bab ii kajian pustaka 2.1 kajian...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada
penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Ruang Lingkup IPA, Prinsip – Prinsip Pembelajaran IPA
di SD, Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD, Hasil Belajar dan Model
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).
2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD
Pada bagian ini, akan membahas Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
Ruang Lingkup IPA, Prinsip- Prinsip Pembelajaran IPA di SD, Manfaat dan Tinjauan
Pengajaran IPA di SD.
2.1.1.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta
saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang
terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan
“sikap ilmiah” (scientific attitudes). Sejalan dengan pengertian IPA tersebut, James
B. Conant yang dikutip oleh Amien (dalam Jatmiko, 2004) mendefinisikan IPA
sebagai suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep
yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang
bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut. Merujuk pada pengertian
IPA di atas, maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta,
prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
8
9
eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3)aplikasi:
penerapan metode atau kerja
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: rasa ingin tahu
tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;
sains bersifat open ended.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Sains adalah suatu cara atau
metode untuk dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini
dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui
metode ilmiah. Pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu
mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif.
2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006:485)
meliputi aspek-aspek :
a) Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan,
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas,
c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana,
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD
adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya,
serta bumi dan alam semesta.
10
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas
(dalam Maslichah, 2006:44) adalah “ Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip
menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil
bermain, prinsip hubungan sosial”. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan
sebagai berikut :
a) Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator
sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
b) Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh
karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan,
keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan
pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.
c) Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang
besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
d) Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja
merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan.
e) Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada
usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan
suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan
kekreatifan siswa.
11
f) Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil
jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu
kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan
kerjasama dengan orang lain. Beberapa prinsip pembelajaran IPA di atas yang
paling mendasari di terapkan pada pembelajaran kooperatif adalah prinsip
hubungan sosial yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip lainnya.
2.1.1.4 Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD
Dalam Permen no. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun manfaat mempelajari IPA dikemukakan oleh UNESCO yang dikuti
Asri Budiningsih (2002) sebagai berikut :
12
a) IPA menolong siswa untuk dapat berpikir secara logis terhadap kejadian- kejadian
sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya
b) Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkankualitas hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
c) Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa
memperoleh bekal yang sangat penting
d) Jika IPA diajarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik
pula.
e) Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata
pelajaran lain terutama bahasa dan matematika.
f) Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui IPA
potensi anak akan dikembangkan.
Menurut Awan ( 2009 ) “tujuan pengajaran IPA adalah untuk memahami
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan seharihari, memiliki
ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar,
mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian
dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan berbagai konsep
IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk rasa cinta
terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang
Maha Esa”. Dari pernyataan tersebut dapat diambil simpulan bahwa pengajaran IPA
untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA
dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa
akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA.
2.1.2 Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi
mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu hasil
belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun tidak
13
menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja maupun tidak
disengaja.
Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan
memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang
menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi
siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar.
Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain
yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi
dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan keberhasilan
belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar keberhasilannya dan
sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa
mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah berupa penguasaan materi. Untuk mengetahui seseorang telah berhasil atau
tidak dalam belajar maka harus dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009).
Hamalik (1995: 48) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam
situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Sependapat dengan Hamalik,
Sudjana (2005: 3) mengatakan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
sesuatu yang dapat diperoleh siswa dari proses pembelajaran dimana dapat dilihat
dari nilai hasil dari tes saat pembelajaran dan perubahan perilaku siswa. Dalam
penelitian ini dinyatakan bahwa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis
14
saat penelitian. Hasil belajar dapat diukur dengan ketuntasan siswa mencapai tujuan
pembelajaran dengan indikator yang telah ditentukan.
