bab ii landasan teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15851/2/t2_942013180_bab ii... ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru
2.1.1 Konsep Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut Mc.Ashan (1981
dalam Majid 2014:22), kompetensi merupakan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang di
peroleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya untuk hal apa dia dapat melakukan dengan
baik perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Memperkuat pendapat tersebut
Depdiknas (2002:1) mendefinisikan rumusan
kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi
dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Kompetensi sebagai penguasan terhadap suatu
tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Mulyasa
2003:38 ). Dengan kata lain kompetensi tidak hanya
mengandung pengetahuan, ketrampilan, dan sikap,
namun yang penting adalah penerapan dari
8
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan
tersebut dalam pekerjaan.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen, “kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Dengan
demikian kompetensi bersifat menyeluruh dan
merupakan satu kesatuan yang utuh yang
menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan,
sikap, dan nilai yang dimiliki seseorang yang terkait
dengan profesi tertentu yang diwujudkan dalam bentuk
tindakan atau kinerja.
Kompetensi seorang guru akan menunjukkan
kualitas guru dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru. Jadi kompetensi guru adalah kecakapan,
kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki oleh
seorang yang bertugas mendidik peserta didik agar
mempunyai kepribadian yang luhur dan ketrampilan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu
kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang
guru.
2.1.2 Kompetensi Profesional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1)
menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi”.
9
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya. Kompetensi
profesional yang dimaksud sebagai berikut: 1)
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung pelajaran yang dimampu. 2)
Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran/bidang pengembangan yang dimampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang
dimampu secara kreatif. 4) Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan TIK
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
2.2 Kinerja Guru
2.2.1 Konsep Kinerja Guru
Guru adalah pendidik yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
yang menyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
10
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Dari berbagai pendapat itu dapat
disimpulkan bahwa guru merupakan pendidik
profesional yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pembelajaran.
Sebagai tenaga profesional guru dituntut fungsi
dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang ditetapkan
pemerintah. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 Pasal 6 mengatakan bahwa:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara
yang demokratis, bertanggung jawab. Oleh karena itu,
profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus
dan proporsional menurut jabatan fungsional guru.
Selain itu, agar fungsi dan tugas guru dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku, sejauh mana
pelaksanaannya maka perlu dilakukan penilaian
kinerja.
Kata kinerja adalah terjemahan dari kata
performance yang didefinisikan sebagai hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati
bersama (Rivai dan Basri, 2005:14). Hal yang senada
dikemukakan oleh Dessler (2000:87) bahwa kinerja
(prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual
11
karyawan dibandingkan dengan prestasi yang
diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang
diharapkan adalah prestasi standar yang disusun
sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan
sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar
yang dibuat. Pendapat tersebut diperkuat lagi oleh
Samsudin (2006:159) memberikan pengertian kinerja
sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai
seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada
dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dipihak lain Payaman Simanjuntak (2005:1)
mengemukakan, kinerja adalah tingkat pencapaian
hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Hal ini sesuai
dengan pengertian kinerja yang dikemukakan oleh
Mulyasa (2004:136) yang mendefinisikan kinerja
sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian
hasil kerja, atau unjuk kerja. Sedangkan Nawawi
(2005:234) memberikan pengertian kinerja sebagai
hasil pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengertian tersebut
memberikan pemahaman bahwa kinerja merupakan
suatu perbuatan atau perilaku seseorang yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh
orang lain.
Bahwa kinerja seorang guru akan efektif bila
memiliki kriteria sebagai berikut: memiliki sikap positif,
mampu membangun iklim kelas yang kondusif,
memiliki harapan yang besar terhadap keberhasilan
siswa, mampu berkomunikasi dengan jelas, dapat
mengelola waktu secara efektif, menggunakan struktur
pembelajaran yang jelas, menggunakan berbagai
12
macam metode pembelajaran yang bervariasi, menggali
dan menggunakan ide-ide siswa, dan menggunakan
berbagai model pertanyaan yang bervariasi. Menurut
Linda Darling (2010:87) inisiatif guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka kinerja
guru dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan
seorang guru secara keseluruhan dalam periode waktu
tertentu yang dapat diukur berdasarkkan pada
penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelolan
pembelajaran, dan komitmen menjalankan tugas.
