bab ii influenza
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Bab II Influenza
1/8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Etiologi
Virus influenza adalah virus RNA, termasuk famili Orthomyxovirus,
berantai tunggal dan berbentuk heliks. Sesuai dengan antigen dasarnya
dibagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan C. Virus ini dibagi menjadi
beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaannya yaitu hemaglutinin
(H) dan neuraminidase (N). Tiga tipe hemaglutinin yang ada pada manusia
(H1, H2, H3) berperan dalam penempelan virus pada sel. Dua tipe
neuraminidase (N1, N2) berperan dalam penetrasi virus ke dalam sel.
Variasi kedua glikoprotein eksternal H dan N, adakalanya berubah secara
periodik, hal ini menyebabkan perubahan antigenitas. Antigenic shift
merupakan perubahan besar (major) salah satu antigen permukaan (H atau
N), yang dapat menyebabkan pandemi. Antigenic drift merupakan
perubahan kecil (minor) pada antigen permukaan yang timbul diantara
major shift dan bisa dihubungkan dengan epidemi (Pickering dkk., 2000).
Infuenza tipe A menyebabkan penyakit sedang-berat dan dapat menyerang
semua umur. Virus ini menyerang manusia dan binatang lain, seperti babi
dan burung. Influenza tipe B biasanya menyebabkan penyakit yang lebih
ringan daripada tipe A, dan terutama menyerang anak-anak. Influenza tipe
B lebih stabil daripada influenza tipe A, dengan sedikit antigenic drift dan
menyebabkan imunitas yang cukup stabil. Virus ini hanya menyerang
manusia. Influenza tipe C dilaporkan jarang menyebabkan sakit pada
-
7/31/2019 Bab II Influenza
2/8
-
7/31/2019 Bab II Influenza
3/8
2. Epidemiologi
Influenza timbul di seluruh bagian dunia dan mengenai 10-20%
dari total populasi dunia. Manusia adalah satu-satunya reservoir
untuk influenza tipe B dan C, sedangkan influenza tipe A dapat
menginfeksi manusia dan binatang. Tidak ada yang disebut sebagai
karier kronik. Influenza ditularkan melalui droplet dari orang yang
terinfeksi. Cara penularan lain yang jarang adalah melalui kontak
erat.
Aktivitas influenza timbul terutama pada musim dingin dan
mencapai puncaknya dari Desember sampai Maret di daerah yang
beriklim subtropis, tetapi dapat pula timbul lebih awal atau lebih
lambat. Selama tahun 1976-2001, di Amerika Serikat aktivitas
puncak timbul paling sering pada bulan Januari (24%) dan Februari
(40%) dan rata-rata terjadi 20.000 kematian per tahun. Pada daerah
tropis influenza dapat timbul setiap saat selama setahun.
Influenza juga dapat menyebabkan pandemi bila angka morbiditas
dan mortalitas komplikasi akibat influenza meningkat secara
bermakna di seluruh dunia. Influenza dapat menyerang semua
kelompok umur. Angka kejadian infeksi tertinggi adalah pada
anak-anak, sedangkan angka kejadian penyakit serius dan kematian
tertinggi adalah pada orang usia >65 tahun dan orang yang berisiko
tinggi menderita komplikasi akibat influenza. Pada anak usia 0-4
tahun, angka perawatan rumah sakit adalah 1:2000 orang yang
-
7/31/2019 Bab II Influenza
4/8
berisiko tinggi dan 1:1000 orang yang tidak berisiko tinggi. Dalam
kelompok usia 0-4 tahun, angka perawatan rumah sakit tertinggi
adalah anak umur 0-1 tahun dan angka ini sama dengan angka
yang ditemukan pada orang usia 65 tahun.
Selama epidemi influenza tahun 1969-1970 sampai 1994-1995,
angka perawatan rumah sakit di Amerika Serikat berkisar antara
16.000 sampai 220.000 per epidemi, rata-rata 114.000 per tahun
perawatan, dengan 57% dari yang dirawat adalah usia 150
kematian per 100.000 orang usia 65 tahun. Lebih dari 90%
kematian adalah orang lanjut usia karena pneumonia dan influenza.
-
7/31/2019 Bab II Influenza
5/8
3. Patogenesis
Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet,
kemudian menempel dan menembus sel epitel saluran napas di
trakea dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus menembus
lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan terhindar dari
inhibitor non-spesifik serta antibodi lokal yang spesifik. Daerah
yang diserang adalah sel epitel silindris bersilia. Selanjutnya terjadi
edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit, histiosit, sel plasma dan
polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini terjadi pada hari pertama
setelah gejala timbul. Perbaikan epitel dimulai pada hari ke-3 dan
ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada lapisan basal. Respons
pseudometaplastik dari epitelium yang undifferentiated timbul.
