bab ii jumantik dan program psn-2.doc

109
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi). 2.1.2 Pengetahuan 2.1.2.1 Pengertian Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk membuat definisi tentang pengetahuan, lebih mudah mengelompokkan atau menggolongkannya.

Upload: gary-rodriguez

Post on 15-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN TEORI2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.1.2 Pengetahuan

2.1.2.1 Pengertian

Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk membuat definisi tentang pengetahuan, lebih mudah mengelompokkan atau menggolongkannya. Beberapa pengertian atau batasan tentang pengetahuan adalah sebagai berikut :

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007.p.143)

Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003, p.121).

2.1.2.2Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. (Notoatmodjo, 2003:122).

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus datang ke Posyandu (Notoatmodjo, 2003:122).

3) Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003:123).

4) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2003:123)

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada. (Notoatmodjo, 2003:123).

2.1.2.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003)

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnyaberupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

_ = __100%

Keterangan :

= persentasi

= frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan

n

= jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti

100% = bilangan genap (Serbaguna, 2008)

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1)Baik: hasil presentasi76%-100%

2)Cukup: hasil presentasi 56%-75%

3)Kurang: hasil presentasi 1 m dari dasar cubluk. Cocok untuk daerah dengan kepadatan < 200 jiwa/ha. Pemakaian cubluk tunggal dihentikan setelah terisi 75%.

Cubluk Kembar

Cubluk kembar dapat digunakan untuk daerah dengan kepadatan penduduk < 50 jiwa/ha dan memiliki tinggi muka air tanah > 2 m dari

Universitas Sumatera Utaradasar cubluk . Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75% dan selanjutnya lubang cubluk kedua dapat disatukan. Jika lubang cubluk kedua terisi 75%, maka lumpur tinja yang ada di lubang pertama dapat dikosongkan secara manual dan dapat digunakan untuk pupuk tanaman .Setelah itu lubang cubluk dapat difungsikan kembali.

(Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Cubluk Kembar

2.Tangki SeptikTangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa kompartemen yang berfungsi sebagai bangunan pengendap untuk menampung kotoran padat agar mengalami pengolahan biologis oleh bakteri anaerob dalam jangka waktu tertentu. Untuk mendapat proses yang baik, sebuah tangki septik haruslah hampir terisi penuh dengan cairan, oleh karena itu tangki septik haruslah kedap air (Sugiharto 1987). Prinsip operasional tangki septik adalah pemisahan partikel dan cairan partikel yang mengendap (lumpur) dan juga partikel yang mengapung (scum) disisihkan dan diolah dengan proses

Universitas Sumatera Utaradekomposisi anaerobik. Pada umumnya bangunan tangki septik dilengkapi dengan sarana pengolahan effluent berupa bidang resapan (sumur resapan). Tangki septik dengan peresapan merupakan jenis fasilitas pengolahan air limbah rumah tangga yang paling banyak digunakan di Indonesia. Pada umumnya diterapkan di daerah pemukiman yang berpenghasilan menengah ke atas,perkotaan, serta pelayanan umum. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan tangki septik (Gambar 2.2):

Kecepatan daya serap tanah > 0.0146 cm/menit. Cocok diterapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk < 500 jiwa/ha. Dapat dijangkau oleh truk penyedot tinja. Tersedia lahan untuk bidang resapan.

Gambar 2.2 Tangki septik

Universitas Sumatera Utara3. BeerputSistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan. Oleh karena itu bentuknya hampir seperti sumur resapan (Sugiharto 1987). Untuk penerapan sistem beerput, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu tinggi air dalam saluran beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,3 m dari dasar, jarak dengan sumur minimal 8 m, volume diameternya tidak boleh < 1m dan apabila dibuat segi empat maka sisi-sisinya harus lebih besar dari 0.9 m (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Beerput

2.2.2 Sistem Sanitasi TerpusatSistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Ayi Fajarwati, Penyaluran air buangan domestik 2000).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Sistem Sanitasi Terpusat

2.2.3 Sistem Penyaluran TerpisahSistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang tidak tercemar (Ayi Fajarwati, Penyaluran air buangan domestik 2000). Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:

1. Periode musim hujan dan kemarau lama.

2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.