Kinerja guru adalah kompetensi guru menerapkan
kemampuan dan keterampilannya dalam kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan
yang berhubungan dengan fungsi sekolah. Agar dapat
menunjukkan kinerjanya yang tinggi, guru harus
memiliki penguasaan terhadap materi yang akan
diajarkan dan bagaimana mengajarkannya agar
pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien
disertai komitmen menjalankan tugas-tugas tersebut.
Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan,
pengelolaan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
Sebagai perencana, maka guru harus mampu
mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di
lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai
evaluator maka guru harus mampu melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar siswa (Sanjaya,
2005:13-14). Ini berarti bahwa keberhasilan peserta
13
didik dalam belajar di kelas bergantung pada
kemampuan atau kinerja guru mengelola pembelajaran.
Gurulah orang yang paling memegang peranan penting
terhadap prestasi belajar peserta didik di kelas.
Kemampuan guru dalam merencanakan, dan
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran sangat
diperlukan. Hanya guru berkinerja baik yang akan
mampu mewujudkannya.
2.2.2 Penilaian Kinerja Guru
Guru adalah pendidik profesional yang
mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Masa depan
masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar
ditentukan oleh guru. Agar tugas, fungsi, dan peran
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang berlaku diperlukan penilaian kinerja guru yang
menjamin terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas di semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan
penilaian kinerja guru dilaksanakan untuk
mewujudkan guru yang profesional. Hasil penilaian
kinerja guru digunakan untuk menyusun profil kinerja
guru dalam penyusunan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
Gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan
teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis
kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru
yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk
merencanakan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Guru-guru yang ternyata
mendapat hasil penilaian kurang, kemudian akan
14
diikutsertakan pendidikan atau pelatihan guna
mengembangkan kemampuannya. Selain itu, hasil dari
penilaian kinerja guru diperlukan untuk kenaikan
pangkat dan golongan guru yang bersangkutan. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009:
Penilaian Kinerja Guru adalah penilaian dari tiap-tiap
butir kegiatan utama guru dalam pembinaan karir,
kepangkatan, dan jabatannya. Sistem penilaian kinerja
guru dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan
guru dalam melaksanakan tugasnya melalui
pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan
dalam unjuk kerjanya. Penilaian Kinerja Guru
dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan
tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan
pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang
dijadikan dasar untuk penilaian kinerja adalah
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.
Oleh karena itu, penilaian kinerja guru
penting dilakukan agar diperoleh informasi tentang
kebutuhan guru dalam upaya peningkatan
kompetensi sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Terdapat 14 butir kompetensi yang
dituangkan ke dalam 78 butir indikator kegiatan
untuk dilakukan penilaian. Penilaian terhadap 78
butir indikator kegiatan tersebut dilakukan melalui
kegiatan pemantauan dan pengamatan.
Pemantauan dilakukan untuk menilai kinerja guru
15
melalui pemeriksaan dokumen, wawancara dengan
guru yang dinilai, dan/atau wawancara dengan
warga sekolah. Pengamatan dilakukan untuk
menilai kinerja guru melalui diskusi sebelum
pengamatan, pengamatan selama pelaksanaan
proses pembelajaran, dan diskusi setelah
pengamatan. Hasil penilaian kinerja guru akan
direkap ke dalam format penghitungan angka kredit
PK Guru dan dikonversikan ke dalam skala 0-100
sesuai Permennag PAN & RM No. 16 Tahun 2009
dengan rumus sebagai berikut:
Nilai PKG (100) = Nilai PKG
× 100
Nilai PKG tertinggi
Selanjutnya ditetapkan sebutan dan persentase
angka kreditnya. Untuk perolehan angka kredit satu
tahun dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
(AKK – AKPKB – AKP) x (JM/JWM) x NPK
4
2.2.3 Strategi Peningkatan Kinerja Guru
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani
strategos atau strategus dengan kata jamak strategi
yang berarti cara (Alex MA, 2005:457). Menurut istilah,
strategi merupakan rencana yang dapat dijadikan
pegangan dalam bekerja, berjuang dan berbuat guna
memperoleh kemenangan dalam bersaing (Syaiful
Sagala, 2007:137). Dijelaskan pula oleh Iwan Purwanto
(2007:74), bahwa strategi adalah rencana yang
disatukan, menyeluruh dan terpadu dengan tantangan
lingkungan yang dirancang untuk memasukkan tujuan
utama sekolah dapat dicapai melalui pelaksanaan yang
tepat.
