bab ii arief

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Sukirman, 1999). Perencanaan suatu perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan supaya dapat memikul dan menyebarkan beban yang ada serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Disamping itu juga diperlukan sistem pengawasan pelaksanaan dan pemeliharaan. Sistem pengawasan dimulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap 4

Upload: arief-adrian

Post on 17-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ta

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1

Perkerasan JalanPerkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Sukirman, 1999).Perencanaan suatu perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan supaya dapat memikul dan menyebarkan beban yang ada serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Disamping itu juga diperlukan sistem pengawasan pelaksanaan dan pemeliharaan. Sistem pengawasan dimulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan. Sedangkan sistem pemeliharaan dilakukan terencana dan tepat selama umur pelayanan (Sukirman, 1999).2.2 Material Penyusun Konstruksi Perkerasan Lentur2.2.1Agregat

Agregat yang digunakan sebagai campuran aspal berupa butiran atau pecahan-pecahan batu yang menempati bagian pada struktur perkerasan jalan. Agregat ini berupa batu pecah, kerikil, pasir ataupun komposisi mineral lainnya, baik hasil alam (natural agregat), hasil pengolahan (manufacture agregat), maupun agregat batuan (synthetic agregat) yang digunakan sebagai bahan penyusun utama perkerasan jalan, (Wardhani Sartono, 1999).

Menurut Revisi SNI 03-1737-1989, Agregat dapat dikelompokkan menjadi menjadi:

A. Agregat kasar

Agregat dengan ukuran butir yang tertahan ayakan No.8 (2,36 mm). Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan diantaranya:

1.Abrasi dengan mesin Los Angeles untuk campuran AC bergradasi kasar maksimum 30%, sedangkan untuk semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya maksimum 40%.

2.Kelekatan agregat terhadap aspal minimum 95%.Tabel 2.1 Standart yang digunakan dalam Persyaratan Agregat Kasar

Pengujian StandarNilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfatSNI 3407 : 2008Maks.12 %

Abrasi Dengan Mesin Los AngelesCampuran AC bergradasi kasarSNI 2417 :2008Maks.30%

Semua Jenis Campuran Aspal bergradasi lainnyaMaks.40%

Kelekatan Agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991Min.95%

Angularitas ( Kedalaman dari permukaan < 10cm)

Dot's Pennyslvania Test Method,PTM No.62195 /90'

Angularitas ( Kedalaman dari permukaan > 10cm)80/75'

Partikel Pipih dan lonjongASTM D4791 perbandingan 1:5Maks.10%

Material lolos ayakan No.200SNI 03-4142-1996Maks.1%

Sumber : Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal minyak Dalam Campuran Beraspal Panas tahun 2010B. Agregat halus

Agregat dengan ukuran butir yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Halus

No.PengujianStandarNilai

1.Nilai Setara PasirSNI 03-4428-1997Min 50% untuk SS,HRS dan AC bergradasi Halus Min 70% untuk AC bergradasi kasar

2.Material Lolos Ayakan No.200SNI 03-4428-1997Maks 8%

3.Kadar LempungSNI 3423 : 2008Maks 1%

4.Angularitas ( kedalaman dari permukaan < 10 cm )AASHTO TP-33 atau ASTM C1252-93Min 45%

5.Angularitas ( kedalaman dari permukaan 10 cm )Min 40%

Sumber :Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal minyak Dalam Campuran Beraspal Panas tahun 2010C. Bahan Pengisi (filler)

Bahan pengisi adalah bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron). Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur, kapur padam, semen atau abu terbang.Filler pada campuran aspal diperlukan memberikan kohesi yang cukup pada aspal sehingga aspal dapat mempertahankan agregat pada tempatnya, tetapi filler tidak boleh terlalu banyak agar tidak menyebabkan campuran terlalu keras dan sulit untuk dikompaksi.

2.2.2 Bahan PengikatBahan pengikat yang digunakan pada perkerasan lentur adalah aspal. Aspal menurut American Society for Testing and materials (ASTM) adalah suatu material yang berwarna coklat tua sampai hitam, padat atau semi padat yang terdiri dari bitumen-bitumen yang terdapat di alam atau diperoleh dari residu minyak bumi.

Aspal adalah material pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mecair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun.

2.3 Aspal Porus

Aspal porus adalah campuran aspal dengan kadar pasir yang rendah untuk mendapatkan kadar rongga udara yang tinggi. Aspal porus dipergunakan untuk lapisanpermukaan jalan dan selalu dihampar di atas lapisan kedap air. Efektif untuk meningkatkankeselamatan lalu-lintas pada musim hujan, mengurangi percikan air dan mempunyaikekesatan permukaan yang baik pada kecepatan tinggi (I Wayan Diana, 2000).Aspal porus adalah jenis perkerasan untuk lapis permukaan yang diletakkan di atas lapisan base atau surface yang permeable dan didominasi oleh agregat kasar (85%) segingga gradasinya adalah gradasi terbuka(open graded) dan berfungsi sebagai drainase dibawah permukaan jalan. Untuk membedakan permukaan lapis perkerasan aspal poros dengan lapis perkerasan aspal padat dapat dilihat pada gambar berikut(Nur Ali, 2011).