3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima.

4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan musim hujan relatif besar.

Universitas Sumatera Utara5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).

Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai

dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing sistem saluran (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Sistem Saluran Terpisah

2.2.4 Sistem Penyaluran KonvensionalSistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima. Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas (Maryam Dewiandratika, Sistem penyaluran air limbah 2002). Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan

Universitas Sumatera Utaraharus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri

(Gambar 2.6).

Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional:

Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor. Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan. Aliran dalam pipa harus aliran seragam. Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0.6 m/det). Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvnsional 3m/detik. Kelebihan sistem penyaluran konvensional adalah tidak diperlukannya suatu tempat pengendapan padatan atau tangki septik. Sedangkan kekurangan dari sistem penyaluran konvensional antara lain:

Biaya konstruksi relatif mahal. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran small bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional bersambung ke saluran small bore sewer.

Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran konvensional:

Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat dengan daerah yang punya sistem ini. Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah perumahan mewah, pariwisata. Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan Universitas Sumatera Utaracukup tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.

Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan pengolahan sendiri. Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha dan umumnya Penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem setempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.

Gambar 2.6 Sistem Penyaluran Konvensional

2.2.5 Sistem Riol Dangkal (shallow Sewer)Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial Sewerage. Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai (Maryam Dewiandratika, Sistem Penyaluran air limbah 2002 ). Perletakan saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat

Universitas Sumatera Utaratergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan self clensing.

Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah sebesar 1% Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan pengolahan mini.

(A)(B)

Gambar 2.7 Layout saluran Shallow Sewerage pada perumahan tidak teratur (A) dan teratur (B).

2.2.6 Sistem Riol Ukuran Kecil/Small Bore SewerSaluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat. Saluran tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini

Universitas Sumatera Utaralebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional (Maryam Dewiandratika, sistem Penyaluran air limbah 2002).

Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk tidak diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar. Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana (Gambar 2.8).

Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini:

Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan , tangki ini biasanya tangki septik. Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan. Aliran yang terjadi dapat bervariasi. Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing karena tidak harus membawa padatan. Kecepatan maksimum 3m/det.

Gambar 2.8 Skema Small Bore Sewer

Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil:

Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi terutama daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya sudah tidak mampu lagi menyerap effluen tangki septik. Universitas Sumatera Utara Biaya pemeliharaan relatif murah. Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan padatan. Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening. Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permebilitasnya jelek. Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil antara lain:

Memerlukan lahan untuk tangki. Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil. 2.2.7 Sistem Penyaluran TercampurSistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan (sugiharto 1987). Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masingmasing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun (Gambar 2.9).

Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan. buangan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 Sistem Penyaluran Tercampur

2.2.8 Sistem KombinasiPada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan bangunan regulator ( Hardjosuprapto 2000).

Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima.

Sistem kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang airnya tidak dimanfaatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di darah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan saluran secara

Universitas Sumatera Utarakonvensional, karena itu pada tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat dimanfaatkan sebagai saluran air hujan (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Sistem Penyaluran Kombinasi

2.3.Sistem PerpipaanPada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri dari: 1. Pipa Persil

Pipa persil adalah pipa saluran yang umunya terletak di dalam rumah dan langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan. Memiliki diameter 3- 4, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya antara debit dari persil dengan debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.

2. Pipa Servis

Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa servis sekitar 6- 8, kemiringan pipa 0.5 - 1%. Lebar galian pemasangan

Universitas Sumatera Utarapipa servis minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0.6 m. Sebaiknya pipa ini disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.

3. Pipa Lateral

Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan. Diameter awal pipa lateral minimal 8, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%. 4. Pipa Cabang

Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa asekitar 0,2 - 1%

5. Pipa Induk

Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan. Kemiringan pipanya sekitar 0,2 - 1 %.

yang diperlukan oleh tanam-tanaman. 2.1.3.3. Efek Buruk LimbahSesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.a. Gangguan Terhadap Kesehatan Virus

Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.

