bab ii kajian pustaka 2.1....15 bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1.strategi bersaing...
TRANSCRIPT
-
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1.Strategi Bersaing
2.1.1.1. Pengertian Strategi
Untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi
pasti memiliki cara atau teknik tertentu. Teknik yang
digunakan sebisa mungkin tidak dimiliki oleh
organisasi yang lain sehingga orang akan mudah
mengenal organisasi tersebut dari ciri khusus yang
dimilikinya, maka perlu perencanaan yang matang
baik untuk jangka waktu panjang maupun untuk
kurun waktu yang pendek. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rangkuti (2006: 3), Johnson dan Scholes
(2013) yang menjelaskan Strategi ialah arah dan
ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga
dalam jangka panjang, yang mencapai keuntungan
melalui konfigurasi demi memenuhi kebutuhan pasar
dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan
(stakeholder). Jadi untuk memenehui kebutuhan
pasar dan harapan pihak yang berkepentingan
diperlukan sekumpulan keputusan & tindakan
manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang
perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi
strategi, implementasi, evaluasi dan pengendalian).
-
16
Dengan mengetahui kebutuhan lingkungan, maka
organisasi dapat merencanakan strategi untuk
pelaksanaan kegiatan, perencanaan untuk
mengetahui keberhasilan dan bagaimana cara
pengendalian kegiatan agar tujuan dapat tercapai.
Konsep yang senada menjelaskan strategi
merupakan suatu cara dari sebuah lembaga atau
organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan
peluang dan ancaman lingkungan eksternal serta
kemampuan internal dan sumber daya (Halim , 2001).
Dari pendapat tersebut mengandung makna agar
organisasi dapat mencapai tujuan maka organisasi
tersebut harus tahu kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman. Karena dengan mengetahui
pemasalahan tersebut organisasi akan dapat
merencanakan strategi yang tepat yang diyakini
sebagai alat yang ampuh untuk mencapai tujuan.
Pendapat di atas dipertegas oleh (Siagian,
Morrisey, Ali Bakir dan Milan Todorovic, 2010: 1042)
yang mengatakan bahwa strategi merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar
yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan
di seluruh jajaran dalam suatu organisasi demi
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Jadi seorang
pimpinan hendaknya mampu mengambil keputusan
untuk menentukan arah yang harus dituju oleh
-
17
perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya
serta merupakan tindakan-tindakan yang berguna
untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek serta
meningkatkan kesejahteraan perusahaan
Definisi yang agak berbeda disampaikan Porter
(2007:15) menyatakan bahwa strategi adalah alat
yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
bersaing”. Porter mendefinisikan 3 jenis strategi
generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership),
Pembedaan Produk (Differentiation), dan Fokus.
Pendapat Porter ini mengandung maksud agar suatu
perusahaan dapat bertahan dan lebih kuat dibanding
pesaingnya, perusahaan hendaknya dapat menekan
biaya serendah mungkin dengan produk yang berbeda
dari pesaing namun dengan mutu yang baik, selain itu
perusahaan harus membatasai apa produknya
sehingga tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa Strategi itu merupakan alat atau
cara dan arah yang digunakan oleh suatu organisasi
atau lembaga sesuai dengan peluang dan ancaman
yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang menjadi
misi organisasinya, sebab dengan strategi yang pas
dan tepat maka suatu lembaga atau orgaisasi tersebut
dapat menentukan langkah langkah apa yang harus
-
18
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan demikian agar lembaga pendidikan termasuk
SD Negeri Jombor dapat mencapai tujuan sesuai
dengan keinginan pengguna maka sekolah harus
menentukan cara, arah yang tepat agar pelanggan
jasa pendidikan mersa puas dan senang sehingga
dapat meningkatkan jumlah peserta didik.
Strategi sangat diperlukan untuk menentukan
arah, dan tujuan yang jelas. Dengan strategi yang
jelas, dan tidak mudah ditiru oleh lembaga yang lain,
maka lebih baik jika lembaga tersebut memiliki ciri
khusus yang menjadi pembeda, sehingga orang akan
mudah mengenal karena cirinya tersebut. Dengan
strategi yang jelas suatu organisasi dapat mengetahui
arah yang jelas kemana akan dibawa..
2.1.1.2. Pengertian Strategi Bersaing
Strategi bersaing adalah langkah-langkah
strategis yang terencana maupun tidak terencana
untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga
dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat
posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan
persaingan (Hariadi: 2005,99). Jadi agar suatu
perusahaan dapat mempertahankan posisinya dalam
persaingan, perusahaan harus memilki keunggulan
-
19
yang menarik konsumen untuk setia menjadi
pelanggan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Porter (2008)
strategi bersaing merupakan upaya yang dilakukan
oleh suatu organisasi untuk menghadapi persaingan
dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik
guna memenuhi keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sehingga mereka akan menaruh
kepercayaan terhadap organisasi tersebut. Pendapat
ini diperkuat Kotler (2001:312) yang mengatakan
strategi bersaing adalah strategi yang secara kuat
menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan yang
memberi perusahaan keunggulan bersaing yang
sekuat mungkin. Pendapat tersebut mengandung
substansi bahwa bila suatu perusahaan, organisasi
atau Lembaga bisnis ingin kuat maka harus
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
pesaing.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
mengapa strategi bersaing itu diperlukan oleh suatu
perusahaan /lembaga? Strategi bersaing sangat
diperlukan oleh perusahaan, karena agar dapat
memenangkan persaingan dan mempertahankan
eksistensinya di tengah tekanan pesaing, maka
perusahaan tersebut harus memiliki langkah-langkah
tertentu yang merupakan keunggulan bersaing,
-
20
dimana perusahaan tersebut dapat memberikan ciri
khusus sebagai pembeda dari perusahaan pesaing.
