bab ii apping

Upload: sunardi-nardi

Post on 20-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini mengemukakan berbagai pandangan dan pemikiran yang berkaitan dengan faktor pendukung yang akan diteliti, yaitu meliputi:

A. Perilaku Pengelola dalam Pengelolaan Limbah Bengkel

1.

Perilaku Perilaku diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dan

perilakunya dapat menunjukkan siapa orang itu sesungguhnya. Marat (2006:27) mengemukakan bahwa perilaku seseorang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bertindak terhadap orang lain dan lingkungannya serta pemikiran yang dibentuk mengenai motivasi, hasil belajarnya dan sebagainya. Di sini lingkungan fisik memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu. Perilaku lingkungan merupakan fungsi dari interaksi antara seseorang dengan lingkungan tempat ia berada sehingga kegiatan yang terjadi adalah hubungan yang saling menguntungkan dalam mengembangkan perilaku yang ramah lingkungan atau dengan kata lain perilaku merupakan jawaban terhadap berbagai hal yang berasal dari luar diri seseorang (Sastrawijaya, 199:6). Hubungan yang saling menguntungkan. Hidup mempunyai arti abstrak atau ada ketergantungan kepada manusia lain di dunia, jika kita ingin hidup bentuk kehidupan bersama yaitu manusia yang satu7

8

dengan yang lainnya bergaul dengan cara tertentu, manusiawi, dan bersama-sama dalam arti manusia sosial. Jika pandangan ini diimplementasikan pada pengelola bengkel servis mobil sebagai manusia sosial itu berarti bahwa ia mampu menyesuaikan diri dengan orang lain, ia hidup dengan yang lain di sekelilingnya, dan ia dibentuk oleh orang lain atau ia adalah bagian dari masa lampau. Jika pengelola bengkel servis mobil dalam menangani limbahnya dapat menyesuaikan diri tidak hanya dengan lingkungannya dan keinginannya sendiri, tetapi juga dengan bantuan orang lain. Jika penyesuaian perilaku sendiri dan penyesuaian diri terhadap lingkungan menyimpulkan bahwa manusia/pengelola bengkel servis mobil dalam berbagai lingkungan tahu bagaimana harus bertindak karena tuntutan kebutuhan. Marat, (2007:18) bahwa manusia mempunyai kebutuhan sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisiologi. 2. Kepastian. 3. Kasih sayang 4. Penghargaan dan 5. Tumbuh kembang diri Di samping kebutuhan fisiologis (disebut kebutuhan biologis), masih ada 4 (empat) kebutuhan lain pada psyche yaitu: 1. Keamanan dan kepastiaan 2. Kasih sayang dan penerimaan

9

3. Penghargaan dan dianggap atau dihormati, serta 4. Aktualisasi diri Sarwono (1995:15) mengemukakan bahwa perilaku atau tingkah laku terdiri dari dua bentuk, yaitu berupa perbuatan yang dapat ditangkap secara langsung oleh indera misalnya melempar, menyapu, merokok dan semacamnya serta yang tidak dapat ditangkap secara langsung oleh indera misalnya motivasi, sikap, berpikir dan minat. Selain itu perilaku juga merupakan kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, memahami dan mengaplikasikannya serta didukung dengan kebudayaan rasa, cipta, dan karsa. Perilaku adalah hasil kekuatan yang ada dalam diri lingkungan psikologis individu yang meliputi seluruh fakta psikologi yang diketahui atau disadari. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu hakikat stimulus itu sendiri, motivasi, dan latar belakang pengalaman. Setiap pengelola yang bergerak dalam bidang industri dan bidang transportasi secara etis kalangan pengusaha dan industriawan dituntut untuk menanamkan nilai suka berkorban demi kelestarian lingkungan hidup (lingkungan bengkel servis) sebagai upaya untuk menghindarkan atau meminimumkan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Selain itu diperlukan pula sikap suka menahan diri untuk tidak mengumbar nafsu memperoleh keuntungan. Manusia hanya disibukkan dengan cara mengikuti dunia, tempat manusia hidup dan hasilnya adalah mendapatkan pengertian mengenai dunia tempat manusia hidup. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa berpikir membuat manusia cenderung ke arah dorongan, sedangkan lingkungan

10

mengekang kediktatoran. Pengungkapan ini dapat dimaknai bahwa berpikir membuat orang dapat mengubah dorongan dan lingkungannya tanpa harus mengubah dorongan atau lingkungan secara langsung (Khairul, 2010) Lingkungan tersebut jika dihubungkan dengan perilaku pengelola bengkel servis mobil, maka tindakan nyata dalam merancang dan

mengatur/mengorganisasikan unsur-unsur lingkungan adalah hal yang esensial (inti). Ini berarti bahwa pengelola bengkel servis mobil dalam melakukan rutinitas

pelayanan servis sehari-hari memperhatikan bagaimana menjaga, memelihara, menata, dan memanfaatkan lingkungan serta unsur-unsur lingkungan lainnya. Prinsip dalam menilai perilaku adalah hanya pada perilaku yang sudah ditunjukkan dan bukan perilaku yang akan ditunjukkan serta bukan keterampilan atau pengetahuan dan bukan prestasi kerja. Kesantunan kepada alam akan semakin meningkatkan kepekaan untuk membaca dan memahami tanda-tanda dari alam itu sendiri dan keberpihakan pada lingkungan akan memberikan dampak yang positif bagi kehidupan (Azhari,1997:75). Dapat disimpulkan bahwa berperilaku dalam kehidupan berupa pemikiran, perkataan dan atau tindakan yang dilakukan perlu disertai moral dan etika pembangunan yang merupakan ibadah untuk menciptakan masa depan yang selalu lebih baik dan berkelanjutan. Menurut Notoatmodjo (1997:30), perilaku merupakan suatu yang kompleks dan merupakan resultante dari berbagai macam aspek internal maupun eksternal,

11

psykologis maupun fisik. Perilaku tidak berdiri sendiri tetapi selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain, prilaku dapat mempengaruhi lingkungan. Thoha (1982:15), menyatakan bahwa perilaku manusia sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungan setiap orang akan berperilaku yang berbeda satu sama lain. Dan perilaku ini ditentukan oleh lingkungannya. Selanjutnya menurut Notoatmodjo (1997:45), perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan jadi perilaku manusia itu pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Menurut Aswar (1983:28), kontrol perilaku ditentukan oleh pengalamanpengalaman masa lalu dan perkiraan dari individu seberapa sulit atau mudahnya untuk menentukan tindakan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah. Richard (2002:21), mengatakan perilaku juga merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan, dimana karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu. Bany (2011), menyatakan bahwa perilaku lingkungan merupakan suatu

fungsi dari interaksi antara seorang individu dan lingkungan tempat ia berada, sehingga kegiatan yang terjadi adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, yang dapat mengembangkan perilaku yang ramah lingkungan. Kecenderungan positif

12

atau negatif seorang dalam merespon lingkungan akan mewarnai perilakunya dalam hal ini pengelola industri, dalam membangun atau merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Perilaku pekerja/mekanik merupakan suatu refleksi dari berbagai aspek fisik dan non fisik, serta merupakan suatu keadaan jiwa untuk memberi respon terhadap situasi diluar dirinya. Perilaku seseorang tidak pernah terlepas dari latar sosial dan kepribadian yang melingkupinya, latar tersebut membedakan peran yang harus dimainkan oleh setiap orang, misalnya apakah ia seorang petani, dokter, pengusaha, nelayan dan lain sebagainya. Perilaku atau tingkah laku terdiri dari dua bentuk yakni berupa perbuatan yang dapat ditangkap secara langsung oleh indera, misalnya memupuk, mengemudi, merokok, dan yang tidak dapat ditangkap secara langsung oleh indera misalnya motivasi, sikap, minat dan emosi atau perasaan. Perilaku menyangkut hubungan antara tanggapan atau balasan (respon) dengan rangsangan (stimulus). Untuk meningkatkan tanggapan atau balasan dari rangsangan, dapat dilakukan dengan memberi sesuatu efek atau akibat yang menyenangkan bagi subjek yang memberikan tanggapan. Faktor lain yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah karena mempunyai keyakinan-keyakinan yang mengharuskan untuk bertindak (Sarwono, 1995:3). Koswara (1989:24), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah hasil kekuatan yang ada dalam diri individu dan kekuatan yang berasal dari lingkungan psikologis. Lingkungan psikologis yang dimaksud adalah seluruh fakta

