruf, yakni sebuah permainan menyusun huruf-huruf
yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata
tertentu yang bermakna misalnya :
Alpjera = Pelajar
Ktarsurt = Struktur
11
b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari
kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan
benar. Contohnya :
kota – akan – ke – saya - pergi = saya akan pergi ke kota
c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis
berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya
logis, bermakna. Misalnya:
1. Hasilnya berupa berbagai jenis kertas.
2. Dengan menggunakan mesin diproses menjadi kertas.
3. Kayu dipotong-potong dan dihaluskan.
4. Dibuat bubur kertas dan dicampur dengan perekat dan pemutih.
Melalui pembelajaran model scramble, siswa dapat dilatih berkreasi
menyusun huruf, kalimat, atau wacana yang acak susunannya sehingga dapat
menjadi susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
scramble berbentuk permainan acak huruf, kalimat, atau paragraf.
Pembelajaran model scramble ini adalah sebuah model yang menggunakan
penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok.
Dalam model pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota
kelompok untuk saling membantu teman sekelompok agar dapat berfikir kritis
sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Model permainan ini
diharapkan dapat memacu hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA.
2.1.2.1 Langkah-langkah Pembelajaan Dengan Model Scramble.
Pembelajaran model scramble memiliki kesamaan dengan model
pembelajaran lainnya. Dimana siswa dikelompokan secara acak berdasarkan
kemampuan tinggi, rendah, besar, atau jika memungkinkan anggota kelompok
12
berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Model
pembelajran scramble ini dapat dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian guru mengeluarkan kalimat-
kalimat yang terdapat di dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu
kalimat.
b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak hurufnya
sesuai dengan materi bahan ajar yang telah dibagikan guru sebelumnya dan
membagikan kartu soal tersebut.
c. Siswa di dalam kelompoknya masing-masing, diminta untuk mengerjakan
soal dan mencari kartu jawaban untuk jawaban yang cocok, sebelumnya
huruf-huruf jawaban telah diacak sedemikian rupa.
d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia
dalam waktu yang telah ditentukan guru. Setelah selesai mengerjakan soal,
hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, belum dicantumkan sintaks
pembelajaran kooperatif secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran di
dalam kegiatan belajar mengajar meliputi dari kegiatan awal, inti dan akhir.
Peneliti juga menggunakan langkah-langkah model pembelajran scramble dan
menggabungkannya dengan sintaks pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal
1. Guru membuka pelajaran, dan memeriksa kesiapan peserta didik.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan
dikerjakan dan direncanakan.
B. Kegiatan Inti
4. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok.
13
5. Guru membagikan lembar kerja dan kartu nama benda yang diacak
hurufnya.
6. Siswa di dalam kelompok masing-masing, diminta untuk menyusun
kartu nama benda terlebih dahulu, kemudian mengisi kolom yang
telah tersedia.
7. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa
mengarahkan jika masih terdapat hal-hal yang belum dipahami siswa.
8. Setelah siswa selesai mengerjakan lembar kerja, guru kemudian
meminta perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk maju ke depan dan
mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok.
C. Kegiatan Penutup
9. Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi.
10. Guru mengadakan evaluasi.
2.1.2.2 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Scramble dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Adapun tujuan dari penggunaan model scramble dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam adalah sebagai berikut :
1. Agar siswa dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam
mengerjakan soal.
2. Supaya siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Melatih siswa agar bisa bekerja sama di dalam kelompok.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Scramble
a. Kelebihan Model Scramble
1. Setiap anggota kelompok dapat bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam setiap anggota kelompoknya, dan setiap
anggota kelompok juga harus mengetahui bahwa semua anggota
14
kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok
harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap
anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan
setiap anggota kelompok juga akan diminta pertanggung jawaban
secara individual materi yang ditangani dalam kelompoknya, sehingga
dalam teknik ini setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap
individu dikelompoknya diberi tanggung jawab akan keberhasilan
kelompoknya.