Puncaknya dicapai pada hari ke9 sampai ke-15 setelah awitan
penyakit. Setelah 15 hari, tampak produksi mukus dan silia
kembali seperti sediakala.
Adanya infeksi sekunder menyebabkan reaksi infiltrasi sel radang
lebih luas dan kerusakan pada lapisan sel basal dan membrana
basalis lebih hebat, yang akan mengakibatkan terhambatnya
regenerasi sel epitel bersilia. Kemudian virus bereplikasi di dalam
sel pejamu yang menyebabkan kerusakan sel pejamu. Viremia
tidak terjadi. Virus terlindung di dalam sekret dari saluran napas
selama 5-10 hari.
4. Manifestasi Klinis
-
7/31/2019 Bab II Influenza
6/8
Masa inkubasi biasanya hanya 2 hari, tetapi dapat bervariasi antara
1 sampai 5 hari. Tingkat keparahan influenza tergantung pada
riwayat imunologik terdahulu dengan antigen varian virus. Secara
umum, hanya 50% dari orang yang terinfeksi influenza akan timbul
gejala klinis klasik influenza.
Penyakit influenza klasik ditandai dengan demam, mialgia, sakit
tenggorokan, dan batuk yang tidak produktif secara tiba-tiba.
Demam berkisar antara 38,3-38,9C. Gejala demam muncul secara
mendadak sehingga pasien dapat memberitahukan waktu yang
tepat kapan demam muncul. Mialgia terutama dirasakan di otot
punggung. Batuk terjadi sebagai akibat destruksi epitel trakea.
Gejala tambahan lain dapat berupa rinorea, sakit kepala, rasa
terbakar substernal dan gejala okular (nyeri dan sensitif terhadap
cahaya).
Gejala sistemik dan demam biasanya berlangsung selama 23 hari,
jarang yang lebih dari 5 hari. Gejala akan berkurang dengan
pemberian asetosal atau asetaminofen. Asetosal tidak boleh
diberikan pada bayi, anak-anak, maupun remaja karena risiko
terjadinya sindrom Reye setelah infeksi influenza. Penyembuhan
biasanya cepat, tetapi beberapa orang akan menjadi astenia dan
depresi selama beberapa minggu.
5. Diagnosis
-
7/31/2019 Bab II Influenza
7/8
Diagnosis influenza ditegakkan berdasarkan karakteristik
manifestasi klinis, terutama jika telah dilaporkan adanya influenza
dalam masyarakat. Pemeriksaan laboratorium rutin kurang
berperan dalam menegakkan diagnosis banding influenza dengan
penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus lain. Pada anak,
manifestasi pemeriksaan darah bervariasi, bahkan pada bayi
tampak gambaran leukositosis. Foto toraks bermanfaat untuk
menyatakan adanya penyulit pneumonia lobaris atau interstisial.
Diagnosis pasti influenza bergantung pada isolasi atau deteksi
komponen virus dari sekret saluran napas atau adanya kenaikan
yang bermakna titer antibodi serum pada masa penyembuhan.
Diagnosis serologik yang cukup menjanjikan adalah pengukuran
antibodi terhadap hemaglutinin influenza dengan menggunakan
metode ELISA. Uji ini sederhana dan mempunyai kelebihan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgA, IgM dan IgG.
6. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada bayi, anak kecil, anak dengan risiko
tinggi dan orang lanjut usia. Komplikasi yang paling sering adalah
pneumonia, terutama pneumonia bakteri (karena Streptoccocus
pneumoniae, Haemophilus infuenzae, atau Staphyloccus aureus).
Pneumonia virus primer merupakan komplikasi yang jarang
ditemui namun tingkat fatalitasnya tinggi.
-
7/31/2019 Bab II Influenza
8/8
Sindrom Reye adalah komplikasi yang mungkin timbul pada anak
yang mendapatkan asetosal, terutama berhubungan dengan
influenza tipe B, ditandai dengan muntah yang berat dan
penurunan kesadaran sampai koma karena edema otak.
Komplikasi lain adalah miokarditis, perburukan bronkitis kronik
dan penyakit paru kronik lainnya. Angka kematian adalah 0,51
per 1000 kasus. Sebagian besar kematian terjadi pada usia 65
tahun.