13

psikologis yang diketahui atau disadari oleh individu. Fakta psikologis tersebut akan membentuk keseluruhan dari pengetahuan individu dan merupakan kekuatan yang mempengaruhi tingkah laku. Abdurrahman (1990:56), menyatakan bahwa tindakan manusia terhadap lingkungan dilakukan berdasarkan keputusan yang berasal dari persepsi yang bersumber dari informasi lingkungan dan latar belakang pengalaman serta sikapnya terhadap lingkungan. Ada pula hal penting mengenai perilaku manusia, pertama perilaku merupakan fungsi dari orang dan situasinya, kedua, orang tidak hanya akan beraksi pada ciri objektif suatu situasi, tapi juga pada penafsiran objektifnya sendiri. Perilaku manusia dalam pengelolaan lingkungan, dapat digunakan teori aksi Weber yang menyatakan bahwa seseorang dalam melakukan suatu tindakan adalah berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan ini merupakan tindakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu dengan sarana-sarana yang paling tepat. Soelaiman (1992:54), mengemukakan bahwa perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah laku atau bahkan menentukan tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi sosial, persepsi sosial, nilai atau konsep. Graeft dkk. (1996:13), mengemukakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang juga dipengaruhi

14

oleh sikap terhadap perilaku, seperti apakah ia merasa bahwa suatu perilaku itu penting. Dalam hal ini sikap dan perilaku saling pengaruh mempengaruhi dan pengaruh dari luar (mungkin lingkungan atau situasi yang dihadapi) membentuk satu sikap yang diperlihatkan pada orang lain yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk perilaku. 2. Limbah Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah limbah yang mengandung bahan-bahan beracun karena sifat dan konsentrasi pada bahan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemari lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah yang termasuk limbah B3 yaitu limbah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik berikut: (1) mudah meledak; (2) mudah terbakar; (3) bersifat reaktif; (4) beracun; (5) menyebabkan infeksi; (6) bersifat korosif; dan (7) limbah lain yang apa bila diuji dengan metode toksikologi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3 (Manik, 2007:27).

15

Bengkel servis dapat dimaknai lingkungan/tempat beraktivitas untuk menghasilkan jasa pelayanan dan sekaligus menghasilkan limbah bentuk padat, cair dan gas. Penguraian berikut ini lebih menjelaskan tentang ketiga bentuk hasil pengiring tersebut:

a.

Bentuk Padat Menurut Nasrun (2011) Penghasil limbah yang berbentuk padat sebagai akibat

kegiatan pelayanan jasa pada bengkel servis antara lain potongan besi, plastik, karet, kertas amplas, sisa dempul, pecahan kaca, karton, kaleng dan semacamnya. Semua jenis padatan tersebut adalah benda-benda yang tidak mudah terurai dan jika tidak ditangani (dikelola) dengan baik akan menjadi bahan yang mencemari lingkungan dan jika itu menumpuk pada suatu tempat akan mempengaruhi ekosistem, akibatnya flora dan fauna terusik keberadaannya akan menghambat penembusan sinar matahari dan pengurangan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh mahkluk hidup. Khairul, (2010) Limbah padat adalah segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padat atau setengah padat. Limbah padat dapat berupa campuran berbagai bahan baik yang tidak berbahaya (sisa makanan) maupun berbahaya (limbah bahan berbahaya dan beracun dari industri). Adanya limbah padat yang terkontaminasi mikroorganisme dapat berdampak pada timbulnya berbagai gangguan kesehatan. Gas-gas yang dikeluarkan dalam proses pembusukan, pembakaran, ataupun pembuangan limbah juga dapat mengganggu kesehatan.

16

Cairan yang dihasilkan dari penguraian limbah organik padat disebut leachate (lindi). Lindi dapat menyerap zat-zat pencemar di sekelilingnya sehingga di dalam lindi terdapat mikroba patogen, logam berat, atau zat berbahaya lain. Keadaan ini dapat mencemari air tanah dan jika terminum, dapat menimbulkan penyakit. Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi vektor penyakit Tenangjaya, (2011) limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat di dalam lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti: 1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan (CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk karena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob. 2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing, 100 ppm Batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah tidak berfungsi, 200 300 ppm Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan, 500 700 ppm Kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30

17

menit sampai 1 jam, Lebih dari 700 ppm Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian. 3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah. 4. Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah ada juga beberapa dampak limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda secara umum, Dampak limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap kesehatan dan terhadap lingkungan adalah sebagai berikut: a. Dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan atau

menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: (a) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat. (b) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap. b. Dampak terhadap lingkungan, cairan dari limbah limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan air sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga manusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung.

18

Selain mencemari, air juga menimbulkan banjir karena banyak orangorang yang membuang limbah rumah tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air dapat meluap.

b.

Bentuk Cair Hasil produksi limbah berbentuk cair adalah bahan-bahan pencemar dalam

bentuk cairan. Hasil jenis ini mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan senyawasenyawa pencemar yang terkandung di dalamnya membahayakan kerusakan. Selain itu, perubahan air menjadi kotor karena dilapisi bahan berminyak dan penutupan permukaan air. Hasil ini berupa oli, solar, gemuk, thiner, deterjen (shampo), bensin, air aki (accu) dan semacamnya. Apabila limbah minyak pelumas/cair tumpah di tanah akan mempengaruhi air tanah maka akan berbahaya bagi lingkungan, untuk itu harus benar-benar diperhatikan dalam pewadahanya hal tersebut sangat penting. Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut bila perlu bengkel-bengkel mobil mampu dalam mengelola limbah minyak pelumas tersebut untuk dimanfaatkan kembali atau didaur ulang dengan menggunakan teknologi tepat guna, jika bengkel tidak bisa menangani sebaiknya disalurkan kepada usaha yang mampu dalam menanganinya

(Nugroho, 2008) Anonim, (2010) Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa oli bekas, bahan ceceran, pelarut/pembersih, dan air. Bahan pelarut/pembersih pada umumnya

19

mudah sekali menguap, sehingga keberadaannya dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara. Terhirupnya bahan pelarut juga dapat menimbulkan gangguan terhadap pernapasan para pekerja. Bahan bakar merupakan cairan yang mudah terbakar oleh nyala api, dan juga merupakan bahan yang mudah sekali terbawa oleh aliran air. Bahan bakar bensin mudah sekali menguap dan terhirup oleh para pekerja. Air limbah dari usaha perbengkelan banyak terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas), gemu dan bahan bakar. Air yang sudah terkontaminasi akan mengalir mengikuti saluran yang ada, sehingga air ini mudah sekali untuk menyebarkan bahanbahan kontaminan yang terbawa olehnya. Oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kesan kotor dan sulit dalam pembersihannya, disamping itu oli bekas dapat membuat kondisi lantai licin yang dapat berakibat mudahnya terjadi kecelakaan kerja. c. Bentuk Gas Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas, contoh: karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida

(NOx), dan sulfur oksida (SOx). Semua ini adalah hasil dari proses kegiatan produksi yang berbentuk gas dan dapat menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah gas atau biasa disebut pencemar udara, yaitu adanya zat atau bahan dalam jumlah dan waktu tertentu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap mahkluk hidup dan tumbuh-tumbuhan.