Demikian juga dalam dunia pendidikan jika
suatu lembaga pendidikan ingin memenangkan
persaingan maka lembaga pendidikan tersebut harus
memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan yang dapat
memberikan kepuasan pelanggan. Itulah mengapa
Strategi Bersaing diperlukan oleh suatu perusahaan
atau lebaga pendidikan.
2.1.2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi
dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan
produk dan jasa, pelanggan puas apabila setelah
membeli produk dan menggunakan produk tersebut,
ternyata kualitas produknya baik, (Irawan, 2008: 3)
Kemudian dijelaskan kembali kepuasan pelanggan
ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance
produk atau jasa dalam memenuhi harapan
pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapanya
terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan
pelanggan terlampaui. Apabila pelanggan merasa
puas karena kualitas produknya sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka akan mengabarkan berita
tersebut kepada orang lain, akhirnya orang lain pun
akan ikut percaya kepada perusahaan tersebut.
-
21
Menurut Irawan ada lima faktor utama yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu kualitas
produk, harga, service quality, emotional factor, biaya
dan kemudahan. Pendapat tersebut mengandung
substansi jika perusahaan termasuk Lembaga
Pendidikan ingin pelanggan atau pengguna jasa
pendidikan merasa puas dan menaruh kepercayaan
maka sekolah harus berusaha memenuhi keinginan/
harapannya baik pelayanan yang diberikan, sikap/
tanggapan dari sekolah, maupun out put yang
dihasilkan. Sehingga akan sama-sama
menguntungkan baik pengguna jasa Pendidikan
maupun Lembaga Pendidikan itu sendiri. Jadi
kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai
respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara
tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual
yang dirasakannya setelah pemakaian.
Sejalan dengan pendapat tersebut dijelaskan
Kotler dan Keller dalam Sunyoto (2013: 35)
mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan.
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa jika
pelanggan merasa puas terhadap produk/out put
yang dihasilkan perusahaan/Lembaga Pendidikan
-
22
maka mereka akan merasa puasa dan akan menaruh
kepercayaan terhadap sekolah, namun jika mereka
tidak puas terhadap produk yang dihasilkan maka
mereka akan kecewa. Apabila pelanggan merasa
kecewa maka akan menjadi ancaman bagi
perusahaan/lembaga pendidikan, karena mereka
akan membawa pengaruh buruk terhadap pelanggan
yang lain yang akan berakibat menurunnya animo
pelanggan terhadap perusahaan/lembaga
pendidikan.
2.1.3. Manajemen Kurikulum
Menurut Rusman (2012: 3) Manajeman
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik
dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Yang dikembangkan
sesuai dengan konteks MBS. Keterlibatan masyarakat
dalam menajemen kurikulum di maksudkan agar
dapat memahami, membantu, dan mengontrol
implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif
juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan
pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan
-
23
serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik
kepada masyarakat maupun pada pemerintah.
Jadi manajemen kurikulum merupakan suatu
sistem kurikulum yang berorientasi pada
produktivitas peserta didik, kurikulum dibuat
bagaimana peserta didik dapat mencapai tujuan
dengan pemberdayaan dan pendayagunaan manusia,
materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat
mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam
berbagai kehidupan yang dipelajarinya, juga
merupakan upaya untuk mengurus, mengatur, dan
mengelola perangkat mata pelajaran yang akan
diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kebebasan
sekolah mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah dipertegas
dengan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum yang berbunyi
Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi
dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian
program pendidikan pada satuan pendidikan
dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di
daerah serta peserta didik; Kurikulum dikembangkan
dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan
sehingga sekolah berhak untuk mengembangkan
-
24
kurikulum sekolahnya sesuai kebutuhan dan sesuai
dengan keinginan masyarakat pengguna pendidikan
di mana sekolah berada.
Manajemen kurikulum merupakan salah satu
aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping
itu, kurikulum merupakan suatu sistem program
pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional
pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum
memegang peranan penting dalam mewujudkan
sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk
menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan
upaya pemberdayaan bidang manajemen atau
pengelolaan kurikulum.
a) Tujuan Pengembangan Manajemen Kurikulum
Permendikbud No.81a Tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum memberikan kebebasan
pada sekolah untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
sekolah, sehingga dengan dikembangkannya
manajemen kurikulum memungkinkan adanya
penyesuaiain program Pendidikan pada satuan
Pendidikan dengan kondisi dan ke khasan potensi
yang ada di sekolah. Adapun tujuannya adalah:
1) Menjawab atau antisipasi yang merupakan
kemajuan ilmu tekhnologi.
-
25
2) Kurikulum haruslah bersifat dinamis. Yang
dimaksud dinamis yaitu senantiasa berubah
menyesuaikan keadaan supaya dapat
memantapkan belajar dan hasil belajar.
Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan
sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak
sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan
sebuah problem, karena itu haruslah dirubah
dan dikembangkan kurikulum tersebut.
3) Memenuhi kebutuhan yang ada dalam
masyarakat dan untuk meningkatkan kemajuan
masyarakat.
4) Dengan dikembangkannya suatu kruikulum maka
pendidikan yang ada di masyaraka baik
pendidikan formal maupun non formal akan
mengalami peningkatan, dengan adanya
peningkatan tersebut maka masyarakat akan
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
pula baik pengetahuan maupun pola
kehidupannya dan apabila pemenuhan tersebut
telah terpenuhi maka masyarakat akan
mengalami kemajuan.
5) Memenuhi kebutuhan peserta didik.
6) Perubahan cara pandang kurikulum, dari
kurikulum sebagai alat menjadi kurikulum
-
26
sebagai tujuan akhir yang akan dicapai. Karena
hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar
bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan
kegiatan pembelajaran.
7) Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam
megembangkan bakat dan minatnya maka
diperlukan tenaga pendidik atau guru - guru yang
berkualitas sesuai dengan kompetensinya.
b) Langkah-langkah Pengembangan Manajemen
Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi empat
langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective), menyeleksi pengalaman-
pengalaman belajar (selection of learning experiences),
mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan
mengevaluasi (evaluating).
1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional
objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus
diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah
memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of
student), masyarakat (source of society), dan
konten (source of content). Tahap kedua adalah
merumuskan tentative general objective atau
-
27
standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan
landasan sosiologi, kemudian discreen melalui dua
landasan lain dalam pengembangan kurikulum
yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of
learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan
precise education atau kompetensi dasar (KD).
2) Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-
Pengalaman Belajar (selection of learning
experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-
pengalaman belajar dalam pengembangan
kurikulum harus memahami definisi pengalaman
belajar dan landasan psikologi belajar (psychology
of learning). Pengalaman belajar merupakan
bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh
siswa yang dirancang oleh guru untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
Pengalaman belajar yang harus dialami siswa
sebagai learning activity menggambarkan interaksi
siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung
melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan
adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang
dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga
memperhatikan psikologi belajar.
-
28
3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar
(organization of learning experiences).
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan
untuk memudahkan anak didik untuk belajar.
Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas
dari beberapa hal penting yang mendukung,
yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang
pendidikan, perkembangan anak didik, dan
kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian
kurikulum bertalian erat dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu
kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari,
kapan waktu yang tepat untuk mempelajari,
keseimbangan bahan pelajaran, dan
keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan
yang akan disampaikan.
4) Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan
kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah
proses yang berkelanjutan di mana data yang
terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama
adalah sangat esensial dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses
membuat keputusan , sedangkan riset sebagai
-
29
proses pengumpulan data sebagai dasar
pengambilan keputusan.
c) Kurikulum Berbasis Kearifan Religi
Pada saat ini kearifan religi menjadi kecenderu-
ngan umum masyarakat Indonesia yang khawatir
dengan perkembangan zaman yang semakin
mendunia sehingga nilai karakter anak mulai
merosot. Untuk itu lembaga pendidikan berusaha
membangkitkan nilai-nilai religi untuk menjadi
benteng generasi bangsa agar tidak mudah
terpengaruh dengan perbuatan yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai keagamaan. Selama ini sekolah
selalu terbebani untuk mengejar peningkatan mutu
akademik, sehingga melupakan nilai-nilai karakter
bangsa ini. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk
menggali lebih banyak kearifan-kearifan religi sebagai
alat atau cara untuk mendorong generasi bangsa
khususnya para siswa untuk mengenyam pendidikan
yang berkarakter. Nilai –nilai karakter itu terkandung
dalam norma-norma keagamaan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Religi
berarti kepercayaan terhadap Tuhan, sedangkan
kearifan adalah kebijaksanaan. menurut Gusdur:
(2015:150) mengatakan kearifan religi dalam
pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan harus
mempu membangun basis dan fondasi, basis adalah
-
30
kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi dan
nilai-nilai dalam ajaran agama. Kearifan lokal itu
disebut dengan Pribumisasi Islam dimana ajaran
Islam dan tradisi local dijadikan sebagai landasan
moral dalam nyata kehidupan, oleh Karena itu
penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui
pendidikan kearifan local yang didalamnya
mengandung tradisi dan ajaran agama Islam yang
harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan. Dari
pendapat tersebut jelas bahwa agar tujuan pendidikan
dapat diterima oleh lingkungan masyarakat yang
mayoritas beragama Islam maka lembaga pedidikan
harus menghasilkan out put yang berpribadi Islami.
Menurut PP Nomor 55 Tahun 2007 pasal 24 ayat
1 menyebutkan Tujuan Pendidikan Al Quran adalah
meningkatkan kemampuan peserta didik membaca,
menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan
Al Quran, lalu pada Kurikulum Pendidikan Agama
Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan
Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008
tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah terdiri dari 6 BAB Standar Kompetensi
Lulusan. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri dari
1)Al-Qur’an-Hadis (memahami, menghafal, menulis
-
31
dan memahami surat-surat pendek dalam al-Qur’an:
al-Fatihah, al-Naas, sampai dengan al-Duha’ dan
menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-
hadis pilihan tentang akhlak dan amal salih);
2)Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman
mulai dari iman kepada Allah sampai dengan iman
kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan
mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah,
pengenalan, pemahaman sederhana, dan
penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma
alhusna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak
terpuji dan ada Islami serta menjauhi akhlak tercela
dalam perilaku sehari-hari; 3)Fikih (mengenal dan
melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan
ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara
pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat sampai
dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta ketentuan
makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara
pelaksanaan jual beli dalam pinjam meminjam), 4)
Sejarah Kebudaya-an Islam (mengenal,
mengidentifikasi, meneladani dan mengambil ibrah
dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW,
Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh
agama Islam di daerah masing-masing, dan 5) Bahasa
Arab (a) menyimak: memahami wacana lisan dalam
bentuk paparan dan dialog tentang perkenanan dan
-
32
hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun
madrasah; (b) berbicara: mengungkapkan makna
secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog
tentang perkenanalan dan hal-hal yang ada di
lingkungan rumah maupun madrasah; (c)
membaca:membaca dan memahami makna wacana
tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang
perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah
maupun madrasah; dan (d) menulis: menuliskan kata,
ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana
dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
2.1.4. Peserta Didik
Peserta didik atau murid diartikan sebagai orang
yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan
kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar
bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar
sungguh-sungguh (Ali, 2008). Agar orang tersebut
dapat mengalami perubahan yang dikehendaki, maka
Lembaga Pendidikan harus memberikan layanan yang
sesuai dengan harapan mereka, baik fisik maupun
non fisiknya.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan nasional, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan
-
33
pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pasal tersebut mengandung amanat bahwa
pemerintah harus menyediakan dan memfasilitasi
lembaga Pendidikan sesuai jalur dan jenjangnya agar
anggota masyarakat dapat mengembangkan dirinya
sesuai dengan kemampuan,bakat, dan minatnya.
Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar
sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan
Arikunto (1986:12), substansi dari pendapat itu
siapun itu yang terdaftar pada dokumen sekolah
maka dia mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk dibimbing, diperhatikan, dan dilayani dengan
fasilitas yang ada tanpa adanya diskriminasi.
Berdasarkan defenisi-defenisi yang diungkap-
kan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa peserta didik adalah orang yang memiliki
potensi dasar, baik secara fisik maupun psikis yang
memerlukan bantuan orang lain melalui proses
pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan
tertentu. Bantuan yang diberikan tentunya sesuai
dengan perkembangan, bakat dan minatnya seuai
dengan program yang dilaksankan oleh suatu
Lembaga Pendidikan tersebut.
-
34
2.2. Model Pengembangan
Model pengembangan diartikan sebagai proses
desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi
dari model yang telah ada sebelumnya, melalui
penambahan komponen pembelajaran yang dianggap
dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan
(Sugiarta, 2007:11). Pengembangan model dapat
diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa
suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada
situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap
maupun keadaan yang lebih baik. Ada beberapa
model pengembangan seperti Four-D, ADDIE, Asure,
dll. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model ADDIE. ADDIE merupakan singkatan dari
Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery and Evaluations. Model
ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada 1996
untuk merancang sistem pembelajaran.
Tahap I: Analysis
Tahap analisis merupakan suatu proses
mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta
didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan),
dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh
karena itu, output yang akan dihasilkan adalah
-
35
berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar,
identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan
analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Lembaga Pendidikan itu dapat mengetahui
kebutuhannya melalui analisis SWOT.
Tahap-II: Design
Yang kita lakukan dalam tahap desain ini,
pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang
SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic).
Selanjutnya menyusun materi, dimana materi
tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan
strategi pembelajaran media dan metode yang tepat
untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu,
dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung
lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan
belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.
Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama
blue-print yang jelas dan rinci. Langkah ini
merupakan gambaran produk yang akan dilaksankan.
Tahap-III: Development (pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-
print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya,
jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut
-
36
harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam
tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang
merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE.
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat,
membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata
lain mencakup kegiatan memilih, menentukan
metode, media serta strategi pembelajaran yang
sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi
atau substansi program. Dalam melakukan langkah
pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu
dicapai. 1) Memproduksi atau merevisi bahan ajar
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya,
2) Memilih media atau kombinasi media terbaik
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pada saat melakukan langkah
pengembangan, seorang perancang akan membuat
pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari
jawabannya. Pertanyaan-pertanyaannya antaralain:
Bahan ajar seperti apa yang harus dibuat untuk dapat
digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran?
Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?
Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan
dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk
-
37
memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?,
Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam
menyelenggarakan program pembelajaran?. Setelah
perancangan jadi, lalu diujicoba terbatas kemudian
dievaluasi kendala apa yang dihadapi. Dengan
mengetahui kendala-kendala yang diadapi maka
racangan produk segera bisa diperbaharui sesuai
dengan kendala yang ditemui.
Tahap-IV: Implementation
Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan produk yang sedang kita buat. Artinya,
pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
dikemas atau diseting sedemikian rupa sesuai dengan
peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Tahap-V: Evaluation
Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk
yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan
harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi
yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu
dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah
terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program
-
38
pembelajaran. Evaluasi terhadap program
pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa
hal, yaitu :
1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran
secara keseluruhan.
2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang
merupakan dampak dari keikutsertaan dalam
program pembelajaran..
3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat
adanya peningkatan kompetensi siswa setelah
mengikuti program pembelajaran.
4) Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah
meningkat.
2.3. Analisis SWOT
(Dewi Asri, Haris, Mustain dan Very Budiman,
2013) Analisis SWOT adalah alat perencanaan
stratejik yang penting untuk membantu perencanaan
sehingga dapat membandingkan kekuatan dan
kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan
ancaman dari eksternal , (Wanti et.al, 2014.). Sejalan
dengan itu menurut Blocher et al., (2007) analisis
SWOT merupakan prosedur sistematis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan
yang dimiliki oleh perusahaan yakni kekuatan dan
kelemahan internal, serta peluang dan ancaman
eksternal.Analisis SWOT digunakan untuk
-
39
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi.
Menurut Gunn (2011: 245) kekuatan dan kelemahan,
dapat meliputi kemampuan, keahlian atau
pengetahuan teknologi, sumber daya organisasi,
kemampuan bersaing atau potensi keunggulan.
Dengan demikian agar lembaga pendidikan mampu
menyusun rencana stratejik yang tepat, maka satuan
pendidikan hendaknya mengetahui apa kekuatan dan
kelemahan organisasinya, bahkan penting untuk
mengetahui pula bagaimana ancaman dan peluang
yang mungkin diperoleh. Untuk itu sekolah perlu
melaksanakan Analisis SWOT. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan
dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Oportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Setiap
satuan pendidikan tentu memiliki Faktor kekuatan
dan kelemahan, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi
oleh satuan pendidikan dalam suatu bisnis yang
bersangkutan. Dengan analisis tersebut diharapkan
lembaga pendidikan dapat menyeimbangkan ke 4
apek itu sehingga mampu menentukan strategi
terbaik.