Vibrio Cholera

Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.

Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b

Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.

Salmonella Spp

Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan.

Shigella Spp

Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

Basillus Antraksis

Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.

Brusella Spp

Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.

Mycobacterium Tuberculosa

Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.

Leptospira

Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan .

Entamuba Histolitika

Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.

Schistosoma Spp

Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.

Taenia Spp

Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca.

Ascaris Spp. Enterobius Spp

Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.b. Gangguan Terhadap Kehidupan Biotik

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut.

c. Gangguan Terhadap KeindahanDengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung.

Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal dari :

1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.

2. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.

3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.d. Gangguan Terhadap Kerusakan BendaAdapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara antara lain :

1) Secara FisikDengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.

2) Secara KimiawiUntuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida dengan gram metal khususnya besi.3) Secara BiologisAir limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat tumbuhnya bakteri.

3. Aspek Yang Mempengaruhi Pengelolaan Air Limbah a. Demografi Menurut Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2003), di perkotaan atau perdesaan mempunyai kawasan dalam bentuk cluster-cluster dengan kepadatan penduduk yang berbeda, kondisi sosial berbeda pula. Sehingga sekelompok orang dapat membuat sarana sanitasinya dengan septic tank tetapi sebagian lain hanya mampu dengan membuat cubluk, dan banyak masyarakat tidak mampu yang tidak mempunyai sarana untuk membuang hajat. Sedangkan secara teknis dan kesehatan untuk kepadatan tertentu yaitu > 50 orang/ha, penggunaan cubluk sudah mengakibatkan kontaminasi pada sumur-sumur tetangga. Di atas kepadatan 200 orang/ha penggunaan septic tank dengan bidang resapannya akan memberikan dampak kontaminasi bakteri koli dan pencemaran pada tanah dan air tanah. Pengelolaan air limbah ditinjau dari sudut demografi lebih melihat pada kategori perkotaan (urbanise area) dan perdesaan (remote area), bukan berdasarkan pembatasan administrasi. Regionalisasi sistem pengelolaan limbah lebih melihat pada sisi ekonomis pelayanan, sebagai contoh untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani beberapa daerah administratif berdekatan, maka akan jauh lebih ekonomis daripada membuat sistem-sistem tersendiri secara skala kecil.

Secara umum arahan strategi penanganan sistem off site adalah sebagai berikut:

Berapa ppm BOD badan air akan diturunkan;

Setiap ppm penurunan tersebut dikalikan 200 ribu jiwa = total jiwa yang hendak ditangani dengan sistem off site;

Selanjutnya dipilihkan kawasan padat yang yang perlu diterapkan dengan sistem tersebut;

Pilih skala penanganan berdasarkan pertimbangan ekonomis dan tetapkan kawasan yang sesuai untuk pengolahan air limbah skala lingkungan atau komunal, skala modul atau skala kawasan (sekitar 1000 KK).

b. Sosial Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yang berbeda, sehingga akan sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan. Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Karena, jika seseorang dikenakan pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat menolak, sedangkan dalam halnya sanitasi, maka akan ada alternatif lain, misalnya hotel dapat membuat individual treatment sendiri.

Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi skala lingkungan atau komunal. Maka untuk membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan mengeluarkan insentif sebagai stimulan.

c. Lingkungan Aspek lingkungan juga merupakan hal yang akan menentukan dalam penentuan pemilihan sistem pengelolaan air limbah:

Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septic tank, kolam anaerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;

Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off yang sangat besar dibanding aliran air limbah, sehingga sistem saluran (sewer) terpisah antara air hujan dan air limbah permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan terbatas dapat diterapkan sistem interseptor;

Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi, untuk sanitasi on site penggunaan septic tank dengan upward flow yang disebut tangki septik vertikal dapat diterapkan;

Kepadatan 100 orang/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off site pada kawasan tersebut;

Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan gulma yang akan menutupi permukaan air danau;

Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk natural purification bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.

d. Teknis dan Kesehatan Penanganan secara teknis air limbah dimaksud agar input bangunan, proses, output dan outcome memenuhi persyaratan kesehatan (Depkimpraswil, 2003), diantaranya:

Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumber air minum harus dijaga dengan jarak >10m untuk jenis tanah liat dan >15 m untuk tanah berpasir;

Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak kontaminasi bakteri koli yang cukup besar terhadap tanah dan air tanah. Jadi bagi pengguna sanitasi individual pada kawasan dengan kepadatan tersebut, penerapan anaerobic filter sebagai pengganti bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran terbuka, atau secara komunitas menggunakan sistem sanitasi off site;

Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka tanpa pengeraman (digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan lumpurnya harus ada pengeraman 3 minggu untuk digunakan di permukaan tanah (sebagai pupuk);

Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri koli dengan proses maturasi atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut;

Sebaiknya alat-alat saniter (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin, dll) menggunakan water trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut. Penggunaan pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai ceiling (plafon) teratas.2.4 Pola Jaringan SaluranPola pola jaringan yang umunya diterapkan pada sistem penyaluran air buangan (Ayi Fajarwati, penyaluran air buangan domestik 2000).

Pola Perpendicular (Tegak Lurus) Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada sistem terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan Pengolahan Air Buangan (BPAB). Pola Interceptor Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali yaitu ke dalam

pipa riol hulu dimasukkan sejumlah tertentu air hujan dengan

masukkan terkendali. Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas riol interceptor, sedangkan outfall bypassnya menuju badan air penerima terdekat. Pola ini cocok untuk diterapkan di daerah pantai.

Pola Zona

Pola Zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah pelayanan yang terbagi dua oleh adanya sungai di daerah pelayanan, dimana pipa penyebrangan atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal untuk dibangun.

Pola Kipas

Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah pelayanan yang terletak di suatu lembah. Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah dalam dapat melalui lebih dari dua cabang saluran, yang kemudian bersatu dalam pipa utama menuju suatu outfall atau BPAB.

Pola Radial

Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke arah luar dimulai dari daerah tinggi, jalur yang ditempuh pendek-pendek sehingga diperlukan banyak BPAB.

Pola jaringan riol ini dapat dilihat pada Gambar 2.12

a. Pola Interceptor

b. Pola Zona/wilayah

c. Pola Kipas

d.Pola Radial

Gambar 2.11 Pola Jaringan Riol

2.5.2 Bahan SaluranPemilihan bahan pipa perlu diperhitungkan dengan cermat, mengingat di negara - negara berkembang termasuk Indonesia, memiliki sumber daya bahan bahan perlengkapan dan dana yang terbatas.

Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan bahan pipa adalah:

Kondisi lapangan, drainase, topografi tanah. Sifat aliran dalam pipa, koefisien gesekan. Lifetime yang di harapkan. Tahan gesekan, asam,alkali,gas dan pelarut. Mudah penanganan dan pemasangannya. Kekuatan struktur dan tahan terhadap korosi tanah. Jenis sambungan saluran kemudahan pemasangannya serta kedap air dan Mudah diperoleh di pasaran. Tersedianya bahan, adanya pabrik pembuatan dan perlengkapannya. Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering sehingga dapat memilih pipa yang tepat dan ekonomis. Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa digunakan, yaitu:

Pipa tanah liat (clay pipe). Pipa beton (concrete pipe). Pipa asbes (asbestos cement pipe). Pipa besi (cast iron). Pipa HDPE (High Density Polythilen). Pipa PVC (Polyvinil Chlorida). Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran yang dapat dijadikan

pertimbangan dalam pemilihan bahan saluran:

Tabel 2.1 Perbandingan Bahan Saluran

BahanDiameterPanjangStandarKorosifKekuatanJenis

(inch)(m)Dansambungan

erosi

1.Reinforced12 -1441.2-7.4ASTMCTidakKuatBell spigot

Concrete76Tahan

2.Tanah Liat4 481 - 2ASTMCTahanMudahMortar,

700pecahrubber gasket

3.Pipa4 422.5AWWATidakKuatColar,

AsbesCtahanrubber ring

400

4.Cast Iron2 486.1AWWATidakSangatBellspigot,

CtahankuatFlanged

100Mechanical

5.Pipa Baja8 2521.2 -4.6AWWATidakKuatBell

Ctahanspigot,socket

200

6.PVC4 153.2ASTMDTahanCukupFlexible,

302rubber,gasket

7.HDPE6 366.3ASTMTahanKuatRubbergasket

D3212,tightbell,

coupler.