16
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa strategi disusun dan diarahkan untuk
pencapaian tujuan. Dalam hal ini strategi yang
dimaksud adalah strategi tentang peningkatan kinerja
guru. Agar strategi yang digunakan dapat
meningkatkan kinerja guru, dalam pelaksanaannya
melalui kegiatan-kegiatan secara efektif. Kegiatan-
kegiatan efektif tersebut adalah kegiatan yang
berkaitan dengan tugas jabatan guru sebagai agen
pembelajaran. Ini berarti bahwa strategi peningkatan
kinerja guru disusun berdasarkan kompetensi guru
dalam menjalankan tugas profesinya. Salah satu tugas
profesi guru adalah melaksanakan kegiatan penelitian.
Kegiatan penelitian yang dilakukan guru bermanfaat
untuk memperoleh informasi tentang kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya di kelas.
Strategi peningkatan kinerja guru dirancang
untuk menjamin agar tujuan dan sasaran utama
sekolah dapat dicapai melalui langkah-langkah yang
tepat. Salah satu strategi dalam peningkatan kinerja
guru adalah melalui pendampingan Penelitian
Tindakan Kelas yang berhubungan langsung dengan
tugas pokok dan fungsi guru di sekolah, yaitu kegiatan
pembelajaran di kelas yang akan berpengaruh pada
prestasi belajar peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas
merupakan wujud kinerja guru yang dapat digunakan
untuk pencapaian angka kredit tugas jabatan guru
dalam proses penilaian kinerja. Hal ini sesuai dengan
yang tertuang dalam lampiran 1 Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tanggal 10 November
17
2009 yang berisi tentang rincian kegiatan guru dan
angka kreditnya.
Dalam hal Penelitian Tindakan Kelas,
pendampingan praktik penyusunan proposal penelitian
tindakan kelas merupakan langkah awal kegiatan
penelitian yang tepat untuk mengembangkan
kompetensi guru secara profesional.
2.3 Penelitian Tindakan Sekolah sebagai
Program Peningkatan Kinerja Guru
2.3.1 Konsep dan Prinsip Penelitian Tindakan
Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah merupakan upaya
kinerja sistem pendidikan dalam mengembangkan
manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif,
efektif, dan efisien. Penelitian Tindakan Sekolah dapat
diartikan persoalan pendidikan yang dihadapi di
sekolah. Penelitian Tindakan Sekolah harus dilandasi
oleh (1) dirasakan adanya masalah pada sebuah sistem
pendidikan atau manajemen sekolah, (2) prestasi kerja
(achiemnet) sistem pendidikan dan manajemen sekolah
menurun atau tidak optimal sehingga menghambat
peningkatan mutu (Mulyasa, 2012:10).
Selanjutnya Penelitian Tindakan Sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam membangun
manajemen sekolah ke arah sekolah efektif, memberi
layanan prima kepada stakeholder, dan membangun
kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kinerja sistem dalam mewujudkan visi misinya, serta
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
18
demikian Penelitian Tindakan Sekolah akan membantu
meningkatkan produktivitas sekolah.
Penelitian Tindakan Sekolah juga merupakan
suatu cara memperbaiki dan meningkatkan
kepemimpinan pendidikan tingkat sekolah (pengawas
dan kepala sekolah) karena pengawas dan kepala
sekolah merupakan orang yang paling tahu segala
sesuatu yang terjadi di sekolah. Penelitian Tindakan
Sekolah dapat dilakukan secara efektif oleh setiap
pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan
produktivitas sekolah dan kualitas pendidikan pada
umumnya. Produktivitas sekolah bukan semata-mata
ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-
banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja juga
penting diperhatikan. Dalam hal ini, Penelitian
Tindakan Sekolah dalam rangka peningkatan kinerja.
Produktivitas guru adalah kinerja atau performansi
yang diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja
yang ditinjau berdasarkan tingkatannya dengan tolok
ukur masing-masing.
Penelitian tindakan merupakan sebuah tradisi
pendidikan yang bertujuan agar para guru dapat
menginvestasikan kegiatan pembelajaran dan
menyesuaikan diri dengan kondisi kelasnya sehingga
diperoleh suatu perbaikan sistem pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik latar belakang,
proses, bukti, maupun hasilnya (Mulyasa, 2010:39).
Dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah prinsip atau
pedoman yang harus dipenuhi sebagai berikut: PTK
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran alamiah,
adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran, menggunakana analisis SWOT sebagai
dasar bertindak, adanya upaya secara konkrit, dan
19
merencanakan dengan SMART. Dari kelima prinsip
tersebut terdapat satu unsur yang mempunyai
keterkaitan langsung antara peneliti (guru) dengan
subjek yang diteliti atau yang akan dikenai tindakan
(siswa) (Suyadi, 2012:7-10).
2.3.2 Penelitian Tindakan Kelas sebagai Wujud
Kinerja Guru
Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah
guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru
dan mutakhir untuk kepentingan kualitas
pembelajaran di kelas (Daryanto, 2014:2-3).
Dalam rangka peningkatan kinerja dengan
menciptakan perbaikan pembelajaran
berkesinambungan, terdapat anggapan yang kuat
bahwa perbaikan pendidikan dan pembelajaran harus
dimulai dari peningkatan kompetensi guru. Seberapa
banyak peserta didik mengalami kemajuan belajar,
banyak ditentukan oleh kepiawaian guru dalam
pembelajaran. Sejalan dengan itu, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang berpusat pada para praktisi di sekolah
akan menjadi solusi yang menjanjikan bagi
permasalahan standar nasional. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) menawarkan perspektif baru dan segar
dalam memperbaiki kualitas pendidikan dan
pembelajaran, tidak hanya mengembangkan
keprofesionalan guru, tetapi juga mengubah pola hidup
mereka sebagai seorang peneliti atas setiap proses
pembelajaran yang dilakukannya. Upaya perbaikan
apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional
20
dan kompeten. Dengan kata lain, peningkatan kualitas
pendidikan dan pembelajaran harus berpangkal dari
guru dan berujung pada guru pula, dalam kerangka
inilah pentingnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
berpusat pada guru. Melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) diharapkan dapat memperbaiki kompetensi guru
secara berkesinambungan. Perbaikan
berkesinambungan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dapat diwujudkan, dengan berfokus pada
kebutuhan para guru, yaitu penelitian pendidikan yang
dirasionalkan pada para praktisinya. Sejalan dengan
itu, Mulyasa (2010:11) juga menyampaikan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas PTK) merupakan suatu
upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok
peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan
(treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan
tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan
peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru,
dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki
pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas secara
umum dilaksanakan untuk memecahkan
pemasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kelas
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara
efektif. Disamping itu penelitian tindakan kelas dapat
menumbuhkan sikap mandiri dan kritis guru terhadap
situasi dan keadaan di dalam kelas yang diajarnya.
Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan salah satu
upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang
21
dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas
berdampak pada tumbuhnya budaya meneliti pada
guru sehingga wawasan dan pengetahuan yang berasal
dari pengalaman dalam penelitiannya semakin
meningkat
(staff.uny.ac.id/sites/default/.../diana.../penelitian
tindakan-kelas).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyasa (2012),
bahwa PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan untuk memperbaiki
kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta
didik. Penelitian menunjuk pada kegiatan mencermati
suatu obyek, dengan menggunakan cara atau aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam
penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk
peserta didik. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik
dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula.
Disampaikan pula bahwa PTK memiliki
karakteristik yang berawal dari kerisauan kinerja guru,
situasional, praktis, dan secara langsung berkaitan
dengan pembelajaran. Bertujuan memperbaiki,
22
meningkatkan, dan memberikan kerangka kerja yang
teratur terhadap pemecahan masalah pembelajaran.
Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya
perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan
pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap,
pengujian dan pembaharuan dalam pembelajaran.
Kolaboratif dan partisipatif sehingga guru sebagai
peneliti ambil bagian secara langsung dalam
melaksanakan penelitian. Self-evaluatif, yaitu
modifikasi secara kontinyu dievaluasi dalam situasi
yang ada dengan tujuan akhirnya untuk memperbaiki
dan meningkatkan praktik pembelajaran. Fokus
penelitiannya pada pembelajaran sehingga proses dan
pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh guru
atau bersama peserta didik secara desentralisasi dan
diregulasi. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi atas tindakan antara guru sebagai peneliti
dan peserta didik. Penelitian tindakan kelas
mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan,
kebebasan, dan kesempatan partisipatif dengan
melibatkan peserta didik, mengajarkan keadilan,
memberikan kebebasan, mengembangkan potensi
peserta didik. Mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik sebagian maupun menyeluruh.