20

Ketiga hasil dari pelayanan jasa limbah pada bengkel servis selain mengakibatkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola (ditangani) dengan baik dan bijaksana akan berdampak pula pada estetika/keindahan lingkungan yaitu lingkungan tidak lagi ramah dan beretika. Pengelolaan (penanganan) hasil buangan atau sering disebut Waste Treatment atau Waste Management, yaitu dengan pola/cara pembakaran, penumpukan, penimbunan berlapis, dan pengomposan. Selain pola/cara yang disebutkan itu dikenal juga tingkatan proses pengelolaan limbah seperti berikut ini: 1. Pengelolaan awal (Primary Waste Treatment) Semua bahan buangan ditampung pada suatu tempat sekaligus dipisahkan antara bahan organik dan bahan non organik demikian juga pada bahan buangan yang masih bisa didaur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang. 2. Pengelolaan lanjutan (Secondery Waste Treatment) hasil buangan yang belum bersih dan belum bisa dibuang ke lingkungan dimasukkan ke proses pengelolaan lanjutan dengan melakukan penambahan mikro organisme untuk mendegradasi bahan buangan. 3. Pengelolaan akhir (Advanced waste Treatment) Pada proses ini hasil buangan yang masih memiliki bahan-bahan (kimia) yang terlarut dilakukan penambahan karbon aktif guna mengadopsi bahan-bahan berbahaya sehingga aman bila dibuang ke lingkungan.

21

4.

Menambah alat bantu untuk melengkapi cara penanganan lingkungan bengkel servis mobil secara teknis dilakukan dengan penambahan alat bantu yang dapat mengendalikan pencemaran sesuai keadaan dan macam kegiatan. Beberapa alat bantu yang dapat di pakai antara lain: (1) filter udara yang dapat menangkap debu atau partikel yang ikut keluar dari cerobong, (2) pengendap siklon (Cyclone Separators) alat pengendap debu/abu yang ikut dalam gas buang, (3) filter basah atau Wet Collectors membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, (4) pengendap sistem gravitasi, yaitu mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa dan debu akan jatuh akibat gaya beratnya. (5) pengendap elektronik, yaitu dengan Aerosoll atau uap air.

Hasil pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor merupakan faktor penyebab pencemaran udara. Komponen utama bahan bakar fosil ini adalah hidrogen (H) dan karbon (C). Pembakarannya akan menghasilkan senyawa hidro carbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), serta nitrogen oksida (Nox) pada kendaraan berbahan bakar bensin. Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya mengandung sedikit HC dan CO tetapi lebih banyak SO-nya. Dari senyawa-senyawa itu, HC dan CO paling berbahaya bagi kesehatan manusia (Anonim, 2003)

22

Hasil kajian JICA (Japan International Cooperation Agency) tahun 1996 menyebutkan bahwa penyumbang zat-zat pencemar terbesar di Jakarta adalah kendaraan pribadi. Zat-zat pencemar tersebut diantaranya (CO) sebesar 58 persen, (NOx) 54 persen, HC 88,8 persen, dan timbel (Pb) 90 persen. Zat pencemar lain adalah sulfur oksida (SOx) yang banyak disumbangkan oleh kendaraan bus, truk, dan kendaraan berbahan bakar solar lainnya, sekitar 35 persen. Penyebab tingginya HC antara lain pengapian tidak tepat, kompresi lemah, maupun kabel busi yang sudah aus. HC terbentuk selama proses pembakaran tidak sempurna sehingga bensin tidak terbakar habis. Sedangkan kadar CO akan bertambah tinggi jika dalam proses pengapian tidak sempurna, komposisi bahan bakar lebih banyak dibandingkan udara (O2) yang diperlukan untuk mengubah CO menjadi CO2. Akibatnya, CO yang terbuang meningkat. Selain itu karburator atau injector, saringan udara atau bensin yang kotor, serta kualitas bensin yang rendah juga bisa jadi penyebab meningkatnya CO. Jika sering terhirup, gas beracun HC bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker, asma, dan sakit kepala. Sedangkan CO dapat menyebabkan radang tenggorokan. Yang lebih berbahaya lagi, bila kadarnya tinggi, gas CO mampu melumpuhkan sistem pembuluh darah serta meredam kemampuan sel darah merah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dalam sel darah merah, gas CO mudah sekali menyatu dengan Hb sekalipun dalam kadar yang rendah.

23

Ini terjadi lantaran zat besi (Fe) dalam Hb memicu daya tarik CO menjadi 200 kali lebih besar dibandingkan daya tarik O2. Gas CO mudah membentuk karboksil hemoglobin (CO-Hb) yang terbukti sangat mempengaruhi distribusi oksigen dalam darah ke jantung. Meningkatnya CO-Hb sampai 9% saja di dalam darah dalam waktu satu dua menit, bisa menimbulkan kekurangan oksigen pada sinus koronaria di jantung serta terhalangnya penambahan oksigen pada pembuluh darah koroner. Bahaya polutan diperparah dengan adanya paparan timah hitam atau timbel (Pb) karena bensin yang sekarang ini masih mengandung zat itu. Timbel merupakan bahan aditif dalam bensin sebagai anti-knocking yang digunakan sejak 1920-an. Memburuknya kualitas udara akibat pencemaran di langit Nusantara, khususnya kota-kota di Indonesia besar telah mendorong Kementerian Negara

Lingkungan Hidup mencanangkan Program Langit Biru (PLB) pada 6 Agustus 1996 sebagai langkah strategis Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal). Fokus pengendalian pencemaran udara adalah industri dan kendaraan bermotor. Kontribusi kedua sumber itu terhadap pencemaran udara memang sangat besar. Sumber pencemaran udara dari industri dan kendaraan bermotor ditimbulkan dari hasil pembakaran bahan bakar hidrokarbon, terutama bahan bakar yang mengandung timbal (Pb). Mengingat bahayanya yang begitu besar, pemerintah bertekad untuk memasyarakatkan bensin tanpa timbel pada 1999, lebih cepat dari semula tahun 2003. Sudah seharusnya sebab dalam pemakaian bensin tanpa timbel.

24

Seiring dengan menipisnya persediaan bahan bakar fosil serta hasil pembakaran yang tak ramah lingkungan, bahan bakar seperti liquid petroleum gas (LPG) dan compressed natural gas (CNG), biodiesel (bahan bakar dari minyak kelapa sawit) menjadi alternatif yang patut dimasyarakatkan pemakaiannya. Apalagi LPG memiliki nilai oktan lebih tinggi, 102 - 104 RON (Requirement Octan Number), harga relatif lebih murah dibandingkan dengan bensin, serta tidak menimbulkan polusi dan akrab lingkungan. Keperluan pengujian emisi, sudah seharusnya jaringan bengkel resmi dilengkapi dengan alat penguji emisi. Alat penguji itu berupa gas analyzer untuk mengukur emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin, dan smoke tester untuk mengukur kepekatan asap dari kendaraan berbahan bakar diesel. Melalui alat tersebut, pemilik kendaraan bisa mengetahui kadar polutan dari knalpot kendaraannya. Jika ternyata melampaui ambang batas yang ditetapkan, akan dilakukan penyetelan mesin (tune up). Pemilik kendaraan akan memperoleh kartu yang berisi hasil pemeriksaan yang meliputi kadar CO (%), HC (ppm), CO2 (%), maupun O2 (%). salah satu penyebab timbulnya polusi udara dari kendaraan tersebut akibat kondisi penyetelan kendaraan yang kurang tepat, maka diperlukan bengkel-bengkel yang memiliki tenaga mekanik yang terampil dan dapat menguasai teknologi mesin dengan baik. Jika para tenaga mekanik dapat melakukan penyetelan kendaraan dengan baik, maka kendaraan dapat disetel dengan tepat sehingga komposisi bahan

