bab ii kajian pustaka · 2019. 10. 1. · bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk...

18
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian - pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini. A. Landasan Teori 1. Kemiskinan Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian -

    pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel

    bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto

    dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka

    berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini.

    A. Landasan Teori

    1. Kemiskinan

    Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang

    tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang

    dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

    Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan

    sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak

    mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap

    manusiawi.

    Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa

    kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni

    dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau

    golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum

    berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian

    tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang

    berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.

  • 12

    Kemiskinan bersifat multidimensial, yang artinya kebutuhan

    manusia itu tidak terbatas dan beragam, sehingga kemiskinan memiliki

    banyak aspek, diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Miskin akan

    asset, organisosial politik, dan pengetahuan serta ketrampilan merupakan

    aspek primer, dan sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin terhadap

    jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi merupakan

    kemiskinan yang dilihat dari kebijakan umum. Masyarakat miskin selalu

    berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan

    dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha

    produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan

    nasibnya sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan

    membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta selalu mempunyai

    martabat dan harga diri yang rendah.

    Ciri-ciri masyarakat miskin menurut Fernandez (Arsyad,2010:300)

    yaitu sebagai berikut:

    a. Aspek politik yaitu aspek yang tidak memiliki akses ke proses

    pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.

    b. Aspek sosial yaitu mulai tersingkirnya dari institusi utama

    masyarakat yang ada.

    c. Aspek ekonomi yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk

    kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada

    rendahnya penghasilan, dan rendahnya kepemilikan atas asset fisik,

    termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penernagan.

  • 13

    d. Aspek budaya atau nilai yaitu mulai terperangkap dalam budaya

    sehingga menyebabkan rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya

    etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah.

    Menurut Sen dalam Todaro dan Smith (2006:23) menyatakan

    bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau

    bahkan dari utilitasnya seperti pemahaman konvensional, yang paling

    penting bukanlah apa yang dimilki seseorang ataupun kepuasan yang

    ditimbulkan dari barang-barang tersebut, melainkan apakah yang dapat

    dilakukan oleh seseorang dengan barang tersebut. Begitu dengan

    penduduk apakah yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan brang-

    barang yang ada.

    Kemiskinan menurut sebabnya terbagai menjadi 2 (dua) macam.

    Pertama adalah kemiskinan kultural atau alamiah yaitu yang disebakan

    oleh faktor-faktor adat atau kebudayaan suatu daerah yang membelenggu

    seseorang atau kelompok. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu

    kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur

    sosial masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak dapat ikut menikmati

    sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain

    dua macam kemiskinan tersebut masih ada ukuran kemiskinan lainnya

    yang umum digunakan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

    Menurut Todaro dan Smith (2006:67) kemiskinan absolut

    (absolute poverty) adalah konsep untuk menentukan tingkat pendapatan

    minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar akan

  • 14

    makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin keberlangsungan

    hidupnya. Sedangkan kemiskinan relatif menurut Arsyad (2010:302)

    adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya,

    yakni dari lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan akan selalu

    ada karena konsep kemiskinan reltif yang bersifat dinamis. Sedangkan

    Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Jumlah

    penduduk yang dapat dikategorikan miskin bisa dilihat dari ketimpangan

    antara tingkat penghidupan golongan atas dan bawah, semakin besar

    ketimpangan maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat

    dikategorikan miskin.

    Dalam ukuran kemiskinan dikenal ukuran kesejahteraan dengan

    pendapatan per kapita dan garis kemiskinan. Tetapi terdapat ukuran-

    ukuran lain tentang angka kemiskinan yaitu headcount index, indeks

    kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan.

    a. Headcount index (HDI-P0)

    Presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis

    kemiskinan. Indeks ini dapat diukur dengan rumus :

    (Todaro dan Smith, 2006:243)

    Keterangan:

    P0 : Headcount index

    H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan

    N : total populasi

  • 15

    b. Indeks kedalaman kemiskinan

    Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran oleh masing-masing

    penduduk miskin terhadap garis kemiskinan disebut Indeks kedalaman

    kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). Semakin tinggi nilai indeks, maka

    semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

    Dalam menghitung indeks kedalaman kemiskinan dapat digunakan

    rumus sebagai berikut:

    ∑(

    )

    (Todaro dan Smith, 2006:246)

    Keterangan :

    P1 : Indeks Kedalaman kemiskinan

    H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

    kemiskinan

    Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i

    N : total populasi

    Yp : garis kemiskinan

    c. Indeks keparahan kemiskinan

    Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2)

    memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara

    penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi

    ketimpanagan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dalam

    menghitung indeks ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :

  • 16

    ∑(

    )

    (Todaro dan Smith, 2006:246)

    Keterangan :

    P2 : indeks keparahan kemiskinan

    H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

    kemiskinan

    N : total populasi

    Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i

    Yp : garis kemiskinan

    2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Pembangunan manusia adalah proses memperbesar pilihan orang.

    Tetapi perkembangan manusia juga merupakan tujuan, jadi itu adalah

    proses dan hasil. Pembangunan manusia menyiratkan bahwa orang harus

    mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Dalam semua

    ini, pertumbuhan ekonomi adalah sarana penting bagi pembangunan

    manusia, tetapi bukan akhirnya. (UNDP,2016:2).

    Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS,

    2017) adalah salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan

    pembangunan manusia disuatu wilayah atau daerah. Cara bagaimana

    penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh

    pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Mulai tahun1990

    IPM dikembangkan oleh UNDP dan secara berkala dipulikasikan dalam

    laporan tahunan Human Development Report (HDR). Nilai IPM diukur

  • 17

    berdasarkan 4 (empat) indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan

    hidup, tingkat harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan

    pengeluaran per kapita disesuaikan.

    a. Angka Harapan Hidup- AHH (Life Expectancy)

    Badan Pusat Statistik (BPS:2017) mendefinisikan bahwa angka

    harapan hidup adalah lama perkiraan lama hidup rata-rata penduduk

    dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut

    umur. Angka harapan hidup ini mencerminkan derajat kesehatan suatu

    masyarakat. Angka harapan hidup ini dihitung dari hasil sensus dan

    survey kependudukan. Standar UNDP untuk angka harapan hidup ini

    besarnya adalah 20 < x > 85, yang berarti angka harapan hidup minimal

    adalah 20 tahun dan angka harapan hidup maksimal adalah 85 tahun.

    Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    Dimensi kesehatan

    Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    Dimana :

    Ikesehatan : indeks kesehtan

    AHH : angka harapan hidup

    AHHmaks : angka harapan hidup maksimal

    AHHmin : angka harapan hisup minimal

    http://ipm.bps.go.id/page/ipm

  • 18

    b. Angka Harapan Lama Sekolah-HLS (Expected Years of Schooling –

    EYS)

    Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan

    dirasakan oleh anak pada usia tertentu di masa mendatang disebut

    angka harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah dihitung

    untuk penduduk berusia 7 (tujuh) tahun keatas, guna mengetahui

    kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang

    ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang

    diharapkan dicapai oleh setiap anak yakni menggunakan angka harapan

    lama sekolah untuk mengetahuinya.

    Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    Dimana:

    HLS : harapan lama sekolah

    IHLS : indeks harapan lama sekolah

    HLSmaks : harapan lama sekolah maksimal

    HLSmin : harapan lama sekolah minimal

    c. Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling- MYS)

    Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dalam

    menjalani pendidikan formal disebut rata-rata lama sekolah.

    Menghitung indikator ini dari variabel pendidikan tertinggi yang

    ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Menurut

    http://ipm.bps.go.id/page/ipm

  • 19

    UNDP standar minimal untuk rata-rata lama sekolaha adalah 0 (nol)

    tahun dan unntuk standar maksimal rata-rata lama sekolah adalah 15

    (lima belas) tahun.

    Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    Dimana :

    IRLS : indeks rata-rata lama sekolah.

    RLS : rata-rata lama sekolah.

    RLSmaks : rata-rata lama sekolah maksimal.

    RLSmin : rata-rata lama sekolah minimal.