Langkah-langkah PTK yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan dan kecakapan peserta
didik adalah: (1) mengidentifikasi penampilan yang
paling efektif dalam belajar, (2) menunjukkan
penampilan dengan karakteristik yang sesuai dengan
hipotesis yang telah dibuat, (3) melakukan wawancara
dalam tindakan tertentu, (4) menganalisis hasil
23
wawancara tersebut untuk mengidentifikasi
karakteristik yang membedakan dari penampilan rata-
rata, (5) melanjutkan observasi yang telah dipilih secara
individual, (6) melakukan pengecekan ulang untuk
meyakinkan penampilan dari model pembelajaran yang
dilakukan. Dengan demikian, PTK merupakan bagian
penting dari upaya pengembangan profesionalisme
guru, karena PTK mampu membelajarkan guru untuk
berpikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan
guru untuk menulis, dan membuat catatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa PTK mampu membawa guru
mewujudkan kompetensi profesional dalam
melaksanakan kegiatan penelitian.
2.4 Pendampingan Model Siklus
2.4.1 Konsep Pendampingan
Pendampingan menurut Dirjen Pendidikan Islam
Kementrian Agama Republik Indonesia (2005:6) adalah
proses pemberian bantuan penguatan terhadap
pendidik dan tenaga kependidikan yang sedang dan
akan menjalankan suatu kegiatan. Sedangkan menurut
Kemenakertrans RI (2013:2) pendampingan adalah
interaksi yang intensif antara pendamping dengan
kelompok masyarakat sehingga terjadi proses
perubahan kreatif yang diprakarsai oleh para anggota
kelompok untuk tujuan peningkatan kualitas hidup
dan kemandirian kelompok dampingan.
24
Fungsi pendampingan adalah untuk
memfasilitasi, memotivasi, dan mengawal agar kegiatan
sesuai dengan maksud dan tujuan yang dikehendaki.
Dalam kegiatan pendampingan ditentukan tujuan yang
ingin dicapai dari pendampingan tersebut. Tujuan
pendampingan adalah perubahan yang mengarah
kepada situasi dan kondisi yang lebih baik, diantaranya
yaitu: meningkatkan kapasitas, menciptakan rasa
keadilan, kesejahteraan, dan tercapainya hak-hak
penerima pendampingan.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Pendampingan
Dalam pelaksanaan pendampingan perlu
diperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku pada proses
pendampingan. Prinsip-prinsip pendampingan yang
dirumuskan oleh Kemenakertrans (2013:6) sebagai
berikut: Profesional, yaitu hubungan yang terjadi
antara pemberi pendampingan dan penerima
pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan
profesional dan bukan atas hubungan personal. Sikap
saling percaya, yaitu penerima pendampingan memiliki
sikap percaya pada pemberi pendampingan bahwa
informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah
yang memang dikehendaki. Berdasarkan kebutuhan,
yaitu materi pendampingan merupakan materi yang
teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan
penguatan dan kegiatan penguatan akan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan penerima
pendampingan. Berkelanjutan, yaitu hubungan
profesional yang terjadi antara pemberi dan penerima
pendampingan berkelanjutan setelah pemberi
pendampingan secara fisik sudah tidak lagi berada di
25
lapangan, dilanjutkan melalui email, atau alat lain yang
tersedia.
2.4.3 Strategi Pendampingan
Dalam melaksanakan pendampingan diperlukan
strategi. Menurut Isbandi (2012:167-168), strategi dan
teknik pendampingan yang dapat digunakan sebagai
berikut:
1) Membangun hubungan kemanusiaan, yaitu melalui
inkulturasi dengan melakukan pendekatan dan
membaur dalam aktifitas dan semua kegiatan penerima
pendampingan agar memperoleh informasi yang
diharapkan. Penerima pendampingan tahu apa yang
sebenarnya mereka butuhkan dan tentunya menjadi
lebih baik. Pada pendekatan ini, pemeran utama dalam
suatu perubahan adalah penerima pendampingan itu
sendiri. Dalam tahap ini penerima pendampingan
diberikan kesempatan untuk membuat dan mengambil
keputusan yang berguna bagi mereka sendiri untuk
mencapai tujuan yang mereka inginkan, namun tidak
menyalahi peraturan dan sistem yang ada. Tujuan
pendekatan tersebut untuk memperoleh pengalaman
belajar untuk mengembangkan dirinya melalui
pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh mereka.