2.1.3 Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
“Numbered Heads Together(NHT) adalah suatu model pembelajaran yang
lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan
kelas (Nur, 2005:46)”
Menurut Zuhdi (2010:64) NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu
model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Adapun ciri khas Numbered Heads Together adalah guru hanya menunjuk
salah seorang siswa mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru
tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut
(Nur, 2005). Dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan
kepada siswa untuk membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif
terhadap hasil belajar. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun
pemecahan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti diungkapkan oleh Ibrahim,
dkk (2007) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademik penting lainya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan
tugas-tugas akademisnya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer
Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung
15
kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a)
Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.
Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat
serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajan NHT(Numbered Heads Together)
menurut Trianto (2007 : 62):
a) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan delapan orang
dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan
dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
c) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama
untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam
timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing
pertanyaan.
d) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus
menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru
16
dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab
pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk pembelajaran
IPA kelas 4 SD Negeri I Karangtengah adalah sebagai berikut :
a) Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b) Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing
kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan
keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran
kooperatif yaitu :
1) Tetap berada dalam kelas
2) Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan
kepada guru
3) Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling
mengkritik sesama siswa dalam kelompok
c) Langkah 3. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban
17
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
d) Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
e) Langkah 5. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) menurut
Zuhdi (2010:65) adalah: Kelebihan 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai. Kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan fasilitator. Guru
tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus
membimbing jalannya diskusi. Agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai.
Hasil belajar IPA akan meningkat melalui penerapan Model pembelajaran
NHT (Numbered Heads Thogether) karena melalui penerapan model NHT, melatih
siswa bertanggung jawab secara individu dalam berkerja kelompok untuk memahami
materi pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian PTK yang dilakukan oleh Maimunah 2012, mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UKSW, dengan judul ”Upaya Peningkatan Hasil
Belajar IPA Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester II 2011/2012”.
Menunjukan Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar menjadi lebih baik. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa mengalami
18
peningkatan 72,73% (16 dari 22 anak). Nilai rata-rata 62,95 dengan ketuntasan
belajar 40,19% (13 dari 22 anak). Pada siklus II diperoleh nilai rata-tara 72,27 dengan
ketuntasan 83,36% (19 anak dari 22 anak). Kriteria ketuntasan adalah 65. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Simpar Kecamatan
Bandar Kabupaten Batang semester II (dua) tahun pelajaran 2011/2012 telah terbukti.
Penelitian oleh Winarti 2012, mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
UKSW, dengan judul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan kerja kelompok dan
diskusi, siswa dapat berargumentasi/ berpendapat untuk memecahkan soal masalah
dengan pengamatan/ observasi melalui pemanfaatan alat peraga yang sudah tersedia,
sehingga siswa dapat menemukan jawaban melalui pengamatan/ observasi secara
langsung tanpa menggarang atau membayangkan jawaban soal masalah tersebut,
siswa lebih antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan yang
menyenangkan, kerjasama kelompok dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman
dalam mata pelajaran IPA di kelas V di SD Negeri Banyumudal 2 Kecamatan
Sapuran Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 pada materi
pokok “Sifat - Sifat Cahaya”. Sebelum diterapkan metode pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) dari 32 siswa terdapat 22 siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar (KKM=64) dan hanya 10 siswa yang mencapai ketuntasan belajar,
pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan patokan KKM = 65 siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) dari 32 siswa sebanyak 17 siswa
atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87 % belum tuntas. Nilai rata-
ratanya adalah 66,25 sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendahnya adalah
52. Siklus II siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak
32 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 79,75 sedangkan nilai tertinggi adalah
19
100 dan nilai terendahnya adalah 68. Peneliti telah berhasil dalam menerapkan
metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan memberikan
patokan KKM ≥ 65 dan ketuntasan 80% dari jumlah siswa kelas V di SDN
Banyumudal 2 dari hasil nilai evaluasi siklus II didapatkan 100% siswa sudah
memenuhi KKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Suyityo (2011), dengan judul penelitian:
Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA materi Gaya (Penelitian PTK pada Siswa kelas V SD
Barulaksana Kec Lembang). Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Pada siklus
pertama siswa belum terbiasa dengan pola belajar kelompok, sehingga dilakukan
penjelasan kepada siswa untuk mulai bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan
berdiskusi untuk menyelesaikan tugas bersama. Dalam siklus kedua, siswa sudah
mulai terbiasa dengan pola belajar kelompok, siswa terlibat aktif dan bersemangat
pada saat kegiatan demonstrasi. Pada siklus ketiga, siswa sudah mampu memutuskan
jawaban mana yang benar berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok dan siswa
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perolehan nilai rata-rata hasil
tes yang meningkat yaitu nilai rata- rata individu pada siklus I adalah 50.2, sedangkan
nilai rata-rata individu pada siklus II adalah 62 dan pada siklus III adalah 71.3. Dari
perolehan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Cooperative Learning tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V
SDN Barulaksana Kecamatan Lembang.