-
40
2.3.1. Tujuan Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2011:197), tujuan analisis
SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal
peluang dan ancaman dengan faktor internal
kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis
tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis
suatu organisasi.
Suatu perusahaan atau organisasi sangat
penting melakukan analisis SWOT, karena dengan
analisis SWOT perusahaan itu akan dapat
menentukan:
a. Panduan bagi perusahaan/organisasi termasuk
lembaga Pendidikan untuk menyusun berbagai
kebijakan strategis terkait rencana dan
pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya
analisa ini, maka diharapkan perusaha-
an/organisasi akan mampu memilih kebijakan
dan rencana terbaik untuk perkembangan bisnis
di masa akan datang.
b. Bentuk evaluasi kebijakan strategis dan sistem
perencanaan sebuah perusahaan/organisasi.
Analisa SWOT akan membantu perusahaan /
organisasi dalam memikirkan berbagai upaya
evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan
mana yang menguntungkan. Menetapkan
berbagai rancangan terbaru sebagai solusi
-
41
berbagai masalah yang ditemukan melalui
evaluasi analisa SWOT tersebut.
c. Berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan
/ organisasi, selanjutnya melalui informasi yang
ada tersebut akan menjadi pedoman bagi pemilik
perusahaan maupun perancang kebijakan untuk
melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi
atas hasil analisa yang sudah ada.
d. Berbagai tantangan ide-ide baru bagi pihak
manajemen perusahaan/organisasi. Adanya
berbagai permasalahan seperti kelemahan,
peluang serta kekuatan yang kecil ataupun
ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian
dari manajemen perusahan untuk menemukan
berbagai ide kebijakan yang lebih fresh dan akan
lebih efektif menjadi solusi atas berbagai permasa-
lahan yang ada.
2.3.2. Langkah-langkah Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2013: 23) menjelaskan bahwa
penyusunan perencaaan srategis dapat dilakukan
melalui 3 tahap analisis yaitu:
1) Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini
data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data
eksternal yang dapat diperoleh dari lingkungan luar
-
42
perusahaan yang meliputi analisis pasar, analisis
competitor, analisis komunitas, analisis pemasok,
analisis pemerintah, analisis kepentingan tertentu
dan data internal yang dapat diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri meliputi laporan keuangan,
laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan
kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.
Tahap pengumpulan data ini dapat diperoleh
melalui wawancara, angket, dokumen laporan,
maupun FGD (Focus Group Discussion). Adapun
model-model yang digunakan dalam analisis SWOT
antara lain sebagai berikut :
a. Matriks Faktor Staretegi Eksternal EFAS (Eksternal
Strategic Factor Analysis Summary)
Cara penentuan faktor energi eksternal (Rangkuti,
2013 : 25) yaitu
(1) Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan
ancaman pada kolom 1.
(2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis
pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting).Faktor-faktor
itu diberi bobot didasarkan pada dapat
memberikan dampak pada faktor strategis.
(3) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk
masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4
(sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah),
-
43
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat
positif (semua variabel yang masuk kategori
peluang) diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan
membandingkan dari rata-rata pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya, jika ancaman besar sekali
nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/
di bawah pesaing-pesaingnya nilainya 4
(4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan nilai
(rating) pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa
skor pembobotan untuk masing-masing faktor
yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).
(5) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu dipilih dan bagaimana skor
pembobotannya.
(6) Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom
4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
ini menunjukan bagaimana perusahaan
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan
untuk membandingkan perusahaan dengan
-
44
objek industri lainnya dalam kelompok industri
yang sama.
b. Matrik Faktor Strategi Internal IFAS (Internal
Strategic Factor Analysis Summary)
Cara penentuan faktor energi internal yaitu :
(1) Menentukan faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. (Rangkuti,
2014)
(2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis
pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi
strategis (Rangkuti, 2014)
(3) Menghitung rating pada kolom 3 untuk masing-
masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat
kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi
kawasan yang bersangkutan. Variabel yang
bersifat positif pada variabel kekuatan diberi
nilai dari 1 sampai 4 dengan cara
membandingkan terhadap rata-rata pesaing
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya jika kelemahan besar sekali
(dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai
-
45
kelemahan rendah/di bawah rata-rata pesaing-
pesaingnya nilainya 4.
(4) Mengalikan bobot dengan nilai (rating) untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).
(5) Menjumlahkan skor pembobotan untuk
mempe- roleh total skor pembobotan bagi
perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi
terhadap faktor-faktor strategis internalnya.
Skor total ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan
perusahaan lainnya dalam kelompok industri
yang sama.
2) Tahap Analisis
Tahapan analisis dalam SWOT adalah
memanfaatkan semua data dan informasi dalam
model-model kuantitatif perumusan strategi
(Rangkuti, 2001:30). Analisis SWOT terlebih dahulu
dilakukan pencermatan (scanning) yang pada
hakekatnya merupakan pendataan dan pengidenti-
fikasian sebagai pra analisis (Diklat Spamen, 2000 :
3). Dalam tahapan ini akan tampak jelas bila dibuat
dalam bentuk matrik, ada beberapa matrik yaitu:
-
46
Matrik TOWS atau Matriks SWOT, Matrik BCG, Matrik
Internal Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand
Starategy. Namun pada penelitian ini penulis
menggunakan Matrik TOWS atau SWOT.
Matrik SWOT adalah matrik yang
menginteraksikan faktor strategis internal dan
eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal)
yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Rangkuti,
2001:31).