Sumber Metcalf & Eddy ,1991.

2.6 Penempatan dan Pemasangan SaluranBerikut adalah beberapa alternatif penempatan dan pemasangan saluran

berdasarkan keadaan/kondisi daerah pelayanan.

Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila bagian kiri dan kanan jalan terdapat jumlah rumah yang hampir sama banyak. Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang satu bagian sisi mempunyai jumlah rumah yang lebih banyak daripada sisi lainnya, saluran ditempatkan pada sisi jalan dengan jumlah rumah terbanyak. Universitas Sumatera Utara Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika kedua sisi jalan tersebut terdapat banyak sekali rumah atau bangunan. Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih tinggi. Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya dan mempunyai elevasi lebih inggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di tengah jalan. a.

b.

c.

d.

Universitas Sumatera Utara

e.

Gambar 2.14 Penempatan dan Pemasangan Saluran

2.7 Kedalaman Penanaman Pipa

Kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa itu sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk. Kedalaman awal pemasangan pipa:

Pipa Persil(0.45-1.00) meter dari permukaan tanah.

Pipa Servis(0.88-1.20) meter dari permukaan tanah.

Pipa awal lateral(0.88-1.20) meter dari permukaan tanah.

Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.

2.10 Proses Pengolahan Air Buangan

Pengolahan air limbah domestik pada suatu Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) dapat dilakukan dalam 5 tahap yaitu:

1. Pengolahan Pertama

2. Pengolahan Kedua

3. Pengolahan Ketiga

4. Pengolahan Kuman

5. Pengolahan Lanjutan

2.11.1 Pengolahan Pertama

Pengolahan Pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur baik itu untuk mensortir kerikil, lumpur, dan memisahkan lemak yang dilakukan dengan cara pengendapan atau pengapungan.

.11.2 Pengolahan Kedua

Pada pengolahan kedua ini umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Dalam pengolahan ini terdapat dua hal yang penting dalam proses biologis antara lain:

1. Proses penambahan oksigen.

2. Proses pertumbuhan bakteri

Kemudian pada proses ini juga akan dibahas tentang kurva pertumbuhan bakteri yang nantinya terjadi beberapa tahap dan juga akan terjadi penggunaan aktivated sludge konventional dan juga akan terjadi proses aerasi yaitu memasukkan udara kedalam tangki aerasi.

2.11.3 Pengolahan Ketiga

Pada pengolahan ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, pada pengolahan ini akan terjadi pengolahan secara kimiawi yang akan terjadi reaksi reaksi secara kimia akibat adanya penambahan zat kimia baik itu seperti karbon aktif maupun aluminium aktif. Pengolahan ini dilakukan dengan cara penyaringan baik itu penyaringan secara lambat, cepat dan juga akan terjadi penyerapan dan pengurangan besi dan mangan.

Universitas Sumatera Utara2.11.4 Pembunuhan Kuman (Desinfection)

Pada pengolahan ini bertujuan untuk pembunuhan bakteri yang nantinya bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air. Pada pengolahan ini akan terjadi reaksi kimiawi dengan adanya reaksi klorin yang bertujuan untuk membunuh bakteri.