    Dari kedua angka diperoleh indeks pendidikan dengan rumus yang

    dapat digunakan sebagai berikut:

    d. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

    Pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut BPS (2017)

    ditentukan dari nilai per kapita dan peritas daya beli (Purcashing Power

    Parity-PPP), rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/ rill

    dengan tahun dasar.

    Dimensi pengeluaran :

    ( ) ( )

    ( ) ( )

    Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    Dimana :

    http://ipm.bps.go.id/page/ipmhttp://ipm.bps.go.id/page/ipm

  • 20

    Ipengeluaran : indeks pengeluaran

    In(pengeluaranmaks) : indeks pengeluaran maksimal

    In(pengeluaranmin) : indeks pengeluaran minimal

    Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

    wilayah/Negara dapat menggunakan IPM. Peringkat ini menunjukkan

    keberhasilan suatu wilayah/ Negara dalam pembangunan manusia.

    Nilai minimum dan maksimum dibutuhkan masing-masing

    indikator untuk menghitung IPM. Pada tabel 2.1 disajikan nilai-nilai

    tersebut.

    Tabel 2.1 nilai maksimum minimum

    Indikator Satuan

    Minimum Maksimum

    UNDP BPS UNDP BPS

    Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun 20 20 85 85

    Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 0 0 18 18

    Rata-rata Lama Sekolah Tahun 0 0 15 15

    Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

    100

    (PPP

    U$)

    1.007.43

    6*

    (Rp)

    107.721

    (PPP

    U$)

    26.572.352

    **

    (Rp)

    Keterangan:

    * Daya beli minimum adalah garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di

    Tolikara-Papua

    ** Daya beli maksimum adalah nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir

    RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

    Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    http://ipm.bps.go.id/page/ipm

  • 21

    IPM dapat dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks

    kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut:

    Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    IPM antar wilayah dapat dikategorikan sesuai dengan capaian,

    melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, berikut ini:

    IPM < 60 : IPM rendah

    60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang

    70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi

    IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi

    Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm

    3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Dalam suatu Negara nilai total suatu output yang dihasilkan

    dikenal dengan produk domestik bruto. Menurut Todaro dan Smith

    (2006:61) produk domestik bruto adalah nilai total atas segenap output

    akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukkan

    oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim

    di Negara yang bersangkutan). Jadi seluruh nilai akhir yang dihasilkan

    oleh penduduk yang bertempat di suatu Negara merupakan produk

    domestik bruto negara tersebut. Sedangkan untuk nilai akhir dari barang

    dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah (regional) dalam satu tahun adalah

    produk domestik regional bruto.

    http://ipm.bps.go.id/page/ipmhttp://ipm.bps.go.id/page/ipm

  • 22

    Produk domestik regional bruto menurut Arsyad (2010:20) yaitu

    jumlah nilai akhir dari barang dan jasa yang di hasilkan dari sektor

    pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

    penggalian, industri pengolahan,listrik, gas dan air minum, bangunan,

    perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

    persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa selama satu tahun.

    Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS) produk domestik regional

    bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

    usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai akhir

    barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu

    wilayah.

    Dalam penyusunan PDRB terdapat 2 (dua) pendekatan yang

    digunakan yaitu berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran. Sedangkan

    PDRB disajikan dalam 2 (dua) versi penyajian yaitu berdasarkan harga

    yang berlaku berdasarkan harga konstan. Atas dasar harga yang berlaku

    adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun berjalan, sedangkan

    atas dasar harga konstan adalah menggunakan agregat nilai harga pada

    tahun tertentu atau tahun dasar tertentu (base year).

    B. Penelitian Terdahulu

    Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :

    1. Muhammad Saiful Mujab (2015) membahas tentang pengaruh indeks

    pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional

  • 23

    bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah

    tahun 2008-2013. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui

    pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk

    domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota

    Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Hasil yang diperoleh

    menujukkan IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    kemiskinan, jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan

    signifikan terhadap kemiskinan, dan PDRB mempunyai pengaruh negatif

    dan signifikan terhadap kemiskinan. Nilai R-squere yang diperoleh

    sebesar 0,989454 yang berarti sebesar 98,94 persen variabel kemiskinan

    dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisa sebesar 1,06 persen

    dijelaskan oleh variabel diluar model.