2) Memfasilitasi proses, salah satu fungsi paling pokok
dari seorang pengorganisir adalah memfasilitasi
komunitas atau masyarakat yang didampinginya.
Memfasilitasi dalam artian tidak hanya memfasilitasi
proses-proses pelatihan atau pertemuan saja,
melainkan memahami peran-peran yang dijalankan
komunitas atau masyarakat serta memiliki
keterampilan teknis menjalankannya. 3) Merancang
strategi, dengan jalan menganalisis keadaan,
menyamakan persepsi, menilai kekuatan dan
kelemahan, dan mengerahkan tindakan menata
kebersamaan.
26
2.4.4 Model Siklus
Siklus adalah prosedur pada penelitian tindakan
(Mulyasa, 2010:190). Dalam melaksanakan penelitian
tindakan terdapat beberapa model siklus yang dapat
dipilih, yaitu model Kurt Lewin, model Khemmis and
Taggart, dan model John Elliot.
Dalam hal ini, model Khemmis and Taggart
dipilih sebagai model dalam pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah. Penelitian tindakan sekolah yang
dilakukan terdiri dari dua siklus tindakan. Setiap tahap
siklus ditempuh melalui empat kegiatan siklus yang
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan
bahwa pendampingan yang paling tepat diberikan
terhadap guru di SD Negeri Rejowinangun Utara 1 Kota
Magelang adalah pendampingan praktik penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan ini
diberikan karena sesuai dengan fungsi, tujuan, dan
prinsip-prinsip pendampingan praktik penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model siklus.
2.5 Penelitian yang Relevan
2.5.1 Penelitian Amat Jaedun
Amat Jaedun (2011, 7 Nov 2014), menyatakan
bahwa penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan
yang sangat penting bagi seorang guru profesional.
Kegiatan ini tidak saja perlu dilakukan dalam rangka
memperoleh angka kredit untuk kenaikan jabatan,
27
tetapi terlebih lagi perlu dilakukan dalam rangka
peningkatan kualitas pengelolaan kelas, kualitas
layanan kepada peserta didik, dan juga peningkatan
profesionalisme guru itu sendiri. Guru yang profesional
tidak hanya melakukan fungsi terkait dengan
kompetensi pedagogis (khususnya merencana,
melakukan, menilai dan mengadministrasi
pembelajaran), tetapi juga fungsi yang terkait dengan
kompetensi kepribadian, sosial, serta keprofesionalan,
yang antara lain ditandai dengan peningkatan diri
melalui menulis karya ilmiah dan atau melakukan
penelitian ilmiah. Oleh karena itu, setiap guru sudah
semestinya mau, mampu, dan biasa melakukan
kegiatan penulisan karya ilmiah.
Hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa cara
yang paling mudah untuk menulis artikel ilmiah adalah
menulis dari hasil penelitian. Dari sekian jenis
penelitian, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan
jenis penelitian yang paling memungkinkan dan sangat
tepat bagi guru. Pertama, pelaksanaan PTK yang
terencana dan terkendali secara baik, meningkatkan
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran yang
berkualitas. Kedua, penyelesaian masalah kelas atau
pembelajaran memberikan perbaikan pada kualitas
proses pembelajaran. Ketiga, perbaikan peran guru
dalam pembelajaran, meningkatkan kualitas belajar
para siswa, yang pada gilirannya dapat mendongkrak
prestasi atau kualitas hasil belajar siswa, dan
perbaikan hasil belajar siswa, secara akumulatif,
mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan
kualitas pendidikan secara nasional.
28
2.5.2 Penelitian Suharsimi
Suharsimi (2007, 7 Nov 2014) menyampaikan
bahwa berbagai kegiatan pengembangan profesi yang
dilakukan dengan melibatkan para siswanya, dapat
dilakukan oleh guru. Di antaranya, melakukan
penelitian di kelasnya. Ada dua macam penelitian yang
dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu: (a) penelitian
eksperimen dan (b) penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian PTK, lebih diharapkan dilakukan guru dalam
upayanya menulis KTI, karena: (a) KTI tersebut
merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan
para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajarannya (ini tentunya berbeda dengan
KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian
diskriptif, ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya
tidak memberikan dampak langsung pada proses
pembelajaran di kelasnya), (b) Masalah penelitian PTK
diangkat dari permasalahan yang terjadi di kelas dan
paling merisaukan dari kegiatan sehari-hari yang
dirasakan oleh guru, dan (c) Dengan melakukan
kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah
melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan
pengembangan profesionalnya.