Hasil dari interaksi faktor strategis internal
dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif
strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai
alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan
hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah,
1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan
dengan memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan
yang dimilikinya untuk memanfaatkan berbagai
peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi
yang digunakan seoptimal mungkin untuk
meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi
yang digunakan dengan memanfatkan /mengop-
timalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai
ancaman. Strategi WT adalah Strategi yang
-
47
digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam
rangka meminimalisir/menghidari ancaman.
Tabel 2.1Matrik SWOT
Sumber: Rangkuti.2014
3 ) Tahap Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan tahap dalam
pemilihan strategi-strategi alternatif. Analisis dan
intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan
perumusan strategi setelah melalui teknik-teknik
pada tahap pencocokan (matching stage).Teknik
matrik ini secara objektif menunjukkan strategi mana
yang terbaik. Dari analisis data SWOT yang telah
dilakukan, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut
mempengaruhi dan menjadi dasar dari pengambilan
keputusan pada akhir tahap.
IFAS
EFAS
SRENGTHS (S)
Tulis 5 – 10 Faktor Kelemahan Internal
WEAKNESSES (W)
Tulis 5 – 10 Faktor Kekuatan Internal
OPPORTUNIES (O)
Tulis 5 – 10 Faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi
yang meminimal-kan kelemahan
untuk memanfaat-
kan peluang
TREATHS (T)
Tulis 5 – 10 Faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi
yang meminimal-
kan kelemahan dan menghindari
ancaman
-
48
Tahapan tersebut diperkuat dengan pendapat Umar
(2013: 87-88) yang menjelaskan bahwa tahapan
proses penentuan strategi berdasarkan matrik SWOT
adalah:
a. Menentukan peluang -peluang penting bagi
sekolah
b. Menentukan ancaman-ancaman serius bagi
sekolah
c. Menentukan kekuatan-kekuatan utama
internal sekolah
d. Menentukan kelemahan-kelemahan dominan
internal sekolah
e. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang
perlu dilakukan setelah mengombinasikan
antara kekuatan-kekuatan internal yang dapat
dimanfaatkan dan peluang-peluang eksternal
yang dicoba untuk diraih dan hasilnya dicatat
dalam sel SO
f. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang
perlu dilakukan setelah mengombinasikan
antara kelemahan-kelemahan internal yang ada
dan peluang-peluang eksternal yang dicoba
untuk diraih dan hasinya dicatat dalam sel WO
g. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang
perlu dilakukan setelah mengombinasikan
antara kekuatan-kekuatan internal yang ada
-
49
dan ancaman-ancaman yang mungin timbul
dan hasinya dicatat dalam sel ST
h. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang
perlu dilakukan setelah mengombinasikan
antara kelemahan-kelemahan internal yang ada
dan ancaman-ancaman eksternal yang mungin
timbul dan hasinya dicatat dalam sel WT.
2.3.3.Manfaat Analisis SWOT
Dengan melakukan analisis SWOT maka sekolah
dapat menentukan langkah-langkah untuk
membuat keputusan yang sifatnya strategik.:
1) Analisis SWOT memungkinkan para pengambil
keputusan kunci dalam satuan pendidikan
menggunakan kerangka berfikir yang logis
dalam pembahasan yang mereka lakukan yang
menyangkut situasi dimana organisasi berada,
identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang
layak untuk dipertimbangkan dan akhirnya
menjatuhkan pilihan pada alternatif yang
diperkirakan paling ampuh.
2) Penerapan kedua dari analisis SWOT adalah
dengan pembandingan secara sistematik antara
peluang dan ancaman eksternal disatu pihak
dan kekuatan dan kelemahan internal di lain
pihak. Maka sekolah dapat mengidentifiasikan
dan mengenali satu dari tempat pola yang
-
50
bersifat khas dalam keselarasan situasi internal
dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis
yang bersangkutan
3) Dengan memahami dan menggunakan analisis
SWOT maka sekolah akan menyadari tantangan
utama yang harus mendapatkan perhatian dari
suatu satuan bisnis. Karena tidak mustahil
suatu satuan bisnis yang menjadi pesaing juga
berupaya menghilangkan berbagai
ancaman. Sehingga sekolah dapat menentukan
strategi yang tepat untuk memenangkan
persaingan dalam dunia bisnis.
2.4. Langkah-langkah Pengembangan
Untuk merumuskan strategi yang tepat
dibutuhkan langkah-langkah pengembangan
strategi. Menurut Sugiyono (2014) memberikan
10 langkah-langkah pengembangan. Adapun
langkah yang peneliti gunakan untuk
mengembangkan rencana strategis peningkatan
jumlah peserta didik adalah sebagai berikut :
-
51
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pengembangan Sugiyono
(2014).
Tahapan Penelitian Menurut Sugiyono (2014) :
1. Potensi dan Masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan
akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah
adalah penyimpangan antara yang diharapkan dan
yang terjadi. Potensi dan masalah yang
dikemukakakn dalam penelitian ditunjukan dengan
data yang empiric dan masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah
ditunjukkan secara faktual, selanjutnya
dikumpulkan sebagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk merencanakan
Potensi &
Masalah
Pengump
ulan Data Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi
Desain
Uji coba
Produk
Revisi
Produk
Uji Coba
Pemakaian
Revisi
Produk
Produksi
Masal
-
52
suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi
masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari
berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi
dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana
strategis ini masih bersifat hipotetik karena
efektifitasnya belum terbukti dan akan diketahui
setelah melalui pengkajian.
4. Validasi desain
Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan
untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional dan efektif digunakan sebagai usaha
peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli
untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat
diketahui kelemahan dan kekuatan.