2.11.5 Pengolahan Lanjutan

Pengolahan ini merupakan pengolahan terakhir ataupun dapat dikatakan pengolahan daur ulang maksudnya di sini adalah hasil dari pengolahan limbah tersebut di proses untuk nantinya dapat digunakan untuk kehidupan baik itu sebagai pupuk maupun air baku yang di salurkan ke sungai. Pada pengolahan ini hasil terakhir dari pengolahan limbah tersebut yaitu lumpur akan diproses lagi adapun proses yang dilakukan adalah:

1. Proses pemekatan

2. Proses Stabilisasi

3. Proses Pengeringan

4. Proses pembuangan

Universitas Sumatera UtaraDengan melihat proses tersebut di atas maka pengolahan air limbah tersebut dapat

dikelompokkan dalam:

a. Proses pengolahan secara fisik yang terjadi pada Saringan kasar, penangkap pasir, pengendapan I dan pengendapan II.

b. Proses pengolahan secara biologi yang terjadi pada Aerasi dan pengaktifan lumpur karena pada proses tersebut terjadi pengaktifan mikroorganisme secara aerobic.

c. Proses pengolahan secara kimia yang terjadi pada aerasi karena pada bangunan ini terjadi pengikatan oleh oksigen terhadap unsur maupun senyawa yang terdapat pada air limbah.

Gambar 2.15 Sistem Pengolahan Limbah

3.1.3.2. Cara Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga

Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang baik. Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:

1. Pengenceran atau Dilution

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam Oksidasi atau Oxidation Ponds

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Cara kerjanya untuk kolam oksidasi atau Oxidation Ponds adalah sebagai berikut:

a) Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.

b) Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh chlorophyl dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 atau oksigen. Kemudian oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan disamping itu terjadi pengendapan.

c) Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut akan berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan air seperti kali, danau, sungai.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman. 3.1.3.3. Efek Buruk LimbahSesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.e. Gangguan Terhadap Kesehatan Virus

Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.

Vibrio Cholera

Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.

Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b

Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.

Salmonella Spp

Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan.

Shigella Spp

Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

Basillus Antraksis

Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.

Brusella Spp

Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.

Mycobacterium Tuberculosa

Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.

Leptospira

Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan .

Entamuba Histolitika

Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.

Schistosoma Spp

Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.

Taenia Spp

Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca.

Ascaris Spp. Enterobius Spp

Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.f. Gangguan Terhadap Kehidupan Biotik

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut.

g. Gangguan Terhadap KeindahanDengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung.

Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal dari :

4. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.

5. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.

6. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.h. Gangguan Terhadap Kerusakan BendaAdapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara antara lain :

4) Secara FisikDengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.

5) Secara KimiawiUntuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida dengan gram metal khususnya besi.6) Secara BiologisAir limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat tumbuhnya bakteri.

4. Aspek Yang Mempengaruhi Pengelolaan Air Limbah e. Demografi Menurut Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2003), di perkotaan atau perdesaan mempunyai kawasan dalam bentuk cluster-cluster dengan kepadatan penduduk yang berbeda, kondisi sosial berbeda pula. Sehingga sekelompok orang dapat membuat sarana sanitasinya dengan septic tank tetapi sebagian lain hanya mampu dengan membuat cubluk, dan banyak masyarakat tidak mampu yang tidak mempunyai sarana untuk membuang hajat. Sedangkan secara teknis dan kesehatan untuk kepadatan tertentu yaitu > 50 orang/ha, penggunaan cubluk sudah mengakibatkan kontaminasi pada sumur-sumur tetangga. Di atas kepadatan 200 orang/ha penggunaan septic tank dengan bidang resapannya akan memberikan dampak kontaminasi bakteri koli dan pencemaran pada tanah dan air tanah. Pengelolaan air limbah ditinjau dari sudut demografi lebih melihat pada kategori perkotaan (urbanise area) dan perdesaan (remote area), bukan berdasarkan pembatasan administrasi. Regionalisasi sistem pengelolaan limbah lebih melihat pada sisi ekonomis pelayanan, sebagai contoh untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani beberapa daerah administratif berdekatan, maka akan jauh lebih ekonomis daripada membuat sistem-sistem tersendiri secara skala kecil.