Gambar 2.1. Permukaan Aspal porus

Gambar 2.2. Permukaan Aspal Padata. Keuntungan Penggunaan Aspal Porus

Aspal porus dapat memberikan manfaat, Antara lain:1. Dapat mengurangi aquaplaning apabila permukaan aspal basah akibat tingginya kadar pori dalam aspal porus.

2. Permukaan aspal porus sangat kasar dan kesat, oleh karena didominasi oleh agregat kasar segingga permukaannya memiliki skid resistance (tahanan geser) yang dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas berupa slipnya ban kendaraan di atas permukaan jalan.

3. Terjadi untaian pori yang membentuk saluran drainase, yang mampu meresapkan air pada daerah vertical dan horizontal dan mengalirkannya kesaluran samping jalan sehingga air tidak mempengaruhi lapisan subbase.

4. Dapat meredam kebisingan kendaraan 3-4 dB, dimana kebisingan tersebut diredam oleh pori-pori aspal porus.b. Kekurangan Penggunaan Aspal Porus

1. Berhubung tingginya kadar rongga di dalam aspal porus menyebabkan stabilitas aspal porus rendah sehingga perlu mempertimbangkan penggunaannya lebih cermat pada lalu lintas tinggi.2. Dengan besarnya rongga yang ada dalam perkerasan menyebabkan resiko terhadap bahaya pumping oleh lalu lintas sehingga perlu mendapat perhatian pada proses perencanaan.3. Peluang terjadinya pelapukan pada perkerasan sangat tinggi oleh karena oksigen dapat memasuki rongga aspal porus, sehingga terjadi proses oksidasi pada aspal yang menyebabkan aspal menjadi lapuk.2.4 Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Agregat KasarCangkang sawit adalah bagian berkayu yang ada didalam buah sawit. Bahan ini berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan tektur yang cukup keras dan berfungsi sebagai pelindung daging buah biji sawit (endosperm). Cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Dengan kandungan karbon terikat sebesar 20,5%, cangkang kelapa sawit mampu dijadikan sebagai sumber energi alternative (Husain, 2002).

2.5 Stabilitas Dinamis dan Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala waktu dan ruang. Pada jalan raya ada dua jenis deformasi yaitu arah melintang dari perkerasan arah memanjang perkerasan. Kerusakan jenis ini biasanya diakibatkan oleh karena lapisan tidak bisa menahan regangan tekan yang terjadi akibat beban lalu-lintas, deformasi bisa terjadi hanya pada satu lapis ataupun pada semua lapis dari suatu susunan struktur perkerasan(Yuristian,2014).

Stabilitas dinamis adalah kemampuan suatu campuran menahan perubahan bentuk atau deformasi akibat pembebanan dinamis/bergerak pada suhu tinggi. Indek penetrasi (IP) aspal adalah suatu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui ketahanan campuran terhadap deformasi. Aspal dengan IP yang tinggi akan memiliki ketahanan terhadap deformasi yang tinggi pula.

2.6 Wheel Tracking TestPengujian Wheel Tracking Test adalah merupakan suatu test simulasi dimana suatu roda yang berputar maju mundur diatas benda uji. Dimensi benda uji adalah 30cm x 30cm x 5cm. Pemadatan benda uji dilaksanakan sama dengan kepadatan Marshal, pemadatan dilakukan pada suatu bidang kontak sebesar 0.4 Psi dengan 34 kali lintasan (Yuristian,2014).Sebelum pengujian denagn mesin Wheel Tracking benda uji didiamkan selama 12 jam pada suhu kamar kemudian benda uji dipanaskan selama 8 jam dengan temperatur 60 (C dan begitu juga dengan mesin Wheel Tracking yang berada dalam ruangan pengujian Wheel Tracking sudah dihidupkan 8 jam sebelum pengujian pada temperatur 60 (C.

Hasil pengujian benda uji adalah Stabilitas Dinamis dan Deformasi/kedalaman alur yang dihitung sebagai berikut : 1. Stabilitas Dinamis (DS) (Banyaknya lintasan/mm)

Keterangan :

DS= Stabilitas dinamis (Lintasan/mm)

d1= deformasi saat t1 (45 menit)d2= deformasi saat t2 (60 menit)

C1 = Faktor koreksi = 1.0 untuk mesin uji kecepatan

C2 = Faktor koreksi = 1.0 untuk benda uji ukuran lebar 300 mm2. Kecepatan Deformasi (RD) (mm/menit)

Keterangan :

d1=deformasi saat t1 (45 menit)

d2=deformasi saat t2 (60 menit)

Gambar 2.3. Wheel Tracking 413