5. Perbaikan desain
Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan
dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya
diujicoba untuk memperbaiki rencana strategis
tersebut. Yang bertugas memperbaiki rencana
strategis adalah peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat
dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa
-
53
diberikan kepada sekolah sebagai upaya
peningkatan mutu.
6. Uji Coba Produk
Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa
langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi dan
revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan
simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.
7. Revisi Produk
Dalam revisi produk dilakukan untuk mencari
efektifitas dan efisiensi system kerja baru dengan
cara membandingkan strategi lama dengan strategi
baru.
8. Uji Coba Produk
Setela pengujian terhadap strategi berhasil dan
mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka
selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan
di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya
strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan /
hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukaan apabila dalam
pelaksanaan strategi di sekolah terdapat kekurangan
dan kelemahan, mamka dalam uji pemakaian selalu
mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.
10. Pembuatan Produk Masal
-
54
Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah
dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,
maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap
lembaga Pendidikan.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang
telah dikemukakan oleh Sugiyono, peneliti
melakukan penelitian sampai pada tahap uji coba
produk, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada.
2.5. Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian terdahulu Urquiola
(2016) Competition Among Schools: Traditional Public
and Private Schools menunjukkan bahwa persaingan
dari sekolah swasta dengan negeri memerlukan
peningkatan prestasi dengan cara pemberian
beasiswa terhadap anak-anak yang kurang mampu
ekonominya namun berprestasi untuk dapat masuk
ke sekolah swasta. Meskipun penelitian ini
merupakan strategi yang diterapkan oleh sekolah
swasta, namun langkah-langkah strategi tersebut
dapat pula diterapkan pada sekolah negeri, karena
sekolah negeripun memerlukan strategi untuk
menarik minat peserta didik agar masuk ke
sekolahnya. Sekaligus sebagai strategi untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah negeri.
-
55
Harapannya peserta didik akan berlomba-lomba
untuk berprestasi agar dapat memperoleh beasiswa..
Berbeda dengan Khasanah, (2015: 161-175)
untuk meningkatkan jumlah peserta didik melalui
Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi
Peningkatan Mutu di SD Alam Baturraden yaitu
dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan sekolah
menggunakan jasa pemasaran bauran 7 P, (product,
price, place, promotion, people, physical evidence,
process). Produk yang ditawarkan oleh Sekolah Alam
Baturraden kepada pelanggan adalah dua varian
yakni program reguler dan program inklusi. Selain
menggunakan strategi pemasaran bauran. SD Alam
Baturraden dalam perekrutan tenaga sangat selektif
Rekrutmen, di SD Alam Baturaden, pengajar tidak
diwajibkan hanya berasal dari kalangan pendidikan
saja, akan tetapi juga dari lulusan beberapa disiplin
ilmu non-kependidikan. Hal ini terkait dengan tujuan
sekolah tersebut yang ingin menjadikan siswa
memiliki berbagai wacana keilmuan yang luas yang
bersumber dari para guru pengajar, Staffing,
penempatan jabatan ditentukan oleh pengelola
sekolah, Pelatihan kinerja, seperti yang telah
dijabarkan di atas, Evaluasi kinerja, dilakukan setiap
6 bulan sekali seperti diadakannya progress report
bagi para pengajar dan juga administrasi, Restaffing,
-
56
yakni menganalisis penempatan kembali setelah
evaluasi. Dari aspek kurikulum, Sekolah Alam
Baturraden mengikuti standar yang telah ditetapkan
oleh Kementrian Pendidikan Nasional, akan tetapi
dalam hal penyajian SD Alam Baturraden memiliki ciri
khas tersendiri dari sekolah alam. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara terintegrasi dan juga
belajar langsung dari alam dan berbasis pengalaman.
Dengan strategi tersebut SD Alam Baturraden sangat
diminati masyarakat sehingga dapat memenangkan
persaingan
Demikian pula hasil penelitian Supar (2014)
tentang Strategi Pemasaran Sekolah Dasar Islam
Terpadu Nurul Fikri Tulungagung menggunakan
Strategi Deferensiasi penawaran produk Kurikulum
Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dengan
hafalan Al Qur’an, hafalan doa-doa keseharian dan
membuka layanan melalui jaringan internet , hal ini
merupakan produk baru bagi masyarakat, sehingga
layak dipasarkan kepada wali murid, dan hal ini
menjadi daya tarik tersendiri. Produk baru ini
ditawarkan lewat strategi pemasaran melalui kegiatan
menjalin silaturahmi tanpa batas membuka peluang
mendapatkan siswa, bekerjasama dengan lembaga-
lembaga lain untuk mencari murid, pengadaan sarana
prasarana termasuk pembangunan gedung, biaya
-
57
operasional sekolah dan pembinaan guru serta anak
murindnya, sekolah menyediakan kendaraan antar
jemput untuk memfasilitasi murid yang jauh. Strategi
pemasaran yang dilakukan SDIT Nurul Fikri ini
membuat jumlah siswa semakin meningkat sampai
melebihi kuota. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara, studi dokumen dan
observasi, Trianggulasi dalam penelitian ini
membandingkan sumber data utama kepala Sekolah,
kedua guru dan ke tiga ketua yayasan.
Penelitian di atas sejalan dengan Sa’adah (2015)
Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Minat
Pengguna Layanan Jasa Pendidikan Pada SD Islamic
Global School di Kota Malangmenggunakan Strategi
Pemasaran melalui berbagai promosi dengan
melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan,
mengadakan even/lomba, serta membuka gelombang
inden dalam penerimaan peserta didik baru, serta
strategi diferensiasi fullday school . Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, Analisis data
peneliti dilakuakn melalui reduksi data yaitu
pemilihan, pengurangan data yang tidak sesuai
dengan fokus penelitian, pengelompokan data
kemudian diberi kode sesuai dengan teknik
pengumpulan, informan, kode fokus dan waktu
pengumpulan data. Kedua, penyajian data yaitu
-
58
pemaparan semua informasi yang telah direduksi.