25

bakar dan udara dapat tepat dan pembakaran di mesin akan sempurna. Dengan kondisi kendaraan seperti ini timbulnya pencemaran udara dapat lebih ditekan lagi. Bentuk tetraetil lead (TEL), timbel meningkatkan nilai oktan bensin serta berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil. Namun, sejak 1990-an desain mobil sudah disesuaikan dengan bensin tanpa timbel (unleaded gasoline). Pada solar tidak ditambah timbel sehingga tidak menjadi masalah. Adanya unsur timbel juga mengakibatkan tidak bisa dipasangnya peralatan pengurang emisi gas buang, seperti catalytic converter. Padahal alat tersebut mampu menurunkan kadar polutan sampai 0 %. (Anonim,2010) Berbagai zat pencemar yang beterbangan di udara tersebut akan sangat merugikan dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Akibat ini secara nyata sudah dirasakan oleh masyarakat contohnya, efek toksik pada timbel dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan, dan sistem saraf. Kandungan timbel juga menurunkan tingkat kecerdasan atau IQ terutama pada anakanak, menurunkan fertilitas dan kualitas spermatozoa. Gangguan kesehatan akibat zat-zat pencemar seperti gangguan pada syaraf dan ketidaknyamanan kini menghantui masyarakat kita, apalagi WHO memperkirakan 800.000 kematian per tahun di dunia diakibatkan polusi udara. Anak-anak merupakan kelompok sensitif terhadap timbel karena mereka lebih peka dan lima kali lebih mudah menyerap timbel daripada orang dewasa. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen

26

Kesehatan, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, dalam sebuah seminar tentang Mewaspadai Efek Kesehatan BBM dari Bensin Bertimbel sekitar 42 sampai 48 persen anak di Jakarta menghirup timbel yang bersumber dari asap pencemaran udara. Timbal bersifat persistent dalam tubuh manusia, dan memiliki sifat neurotoksik dan karsinogenik sehingga bisa mengganggu sistem saraf pusat, sistem fungsi ginjal, dan pertumbuhan tulang. Penggunaan timbel secara luas pada kendaraan bermotor mengandung risiko dan dampak bagi kesehatan, khususnya bagi kelompok penduduk yang terdiri dari anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta kaum pekerja yang terekspos timbal. Timbal sebagai bahan yang tidak dapat terurai di alam dan tidak akan hilang, dan akan terakumulasi di tempat-tempat deposit. Secara biologis, zat itu tidak memberi keuntungan bagi tubuh manusia, bila bahan logam atau timbel dihirup maka akan menimbulkan penyakit perut, muntah, atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan, konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang, dan gangguan penglihatan. Penelitian dalam dunia kedokteran membuktikan, timbel dapat menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya pada wanita dan balita. Ion-ion timbel mengembara mengikuti gerakan kalsium dalam sistem saraf sehingga akan mempengaruhi biokimia dan perkembangan sel-sel otak balita. Selain itu, kandungan timbel yang cukup tinggi dalam darah dapat menonaktifkan vitamin D.

27

d.

Suara/Kebisingan Bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik

secara kuantitatif

(peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif

(penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Perijinan gangguan/Ho pemberian perijinan tempat usaha kepada orang

pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian gangguan terhadap masyarakat sekitar. Buchari (2007), menyatakan Nilai Ambang Batas Kebisingan Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran menteri tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi No. SE-01 /MEN/1978, Nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 82 dB : 16 jam per hari 85 dB : 8 jam per hari 88 dB : 4 jam per hari 91 dB : 2 jam per hari 97 dB : 1 jam per hari

6. 100 dB : jam per hari

28

1) Jenis Kebisingan Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas: 1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturutturut. Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar. 2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relative tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas. 3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang. 4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara

melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam. 5. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa. Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia , bising dapat dibagi atas: 1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intetitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.

29

2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. 3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) adalah bunyi yang intesitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2) Pengaruh Bising terhadap Tenaga Kerja Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut: 1. Gangguan fisiologis Gangguan ini dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

30

2. Gangguan psikologis ini dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. 3. Gangguan komunikasi, gangguan komunikasi ini menyebabkan

terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. 4. Gangguan keseimbangan, gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain. 5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian), diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

31

Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan (Buchari, 2007)

3.

Bengkel Servis Mendengar kata bengkel selalu akan membawa ingatan kita ke suatu tempat

untuk merawat atau memperbaiki sesuatu yang rusak. Pada umumnya bengkel mempunyai spesifikasi tertentu menurut jenis pekerjaan jasa yang dapat dilayaninya, misalnya bengkel bubut, bengkel las, bengkel listrik, bengkel mobil dan lain-lain. 1. Bengkel bubut adalah bengkel yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan benda-benda tertentu, seperti sekrup, mur/baut, as, membuat bentuk suatu alat dengan spesifikasi/ukuran tertentu yang kadang-kadang ukurannya tidak standar atau sulit ditemukan di pasaran. 2. Bengkel listrik adalah bengkel yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki peralatan-peralatan yang berhubungan dengan penggunaan tenaga listrik, seperti dinamo, coil, rangkaian dalam peralatan listrik dan lain-lain.

32

3.

Bengkel las adalah bengkel yang mempunyai kemampuan untuk melakukan penyambungan berbagai jenis logam yang terpisah.

4.

Bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum kendaraan bermotor yang berfungsi untuk memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan. Sedangkan kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan jasa yang lebih baik, sebagai jawaban pemenuhan kesejahteraan masyarakat kini pelayanan jasa di bengkel juga dikembangkan. Berbagai bengkel sekarang juga melayani jasa cuci kendaraan dan yang lebih modern lagi membuka jasa salon kendaraan. Anonim (2003), mengatakan berdasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap

persyaratan sistem mutu, mekanik, fasilitas dan peralatan, serta manajemen informasi bengkel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas dan tipe, terdiri atas : 1. Bengkel kelas I tipe A; B; dan C 2. Bengkel kelas II tipe A; B; dan C 3. Bengkel kelas III tipe A; B; dan C Klasifikasi bengkel kelas I, kelas II dan kelas III seperti yang dimaksud di atas sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999. Sedang tipe bengkel sebagaimana dimaksud di atas didasarkan atas jenis pekerjaan yang mampu dilakukan, yaitu:

33

1. Bengkel tipe A merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan chassis dan body. 2. Bengkel tipe B merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis

pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar, atau jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis dan body. 3. Bengkel tipe C merupakan bengkel yang mampu melakukan pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil. Klasifikasi bengkel terdiri atas bengkel kelas I sampai bengkel kelas III yang masing-masing terbagi pula atas tiga tipe, yakni tipe A, B, dan tipe C. Klasifikasi tersebut berdasarkan tingkat pemenuhan persyaratan sistem mutu, mekanik, fasilitas dan peralatan serta manajemen informasi. Sedangkan tipe bengkel (A, B, C) dinilai pula berdasarkan jenis kemampuan yang bisa dikerjakan. Pelaksanaan klasifikasi bengkel bersangkutan akan dilakukan secara bertahap dengan penetapannya oleh Keputusan Dirjen Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMEA) Depperindag. Berdasarkan fasilitas pelayanan, bengkel mobil dapat dibedakan menjadi empat, yaitu bengkel dealer, pelayanan umum, pelayanan khusus dan bengkel unit keliling. jenis

34

1.