Menurutnya, laporan penelitian yang dilakukan
dengan baik dan benar akan dapat penghargaan
berupa angka kredit. Selanjutnya angka kredit tersebut
dapat dipakai untuk melengkapi persyaratan kenaikan
golongan kepangkatannya. Dengan demikian disamping
bermanfaat untuk pengembangan profesi guru juga
dapat memperbaiki proses pembelajaran serta
memperbaiki hasil belajar siswa. Penelitian Tindakan
29
Kelas disarankan karena karya tulis ilmiah yang
dihasilkan akan berupa laporan dari kegiatan nyata
yang telah dilakukan guru dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajarannya, hal itu juga berarti guru telah
melakukan salah satu tugas kegiatan pengembangan
profesi.
2.5.3 Penelitian Sutrisna Wibawa
Sutrisna Wibawa (2012, 7 Nov 2014) berpendapat
bahwa salah satu tugas guru adalah harus selalu
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran dilaksanakan
secara sistematis dan terkendali. Salah satu cara yang
sistematis dan terkendali itu adalah dengan
memanfaatkan penelitian pendidikan. Berbagai metode
penelitian pendidikan dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan pembalajaran. Selama ini
kita mengenal penelitian dengan metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Di samping dua metode tersebut,
dewasa ini dikenalkan suatu metode penelitian untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran yang
berbasis evaluasi diri, yaitu metode penelitian tindakan
kelas. Metode ini dilandasi oleh realita bahwa
pendekatan ilmiah terdahulu belum mampu
menyelesaikan masalah menjadi sebuah inkuiri sosial,
kemudian muncul suatu kebutuhan yang lebih
memfokuskan pada masalah praktik, bukan pada
masalah teori. Selanjutnya, muncul keinginan untuk
mewujudkan kolaborasi untuk mengembangkan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
Maka, berkembanglah suatu metode penelitian yang
kemudian diberi nama Action Research, yang di
30
Indonesia kemudian berkembang menjadi metode
Penelitian Tindakan Kelas.
2.5.4 Penelitian Richard Donato
Richard Donato (2003) dari University of
Pittsburgh berpendapat “Action research is any
systematic inquiry conducted by teacher researchers to
gather information about the ways that their particular
school operates, how they teach, and how well their
students learn. The information is gathered with the
goals of gaining insight, developing reflective practice,
effecting positive changes in the school environment and
on educational practices in general, and im.
Bahwa penelitian tindakan adalah penyelidikan
sistematis yang dilakukan peneliti (guru) untuk
mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah
beroperasi, bagaimana mereka mengajar, dan seberapa
baik siswa belajar. Informasi ini dikumpulkan dengan
tujuan memperoleh wawasan, mengembangkan praktik
reflektif, memengaruhi perubahan positif dalam
lingkungan sekolah dan praktik pendidikan pada
umumnya, dan meningkatkan hasil siswa.
Dikatakan juga “An action research project seeks
to create knowledge, propose and implement change, and
improve practice and performance. The fundamental
components of action research include the following: (1)
developing a plan for improvement, (2) implementing the
plan, (3) observing and documenting the effects of the
plan, and (4) reflecting on the effects of the plan for
further planning and informed action.”
Sebuah proyek penelitian tindakan berusaha untuk
menciptakan pengetahuan, mengusulkan dan
31
melaksanakan perubahan, dan meningkatkan praktik
dan kinerja. Komponen dasar penelitian tindakan
adalah sebagai berikut: (1) mengembangkan rencana
untuk perbaikan, (2) melaksanakan rencana, (3)
mengamati dan mendokumentasikan efek dari rencana,
dan (4) merefleksikan dampak dari rencana untuk
perencanaan lebih lanjut dan tindakan informasi.
Pengetahuan baru yang diperoleh menghasilkan
perubahan dalam praktik. Penelitian tindakan sering
dilakukan untuk menemukan sebuah rencana untuk
inovasi atau intervensi dan kolaboratif.
Dorongan untuk perubahan dalam praktik dan
kurikulum didasarkan pada informasi yang
dikumpulkan secara sistematis dan disintesis. Para
guru bekerja sama untuk menciptakan pengetahuan
dan mengambil posisi kepemimpinan dalam
melaksanakan program. Guru berperan dalam
pembelajaran dan diperkaya dengan peluang
kepemimpinan merupakan dampak program dan
praktik profesional mereka. Ini berarti bahwa program
dan praktik profesional berupa kegiatan penelitian
sangat penting untuk difasilitasi dalam wadah profesi.