Secara umum arahan strategi penanganan sistem off site adalah sebagai berikut:

Berapa ppm BOD badan air akan diturunkan;

Setiap ppm penurunan tersebut dikalikan 200 ribu jiwa = total jiwa yang hendak ditangani dengan sistem off site;

Selanjutnya dipilihkan kawasan padat yang yang perlu diterapkan dengan sistem tersebut;

Pilih skala penanganan berdasarkan pertimbangan ekonomis dan tetapkan kawasan yang sesuai untuk pengolahan air limbah skala lingkungan atau komunal, skala modul atau skala kawasan (sekitar 1000 KK).

f. Sosial Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yang berbeda, sehingga akan sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan. Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Karena, jika seseorang dikenakan pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat menolak, sedangkan dalam halnya sanitasi, maka akan ada alternatif lain, misalnya hotel dapat membuat individual treatment sendiri.

Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi skala lingkungan atau komunal. Maka untuk membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan mengeluarkan insentif sebagai stimulan.

g. Lingkungan Aspek lingkungan juga merupakan hal yang akan menentukan dalam penentuan pemilihan sistem pengelolaan air limbah:

Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septic tank, kolam anaerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;

Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off yang sangat besar dibanding aliran air limbah, sehingga sistem saluran (sewer) terpisah antara air hujan dan air limbah permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan terbatas dapat diterapkan sistem interseptor;

Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi, untuk sanitasi on site penggunaan septic tank dengan upward flow yang disebut tangki septik vertikal dapat diterapkan;

Kepadatan 100 orang/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off site pada kawasan tersebut;

Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan gulma yang akan menutupi permukaan air danau;

Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk natural purification bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.

h. Teknis dan Kesehatan Penanganan secara teknis air limbah dimaksud agar input bangunan, proses, output dan outcome memenuhi persyaratan kesehatan (Depkimpraswil, 2003), diantaranya:

Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumber air minum harus dijaga dengan jarak >10m untuk jenis tanah liat dan >15 m untuk tanah berpasir;

Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak kontaminasi bakteri koli yang cukup besar terhadap tanah dan air tanah. Jadi bagi pengguna sanitasi individual pada kawasan dengan kepadatan tersebut, penerapan anaerobic filter sebagai pengganti bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran terbuka, atau secara komunitas menggunakan sistem sanitasi off site;

Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka tanpa pengeraman (digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan lumpurnya harus ada pengeraman 3 minggu untuk digunakan di permukaan tanah (sebagai pupuk);

Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri koli dengan proses maturasi atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut;

Sebaiknya alat-alat saniter (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin, dll) menggunakan water trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut. Penggunaan pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai ceiling (plafon) teratas.2.2 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Sukmadinata (2007: 41) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini::

2.3 Kerangka KonsepVariabel Independen

Variabel Dependen

Tabel 2.1 Definisi Operasional

TABEL DEFINISI OPERASIONAL DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS AREA MASALAH PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TERHADAP SISTIM PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA DESA SUKASARI RT 02 / RW 04, DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.NoNama VariableDefinisi OperasionalAlat ukurCara ukurHasilSkala

1.PengetahuanHasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007). Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan repsonden tentang limbah cair rumah tanggaKuesionerWawancaraPenilaian

Baik 7

Kurang 5

Nominal

2. PendidikanHasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembanan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan (Budiono, 1998).

KuesionerWawancaraTinggi 3

Rendah 4

Ordinal

3.Paparan Media massa

Penyampaian informasi dari berbagai media massa yang dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

Kuesioner Wawancara Pernah Tidak pernah Interval

4.Hubungan SosialHubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, antar orang dengan kelompok. (Gillin)Kuesioner wawancaraPernah Tidak pernahInterval

5.PendapatanSuatu aliran dana yang terjadi dari suatu pihak ke pihak lainnya, yang didapatkan dari suatu aktivitas produktif (Rosidi, 1999)KuesionerWawancaraTinggi = 2

Rp.2.442.000,00

Rendah = 1

< Rp. 2.442.000,00

Ordinal

Internal

Jasmani (usia)

Rohani (psikis, intelektual, psikomotor, sertakondisi afektif dan kognitifnya)

Pengetahuan

Eksternal

Tingkat Pendidikan

Paparan Media Masa

Ekonomi

Hubungan Sosial

Pengalaman

Tingkat Pendidikan

Paparan Media Masa

Pengetahuan pembuangan limbah cair

Hubungan Sosial

Ekonomi