Bengkel dealer, merupakan bagian dari suatu dealer otomotif yang memberikan layanan purna jual kepada konsumen. Bengkel jenis ini biasanya hanya melayani kendaraan dengan merek tertentu yang dijual di dialer tersebut. Pelayanan yang ditawarkan oleh bengkel dealer meliputi perawatan rutin hingga perbaikkan yang memerlukan penggantian suku cadang. Bengkel jenis ini biasanya terdiri dari beberapa bagian khusus yang memberikan pelayanan perawatan atau perbaikan tertentu pada komponen mobil (mesin, balancing, perbaikan bodi). Oleh karena itu, teknisi yang bekerja pada bengkel ini juga memiliki spesialisasi tertentu dan dilengkapi peralatan yang

mendukung pekerjaannya. 2. Bengkel pelayanan umum, merupakan bengkel independen yang mampu melakukan perawatan dan perbaikan beberapa komponen pada sebuah mobil. Bengkel semacam ini dapat dipandang sebagai beberapa buah bengkel khusus yang menggabungkan diri menjadi sebuah bengkel yang lebih besar. Berbeda dengan bengkel dealer, bengkel ini bukan merupakan bagian dari sebuah dealer otomotif, oleh karena itu pelayanan yang diberikan bengkel ini tidak ditunjukkan untuk pelayanan ourna jual sebuah produk otomotif. Selain itu, bengkel pelayanan umum biasanya memberikan pelayanan perawatan dan perbaikan untuk berbagai merek kendaraan.

35

3.

Bengkel pelayanan khusus, adalah bengkel otomotif yang memiliki spesialisasi dalam hal perawatan dan perbaikan salah satu elemen pada sebuah mobil. Sebagai contoh, bengkel reparasi bodi, radiator, AC, spooring dan balancing dan sebagainya. Spesialisasi yang diberikan pada bengkel-bengkel tersebut menuntut peralatan khusus sesuai dengan jenis operasi yang akan dilakukan. Paling penting dari bengkel pelayanan khusus spesialisasi keahlian tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang akan dilakukan.

4.

Bengkel unit keliling, merupakan bengkel yang memberikan pelayanan berupa perbaikan yang dilakukan di lokasi mobil milik konsumen. Bengkel jenis ini terdiri dari beberapa buah mobil derek yang secara periodik berpatroli di daerah tertentu, atau kadang menerima panggilan untuk memberikan pelayanan kepada konsumen. Biasanya bengkel tersebut dioperasikan oleh dealer atau produsen merek mobil tertentu, hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk pelayanan purna jual bagi konsumen.

Membayangkan bengkel mobil selalu ada kesan kotor, hiruk-pikuk, berlumuran minyak dan kumuh. Hampir setiap hari bengkel mobil membuang limbah oli bekas yang kotor dan berlumpur. Oli yang masih baru memang ditangani sangat hati-hati jangan sampai ada yang tercecer, oli bekas biasanya ditangani ceroboh, sering terguling dari wadahnya dan dibiarkan, lalu tercecer di mana-mana. Begitu

36

juga bahan buangan seperti air aki bekas, pelarut cat, cairan pembersih yang semuanya mengganggu kesehatan, tetapi semuanya dibuang sembarangan. Anonim, (2003) menyatakan ada tiga penyebab yang membuat bengkel otomotif tampil kotor, yaitu: 1. Sumber daya manusianya kurang memahami kegiatan kerja perbengkelan. Akibatnya, sering terjadi kesalahan prosedur reparasi dan servis. Akibat lebih jauh, mereka cenderung mengabaikan kedisiplinan, keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Penataan ruangan yang kurang baik. Ukuran ruangan tidak dirancang sesuai standar, tetapi apa adanya. Ini mengganggu pekerjaan yang seharusnya bisa cermat, tidak ceroboh, dan tidak asal-asalan. 3. Kesadaran lingkungan yang amat rendah, kurangnya pemahaman akan arti kesehatan lingkungan, sehingga mereka tidak memperdulikan bahaya limbah terhadap lingkungan dan pada akhirnya akan berimbas ke manusia juga. Dampak dari ketiga kekurangan tersebut, akibatnya bengkel mudah sekali menimbulkan pencemaran terhadap udara, air, dan tanah di sekitarnya. Ketiga masalah tersebut, bengkel otomotif yang ada umumnya juga masih dikelola sebagai usaha kecil dan menengah. Usaha ini rata-rata belum memperhatikan upaya pengendalian dan pengolahan lingkungan dengan baik, sehingga kesan kumuh sering terlihat. Adanya bengkel yang bersih dan akrab dengan lingkungan merupakan

37

dambaan dari masyarakat yang telah memiliki kesadaran untuk hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk menciptakan bengkel seperti yang diharapkan tersebut, perlu diadakan suatu program bengkel bersih. Pengertian bengkel servis pada Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 adalah tempat yang digunakan untuk melakukan pembetulan, perbaikan, dan perawatan kendaraan agar kendaraan tersebut tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. B. Hambatan Pengelolaan Limbah Servis Mobil

Berbagai masalah lingkungan hidup yang dihadapi di disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor utama penyebab penurunan mutu lingkungan hidup tersebut antara lain adalah kebijakan pembangunan yang tidak berpihak pada kelestarian lingkungan serta pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perubahan lingkungan dalam jangka panjang yang masih sangat rendah. Selain itu, perencanaan pembangunan yang belum banyak memihak pada kepentingan lingkungan dan kurangnya informasi dan data lingkungan yang akurat bagi pengambil keputusan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan merupakan faktor-faktor utama penyebab degradasi lingkungan lainnya Penanganan masalah-masalah lingkungan hidup hendaknya dilakukan secara terencana dan sistematis melalui pendekatan satuan ekosistem. Untuk itu perlu dibangun satu kesepahaman antara

38

pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha tentang model penanganan dan strategi pengelolaan lingkungan hidup daerah. Perlunya perubahan paradigma dalam penanganan sampah yaitu mencakup empat hal antara lain: 1. Tidak lagi seluruh sampah dikumpulkan, diangkut lalu dibuang ke TPA, tetapi sampah sejak dari sumbernya sudah harus dipisahkan dulu, diolah dulu melalui teknologi composting skala rumah tangga, atau skala lingkungan, baru kemudian diangkut dan hanya sisanya saja yang dibuang ke TPA. Sistem tersebut selama ini lebih dikenal dengan 3R (Reduce, Reuse, recycling). 2. Sumber penanganan tidak lagi bergantung kepada pemerintah yang dananya terbatas perlu didorong peran aktif masyarakat dan dunia usaha. 3. Perlu terobosan teknologi yang inovatif dan ramah lingkungan. 4. Peraturan pendukung guna peningkatan penanganan selanjutnya dengan prinsip pilah-kumpul-angkut-buang. Namun langkah ini baru dilaksanakan sebagian kecil masyarakat, demikian juga peranan prinsip penanganan sampah 3R (Reduce, reuse dan recycling) dan kelembagaan persampahan mengalami keterlambatan dan belum tertata dengan baik. Penanganan masalah sampah ini memang sudah menjadi masalah klasik yang sering ditanggapi masyarakat umum, Untuk tangani hal sampah bukan hanya

39

tanggung jawab PEMDA tapi semua masyarakat. Ada berapa hal yang belum bisa dilakukan atau belum maksimal terfokus pada pemerintah yaitu: 1. Tidak tercapainya program edukasi masyarakat Program edukasi masyarakat tentang dampak sampah dalam kehidupan masyarakat terus sosialisasikan. Kalau bisa itu diusulkan jadi pelajaran tambahan anak sekolah dalam muatan lokal dengan basis kesadaran

lingkungan dan juga minta ke pihak pemimpin-pimpinan umat beragama bawakan dalam khotbah bagaimana begitu. Diprogram edukasi, bisa minta masyarakat untuk penyortiran sampah rumah tangga jadi 3 jenis, mulai dari organik, non organik hingga B3 (bahan berbahaya dan beracun, misalnya limbah rumah sakit, hotel, pabrik dan lain-lain) 2. Produk hukum tentang sampah, produk hukum yang kurang keras

sosialisasi dan sanksi hukum yang keras tapi sebelumnya wajib sosialisasi dan konsultasi publik dulu dengan masyarakat dan menerima input dari masyarakat dan sebaiknya diperdakan. 3. Restrukturisasi manajemen sampah. a. b. Peningkatan kesejahteraan penyapu jalan Peningkatan kesejahteraan para tenaga kebersihan yang kerja di

bagian armada sampah misalnya status PNS mereka dan asuransi kesehatan

40

c.

Penambahan armada truk sampah di lokasi-lokasi

sampah, Pengaturan tertentu sehingga

jadwal armada tidak terjadi

pengeksploitasian tenaga kerja di bidang kebersihan, misalnya di wilayah A jadwal pick up sampah pada hari senin, di wilayah B pada hari selasa dan lain-lain sehingga lebih teratur dan jelas. d. Penataan ulang retribusi sampah dari masyarakat dan manajemen keuangannya yang bisa dikoordinasikan dengan RT/RW setempat dengan sistem manajerial keuangan yang efisien dan efektif. 4. Perhatikan AMDAL TPA, apakah bisa dipakai hingga beberapa puluh tahun ke depan, pertimbangkan juga perlunya dibuat unit pengelolaan

misalnya penyortiran dan lain-lain, cek kondisi lapangan di TPA supaya di tahun mendatang jangan sampai resiko ledakan gas metana karena panas sampah terjadi . Juga perhatikan lingkungan tempat tinggal masyarakat dari TPA itu. 5. Memikirkan dan berinvestasi di program industri pengelolaan sampah skala kabupaten/provinsi. Misalnya jangka pendek, memberi bantuan modal misalnya bagi industri kerajinan handicraft, pupuk organik ataupun industry-industry sejenis yang memanfaatkan limbah dan sampah menjadi bahan industri. Tentu saja peran pemerintah sebagai fasilitator dan tim promosi serta bapak asuh industri ini. Untuk jangka panjang 10 20 tahun ke depan untuk mulai menciptakan industri kecil dan menengah berbasis

41

pengelolaan sampah misalnya alat pengestrak bijih plastik/pemotong plastik, sampah kalengan, botol, yang bisa dijual/dikirim kembali ke sehingga tidak terjadi

pabrik pengolahan dan pendaur ulang plastik penumpukan sampah non organik. 6. Kurang tercapainya program

lingkungan berkenaan

dengan sampah

berbasis penguatan masyarakat sipil misalnya pelatihan perutusan komponen dari tenaga muda di RT/RW dalam program-program daur ulang, kampanye sampah dan lain-lain. 7. Penambahan tempat sampah khususnya yang diperuntukkan dalam skala RT/ RW. 8. Pembuatan riset relevansi sampah dan kerugian kota dengan analisa

berbasis lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan. 9. Kampanye-kampaye kesadaran lingkungan dan dampak sampah. Buat

program training bagi anak-anak muda, siswa sekolah tentang pentingnya jaga kebersihan. informasikan fakta misalnya sampah plastik butuh waktu 100 tahun untuk bisa terurai di alam, Programnya bisa mulai dari acara menonton film lingkungan, acara menata bersih lingkungan. 10. Kurang sosialisasi program daur ulang sederhana, ajar dan rekrut anak sekolah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan jenis sampah, apa yang dapat dibuat dari sampah dan pendampingan kelompok daur ulang di tingkat anak sekolah.

42

Jadi harus dimulai dari Penggalangan komunikasi dan simpati masyarakat sipil sebagai badan pengawas independen. Mencari dan membentuk sukarelawan yang menjalani beberapa pelatihan guna menjadi pengawas pelaksanaan pengelolaan sampah. Juga membuat acara diskusi bertema sampah dan penanganannya dalam konsultasi public, seperti Negara-negara yang berkembang lingkungannya tetap hijau meski di adalah Negara industri. C. Upaya Pengelolaan Limbah Servis Mobil

Kesepakatan internasional dan Era globalisasi Negara-negara sedang berkembang juga dituntut melakukan pengelolaan dampak lingkungan sehingga masalah lingkungan hidup dapat diatasi dengan baik (Manik, 2007:72) Kondisi lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan keadaan lingkungannya. Penanganan limbah servis akan tercapai sehingga hubungan manusia dengan lingkungannya tetap berada pada kondisi optimum. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 pasal 4, bahwa pengelolaan lingkungan hidup bertujuan: 1. Tercapainya lingkungannya. 2. 3. 4. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya. Terwujudnya pembinaan lingkungan hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan. keselarasan hubungan antara manusia dengan

43

5.

Terlindungnya negara dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Upaya yang seiring dengan itu Undang-Undang . No. 32 Tahun 2009 Bab V Pasal 13 dikemukakan tentang pengelolaan yang mencakup: 1. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. b. c. 3. Pencegahan Penanggulangan, dan Pemulihan

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan penanggung jawab usaha atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing.

Stisya, dkk (2010) mengatakan Salah satu penanganan limbah bengkel oli bekas, proses pengelolaan, penampungan, pengangkutan. Selain daripada itu, jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam,

44

larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah. Oli bekas yang merupakan salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) banyak dihasilkan dari bengkel mobil atau motor. Oli banyak digunakan sebagai pelumas mesin mobil dan kebanyakan penghasilnya banyak yang masih sembarangan menampung oli bekas. Oleh karena itu, disinyalir mengandung limbah B3, maka dikeluarkan surat BLH No. 458.41/PPL-B3/2009 tentang imbauan pengelolaan oli bekas agar semua pemilik atau pengusaha bengkel kendaraan bermotor bisa mengelola limbah dengan baik. Untuk mengurangi jumlah oli bekas yang dihasilkan, masyarakat dapat lebih menggunakan angkutan umum, angkutan bus, bersepeda atau berjalan. Berikut adalah cara untuk mengurangi limbah oli bekas: 1. Gunakan sistem drainase dirancang untuk limbah oli bekas. 2. Gunakan drip panas untuk menangkap tetesan oli bekas dan tumpahannya. 3. Membersihkan tumpahan oli bekas dengan menggunakan sebuah tengki dan alat pembersih yang terbuat dari karet (bukan menggunakan sorbents dan menghasilkan limbah yang lain). 4. Jika sorbents harus digunakan, memilih bahan-bahan yang dapat didaur ulang, yaitu dipelintir dan digunakan kembali, dicuci atau dibersihkan, atau dibakar untuk energi.

45

5. Jika memungkinkan, produk pembelian dalam jumlah besar untuk menghindari penggunaan wadah-wadah kecil yang berlebihan. 6. Jika menggunakan kontainer plastik liter, desain saluran sistem pembuangan dan daur ulang wadah plastik Jadi penanganan limbah bengkel servis mobil berkaitan dengan ketiga bentuk Undang-Undang yang disebutkan sebelumnya, maka penanganan limbah bengkel diarahkan pada keselarasan hubungan, tidak merusak dan mencemari, menaikkan mutu dan menormalisasikan lingkungan. Guna mewujudkan upaya-upaya

pengelolaan lingkungan hidup D. Strategi Pengelolaan Limbah Servis Mobil Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian minyak pelumas bekas, mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan, sepenuhnya berada pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan ini jelas tidak rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan pengaturannya di Pemerintah pusat. Akibat dari ketentuan PP 38/2007 untuk minyak pelumas bekas tersebut, sudah dapat diduga semakin banyak kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan minyak pelumas bekas yang tidak bisa dikontrol. Adalah tidak masuk akal jika KLH mampu melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap minyak pelumas bekas di seluruh Indonesia. KLH tidak mempunyai perangkat dan instrumen untuk melakukan

46

pengawasan sampai keseluruh daerah. Seharusnya kegiatan yang sudah sangat tinggi volumenya seperti minyak pelumas bekas, maka kewenangan pengawasannya diberikan kepada pemerintah daerah. Terlepas dari segala kekurangan pemerintah daerah dalam melakukan tugas tersebut, tetapi secara rasional, pengawasan minyak pelumas bekas tidak mungkin dilakukan oleh KLH . Pemerintah pusat dalam hal ini KLH secara bertahap harus meningkatkan kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal pembinaan dan pengawasan limbah minyak pelumas bekas, seperti pendanaan, peralatan, peningkatan SDM, sarana dan prasarana lainnya sehingga daerah benar-benar siap untuk melaksanakannya. Strategi untuk mewujudkan upaya penanganan limbah servis meliputi: 1. Strategi penanganan buatan, Strategi ini dimaksudkan agar pengelolaan bengkel servis mobil dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat

sekitarnya dan mencegah kecemburuan sosial serta dapat mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya. 2. Strategi penanganan lingkungan sosial-budaya, strategi ini dimaksudkan agar pengelola bengkel servis mobil melibatkan warga masyarakat guna mengembangkan etika lingkungan secara bersama. 3. Strategi penataan, Strategi ini dimaksudkan agar pengelola bengkel servis mobil selalu memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan

lingkungannya.

47

4.

Strategi pengendalian, Strategi ini dimaksudkan agar pengelola bengkel servis mobil dapat mengendalikan pencemaran, kerusakan, dan

penanggulangan bencana lingkungan. Upaya-upaya dan strategi penanganan limbah bengkel servis mobil sematamata dimaksudkan untuk mencegah dan meminimumkan dampak yang ditimbulkan sejak awal kegiatan. Manik (2007:72) menyatakan dampak lingkungan timbul setelah kegiatan berlangsung lama. Beberapa dampak lingkungan seperti logam berat memang baru berbahaya (toksik) setelah kegiatan beroperasi cukup lama, tetapi ini tidak boleh menjadi pembenaran (alasan) untuk mentolerir kelalaian mengendalikan dampak negatif. Penanganan pengendalian dampak negatif yang bersifat toksik harus dilakukan dengan benar dan serius sejak awal kegiatan, karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia sehingga diperlukan usaha pengurangan pencemaran lingkungan. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada dua macam, yaitu: (1) penanggulangan secara non-teknis dan (2) penanggulangan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis, yaitu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.

48

Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan digunakan di suatu tempat yang antara lain meliputi: 1. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) 2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) 3. Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi 4. Pengaturan dan pengawasan kegiatan 5. Menanamkan perilaku disiplin Penanggulangan secara teknis yaitu memenuhi kriteria berikut ini atau salah satunya: 1. Mengutamakan keselamatan lingkungan 2. Teknologinya telah dikuasai dengan baik 3. Secara teknik dan ekonomis dapat dipertanggung jawabkan. Yuliandari (2010) mengemukakan Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya.

49

Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, Industrialisasi juga menimbulkan ekses antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Penanganan Limbah padat usaha perbengkelan pada umumnya berupa limbah non organik yang dapat dimanfaatkan kembali atau untuk daur ulang. Agar usaha daur ulang atau pemanfaatan kembali ini dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan pengelolaan dan kerja sama dengan pihak lain pemanfaat barang bekas. Jika upaya ini dapat dilakukan berarti dapat mereduksi jumlah timbulan sampah dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah dapat menghemat sumber daya yang ada. Limbah logam sebaiknya dikumpulkan dalam suatu wadah tertentu dan dihindarkan terjadi kontak dengan air, terutama air hujan yang bersifat asam (kondisi asam air hujan akan mempercepat terjadinya korosi pada logam). Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi korosi yang lebih besar, sebab korosi terhadap logam akan merusak sifat-sifat dari logam yang ada sehingga akan menurunkan kualitas logam dan meningkatkan biaya daur ulang. Logam bekas yang masih dalam kondisi baik

50

dapat didaur ulang dan dikirim ke perusahaan pengecoran logam lewat para pengumpul barang bekas atau langsung ke perusahaan pengecoran logam. Limbah padat berupa drum bekas dapat dikumpulkan untuk dijual ke para pengumpul drum. Bekas drum oli ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi, untuk bak penampungan air, untuk tong sampah, dimanfaatkan sebagai bahan plat/lembaran besi dan lain-lain. Aki bekas yang banyak terdapat di bengkel banyak mengandung larutan asam dan logam timbel (Pb). Larutan asam tersebut juga banyak mengandung Pb dalam bentuk terlarut, padahal Pb merupakan salah satu logam berat yang bersifat sangat beracun. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka semua aki bekas harus dikumpulkan. Jangan sampai terjadi kebocoran dari larutan (air aki). Kemudian aki-aki bekas tersebut dapat dikirim ke perusahaan pendaur ulang atau lewat para pengumpul barang bekas. Limbah padat non logam berupa kain lap bekas yang telah terkontaminasi oleh oli/pelarut, karet, spon/busa, kulit atau kulit imitasi bekas jok dan plastik. Barang-barang tersebut (kecuali kain lap) sebagian besar dapat didaur ulang, sehingga sudah seharusnya dikumpulkan dalam satu wadah yang dapat terhindar dari hujan maupun kotoran lainnya. Dalam jangka waktu tertentu barang bekas tersebut dapat diambil oleh pemulung. Limbah kain lap yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi dikumpulkan dan dihindarkan terjadi kontak dengan air maupun air hujan. Kontak kain lap dengan air

51

akan melarutkan kontaminan yang menempel pada lap, sehingga pencemaran akan meluas ke perairan. Perpindahan bahan kontaminan dari kain ke air akan memperluas daerah pencemaran dan penanganannya akan lebih sulit serta memerlukan biaya yang jauh lebih mahal lagi. Untuk mengatasi keberadaan limbah kain lap dapat dilakukan dengan pembakaran menggunakan incenerator. Mengingat harga incenerator yang relatif mahal, serta jumlah limbah yang sedikit, maka pembakaran dapat dilakukan dengan mengirimkan ke perusahaan lain atau ke rumah sakit yang telah memiliki fasilitas insenerator. Limbah kain lap dari perbengkelan pada umumnya mengandung kontaminan yang mudah terbakar, sehingga jika limbah ini dibakar bersama dengan limbah padat dari rumah sakit atau perusahaan lainnya tidak akan mengganggu jalannya pembakaran. Bahkan dengan ditambahkannya limbah dari bengkel ini akan lebih mempercepat proses pembakaran sehingga akan lebih menghemat bahan bakar insenerator. Incinerasi adalah proses pembakaran sampah yang terkendali menjadi gas dan abu. Gas yang dihasilkan adalah karbondioksida dan gas-gas lain yang kemudian dilepaskan di udara. Sedangkan abunya dikelola sesuai dengan sifatnya, (jika masih bersifat sebagai limbah B3 maka di landfill di lokasi landfill limbah B3, jika tidak bersifat B3 dapat dilandfill di TPA). Dengan melakukan pembakaran minimal pada temperatur destruksi dari sampah yang dibakar, maka semua limbah yang dibakar akan terurai menjadi bahan yang aman (CO2, H2O, dan abu).

52

Untuk mencapai temperatur destruksi tersebut maka harus menggunakan insenerator sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dan temperatur pembakaran dikendalikan. Karakteristik sampah yang sesuai diolah dengan pembakaran adalah: (1) Nilai kalor sampah campuran antara 950 2100 kkal/kg. (2) Kadar air antara 35 55% (3) Kadar abu antara 10 30% Ban bekas kendaraan dapat dimanfaatkan kembali oleh para penrajin. Berbagai barang dan peralatan mulai dari bak sampah, pot bunga, meja kursi, dan pegas baja dapat dibuat dengan memanfaatkan ban bekas, oleh karena itu ban bekas yang ada seharusnya dikumpulkan dan dijual ke para pengumpul ban. Merekalah yang akan meneruskan ke para pengrajin. Para pemulung ban bekas dan pengrajin memanfaatkan limbah ban bekas. Merekalah yang turut membantu upaya pelestarian lingkungan dan penghematan sumber daya alam. Penanganan Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa bahan pelarut/pembersih, bahan bakar kotor, oli bekas dan air bekas cucian. Limbah cair ini sering kali menimbulkan kesan kotor dan jorok, karena warnanya yang kelam dan sulit untuk dibersihkan. Selama bertahun-tahun, minyak oli didaur ulang untuk digunakan kembali juga untuk melindungi serta menjaga lingkungan dari limbah minyak tersebut. Diperkirakan satu galon oli bekas potensial sekali untuk mengkotaminasi 1 juta galon air minum. Ditambah lagi oli bekas yang dibuang di muara sungai, danau dan anak

53

sungai dapat mengancam kehidupan aquatic di tempat tersebut. Jika oli bekas tersebut di tangani dengan serius, dapat menghemat penggunaan oli tiap harinya. Daur ulang oli bekas dapat dilakukan di industri pengolahan pelumas bekas, yaitu industri yang kegiatannya memproses pelumas bekas dengan menggunakan teknologi tertentu untuk menghasilkan pelumas dasar. Minyak pelumas dasar merupakan salah satu bahan utama yang digunakan untuk bahan baku proses/pabrikasi pelumas (blending) dalam pembuatan pelumas. Pelumas dasar ini dicampur dengan baham tambahan (aditif) sesuai formula tertentu untuk menghasilkan minyak pelumas baru. Oli bekas harus ditampung dengan menggunakan alat penampungan khusus dan terhindar dari kotoran lainnya, sebab oli ini akan didaur ulang. Tercampurnya oli bekas dengan sampah lain akan menurunkan kualitasnya dan meningkatkan biaya untuk proses pemurniannya. Alat penampungan oli harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap karat dan tertutup rapat, bersih dan diberi label oli bekas. Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan serta nyala api. Dalam jangka waktu tertentu oli bekas ini dapat dijual ke para pengumpul oli bekas yang selanjutnya akan dikirim ke perusahaan pengolah oli. Di perumahan-perumahan sebaiknya disamping disediakan tempat

penampungan sampah, juga disediakan tempat penampungan oil bekas. Jangan pernah menggunakan tempat penampungan oli bekas tersebut untuk menampung bahan-bahan kimia perumahan seperti pemutih atau bahan lain selain oli. Tempat

54

penampungan tersebut khusus dirancang untuk menampung oli bekas, yang akan didaur ulang di perusahaan pengolah oli bekas. Pastikan tempat penampungan tersebut kuat dan tahan karat supaya tidak bocor. Air limbah dari usaha perbengkelan mudah sekali terkontaminasi dengan berbagai kotoran seperti minyak, oli, gemuk, bahan bakar dan lain-lain. Untuk mengelola air limbah ini, upaya pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan minimalisasi limbah dan pencegahan terjadinya kontaminasi air dengan bahan lain seperti oli, bahan bakar, gemuk dan lain-lain. Upaya ini dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya kebocoran di selang air dan efisiensi pemakaian air dengan penggunaan kran yang mudah ditutup seperti kran model tembak atau penempatan kran yang mudah dijangkau. Langkah lainnya yang dapat ditempuh adalah dengan menghindari masuknya air hujan ke dalam lingkungan kerja yang mengandung ceceran oli/minyak atau bahan bakar lainnya. Jika air hujan ini masuk ke dalam lingkungan kerja yang kotor, maka kotoran yang ada di lantai akan terlarut dan terbawa aliran air. Dengan demikian pencemaran akan menyebar mengikuti arah aliran yang ada. Tata letak setiap unit kerja di bengkel sangat mempengaruhi kualitas air limbah buangannya. Tata letak yang baik tidak hanya akan memberikan kesan bengkel terlihat bersih dan rapi saja, tetapi juga akan menekan jumlah limbah yang dihasilkannya. Untuk bengkel yang juga melayani cucian mobil, seharusnya menempatkan tempat/ruang cucian dekat dengan saluran pembuangan air dan

55

terhindar dari kegiatan bongkar mesin ataupun penggantian oli. Dengan pemisahan ruangan tersebut, maka air bekas cucian tidak akan terkontaminasi oleh berbagai minyak/ oli maupun kotoran lainnya (Nasrun, 2011) Jika berbagai upaya pengelolaan lingkungan seperti tersebut di atas telah dilakukan oleh bengkel, maka air limbah yang dihasilkan tidak banyak mengandung kontaminan. Kontaminan yang biasanya masih ada berupa padatan (kotoran) dan sedikit minyak, dengan demikian maka unit pengolahan air limbah yang diperlukan juga sederhana (tidak terlalu rumit dan mahal). Unit pengolahan yang diperlukan terutama adalah unit pengendapan untuk pemisahan kotoran dan unit pemisahan minyak berupa fat-pit (separator). Mengingat usaha perbengkelan pada umumnya yang berupa usaha kecil dan menengah dan tingkat pencemaran air limbah bengkel yang telah mengikuti program pengelolaan lingkungan tidak terlalu berat maka disini akan diberikan contoh unit pengolahan limbah yang sederhana, sehingga sangat memungkinkan sekali untuk dibangun dan dioperasikan oleh semua bengkel yang ada. E. Kerangka Pikir

Guna menciptakan lingkungan yang berkualitas maka hasil limbah yang bersumber dari kegiatan bengkel servis (chasis, kelistrikan, dico, las dan mesin) dalam bentuk padat, cair, dan gas memerlukan penanganan yang benar dan serius sehingga tidak mengakibatkan kemunduran kualitas lingkungan, Peran sektor industri

56

dan jasa/bengkel servis yang berkaitan dengan upaya pengendalian lingkungan hidup sangatlah besar melalui mekanisme pelaksanaan produksi/jasa yang ramah lingkungan. Upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup sudah dilakukan dengan memasukkan aturan-aturan tentang penanganan sampah dan limbah terhadap pengelola bengkel servis (chasis, kelistrikan, dico, las dan mesin) upaya penanggulangan pencemaran memerlukan suatu survei pengelola industri/jasa atau berupa pembinaan terhadap pengelola bengkel dengan melakukan suatu pembinaan tentang pengetahuan dampak dari pencemaran lingkungan limbah servis bengkel demi terciptanya hidup lingkungan yang berkualitas. Kerangka pikir ini diperjelas melalui bentuk skema: Berdasarkan pada berbagai pandangan dan pemikiran yang berkaitan dengan faktor pendukung yang akan diteliti maka berikut ini disajikan kerangka pikir dan bentuk skema, yaitu: yang menekankan proses

57

Kegiatan Pengelolaan Bengkel servis Mobil (kelistrikan, chasis, dico, las dan mesin

Perilaku

Hambatan

Penanganan limbah Bengkel servis mobil (kelistrikan, chasis, dico,las dan mesin

strategi

Upaya

Lingkungan yang berkualitas

Gambar 2.1. Kerangka Pikir