Wadah profesi yang dapat dijadikan sebagai wahana
praktik profesional guru antara lain kerja kelompok
guru baik di tingkat sekolah, gugus, maupun tingkat
kecamatan. Dengan demikian guru memiliki
kesempatan mengembangkan kompetensinya secara
berkelanjutan agar tercipta inovasi pembelajaran.
Inovasi pembelajaran menghasilkan pengetahuan baru
dan perubahan yang mengarah pada pemenuhan
tuntutan perubahan lingkungan yang sangat pesat.
32
2.5.5 Penelitian Miguel Baptista Nunes & Maggie
McPherson
Menurut mereka dalam penelitian tindakan
seharusnya orang-orang yang ditetapkan sebagai
"subjek" harus berpartisipasi secara langsung dalam
proses penelitian dan bahwa proses tersebut harus
diterapkan dengan cara yang menguntungkan semua
peserta. Oleh karena itu, tindakan penelitian lebih dari
penelitian interpretatif tradisional dalam arti bahwa
peneliti secara langsung terlibat dalam pengaturan
penelitian dan pengalaman itu sendiri. Lebih khusus,
model yang diusulkan mengacu pada kerangka spiral,
dimulai dengan proses identifikasi area masalah-
sebuah prestep sering didasarkan pada pengalaman
sebelumnya di bidang peneliti. Siklus yang sebenarnya
terdiri dari Diagnosis (pengumpulan data, analisis dan
representasi), Rencana Aksi, Aksi Mengambil, dan Aksi
Evaluasi.
Berkaitan dengan penelitian terdahulu maka
dapat disimpulkan bahwa guru profesional harus
melakukan inovasi pembelajaran melalui kegiatan
penelitian pendidikan. Penelitian yang paling tepat
dilakukan guru adalah PTK. Kegiatan penelitian dapat
dilakukan dengan berkolaborasi bersama rekan
sejawatnya satu sekolah. Guru sebagai peneliti terlibat
langsung dalam pengaturan penelitian melalui tindakan
siklus.
33
2.6 Kerangka Pikir
Guru profesional adalah guru yang mampu
menunjukkan kinerja sesuai tugas dan tanggung
jawabnya secara mendalam. Untuk mendukung hal
tersebut, guru harus selalu melakukan penelitian agar
memperoleh informasi tentang kegiatan
pembelajarannya. Kegiatan penelitian yang langsung
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab guru
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Namun, guru-guru di
SD Negeri Rejowinangun Utara 1 Kota Magelang belum
melaksanakan PTK dengan alasan guru tidak
memahami prosedur penelitian.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
dilakukan kegiatan pendampingan dengan model siklus
dan teknik andragogi melalui kegiatan praktik
Kompetensi Guru
(Profesionalitas)
PTK belum dilakukan
(Judul dan Proposal)
PENDAMPINGAN (Model Siklus/Teknik Andragogi)
Tindakan Siklus 1 - Pendampingan penyusunan
judul PTK
Refleksi
- Judul sudah efektif
- Penyusunan proposal PTK
Hasil
- Pemahaman PTK - Judul Proposal PTK
. Tindakan Siklus 2
- Pendampingan proposal PTK
HASIL
- Proposal PTK
34
penyusunan proposal PTK. Tindakan siklus 1
diharapkan guru memahami tentang PTK dan mampu
menetapkan judul penelitian yang efektif. Berdasarkan
hasil tindakan siklus 1 dilakukan refleksi untuk
menetapkan program tindak lanjut tindakan siklus 2
dan diharapkan guru mampu menyusun proposal PTK.
Selanjutnya dilakukan refleksi pada dokumen proposal
PTK yang disusun guru untuk pengambilan keputusan
bahwa PTK penting dilakukan agar dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, kinerja
guru lebih profesional, dan digunakan sebagai bahan
Penilaian Kinerja Guru (PKG).
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian tersebut,
maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa
Pendampingan praktik penyusunan proposal dengan
model siklus, teknik andragogi, dan metode kolaborasi
mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun proposal PTK. Kemampuan menyusun
proposal PTK tersebut dapat dilihat pada kemampuan
menyusun judul, pendahuluan, landasan teori, dan
prosedur penelitian.