2. Model pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar
sambil bermain. Mereka juga dapat berkreasi sekaligus dapat belajar
dan berfikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya
stres atau merasa tertekan.
3. Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan
tertentu, model pembelajara scramble ini juga dapat memupuk rasa
solidaritas siswa di dalam kelompoknya.
4. Materi yang diberikan melalui salah satu model permainan ini
biasanya mengesankan dan sulit untuk mereka lupakan.
5. Sifat kompetitif di dalam model ini dapat mendorong siswa berlomba-
lomba untuk maju.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Scramble
1. Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajarnya.
2. Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
15
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit
diimplementasikan oleh guru.
4. Model permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal
tersebut jelas akan menggangu kelas yang berdekatan.
2.1.3 Belajar dan Hasil Belajar
2.1.3.1 Belajar
Pengertian belajar dapat ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber.
Meskipun kita melihat terdapat perbedaan-perbedaan di dalam rumusan
pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita
menemukan kesamaan-kesamaannya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
menurut Slameto (2003: 2).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau
dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,
tingkah laku, keterampilan, dan kecakapan yang merupakan aspek-aspek lain
yang ada pada individu yang belajar Sudjana (1989: 5).
Menurut Agus Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses yang
menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar merupakan proses manusia
untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap
belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai akhir hayat Buharuddin
(2007:11).
Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa
tokoh pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan
16
oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya
perubahan perilaku yang ditunjukkan dari hasil belajar itu.
2.1.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2010), Secara global, faktor yang dapat
mempengaruhi belajar siswa bisa kita bedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Faktor eksternal (faktor yang terdapat dari luar diri siswa), yaitu kondisi
lingkungan di sekitar siswa.
b. Faktor internal (faktor yang terdapat dari dalam diri siswa) yaitu keadaan
jasmani dan rohani siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran.
a. Faktor Internal Siswa
Terdapat dua aspek yang ada dari dalam diri siswa yaitu: aspek
fisiologis (aspek yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (aspek
yang bersifat rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
Dimana kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dalam belajar.
2. Aspek Psikologis
a. Inteligensi Siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) yang dimiliki oleh siswa
sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
17
b. Sikap Siswa
Sikap (attitude) siswa yang positif di dalam merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa.
c. Bakat Siswa
Kemampuan individu siswa untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
d. Minat Siswa
Kecenderungan dan kegairahan siswa yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu.
e. Motivasi Siswa
Keadaan internal organisme siswa yang mendorong untuk berbuat
sesuatu.
b. Faktor Eksternal Siswa
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial siswa yaitu di sekolah seperti guru-guru, para
tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakilnya) dan teman-teman
sekelas, orang tua (keluarga) dan masyarakat sekitar juga dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar
siswa, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan oleh siswa.
Faktor-faktor ini juga menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2.1.3.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tindakan, atau suatu pencapaian tujuan dalam
pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 4). Sebagai hasil belajar
18
menurut Slameto (2002: 3) adalah perubahan yang dapat terjadi dari dalam
diri seseorang yang berlangsung secara berkesinambungan, dan tidak statis.
Menurut Nasution (1996) hasil belajar adalah kesempurnaan yang telah
dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan.
Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik perlakuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa
sehingga menjadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah” perubahan
tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.
Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Menurut Dimyati (2002: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya
mengukur hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri.
Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar
adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.
Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah
19
dicapai sebagai tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil
aktivitas belajar) yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan nilai.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan metode scramble antara lain:
1. Mariyana litta (2011) tentang peningkatan kemampuan membaca pemahaman
teks melalui teknik scramble siswa kelas V SDN Bedali 05 Kabupaten Kediri.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik scramble dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks. Siswa semakin aktif
dan tidak takut untuk mengekspresikan ide-ide yang dimilikinya. Selain
menambah pengetahuan, siswa juga bermain sambil belajar, hal ini terlihat
pada waktu siswa melaksanakan kerja kelompok. Selain itu penilaian hasil
juga mengalami peningkatan, ini terbukti dari nilai pratindakan sampai
penilaian proses siklus 1 ketuntasan klasikal adalah 50% dan pada siklus 2
ketuntasan klasikal mencapai 100%. Pada penilaian hasil pratindakan
ketuntasan klasikal mencapai 40%, pada siklus 1 mencapai 50% dan pada
siklus 2 adalah 100%.