Penelitian yang dilakukan oleh maimunah dan suyityo berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh winarti, perbedaan dalam penelitian tersebut adalah
penambahan 1 variabel yaitu keaktifan, sedangkan pada penelitian maimunah dan
suyityo hanya terdapat 2 variabel yaitu hasil belajar dan NHT.
Persamaan peneliti yang penulis lakukan dengan penelitian di atas adalah
sama-sama menggunakan 2 variabel yaitu hasil belajar dan model pembelajaran
NHT ( Numbered Heads Together). Sedangkan perbedaannya terletak pada masalah,
tujuan, tindakan, dan subyek penelitian.
20
2.1.5 Kerangka Berpikir
Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas 4 yaitu pembelajaran
terkesan monoton, karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang
menarik. Hal ini berakibat pada aktivitas belajar siswa rendah. Kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi IPA dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA yang rendah. Padahal agar hasil belajar siswa meningkat guru harus mampu
membuat siswa senang pada pelajaran tersebut, menarik perhatian dan antusias siswa
pada saat pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru diharapkan mampu membuat siswa menjadi
tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Model pembelajaran adalah salah satu cara
yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Untuk mencapai proses belajar yang ideal, hendaknya
digunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran NHT memberikan
suasana baru dan cara baru yang menarik khususnya pada mata pelajaran IPA .
Model pembelajaran NHT merupakan pendekatan struktur informal dalam
cooperative learning. Model pembelajaran NHT merupakan struktur sederhana dan
terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran (Numbering), Mengajukan Pertanyaan
(Questioning), Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering) yang
digunakan untuk mereview fakta- fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk
mengatur interaksi para siswa. Dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari dan pengalaman siswa akan memunculkan pembelajaran yang bermakana.
Prinsipnya model ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap
siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan
sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Selain itu
pembagian kelompok juga dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran
21
dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara
bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam
belajar secara kelompok, sehingga akan menimbulkan minat dan motivasi yang tinggi
dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar IPA .Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini:
GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir
Siswa tidak
konsentrasi
Pembelajaran
Konvensional
Penerapan Model NHT
Hasil Belajar ≤ KKM
Hasil Belajar ≥ KKM
Setiap siswa menjadi
siap semua menjawab
pertanyaan
melakukan diskusi
dengan sungguh-
sungguh
Siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang
kurang pandai
Keunggulan Model NHT
22
2.1.6. Hipotesis Tindakan
Sehubungan dengan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
apakah hasil belajar IPA dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran
NHT (Numbered Heads Together), maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
siswa kelas 4 SD Negeri I Karangtengah Kecamatan Poncowarno Kabupaten
Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 secara signifikan minimal 8%.
2. Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri
I Karangtengah Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun
Pelajaran 2013/ 2014 secara signifikan hasil belajar IPA Mengalami ketuntasan
individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 65 dan mengalami ketuntasan klasikal
dengan nilai rata- rata hasil belajar IPA meningkat minimal 8 nilai dari KKM IPA
≥ 65 yang ditentukan dari sekolah atau mengalami ketuntasan belajar IPA klasikal
≥ 80 % dari 26 siswa.