Ketiga, verifikasi/conclusion dengan membandingkan
hasil penyajian data dengan sumber data lain,
kemudian menarik kesimpulan dari data yang telah
ditemukan dan dipaparkan. Hasil evaluasi
menunjukkan jumlah peserta didik mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Kemudian Pertiwi (2017) menggunakan Srategi
Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan
Peminat dan Daya Tarik untuk Menyekolahkan Anak
Ke SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta
menggunakan Strategi pemasaran jasa pendidikan
dan strategi diferensiasi, dengan menunjukkan proses
pembelajaran yang menyenangkan (outing class) dan
menampilkan ekstrakulikuler unggulan sekolah
sebagai taktik persaingan dalam pemasaran, (d)
Promosi; menerapkan teori bauran pemasaran. (e)
Evaluasi promosi, kegiatan akhir yang dilakukan
setelah melakukan promosi.
Rohmitriasih dan Soetopo (2015: 402-407)
tentang Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam
Meningkatkan Loyalitas Pelanggan adalah dengan
pengimplementasian strategi pemasaran jasa
pendidikan di SD Laboratorium UM yang pertama
adalah perencanaan strategi pemasaran dengan
membuka kelas akselerasi ilmiah dan kelas bilingual
-
59
yang langsung di bawah naungan International
Cambrigde Center (Inggris) juga menjaga hubungan
baik dengan pelanggan pendidikan dan pemberian
pelayanan yang maksimal melalui pembelajaran yang
real dan memberikan kepuasan bagi peserta didik
ataupun pelanggan pendidikan, Implementasi
selanjutnya adalah dengan publikasi sekolah.
Publikasi dilakukan setiap tahunnya saat PMB, dan
Evaluasi mengenai keberhasilan implementasi
pembelajaran juga pelayanan. Instrumen yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yakni
peneliti sendiri. Prosedur pengumpulan data yakni
dengan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa
dalam rangka menarik pengguna jasa pendidikan
untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga
pendidikan yang bersangkuatan rata-rata
menggunakan strategi pemasaran. Namun di
dalamnya terdapat strategi bersaing diferensiasi yaitu
setiap sekolah menawarkan produk yang merupakan
ciri khusus yang menjadi pembeda dengan sekolah
lain. Inilah yang menjadi kesamaan dengan strategi
yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini.
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan
yang peneliti lakukan adalah tempat penelitian rata-
-
60
rata di sekolah swasta, sedang yang penulis lakukan
di sekolah negeri, peneliti terdahulu menerapkan
strategi diferensiasi melalui strategi Pemasaran dan
rata-rata tanpa menggunakan model pengembangan,
Sedangkan dalam penelitian ini, strategi bersaing
yang digunakan adalah strategi diferensiasi dengan
model pengembangan ADDIE. Produk yang dihasilkan
berupa kurikulum kearifan religi dan petunjuk
pelaksanaan kegiatan berbasis kearifan religi yang
digunakan sebagai pedoman pembelajaran di SD
Negeri Jombor.
2.5. Kerangka Pikir
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa
Sekolah kekurangan peserta didik dikarenakan dalam
satu desa ada lembaga Pendidikan yang lain yaitu MI
sebagai competitor, juga adanya perbedaan dalam
Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17
yang menyebutkan bahwa guru dapat memperoleh
tunjangan sertifikasi apabila mengajar minimal satu
kelas berjumlah 20 siswa sedangkan untuk MI, guru
dapat memperoleh tunjangan sertifikasi apabila
mengajar minimal 1 kelas 15 siswa. Selain itu adanya
isu bahwa anak yang bersekolah negeri tidak tahu
tentang agama karena gurunya tidak berlatar
belakang pendidikan agama. Permasalahan tersebut
memotivasi peneliti untuk mencari strategi yang tepat
-
61
supaya dapat menarik minat masyarakat terhadap
sekolah melalui analisis SWOT.
Berdasarkan latar belakang permasalahan,
strategi yang tepat adalah Strategi bersaing
diferensiasi yaitu sekolah yang memiliki ciri khusus
yang tidak dimiliki sekolah lain. Ciri khusus yang
dikembangkan sesuai dengan hasil analisis SWOT
adalah mengembangkan Kurikulum Berbasis Kearifan
Religi (Kurikulum SD sesuai dengan Permendikbud
No. 22 dan 23 tahun 2006 dan Permendibud No. 20,
21 Tahun 2016) ditambah materi Kegiatan Berbasis
Kearifan Religi, salah satunya adalah kegiatan TPQ.
Agar model yang dikembangkan layak maka
dilakukan uji pakar, baru diimplementasikan ke
sekolah. Dengan dilaksanakan kegiatan berbasis
kearifan religi diharapkan animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke SD Negeri Jombor
meningkat.
-
62
Kerangka Pikir tersebut dapat dilihat dalam
diagram di bawah ini.
Gambar 2.2. Diagram Kerangka Pikir
ANALISIS SWOT
Lembaga
Pendidikan MI (SNP, Kemenag,
Pondok, masyarkat)
PP No.74 Th. 2008
Ps.17
SD NEGERI JOMBOR
KEKURANGAN SISWA
(SNP & Masyarakat)
Menetapkan Model
Pengembangan
Merumuskan
Strategi
Jumlah Peserta
Didik Meningkat
Uji Pakar Implementasi
Model
- Kompetensi Guru di Bidang
IT Kurang
- Isu Materi PendidikanAgama
Islam di SD Kurang
- Lingkungan Islami - orang tua menyekolahkan
anak di sekolah lain