2. Febri Belandina Lay (2011) tentang Penerapan model pembelajaran scramble
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA pada mata pelajaran PKN
SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang kota Malang. Hasil penelitian
yang diperoleh adalah sebagai berikut; nilai rata-rata siswa pada siklus I
adalah 69,54%, sebanyak 11 siswa (33,33%) belum tuntas karena masih
berada dibawah kriteria penilaian, sebanyak 22 siswa (66,66%) tuntas karena
sudah mencapai kriteria ketuntasan oleh karena itu perlu diadakan perbaikan
pada siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VA
SDN Madyopuro 4 adalah 74,54%, sebanyak 9 siswa (27,27%) yang belum
tuntas atau belum mencapai kriteria ketuntasan, sedangkan sebanyak 24 siswa
20
(72,72%) yang sudah tuntas karena telah mencapai kriteria ketuntasan.
Dengan melihat pada nilai rata-rata siswa pada tiap siklus maka pada siklus II
nilai siswa mengalami peningkatan. Disimpulkan bahwa model pembelajaran
Scramble ini dapat meningkatkan hasil belajar PKN siswa kelas VA SDN
Madyopuro 4 Kota Malang.
Dari hasil analisis judul yang pernah digunakan penelitian diatas
ternyata model scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi
belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari penelitian di atas, penulis menggunakan model scramble guna
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di dalam penelitian
ini.
2.3 Kerangka Pikir
Prestasi belajar merupakan tolak ukur dari tingkat kecerdasan
seseorang maupun masyarakat. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar seseorang diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan
guru dan keaktifan belajar siswa. Cara belajar siswa juga harus disesuaikan
dengan materi pelajaran dan tujuan pengajarannya. Cara belajar yang baik
dapat memungkinkan siswa untuk dapat memperoleh hasil belajar yang lebih
baik pula. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) inilah yang merupakan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pada
pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.
Ketika akan melakukan kegiatan belajar mengajar, guru juga harus
menggunakan model pembelajaran yang mudah diterima oleh siswa dan dapat
meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa. Selain model belajar yang
dilakukan oleh guru, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
21
adalah efektif dan efisien yang dapat dilihat dari keaktifan, kreatifitas dan
kemandirian siswa.
Guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal
dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Untuk itu peneliti akan
menggunakan model pembelajaran Scramble untuk mengatasi kurangnya
keaktifan belajar siswa. Model pembelajaran Scramble ini digunakan agar
dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam mempelajari mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga siswa akan menjadi lebih aktif
lagi pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berlangsung.
Mengenai penerapan model pembelajaran scramble maka terdapat
suatu pendapat dari penulis, tampak seperti pada bagan 2.1.
22
Bagan 2.1
Skema Kerangka Pikir
Kondisi awal
Guru :
Mengajar dengan
model ceramah
Siswa :
Hasil belajar siswa
rendah
Tindakan
Menerapkan model
pembelajaran
scramble
Siklus I:
Menerapkan model
pembelajaran
scramble dalam
pembelajaran
Siklus II:
Menerapkan model
pembelajaran
scramble dalam
pembelajaran
Kondisi Akhir
Diduga melalui penerapan model scramble dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada mata
pelajaran IPA kelas 4 SDN Blotongan 01 Salatiga.
23
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
tindakan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat diupayakan melalui penggunaan model
pembelajaran scramble pada siswa kelas 4 di SDN Blotongan 01 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.