    2. Rahmawati Faturrohmin (2011) membahas tentang pengaruh PDRB,

    harapan hidup, dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus

    35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Huruf terhadap

    Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu PDRB,

    harapan hidup, dan melek huruf secara simultan berpengaruh terhadap

    penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tenga pada

    periode 2005-2009. Variabel independen dalam model ini mampu

    menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32 persen.

  • 24

    Sedangkan sebesar 2,68 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

    diluar model penelitian.

    Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat masalah yang

    sama yang akan diteliti oleh peneliti yaitu masalah kemiskinan, dari 2 (dua)

    penelitian terdahulu menunjukan hasil penelitian, pertama IPM dan PDRB

    berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dan jumlah penduduk

    memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, kedua PDRB,

    harapan hidup, dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap

    penurunan tingkat kemiskinan.

    C. Kerangka Berfikir

    Menurut Sugiono (2015:388) kerangka berfikir adalah model

    konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

    telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

    1. Pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

    Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan

    manusia disuatu wilayah dapat diketahui melalui indeks pembangunan

    manusia. Bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan

    dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh

    IPM. Di dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup

    (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS),

    dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini

    menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan

    hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah

  • 25

    dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran

    yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan.

    Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang

    penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh

    hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

    papan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kemiskinan ini dapat diukur

    melalui headcount index(P0), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan

    indeks keparahan kemiskinan (P2).

    Jika terjadi peningkatan IPM di Provinsi Jawa Tengah, maka

    kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah akan menurun.

    2. Pengaruh PDRB terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah

    Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

    dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan

    jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah

    disebut produk domestik regional bruto. Dalam PDRB menggunakan 2

    (dua) versi penilaian yaitu dengan menggunakan atas dasar harga yang

    berlaku dan menggunakan penilaian atas dasar harga konstan.

    Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang

    penduduknya mengahsilkan produktivitas yang rendah dikarenakan tingkat

    produktivitas penduduknya rendah ini mengakibatkan nilai PDRB yang

    dihasilkan rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dan bahan

    produksi rendah maka pendapatan penduduk diwilayah tersebut juga

  • 26

    rendah. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(P0),

    indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2).

    Jika terjadi peningkatan PDRB di Provinsi Jawa Tengah, maka

    akan terjadi penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

    3. Pengaruh IPM dan PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

    Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan

    manusia disuatu wilayah adalah IPM. Dalam IPM ini terdapat indikator

    yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS),

    rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang

    disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks

    kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang

    dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang

    dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran

    perkapita yang disesuaikan.

    produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah

    yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

    merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

    oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

    Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang memilki

    tingkat pembangunan yang rendah dan produk domestik regional bruto

    yang juga rendah hal ini dikarenakan pembangunan manusia yang tidak

    berhasil sehingga bayak sumber daya alam dan produksi yang tidak

    dimanfaatkan secara efektif dan efisien .

  • 27

    Jika IPM dan PDRB meningkat di Provinsi jawa Tengah, maka

    kemiskinan di Jawa tengah akan menurun.

    Gambar 2.1 kerangka berfikir Pengaruh IPM dan PDRB

    terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/kota Provinsi

    Jawa Tengah tahun 2012-2016

    Keterangan :

    Variabel dependen diberi notasi Y

    Variabel independen diberi notasi X

    X1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    X2 : Produk Domestik regional Bruto (PDRB)

    Y : Kemiskinan

    : pengaruh variabel X terhadap Y

    D. Hipotesis penelitian

    Sugiono (2015:389) menyatakan bahwa hipotesis adalah

    merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian yang

    diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan

    masalah dan kerangka berfikir.

    1. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia

    terhadap kemiskinan.

    X1

    (IPM)

    Y

    (Kemiskinan) X2

    (PDRB)

  • 28

    2. Terdapat pengaruh yang signifikan produk domestik regional bruto

    terhadap kemiskinan.

    3. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia dan

    produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan.