bappeda.jatimprov.go.idbappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/dokren/rkpd_jatim_2020.pdfbab...
TRANSCRIPT
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 1
BAB 1 P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 2
1.2 Dasar Hukum
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 3
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 4
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 5
1.3 Hubungan Antar Dokumen
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 6
Gambar 1Error! No text of specified style in document..1 Hubungan antar
Dokumen Perencanaan
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 7
1.4 Maksud dan Tujuan
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 8
1.5 Sistematika Dokumen RKPD
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 9
-
BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 10
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 29
Untuk mengurangi tingginya alih fungsi lahan pertanian, maka
Implementasi sinergi pembangunan antar sektor antar wilayah dalam
pengembangan pertanian (agropolitan / Kawasan Pertanian Terpadu) dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan
kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan.
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 30
Sub Sub Sektor tanaman pangan meliputi komoditi : padi dan palawija
(jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar, dan palawija
lainnya). Pertumbuhan Sub sektor ini pada tahun 2014 sebesar 2,98 persen dan
meningkat pada tahun 2015 menjadi 3,13 persen. Kemudian terus menurun pada
tahun 2016 menjadi 1,76 persen dan tahun 2017 menjadi (-2,18) persen, sehingga
dibutuhkan upaya optimalisasi produksi dan produktivitas pertanian (tanaman
pangan dan hortikultura).
Tabel 2.7 Produksi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Ton)
Komoditi Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 *) a. Padi 12.397.049 13.154.967 13.633.701 13.060.464 13.000.476
b. Jagung 5.737.382 6.131.163 6.278.264 6.335.252 6.543.358
c. Kedelai 355.464 344.998 274.317 200.916 244.442 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018
Capaian produksi padi tahun 2014-2017 mengalami pertumbuhan 1,75
persen dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2016. Produksi Kedelai juga
menurun jika dibandingkan tahun 2016, namun komoditas jagung justru mengalami
peningkatan. Perkembangan produksi padi dan kedelai tahun 2017 melambat
disebabkan menurunnya tingkat produktivitas padi dan kedelai akibat menurunya
jumlah curah hujan pada tahun 2017 sebanyak 1.547,3 mm hanya 52 persen dari
jumlah curah hujan tahun 2016 yang mencapai 2.976,8 mm.
Pada beberapa daerah di Jawa Timur masih ditemui adanya daerah rentan
pangan, sehingga dibutuhkan upaya optimalisasi ketersediaan pangan (food
availaibility), akses pangan (food access), pemanfaatan pangan (food security) dan
stabilitas pangan (food stability) adalah untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk dari segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan
pangan dapat dipenuhi dari 3 (tiga) sumber yaitu : (1) produksi regional Jawa
Timur, yaitu pemanfaatan potensi sumber daya pangan lokal; (2) pemasokan
pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada
berbagai tingkatan yang secara hirarkhi mencakup rumah tangga, regional
(Kabupaten, Kota, Provinsi) Dan Nasional. Jawa Timur merupakan lumbung
pangan dan pendukung terbesar terhadap ketersediaan pangan nasional.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 31
Ketersediaan beras di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 7.637.107 ton,
hingga tahun 2017 menjadi 7,450.100 ton dan tahun 2018 (angka sementara)
menjadi 6.002.140 ton. Secara umum kebutuhan bahan pokok di Jawa Timur
surplus, begitu juga ketersediaan Jagung kecuali kedele. Surplus kebutuhan bahan
pokok tersebut digunakan untuk mensuplai provinsi lain yang defisit, seperti
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Maluku dan wilayah lain di
kawasan Indonesia Timur.
Ketersediaan Beras
Ketersediaan Jagung
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 32
Gambar 2.13 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Jagung
Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 33
Gambar 2.14 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Kedelai
Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 34
Gambar 2.15 Ketersediaan Kedelai
Kurangnya produksi kedelai selain disebabkan oleh tingginya alih fungsi
lahan pertanian juga keengganan petani untuk menanam, karena harga kedelai
impor jauh lebih murah, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang lebih
menguntungkan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari
jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun
mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola
Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern
(DDP) adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan
energi dari kelompok pangan utama pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi
pangan. PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah
yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan konsumsi pangan
ke depan, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan preferensi
konsumsi pangan masyarakat.
Skor PPH Jawa Timur mencapai 81,6 pada tahun 2014 dan meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar 84,8. Hal ini menunjukkan bahwa Pola konsumsi
pangan masyarakat Jawa Timur belum beragam, bergizi seimbang dan aman
berdasarkan Pola Pangan Harapan (Skor PPH). Namun demikian, masyarakat Jawa
Timur sudah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya
kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat, namun demikian perlu untuk lebih
mengoptimalkan gerakan percepatan pengenekaragaman konsumsi pangan melalui
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 35
upaya meningkatkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan
Aman (B2SA), maka perlu didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan yang
dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk percepatan pencapaian Pola
Pangan Harapan.
Gambar 2.16 Skor Pola Harapan Pangan
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
➢ Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Agropolitan adalah sebuah konsep pendekatan perencanaan
pengembangan desa dari bawah yang menjamin pemberdayaan secara ekonomis
dan sosial-psikologis bagi masyarakat desa miskin. Agropolitan juga merupakan
sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu beberapa
departemen bidang ekonomi untuk pembangunan perdesaan (khususnya
pertanian) dengan jalan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap
kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan
industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Program ini dirancang
dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Di Provinsi Jawa Timur, hingga awal tahun 2019 ini, gerakan
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Jawa Timur tercatat masih diikuti oleh 25
Kabupaten/Kota dan 2 Kabupaten yang masih dalam proses penetapan sebagai
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 36
kawasan agropolitan yaitu Kabupaten Magetan. Dua puluh enam Kabupaten/Kota
yang telah memiliki kawasan Agropolitan tersebut adalah Kota Batu, Kabupaten
Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi, Lumajang, Bangkalan, Tulungagung, Trenggalek,
Pamekasan, Pasuruan, Madiun, Ponorogo, Blitar, Pacitan, Nganjuk, Probolinggo,
Malang, Lamongan, Tuban, Bondowoso, Bojonegoro, Jombang, Sumenep, Sampang,
Sidoarjo, dan Situbondo. Diharapkan pada tahun 2020 terdapat 29 Kabupaten/Kota
di Jawa Timur dapat mengikuti gerakan Agropolitan atau setidaknya telah memiliki
dokumen perencanaan kawasan Agropolitan yang memiliki kekuatan hukum.
Selain kawasan Agropolitan, di Jawa Timur juga telah berkembang Kawasan
Minapolitan di beberapa wilayah kabupaten. Kawasan laut di Jawa Timur hampir
empat kali luas daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Sektor
perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber
ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar
menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
Gambar 2.17 Konsep Penangananan Kawasan Perdesaan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 37
2.1.2.2 Potensi Perkebunan
Pengamanan ketahanan pangan dan peningkatan daya saing potensi
pengembangan komoditi produk perkebunan tahun 2019, dilakukan melalui
kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, jaminan kemudahan akses perbankan,
perlindungan asuransi, mekanisasi sarana dan prasarana perkebunan serta upaya
peningkatan kesejahteraan petani kebun. Sektor perkebunan juga menyediakan
lapangan kerja yang terus bertambah. Pertambahan lapangan kerja bagi tenaga
kerja disektor perkebunan dapat diartikan sebagai seberapa banyak orang yang
terlibat di bidang perkebunan.
Semakin bertambahnya luas areal perkebunan di Jawa Timur berbanding lurus
denga keterlibatan tenaga kerja di dalamnya, sehingga selama kurun waktu 5 tahun
terjadi pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja rata-rata 1,39%.
Secara umum beberapa produktivitas dari komoditi perkebunan di Jawa
Timur masih dibawah standar optimal,dan kedepan akan dilakukan upaya -upaya
peningkatan produktivitas komoditi seperti optomalisasi budaya tanaman,
penanganan gangguan hama serta penyakit tanaman dan penanganan pasca panen
tanaman. Dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu benih, Pemerintah
provinsi telah melakukan sertifikasi benih tanaman perkebunan melalui uji
laboratorium dan uji lapang;
Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi
kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek
ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk
meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.
Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam 2
(dua) kelompok, yaitu:
➢ Perkebunan tanaman tahunan : tebu, tembakau, kapas, serat karung dan wijen;
➢ Perkebunan tanaman semusim antara lain berupa: kelapa, kopi, kakao, cengkeh,
jambu mete, cabe jamu, kapok randu, teh, kenanga, panili, lada, kemiri, jarak
kepyar, jarak pagar, siwalan, serat nanas, pinang, kayu manis, asam jawa, aren,
mendong, janggelan, nilam, pandan, nipah, pala, melinjo, karet, dsb.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 38
Pengembangan potensi perkebunan diarahkan melalui implementasi
sinergi antar sektor antar wilayah dalam pengembangan perkebunan (agropolitan
/ Kawasan Pertanian Terpadu).
Gambar 2.18 Produksi Komoditas Perkebunan
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
Tabel 2.8 Potensi Produktivitas Komoditi Perkebunan
No Komoditi Realisasi Produktivitas (Ton/Ha)
2014 2015 2016 2017 2018
1 Tebu 6,350 6,499 5,963 6,186 -
- Gula Kristal 5,753 5,976 5,186 5,624 5,265
- Gula Merah 6,947 7,022 6,739 6,747 6,412
2 Tembakau 912 927 886 997 835
3 Kopi 739 787 802 795 795
- Kopi Arabika 718 810 824 807 806
- Kopi Robusta 761 763 779 782 783
4 Kakao 1,078 909 899 892 2,661
5 Kelapa 1,377 1,328 1,360 1,356 3,971
6 Jambu Mete 706 665 671 675 685
7 Cengkeh 406 392 411 412 410
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 39
Untuk meningkatkan daya saing Petani Kebun (Pekebun), akan dilakukan
upaya-upaya untuk mengembangkan Industri Primer yang diarahkan untuk
pengembangan pasar baik internasional maupun domestik yang dilakukan dengan
memperluas promosi komoditas dan produk perkebunan. Strategi yang bisa
diterapkan adalah dengan mengefektifkan penerapan teknologi perkebunan dan
mengefisienkan usaha perkebunan untuk menghasilkan output dengan biaya
minimum. Potensi perkebunan lainnya dalam mendukung Peningkatan Daya Saing
adalah adanya program pengembangan Industri Primer Pemerintah Provinsi Jawa
Timur yang berupaya untuk Meningkatan Nilai Tambah Komoditi Perkebunan yang
fokus kegiatan pada Kopi dan Kakao serta adanya kesediaan Perhutani bila lahannya
ditanami kopi pada lereng Gunung Wilis.
Gambar 2.19 Kontribusi Sektor Perkebunan (Tanaman Keras) terhadap PDRB
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat dan
tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup hasil tanaman
perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,
kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan
perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh,
kopi, coklat, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 40
Pada tahun 2014, pertumbuhan sub sektor perkebunan terhadap PDRB
sebesar 4,97 persen. Kemudian menurun pada tahun 20152016, yaitu masing-
masing 1,25 persen (2015) dan (-0,74) persen (2016). Setelah itu meningkat
kembali pada tahun 2017 menjadi 1,36 persen.
Gambar 2.20 Persentase Pertumbuhan Sub Kategori Perkebunan terhadap PDRB
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 41
Gambar 2.21 Potensi Pengembangan Kawasan Kopi Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 42
2.1.2.3 Potensi Perikanan
Kewenangan Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan pengaturan tata
ruang untuk mengelola sumber daya alam di laut, telah tertuang dalam Perda I
tahun 2018, tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-
3-K) tahun 2018-2038. RZWP3K adalah alat yang efektif untuk menangani
permasalahan pengelolaan potensi Kelautan dan Perikanan, Jawa Timur.
Pengendalian Pemanfaatan RZWP-3-K berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan dan terjaganya lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil, peningkatan
partisipasi dan kesadaran masyarakat, peran swasta, dan juga instansi pemerintah
pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya serta berperan penting dan aktif
dalam pemantauan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar
dapat mengoptimalisasi pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta
maraknya kegiatan llegal, unreported dan unregulated fishing.
RZWP-3-K juga berperan strategis dalam mendukung pengembangan
investasi dan pembangunan potensi kelautan dan perikanan, memberikan jaminan
kepastian hukum dan berfungsi sebagai acuan pemberian izin lokasi perairan yang
diberikan untuk melakukan kegiatan di sebagian wilayah pesisir dan/atau pulau-
pulau kecil agar tidak menimbulkan dampak negatif pada terganggunya
keseimbangan ekosistem, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil dalam mengatasi berbagai
permasalahan.
Permasalahan Pengelolaan Laut diantaranya adalah : permasalahan Tata
ruang laut, Sengketa garis batas laut, IUU Fishing, Stok ikan berada pada posisi yang
tidak melampaui Maximum Sustainable Yield (Posisi MSY), Pengawasan dan
pengendalian, Pengelolaan sumberdaya perikanan, Penambangan pesisir dan
pulau-pulau kecil, Problem kemanusiaan. Dampak pengelolaan laut yang buruk
diantaranya adalah menyebabkan : Kerusakan sumberdaya hayati laut,
berkurangnya Ketersediaan stok Sumber Daya Ikan (SDI), menurunya daya dukung
dan daya tampung pulau-pulau kecil, Ketidakstabilan daerah intersterial, Laut
sebagai pintu-pintu kejahatan, Ketidakberlanjutan sumberdaya laut.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 43
Gambar 2.22 Peta Rencana Alokasi Ruang Laut Provinsi Jawa Timur
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 44
➢ Potensi Dan Karakteristik Perairan Jawa Timur
Jawa Timur memiliki wilayah perairan yang memiliki potensi pengelolaan,
seperti pada sub zona pasir laut, sub zona minyak bumi, kawasan konservasi, alur
laut dan potensi pengelolaan pencemaran di zona pertambangan, disekitar Laut
Jawa yaitu pada Kabupaten Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sumenep serta Selat
Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Sumenep. Pada kawasan tersebut telah
diatur aktivitas yang diperbolehkan, aktivitas yang tidak diperbolehkan dan
aktivitas diperbolehkan setelah memperoleh ijin, setelah dipenuhinya syarat
administratif, teknis, dan operasional.
Gambar 2.23 Overlay Tol Laut Indonesia dan Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 45
IKAN
PALAGIS
BESAR
IKAN
PALAGIS
KECIL
IKAN
DEMERSAL
IKAN
KARANG
UDANG
PANAEIDLOBSTER KEPITING RAJUNGAN
CUMI
CUMIJUMLAH
Potensi (Ton) 79.008 101.969 102.751 119.756 58.910 711 11.12 3.065 7.125 484.414
JTB (Ton) 63.206 81.575 82.201 95.805 47.128 569 8.896 2.452 5.700
Potensi (Ton) 412.945 364.83 366.066 48.098 8.249 1.297 11.582 955 14.579 1.228.601
JTB (Ton) 330.356 291.864 292.853 38.478 6.599 1.037 9.265 764 11.663
Potensi (Ton) 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 659 8.195 929.330
JTB (Ton) 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556
Potensi (Ton) 395.451 198.994 400.517 24.300 78.005 979 502 9.437 35.155 1.143.341
JTB (Ton) 316.361 159.195 320.432 19.440 62.404 784 402 7.550 28.124
Potensi (Ton) 303.886 104.017 320.432 59.146 58.39 952 10.077 22.637 102.142 981.680
JTB (Ton) 243.109 83.214 256.346 47.317 46.712 762 8.062 18.110 81.714
Potensi (Ton) 104.546 419.342 77.238 365.420 37.268 1.02 5.016 6.740 10.010 1.026.599
JTB (Ton) 83.637 335.474 61.790 292.336 29.814 816 4.013 5.392 8.008
Potensi (Ton) 116.516 43,062 99.800 164.165 2.252 155 1.151 2.180 1.788 431.069
JTB (Ton) 93.213 34.450 79.840 131.332 1.802 124 921 1.744 1.430
Potensi (Ton) 378.734 51.394 114.005 69.975 6.089 710 490 643 9.664 631.703
JTB (Ton) 302.987 41.115 91.204 55.980 4.871 568 392 515 7.731
Potensi (Ton) 222.946 154.329 34.650 54.194 8.465 685 1.969 424 1.103 478.765
JTB (Ton) 178.357 123.463 27.720 43.355 6.772 548 1.575 339 882
Potensi (Ton) 391.126 56.067 111.619 32.376 8.669 1.065 620 22 2.124 603.688
JTB (Ton) 312.901 44.854 89.295 25.901 6.935 852 496 18 1.699
Potensi (Ton) 823.328 489.795 586.277 30.555 53.502 386 1.507 1.911 5.470 1.992.730
JTB (Ton) 658.662 391.836 469.022 24.444 42.802 309 1.205 1.529 4.376
3.522.578 2.489.741 2.316.856 326.653 326.653 8.804 44.499 48.673 197.355 9.931.922
2.818.063 1.991.794 1.853.486 261.322 261.322 7.044 35.599 38.94 157.883 7.945.541
SAMUDERA PASIFIK
(WPPNRI 717)LAUT ARAFURA - LAUT
TIMOR (WPPNRI 718)
POTENSI PER KELOMPOK SDI DI WPP-RI (2015)
JUMLAH POTENSI SDI
JUMLAH JTB
SAMUDERA HINDIA
(WPPNRI 572 &
WPPNRI 573)
SELAT MALAKA
(WPPNRI 571)
LAUT CINA SELATAN
(WPPNRI 711)LAUT JAWA
(WPPNRI 712)SELAT MAKASAR - LAUT
FLORES (WPPNRI 713)LAUT BANDA
(WPPNRI 714)TELUK TOMINI - LAUT
SERAM (WPPNRI 715)LAUT SUKAWEI
(WPPNRI 716)
WILAYAH PENGELOLAAN
PERIKANAN (WPP) NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Overfishing beberapa stok SDI terjadi di banyak wilayah perairan dan
underfishing di beberapa wilayah perairan menjadi tempat IUU fishing nelayan
asing. Kondisi tersebut, secara tidak langsung akan memberi kesempatan kepada
pemilik kapal untuk melakukan Illegal Unreported and Unregulated Fishing IUUF.
Ketiadaan izin bagi kapal kecil akan berkonsekuensi pada sulitnya melakukan
penelusuran hasil dan lokasi tangkapan serta berpotensi berkontribusi pada
terjadinya overfishing. Perlu diwaspadai adalah wilayah Selatan Jawa Timur yang
berbatasan dengan Negara Australia, dimana untuk pemberantasan IUUF peran
pelabuhan perikanan dan kondisi dermaga serta Kapasitas Tenaga Kapal Patroli
harus diperkuat.
Tabel 2.9 Potensi Per Kelompok SDI WPP – RI (2015)
Berdasarkan karakteristik perairan, nelayan Jawa Timur dibagi menjadi
empat wilayah yaitu: (1) nelayan Laut Jawa yang meliputi wilayah Tuban,
Lamongan, Gresik, pantai utara Madura; (2) nelayan Selat Madura meliputi nelayan
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan pantai Selatan Madura;
(3) nelayan Selat Bali meliputi nelayan Banyuwangi; (4) nelayan Selatan Jawa Timur
meliputi wilayah Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 46
PANTAI
SELATAN
PANTAI
UTARA
SELAT
MADURASELAT BALI
Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Rendah Sedang Rendah Sedang
Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Rendah Tinggi Tinggi Sedang
Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Terumbu Karang Sedang Rusak Rusak Rusak
Mangrove Sedang Rusak Sedang Sedang
Lamun Rusak Rusak Rusak Rusak
KENAIKAN
TEMPRATUR
Hasil Tangkapan
Ikan MenurunTinggi Tinggi Tinggi Tinggi
PERUBAHAN
POLA
Alur Migrasi dan
Musim Ikan
Selalu Berubah
Tinggi Sedang Rendah Tinggi
KEJADIAN
EKSTRIM
Keselamatan
Nelayan Dilaut
Terancam
Tinggi Sedang Rendah Sedang
KENAIKAN
MUKA AIR LAUT
Banjir ROB di
Perkampungan
Nelayan
Rendah Tinggi Tinggi Rendah
EXPOSURE Jumlah Nelayan /
PendudukRendah Tinggi Tinggi Sedang
Tingkat
KemiskinanRendah Tinggi Tinggi Sedang
Nelayan Kecil
(Kapal < 10 GT)Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Tingkat
PendidikanSedang Rendah Rendah Rendah
Infrastruktur
PerikananSedang Sedang Sedang Sedang
Keberagaman
Pekerjaan Tinggi Sedang Rendah Rendah
Sumber : Hasil Lokakarya Kajian Kerentaan Provinsi Jawa Timur 2017
EKONOMI
EKOLOGI
SENSITIVITY
ADAPTIVE
CAPACITY
KARAKTERISTIK KERENTAAN PERAIRAN JAWA TIMUR
INDIKATOR
PERIKANAN TANGKAP
PENGOLAHAN IKAN
BUDIDAYA PERIKANAN
POTENSI WISATA BAHARI
SOSIAL
Pacitan. Wilayah perairan Laut Jawa, Selat Madura dan Selat Bali terkenal dengan
penghasil perikanan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, selar, lemuru, dan
cumi-cumi. Perairan Selatan Jawa Timur dikenal sebagai penghasil ikan pelagis
besar seperti ikan tuna, tongkol dan cakalang.
Kenaikan suhu permukaan air laut menyebabkan kerusakan ekosistem
pantai seperti terumbu karang dan lamun dan akan berdampak terhadap hilangnya
beberapa ikan karang karena hilangnya rantai makanan. Kenaikan suhu permukaan
laut membuat lapisan air yang dingin turun lebih dalam. Respon Ikan Permukaan /
Pelagis, Ikan bermigrasi horizontal mencari perairan yang lebih sesuai (dingin),
Ikan bermigrasi vertikal ke kedalaman yang bersuhu lebih dingin. Ikan yang suka
pada air dingin akan mengikuti lapisan ini sehingga menyulitkan nelayan untuk
menentukan lokasi penangkapan ikan sehingga menyebabkan menyebabkan
meningkatnya kemiskinan nelayan dibeberapa sentra perikanan di Brondong
Lamongan, Muncar Banyuwangi, Lekok Pasuruan, Prigi Trenggalek dan Madura.
Tabel 2.10 Karakteristik Kerentanan Perairan Jawa Timur
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 47
Produk Olahan Ikan
Udang Segar
Daging
Udang Kaleng
Udang Beku
Kerupuk Udang
Limbah Kulit
Khitin Khitosan
Fotografi
Pembuatan Kertas
Farmasi
Kosmetik
Pengolahan Air
Pengawetan Kayu
Ikan Segar
Daging
Hati
Sirip
Kepala
Silase
Kulit
Tulang
Ikan Kaleng
Ikan Beku
Tepung Ikan
Minyak Ikan
Minyak Goreng
Pharmasi
Pakan Ternak
Makanan - Sirip Ikan
Pakan Ternak
Tepung Ikan
Kulit Samak
Gelatin
Kerajinan Tulang
Barang Kulit
Pharmasi
Emulsifier
Rumput Laut
Gracllarla Eucheuma Sargasum
Agar-Agar Karaginan Alginat
Farmasi Grade
Bahan Gigi Buatan
Shampo
Pasta Gigi
Sabun
Farmasi
Industrial Grade
Pakan Ternak
Pengeboran
Cat
Printing Tekstil
Kertas
Keramik
Food Grade
Soft Drink
Ice Cream
Susu Coklat
Roti
Jam
POTENSI PERIKANAN
Potensi perikananan Jawa Timur sangat tinggi. Banyak terdapat Ikan pelagis
besar maupun kecil yang biasanya membentuk gerombolan (schooling) dan
melakukan migrasi/ruaya sesuai dengan daerah migrasinya. Ikan pelagis kecil
tersebuta adalah Ikan Selar dan Sunglir, Klupeid Teri, Japuh, Tembang, Lemuru dan
Siro, serta kelompok Scrombroid seperti Kembung dan lain-lain, ditangkap
menggunakan jaring, seperti jaring insang (gillnet), jaring lingkar, pukat cincin
(purse seine), payang, dan bagan. Untuk Ikan pelagis besar seperti kelompok Ikan
Tuna dan Cakalang, kelompok Marlin, kelompok Tongkol dan Tenggiri, dan cucut,
ditangkap dengan cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole
and line) serta rawai (longline). Sementara Ikan demersal, yaitu jenis ikan yang
habitatnya berada di bagian dasar perairan, ditangkap dengan menggunakan trawl
dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long
line), bubu, seperti ikan kakap merah/bambangan, peperek, tiga waja, bawal dan
lain-lain.
Gambar 2.24 Produk Olahan Ikan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 48
Gambar 2.25 Nilai Tambah Produk Rumput Laut (e. COTTONII)
Potensi perikanan Nasional terus meningkat setiap tahun. Sejak 2013, stok
perikanan meningkat dari 6,5 juta ton, hingga tahun 2017 menjadi 12,51 juta ton.
Distribusi ikan dari seluruh Indonesia masuk ke Pulau Jawa, selain karena tingginya
konsumsi, Pulau Jawa memiliki pabrik pengolahan ikan terbanyak, dimana angka
ekspor tertinggi dihasilkan dari Provinsi Jawa Timur.
Angka konsumsi ikan Nasional Tahun 2017 ditargetkan sebesar 47,12
Kg/Kapita, naik jika dibandingkan Tahun 2016 mencapai 43,94 Kg/Kapita (setara
ikan utuh segar). Sementara Tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Timur, terjadi
di Kabupaten Sumenep, sebesar 53 Kg per Kapita/Tahun, diatas rata-rata Jawa
Timur sebesar 31 Kg per Kapita/Tahun.
Gambar 2.26 Potensi Produksi Perikanan (ton)
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 49
Gambar 2.27 Produksi Hasil Penangkapan Ikan dan Perikanan Budidaya
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018
Potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia (100 juta ton/tahun)
dengan panjang garis pantai 81.000 Km, namun nilai ekspor perikanan Nasional
hanya 3,5 milyar US$/tahun (peringkat-12 dunia), sedangkan Vietnam yang
memiliki garis pantainya hanya 3.000 Km, total nilai ekspor perikanannya mencapai
7 milyar US$/tahun.
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 129.860,50 89.981,50 108.682,90 110.155,10
SELATAN 273.396,40 300.287,80 305.961,60 306.536,50
JUMLAH 403.256,90 390.269,30 414.644,50 416.691,60
PRODUKSI PERIKANAN LAUT JAWA TIMURWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 2.354,80 11.181,90 3.985,50 3.245,60
SELATAN 5.630,60 6.363,40 8.828,40 9.408,90
JUMLAH 7.985,40 17.545,30 12.813,90 12.654,50
PRODUKSI PERIKANAN PERAIRAN UMUM
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 7.520,76 7.932,79 1.856,33 2.251,18
SELATAN 607.944,87 632.886,13 539.066,25 658.464,69
JUMLAH 615.465,63 640.818,92 540.922,58 660.715,87
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUTWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 18.999,02 21.961,27 22.502,68 26.299,82
SELATAN 187.363,00 192.063,69 277.696,83 195.439,77
JUMLAH 206.362,02 214.024,96 300.199,51 221.739,59
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 369,92 97,50 404,72 858,19
SELATAN 1.116,69 1.501,94 1.475,82 1.754,48
JUMLAH 1.486,61 1.599,44 1.880,54 2.612,67
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KERAMBAWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 91.466,01 98.945,17 92.350,81 101.302,49
SELATAN 118.744,50 130.455,35 180.378,93 158.167,17
JUMLAH 210.210,51 229.400,52 272.729,74 259.469,66
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KOLAM
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 9.675,05 9.814,05 9.427,08 7.788,04
SELATAN 1.685,77 1.740,77 1.461,08 1.309,08
JUMLAH 11.360,82 11.554,82 10.888,16 9.097,12
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JARING APUNG
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 82,76 99,42 100,63 90,56
SELATAN 48.153,16 61.670,56 62.721,60 60.609,56
JUMLAH 48.235,92 61.769,98 62.822,23 60.700,12
PRODUKSI PERIKANAN MINA PADI
370.000,0
380.000,0
390.000,0
400.000,0
410.000,0
420.000,0
430.000,0
440.000,0
2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
PRODUKSI HASIL PENANGKAPAN IKAN (Ton)
Laut Perairan Umum
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 50
Gambar 2.28 Nilai Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan (2012 – 2116)
Peningkatan nilai ekspor Jawa Timur dilakukan melalui sinergi antar sektor
antar wilayah dalam pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
(MINAPOLITAN), sedangkan rendahnya nilai tambah produksi hasil kelautan dan
perikanan akan dioptimalkan melalui peningkatan kualitas mutu, produk,
komoditas, Sumber Daya Manusia (Pembudidaya Ikan, Nelayan, Petambak Garam)
serta sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, maupun kapasitas pelaku usaha
sektor kelautan dan perikanan (pembudidaya ikan, nelayan, petambak garam).
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 51
Gambar 2.29 Produk Olahan dengan Nilai Produk Tertinggi
Untuk meningkatkan produksi penangkapan Tuna, dibutuhkan revitalisasi
Pelabuhan Ikan yang dikhususkan untuk penangkapan Ikan Tuna pada Wilayah
Pantai Selatan yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Pondok Dadap di Malang
dan Tamperan di Pacitan. Waktu yang efektif untuk melakukan operasi
penangkapan yaitu diatas 100% yang terjadi pada bulan april, Mei, Juni , Juli,
Agustus, September, dan Oktober. Ikan Tuna adalah Ikan berlemak rendah yang
berdaging tebal, tingkat migrasinya tinggi, kaya asam lemak omega 3, sangat bagus
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 52
untuk menurunkan kolesterol jahat dan resiko penyakit jantung. Jenis Ikan Tuna
sirip kuning banyak diburu. Ikan Tuna menduduki komoditas nomor dua setelah
udang dalam nilai ekspor hasil perikanan. Selain dijual untuk pasar lokal, juga
diekspor ke China, Jepang sampai Amerika Serikat (AS) untuk kebutuhan restoran,
seperti di Jepang disajikan dalam bentuk sashimi. Harga Tuna Sirip Kuning dengan
berat 7 Kg pada pasar lokal di kisaran Rp. 33.000 – 180.000/Kg sedangkan pada
Pasar Eksport mencapai Rp. 1.100.000/Kg.
Pengembangan produksi Perikanan Tangkap memiliki prospek yang bagus
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun besarnya kebutuhan terhadap
produksi perikanan tangkap tersebut belum didukung oleh Penanganan mutu
komoditas ekspor dengan Cold Chain System (CCS), pengolahan serta pemasaran
produk kelautan dan perikanan armada penangkapan ikan Nelayan Jawa Timur
yang hingga saat ini masih didominasi oleh kapal berukuran kecil di bawah 10 gros
ton (GT) yang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan registrasi dan perizinan.
➢ Potensi Dan Karakteristik Nelayan Jawa Timur
Pemangku Kepentingan Utama penghasil ikan terbesar adalah para
pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan
langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudi daya ikan,
pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat yang masing-masing
mempunyai kearifan lokal yang harus dilindungi. Masyarakat nelayan tersebut
berperan ganda, selain berupaya memenuhi kebutuhan penghidupan
(meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan), juga berperan dalam penyediaan
pangan khusus protein hewani, dan dapat meningkatkan pendapatan negara.
Sementara sekitar 38% nelayan, terutama nelayan ABK, hidup di bawah garis
kemiskinan (pengeluaran < Rp 380.000/orang/bulan) (BPS, 2017). Sebagian besar
nelayan tradisional “low technology and management” dan belum menerapkan Best
Handling Practices ikan hasil tangkapannya, sehingga kualitas ikan buruk, yang
berarti harga jual rendah, sementara banyak pabrik pengolahan hasil perikanan
(UPI) kekurangan bahan baku, sehingga posisi nelayan dalam sistem rantai suplai
(tataniaga) sangat tidak diuntungkan. Belum lagi hasil tangkapan ikan banyak yang
dibuang kembali kelaut (ikan non-target, bernilai ekonomis rendah) atau
membusuk selama transportasi dan distribusi, dari lokasi porduksi ke konsumen
(pasar) akhir.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 53
Gambar 2.30 Sistem Tata Niaga Bisnis Perikanan Tangkap
Karakteristik nelayan Jawa Timur juga sangat terkait dengan potensi yang
ada di daratan. Nelayan Laut Jawa dan Selat Madura pada musim paceklik mencari
pekerjaan alternatif disektor informal seperti menjadi kuli bangunan, sopir becak,
pekerja tambak, dan buruh pabrik. Nelayan di Selatan Jawa Timur bekerja di sektor
pertanian dan perkebunan pada saat musim paceklik. Perbedaan lapangan kerja
alternatif ini dipengaruhi oleh potensi yang ada di sekitar kawasan pesisir Jawa
Timur. Jika dilihat dari ketersediaan potensi yang ada di daratan, maka nelayan di
Selatan Jawa Timur mempunyai ketangguhan yang lebih besar dibandingkan
dengan nelayan pantai Utara Jawa Timur. Dengan kata lain, nelayan pantai Utara
Jawa Timur lebih rentan terhadap perubahan iklim jika dilihat dari ketersediaan
lapangan kerja alternatif, terutama Tuban dan Pamekasan, serta pada pulau-pulau
kecil di Utara.
NELAYAN
EKOSISTEM LAUT DAN POPULASI
IKAN
HASIL TANGKAP
PP1
PP2
PPn
KONSUMEN PASAR
SARANA PRODUKSI :
• Jaring• Alat Tangkap Lain• BBM• Beras/Mie• Minyak Goreng• Kopi, Teh, Gula• dll
PPn
PP2
PP1
PABRIK (PRODUSEN)
SISTEM TATA NIAGA BISNIS PERIKANAN TANGKAP
KET :PP = Pedagang Perantara (Midle Man)
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 54
Gambar 2.31 Karakteristik Musim Ikan Pada Pantai Utara Dan Selatan Jawa
Nelayan Jawa Timur lebih banyak didominasi oleh nelayan tradisional
dengan kapal ukuran di bawah 10 GT (Gross Ton) yang dalam melakukan
aktivitasnya hanya pada radius 0-2 mil dan untuk nelayan kecil (kapal
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 55
kepada juragan. Nelayan kecil meminjam uang kepada juragan untuk modal usaha
penangkapan dengan syarat hasil tangkapan mereka harus dijual kepada juragan
dan harga ikan ditentukan oleh juragan. Ketergantungan nelayan pada juragan dan
ketidakpastian usaha menjadi penyebab utama kemiskinan nelayan. Perlu
dikembangkan kapasitas skala usaha nelayan dan pengolah hasil perikanan Di
seluruh kecamatan pesisir Jawa Timur.
Jawa Timur mempunyai panjang garis pantai 3.498,12 Km2 dengan total luas
perairan laut 126.672 Km2. Wilayah Laut dan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jawa
Timur yang terdiri dari 438 pulau-pulau kecil. Pada tahun 2015 terdapat 91 Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), 77 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), 12 Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) dan 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang tersebar
di 23 kabupaten/kota di Jawa Timur. Jumlah pelabuhan perikanan pantai untuk
melayani nelayan di Jawa Timur bertambah menjadi 22 unit pada tahun 2019,
diantaranya ada 8 pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan berstandar
internasional sesuai permintaan Uni Eropa, yaitu Pelabuhan Muncar Banyuwangi,
Tamperan Pacitan, Tambak Rejo Blitar, Bulu Tuban, Mayangan Probolinggo,
Pasongsongan Madura, Pelabuhan Paiton dan Pondok Dadap Blitar.
Pada awal bulan November sampai bulan Februari, angin kencang bertiup
dari Australia menuju Samudra Hindia dan masuk ke perairan Indonesia, termasuk
perairan Jawa Timur. Angin kencang tersebut terjadi tidak menentu dan datang
secara tiba-tiba, hal ini menyebabkan nelayan tidak berani melaut dan periode ini
dikenal dengan musim paceklik bagi nelayan. Nelayan kecil terkena dampak paling
besar dan harus mencari pekerjaan alternatif lain pada musim ini. Gelombang bisa
mencapai ketinggian 4 meter. Ombak ini dapat membuat perahu kecil terbalik dan
membahayakan nyawa nelayan. Selain itu ombak besar dan hujan juga dapat
menyebabkan banjir rob di pemukiman nelayan dan merusak alat-alat produksi
yang ada di pantai.
Pada musim paceklik atau diidentikkan dengan musim Barat, sebagian
besar nelayan tidak dapat melaut karena kondisi perairan yang tidak
menentu. Musim paceklik ditandai dengan hembusan angin yang kencang, ombak
besar dan bahkan terkadang terjadi badai. Kondisi cuaca yang ekstrim tersebut
merupakan ancaman keamanan dan keselamatan bagi nelayan yang melaut. Musim
Barat umumnya terjadi pada bulan Nopember hingga Maret, namun dengan adanya
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 56
perubahan iklim global, musim penangkapan yang dahulu lebih mudah diprediksi
kini semakin tidak menentu. Umumnya nelayan tradisional tidak memiliki usaha
sampingan (alternatif) yang dapat dilakukan ketika sedang terjadi musim Barat
(Musim Susah ikan). Pada musim “Susah Ikan”, nelayan lebih menggantungkan
kehidupan pada bantuan dari pemerintah atau pinjaman swasta, sehingga
menyebabkan etos kerja rendah karena tidak melaut. Terhadap problem rutin yang
dihadapi nelayan tersebut, Pemerintah Jawa Timur telah melakukan upaya melalui
pengembangan usaha produktif di kalangan masyarakat pesisir dan nelayan dengan
usaha pengolahan berbagai jenis produk berbahan baku ikan atau budidaya laut
(MARIKULTUR).
Tingkat kerentanan nelayan terhadap perubahan iklim di Jawa Timur masih
cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah nelayan kecil yang cukup besar yaitu
mencapai 85 % dari total nelayan di Jawa Timur (BPS). Selain itu, tingkat pendidikan
nelayan masih rendah dan ketersediaan lapangan kerja alternatif masih belum
memadai. Sebagaian besar nelayan di Jawa Timur hanya lulusan Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan banyak juga yang putus sekolah
dasar. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan langkah-langkah program
untuk menekan tingkat kerentanan nelayan. Pemberdayaan masyarakat pesisir
menjadi program utama untuk mengurangi kerentanan nelayan terhadap
perubahan iklim. Program ini dilakukan di 23 Kabupaten/Kota pesisir di Jawa
Timur berupa bantuan langsung pada saat paceklik, pengembangan usaha alternatif,
pembangunan sarana perikanan dan beasiswa bagi anak nelayan.
Dalam upaya mengoptimalkan potensi Sumberdaya Kelautan, Pemerintah
Jawa Timur telah mengimplementasikan Kebijakan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs),
khususnya dalam hal bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
penghapusan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, dan menjamin kebercukupan
pangan yang bergizi bagi masyarakat. Diantara kebijakan tersebut antara lain
adalah pemberian alat tangkap ikan ramah lingkungan (Bubu, Gillnet, Jaring
Millenium) sebagai pengganti Cantrang yang selama ini merusak ekosistem laut dan
menghabiskan sumber daya ikan Jawa Timur. Upaya tersebut adalah untuk
melindungi kelestarian pemanfaatan sumber daya laut yang berpengaruh
terhadap peningkatan skala usaha dan kesejahteraan stakeholder kemaritiman dan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 57
perikanan seperti nelayan, pembudidaya ikan, pelaku usaha perikanan, dan
sebagainya. Upaya peningkatan produksi juga dilakukan pada perikanan budidaya,
baik melalui pemeliharaan atau produksi ikan, hewan air serta spesies tanaman
bawah air lainnya yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keberlanjutan.
Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan adaptasi nelayan dalam
menghadapi perubahan iklim adalah ketersediaan sarana perikanan. Nelayan yang
tinggal di kawasan perikanan yang mempunyai sarana yang lengkap akan lebih
mudah dalam meningkatkan daya adaptasinya menghadapi perubahan iklim.
Nelayan bisa menyimpan hasil tangkapannya di cold storage pada saat musim ikan
dan menjualnya pada saat paceklik sehingga harga ikan menjadi stabil. Sarana
perikanan tangkap di Jawa Timur masih belum memadai. Ketersediaan sarana
perikanan tangkap di Pelabuhan tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya
adaptasi nelayan dalam menghadapi perubahan iklim.
➢ Potensi Produksi Garam
Potensi pengembangan produksi garam di Jawa Timur sangat besar. Setiap
orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan perairan
pulau-pulau kecil wajib memiliki Izin Pengelolaan, diantaranya untuk kegiatan
produksi garam, seperti adanya terminal khusus garam (Kabupaten Pamekasan),
Konstruksi Pertambangan Garam, Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
Primer, Sekunder dan pantai air) pipa intake dan outake industri garam,
pengangkutan dan penjualan garam di pelabuhan (Tanjung Perak).
Saat ini produksi garam Jawa Timur dilakukan melalui 3 cara, yaitu
Konvensional, Geomembran dan Rumah Garam. Petani garam Konvensional selalu
bergantung pada musim, saat musim hujan atau kemarau basah, hasil garam akan
menurun. Produksi petani garam konvensional adalah 60 ton/Ha atau 6 Kg/m2,
melalui innovasi pembuatan Rumah Garam (SALTHOUSE), effisiensi produksi bisa
ditingkatkan secara signifikant. Produksi garam dengan Rumah Garam
menyebabkan petani tidak lagi bergantung pada musim atau produksi dapat
dilakukan setiap musim. Untuk rumah garam ukuran 3x(6m x 40m), panen dapat
dilakukan 36 kali/musim dengan total panen 140 ton/musim (14 Kg/m2). Lokasi
rumah garam terdapat pada Kabupaten Pamekasan, Lamongan dan Probolinggo.
Sejak dipindahkannya penanggung jawab pengelolaan garam, dari
Kementrian Perdagangan kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan, maka
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 58
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, berupaya untuk memenuhi kebutuhan nasional
dan melakukan berbagai upaya pengembangan usaha garam rakyat ke arah
industrialisasi melalui mekanisasi pengolahan dan penerapan teknologi yang lebih
modern, biaya produksi yang lebih efisien.
Tahun 2018, Produksi garam nasional sebesar 70 persen ditopang dari
Provinsi Jawa Timur sebesar 952.286,08 Ton. Potensi produksi garam Jawa Timur
sangat tinggi cenderung stabil dan meningkat karena didukung oleh iklim tropis
dengan musim kemarau efektif rata-rata 5-6 bulan setiap periodenya dan tekstur
serta banyak kontur tanah di beberapa wilayah dapat didayagunakan sebagai
tambak garam.
Gambar 2.32 Potensi Produksi Garam
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018
➢ Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan
Upaya pengembangan agribisnis yaitu usaha berbasis perikanan dalam arti
luas, yang pada umumnya ber-locus di kawasan perdesaan yang berbentuk
Kawasan MINAPOLITAN, sehingga pengembangan kawasan MINAPOLITAN juga
merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan) yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang
pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.
0,00
200.000,00
400.000,00
600.000,00
800.000,00
1.000.000,00
1.200.000,00
1.400.000,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
POTENSI PRODUKSI GARAM
Tuban Lamongan Pasuruan Kota Pasuruan
Gresik Probolinggo Kota Surabaya Pamekasan
sampang Sumenep Bangkalan Sidoarjo
Situbondo
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 59
Gambar 2.33 Overlay Pola Spasial IPM Provinsi Jawa Timur dan Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kawasan Minapolitan yang merupakan turunan Kawasan Agropolitan: adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan Sumber Daya Alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis. Sesuai Permen KP 12/2010
mengamanatkan bahwa dalam rangka mendorong percepatan pembangunan sektor
kelautan dan perikanan perlu dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan
perikanan berbasis kawasan yang terintegrasi, efisien, berkualitas, dengan konsepsi
Minapolitan. Kawasan Minapolitan perlu dikembangkan dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan keunggulan komparatif dan
kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi,
pengolahan dan/atau pemasaran secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 29
Untuk mengurangi tingginya alih fungsi lahan pertanian, maka
Implementasi sinergi pembangunan antar sektor antar wilayah dalam
pengembangan pertanian (agropolitan / Kawasan Pertanian Terpadu) dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan
kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan.
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 30
Sub Sub Sektor tanaman pangan meliputi komoditi : padi dan palawija
(jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar, dan palawija
lainnya). Pertumbuhan Sub sektor ini pada tahun 2014 sebesar 2,98 persen dan
meningkat pada tahun 2015 menjadi 3,13 persen. Kemudian terus menurun pada
tahun 2016 menjadi 1,76 persen dan tahun 2017 menjadi (-2,18) persen, sehingga
dibutuhkan upaya optimalisasi produksi dan produktivitas pertanian (tanaman
pangan dan hortikultura).
Tabel 2.7 Produksi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Ton)
Komoditi Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 *) a. Padi 12.397.049 13.154.967 13.633.701 13.060.464 13.000.476
b. Jagung 5.737.382 6.131.163 6.278.264 6.335.252 6.543.358
c. Kedelai 355.464 344.998 274.317 200.916 244.442 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018
Capaian produksi padi tahun 2014-2017 mengalami pertumbuhan 1,75
persen dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2016. Produksi Kedelai juga
menurun jika dibandingkan tahun 2016, namun komoditas jagung justru mengalami
peningkatan. Perkembangan produksi padi dan kedelai tahun 2017 melambat
disebabkan menurunnya tingkat produktivitas padi dan kedelai akibat menurunya
jumlah curah hujan pada tahun 2017 sebanyak 1.547,3 mm hanya 52 persen dari
jumlah curah hujan tahun 2016 yang mencapai 2.976,8 mm.
Pada beberapa daerah di Jawa Timur masih ditemui adanya daerah rentan
pangan, sehingga dibutuhkan upaya optimalisasi ketersediaan pangan (food
availaibility), akses pangan (food access), pemanfaatan pangan (food security) dan
stabilitas pangan (food stability) adalah untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk dari segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan
pangan dapat dipenuhi dari 3 (tiga) sumber yaitu : (1) produksi regional Jawa
Timur, yaitu pemanfaatan potensi sumber daya pangan lokal; (2) pemasokan
pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada
berbagai tingkatan yang secara hirarkhi mencakup rumah tangga, regional
(Kabupaten, Kota, Provinsi) Dan Nasional. Jawa Timur merupakan lumbung
pangan dan pendukung terbesar terhadap ketersediaan pangan nasional.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 31
Ketersediaan beras di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 7.637.107 ton,
hingga tahun 2017 menjadi 7,450.100 ton dan tahun 2018 (angka sementara)
menjadi 6.002.140 ton. Secara umum kebutuhan bahan pokok di Jawa Timur
surplus, begitu juga ketersediaan Jagung kecuali kedele. Surplus kebutuhan bahan
pokok tersebut digunakan untuk mensuplai provinsi lain yang defisit, seperti
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Maluku dan wilayah lain di
kawasan Indonesia Timur.
Ketersediaan Beras
Ketersediaan Jagung
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 32
Gambar 2.13 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Jagung
Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 33
Gambar 2.14 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Kedelai
Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 34
Gambar 2.15 Ketersediaan Kedelai
Kurangnya produksi kedelai selain disebabkan oleh tingginya alih fungsi
lahan pertanian juga keengganan petani untuk menanam, karena harga kedelai
impor jauh lebih murah, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang lebih
menguntungkan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari
jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun
mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola
Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern
(DDP) adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan
energi dari kelompok pangan utama pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi
pangan. PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah
yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan konsumsi pangan
ke depan, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan preferensi
konsumsi pangan masyarakat.
Skor PPH Jawa Timur mencapai 81,6 pada tahun 2014 dan meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar 84,8. Hal ini menunjukkan bahwa Pola konsumsi
pangan masyarakat Jawa Timur belum beragam, bergizi seimbang dan aman
berdasarkan Pola Pangan Harapan (Skor PPH). Namun demikian, masyarakat Jawa
Timur sudah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya
kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat, namun demikian perlu untuk lebih
mengoptimalkan gerakan percepatan pengenekaragaman konsumsi pangan melalui
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 35
upaya meningkatkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan
Aman (B2SA), maka perlu didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan yang
dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk percepatan pencapaian Pola
Pangan Harapan.
Gambar 2.16 Skor Pola Harapan Pangan
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
➢ Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Agropolitan adalah sebuah konsep pendekatan perencanaan
pengembangan desa dari bawah yang menjamin pemberdayaan secara ekonomis
dan sosial-psikologis bagi masyarakat desa miskin. Agropolitan juga merupakan
sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu beberapa
departemen bidang ekonomi untuk pembangunan perdesaan (khususnya
pertanian) dengan jalan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap
kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan
industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Program ini dirancang
dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Di Provinsi Jawa Timur, hingga awal tahun 2019 ini, gerakan
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Jawa Timur tercatat masih diikuti oleh 25
Kabupaten/Kota dan 2 Kabupaten yang masih dalam proses penetapan sebagai
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 36
kawasan agropolitan yaitu Kabupaten Magetan. Dua puluh enam Kabupaten/Kota
yang telah memiliki kawasan Agropolitan tersebut adalah Kota Batu, Kabupaten
Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi, Lumajang, Bangkalan, Tulungagung, Trenggalek,
Pamekasan, Pasuruan, Madiun, Ponorogo, Blitar, Pacitan, Nganjuk, Probolinggo,
Malang, Lamongan, Tuban, Bondowoso, Bojonegoro, Jombang, Sumenep, Sampang,
Sidoarjo, dan Situbondo. Diharapkan pada tahun 2020 terdapat 29 Kabupaten/Kota
di Jawa Timur dapat mengikuti gerakan Agropolitan atau setidaknya telah memiliki
dokumen perencanaan kawasan Agropolitan yang memiliki kekuatan hukum.
Selain kawasan Agropolitan, di Jawa Timur juga telah berkembang Kawasan
Minapolitan di beberapa wilayah kabupaten. Kawasan laut di Jawa Timur hampir
empat kali luas daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Sektor
perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber
ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar
menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
Gambar 2.17 Konsep Penangananan Kawasan Perdesaan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 37
2.1.2.2 Potensi Perkebunan
Pengamanan ketahanan pangan dan peningkatan daya saing potensi
pengembangan komoditi produk perkebunan tahun 2019, dilakukan melalui
kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, jaminan kemudahan akses perbankan,
perlindungan asuransi, mekanisasi sarana dan prasarana perkebunan serta upaya
peningkatan kesejahteraan petani kebun. Sektor perkebunan juga menyediakan
lapangan kerja yang terus bertambah. Pertambahan lapangan kerja bagi tenaga
kerja disektor perkebunan dapat diartikan sebagai seberapa banyak orang yang
terlibat di bidang perkebunan.
Semakin bertambahnya luas areal perkebunan di Jawa Timur berbanding lurus
denga keterlibatan tenaga kerja di dalamnya, sehingga selama kurun waktu 5 tahun
terjadi pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja rata-rata 1,39%.
Secara umum beberapa produktivitas dari komoditi perkebunan di Jawa
Timur masih dibawah standar optimal,dan kedepan akan dilakukan upaya -upaya
peningkatan produktivitas komoditi seperti optomalisasi budaya tanaman,
penanganan gangguan hama serta penyakit tanaman dan penanganan pasca panen
tanaman. Dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu benih, Pemerintah
provinsi telah melakukan sertifikasi benih tanaman perkebunan melalui uji
laboratorium dan uji lapang;
Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi
kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek
ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk
meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.
Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam 2
(dua) kelompok, yaitu:
➢ Perkebunan tanaman tahunan : tebu, tembakau, kapas, serat karung dan wijen;
➢ Perkebunan tanaman semusim antara lain berupa: kelapa, kopi, kakao, cengkeh,
jambu mete, cabe jamu, kapok randu, teh, kenanga, panili, lada, kemiri, jarak
kepyar, jarak pagar, siwalan, serat nanas, pinang, kayu manis, asam jawa, aren,
mendong, janggelan, nilam, pandan, nipah, pala, melinjo, karet, dsb.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 38
Pengembangan potensi perkebunan diarahkan melalui implementasi
sinergi antar sektor antar wilayah dalam pengembangan perkebunan (agropolitan
/ Kawasan Pertanian Terpadu).
Gambar 2.18 Produksi Komoditas Perkebunan
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
Tabel 2.8 Potensi Produktivitas Komoditi Perkebunan
No Komoditi Realisasi Produktivitas (Ton/Ha)
2014 2015 2016 2017 2018
1 Tebu 6,350 6,499 5,963 6,186 -
- Gula Kristal 5,753 5,976 5,186 5,624 5,265
- Gula Merah 6,947 7,022 6,739 6,747 6,412
2 Tembakau 912 927 886 997 835
3 Kopi 739 787 802 795 795
- Kopi Arabika 718 810 824 807 806
- Kopi Robusta 761 763 779 782 783
4 Kakao 1,078 909 899 892 2,661
5 Kelapa 1,377 1,328 1,360 1,356 3,971
6 Jambu Mete 706 665 671 675 685
7 Cengkeh 406 392 411 412 410
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 39
Untuk meningkatkan daya saing Petani Kebun (Pekebun), akan dilakukan
upaya-upaya untuk mengembangkan Industri Primer yang diarahkan untuk
pengembangan pasar baik internasional maupun domestik yang dilakukan dengan
memperluas promosi komoditas dan produk perkebunan. Strategi yang bisa
diterapkan adalah dengan mengefektifkan penerapan teknologi perkebunan dan
mengefisienkan usaha perkebunan untuk menghasilkan output dengan biaya
minimum. Potensi perkebunan lainnya dalam mendukung Peningkatan Daya Saing
adalah adanya program pengembangan Industri Primer Pemerintah Provinsi Jawa
Timur yang berupaya untuk Meningkatan Nilai Tambah Komoditi Perkebunan yang
fokus kegiatan pada Kopi dan Kakao serta adanya kesediaan Perhutani bila lahannya
ditanami kopi pada lereng Gunung Wilis.
Gambar 2.19 Kontribusi Sektor Perkebunan (Tanaman Keras) terhadap PDRB
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018
Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat dan
tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup hasil tanaman
perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,
kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan
perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh,
kopi, coklat, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 40
Pada tahun 2014, pertumbuhan sub sektor perkebunan terhadap PDRB
sebesar 4,97 persen. Kemudian menurun pada tahun 20152016, yaitu masing-
masing 1,25 persen (2015) dan (-0,74) persen (2016). Setelah itu meningkat
kembali pada tahun 2017 menjadi 1,36 persen.
Gambar 2.20 Persentase Pertumbuhan Sub Kategori Perkebunan terhadap PDRB
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 41
Gambar 2.21 Potensi Pengembangan Kawasan Kopi Provinsi Jawa Timur
Sumber : Kementerian Pertanian
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 42
2.1.2.3 Potensi Perikanan
Kewenangan Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan pengaturan tata
ruang untuk mengelola sumber daya alam di laut, telah tertuang dalam Perda I
tahun 2018, tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-
3-K) tahun 2018-2038. RZWP3K adalah alat yang efektif untuk menangani
permasalahan pengelolaan potensi Kelautan dan Perikanan, Jawa Timur.
Pengendalian Pemanfaatan RZWP-3-K berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan dan terjaganya lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil, peningkatan
partisipasi dan kesadaran masyarakat, peran swasta, dan juga instansi pemerintah
pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya serta berperan penting dan aktif
dalam pemantauan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar
dapat mengoptimalisasi pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta
maraknya kegiatan llegal, unreported dan unregulated fishing.
RZWP-3-K juga berperan strategis dalam mendukung pengembangan
investasi dan pembangunan potensi kelautan dan perikanan, memberikan jaminan
kepastian hukum dan berfungsi sebagai acuan pemberian izin lokasi perairan yang
diberikan untuk melakukan kegiatan di sebagian wilayah pesisir dan/atau pulau-
pulau kecil agar tidak menimbulkan dampak negatif pada terganggunya
keseimbangan ekosistem, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil dalam mengatasi berbagai
permasalahan.
Permasalahan Pengelolaan Laut diantaranya adalah : permasalahan Tata
ruang laut, Sengketa garis batas laut, IUU Fishing, Stok ikan berada pada posisi yang
tidak melampaui Maximum Sustainable Yield (Posisi MSY), Pengawasan dan
pengendalian, Pengelolaan sumberdaya perikanan, Penambangan pesisir dan
pulau-pulau kecil, Problem kemanusiaan. Dampak pengelolaan laut yang buruk
diantaranya adalah menyebabkan : Kerusakan sumberdaya hayati laut,
berkurangnya Ketersediaan stok Sumber Daya Ikan (SDI), menurunya daya dukung
dan daya tampung pulau-pulau kecil, Ketidakstabilan daerah intersterial, Laut
sebagai pintu-pintu kejahatan, Ketidakberlanjutan sumberdaya laut.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 43
Gambar 2.22 Peta Rencana Alokasi Ruang Laut Provinsi Jawa Timur
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 44
➢ Potensi Dan Karakteristik Perairan Jawa Timur
Jawa Timur memiliki wilayah perairan yang memiliki potensi pengelolaan,
seperti pada sub zona pasir laut, sub zona minyak bumi, kawasan konservasi, alur
laut dan potensi pengelolaan pencemaran di zona pertambangan, disekitar Laut
Jawa yaitu pada Kabupaten Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sumenep serta Selat
Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Sumenep. Pada kawasan tersebut telah
diatur aktivitas yang diperbolehkan, aktivitas yang tidak diperbolehkan dan
aktivitas diperbolehkan setelah memperoleh ijin, setelah dipenuhinya syarat
administratif, teknis, dan operasional.
Gambar 2.23 Overlay Tol Laut Indonesia dan Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 45
IKAN
PALAGIS
BESAR
IKAN
PALAGIS
KECIL
IKAN
DEMERSAL
IKAN
KARANG
UDANG
PANAEIDLOBSTER KEPITING RAJUNGAN
CUMI
CUMIJUMLAH
Potensi (Ton) 79.008 101.969 102.751 119.756 58.910 711 11.12 3.065 7.125 484.414
JTB (Ton) 63.206 81.575 82.201 95.805 47.128 569 8.896 2.452 5.700
Potensi (Ton) 412.945 364.83 366.066 48.098 8.249 1.297 11.582 955 14.579 1.228.601
JTB (Ton) 330.356 291.864 292.853 38.478 6.599 1.037 9.265 764 11.663
Potensi (Ton) 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 659 8.195 929.330
JTB (Ton) 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556
Potensi (Ton) 395.451 198.994 400.517 24.300 78.005 979 502 9.437 35.155 1.143.341
JTB (Ton) 316.361 159.195 320.432 19.440 62.404 784 402 7.550 28.124
Potensi (Ton) 303.886 104.017 320.432 59.146 58.39 952 10.077 22.637 102.142 981.680
JTB (Ton) 243.109 83.214 256.346 47.317 46.712 762 8.062 18.110 81.714
Potensi (Ton) 104.546 419.342 77.238 365.420 37.268 1.02 5.016 6.740 10.010 1.026.599
JTB (Ton) 83.637 335.474 61.790 292.336 29.814 816 4.013 5.392 8.008
Potensi (Ton) 116.516 43,062 99.800 164.165 2.252 155 1.151 2.180 1.788 431.069
JTB (Ton) 93.213 34.450 79.840 131.332 1.802 124 921 1.744 1.430
Potensi (Ton) 378.734 51.394 114.005 69.975 6.089 710 490 643 9.664 631.703
JTB (Ton) 302.987 41.115 91.204 55.980 4.871 568 392 515 7.731
Potensi (Ton) 222.946 154.329 34.650 54.194 8.465 685 1.969 424 1.103 478.765
JTB (Ton) 178.357 123.463 27.720 43.355 6.772 548 1.575 339 882
Potensi (Ton) 391.126 56.067 111.619 32.376 8.669 1.065 620 22 2.124 603.688
JTB (Ton) 312.901 44.854 89.295 25.901 6.935 852 496 18 1.699
Potensi (Ton) 823.328 489.795 586.277 30.555 53.502 386 1.507 1.911 5.470 1.992.730
JTB (Ton) 658.662 391.836 469.022 24.444 42.802 309 1.205 1.529 4.376
3.522.578 2.489.741 2.316.856 326.653 326.653 8.804 44.499 48.673 197.355 9.931.922
2.818.063 1.991.794 1.853.486 261.322 261.322 7.044 35.599 38.94 157.883 7.945.541
SAMUDERA PASIFIK
(WPPNRI 717)LAUT ARAFURA - LAUT
TIMOR (WPPNRI 718)
POTENSI PER KELOMPOK SDI DI WPP-RI (2015)
JUMLAH POTENSI SDI
JUMLAH JTB
SAMUDERA HINDIA
(WPPNRI 572 &
WPPNRI 573)
SELAT MALAKA
(WPPNRI 571)
LAUT CINA SELATAN
(WPPNRI 711)LAUT JAWA
(WPPNRI 712)SELAT MAKASAR - LAUT
FLORES (WPPNRI 713)LAUT BANDA
(WPPNRI 714)TELUK TOMINI - LAUT
SERAM (WPPNRI 715)LAUT SUKAWEI
(WPPNRI 716)
WILAYAH PENGELOLAAN
PERIKANAN (WPP) NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Overfishing beberapa stok SDI terjadi di banyak wilayah perairan dan
underfishing di beberapa wilayah perairan menjadi tempat IUU fishing nelayan
asing. Kondisi tersebut, secara tidak langsung akan memberi kesempatan kepada
pemilik kapal untuk melakukan Illegal Unreported and Unregulated Fishing IUUF.
Ketiadaan izin bagi kapal kecil akan berkonsekuensi pada sulitnya melakukan
penelusuran hasil dan lokasi tangkapan serta berpotensi berkontribusi pada
terjadinya overfishing. Perlu diwaspadai adalah wilayah Selatan Jawa Timur yang
berbatasan dengan Negara Australia, dimana untuk pemberantasan IUUF peran
pelabuhan perikanan dan kondisi dermaga serta Kapasitas Tenaga Kapal Patroli
harus diperkuat.
Tabel 2.9 Potensi Per Kelompok SDI WPP – RI (2015)
Berdasarkan karakteristik perairan, nelayan Jawa Timur dibagi menjadi
empat wilayah yaitu: (1) nelayan Laut Jawa yang meliputi wilayah Tuban,
Lamongan, Gresik, pantai utara Madura; (2) nelayan Selat Madura meliputi nelayan
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan pantai Selatan Madura;
(3) nelayan Selat Bali meliputi nelayan Banyuwangi; (4) nelayan Selatan Jawa Timur
meliputi wilayah Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 46
PANTAI
SELATAN
PANTAI
UTARA
SELAT
MADURASELAT BALI
Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Rendah Sedang Rendah Sedang
Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Rendah Tinggi Tinggi Sedang
Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Terumbu Karang Sedang Rusak Rusak Rusak
Mangrove Sedang Rusak Sedang Sedang
Lamun Rusak Rusak Rusak Rusak
KENAIKAN
TEMPRATUR
Hasil Tangkapan
Ikan MenurunTinggi Tinggi Tinggi Tinggi
PERUBAHAN
POLA
Alur Migrasi dan
Musim Ikan
Selalu Berubah
Tinggi Sedang Rendah Tinggi
KEJADIAN
EKSTRIM
Keselamatan
Nelayan Dilaut
Terancam
Tinggi Sedang Rendah Sedang
KENAIKAN
MUKA AIR LAUT
Banjir ROB di
Perkampungan
Nelayan
Rendah Tinggi Tinggi Rendah
EXPOSURE Jumlah Nelayan /
PendudukRendah Tinggi Tinggi Sedang
Tingkat
KemiskinanRendah Tinggi Tinggi Sedang
Nelayan Kecil
(Kapal < 10 GT)Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Tingkat
PendidikanSedang Rendah Rendah Rendah
Infrastruktur
PerikananSedang Sedang Sedang Sedang
Keberagaman
Pekerjaan Tinggi Sedang Rendah Rendah
Sumber : Hasil Lokakarya Kajian Kerentaan Provinsi Jawa Timur 2017
EKONOMI
EKOLOGI
SENSITIVITY
ADAPTIVE
CAPACITY
KARAKTERISTIK KERENTAAN PERAIRAN JAWA TIMUR
INDIKATOR
PERIKANAN TANGKAP
PENGOLAHAN IKAN
BUDIDAYA PERIKANAN
POTENSI WISATA BAHARI
SOSIAL
Pacitan. Wilayah perairan Laut Jawa, Selat Madura dan Selat Bali terkenal dengan
penghasil perikanan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, selar, lemuru, dan
cumi-cumi. Perairan Selatan Jawa Timur dikenal sebagai penghasil ikan pelagis
besar seperti ikan tuna, tongkol dan cakalang.
Kenaikan suhu permukaan air laut menyebabkan kerusakan ekosistem
pantai seperti terumbu karang dan lamun dan akan berdampak terhadap hilangnya
beberapa ikan karang karena hilangnya rantai makanan. Kenaikan suhu permukaan
laut membuat lapisan air yang dingin turun lebih dalam. Respon Ikan Permukaan /
Pelagis, Ikan bermigrasi horizontal mencari perairan yang lebih sesuai (dingin),
Ikan bermigrasi vertikal ke kedalaman yang bersuhu lebih dingin. Ikan yang suka
pada air dingin akan mengikuti lapisan ini sehingga menyulitkan nelayan untuk
menentukan lokasi penangkapan ikan sehingga menyebabkan menyebabkan
meningkatnya kemiskinan nelayan dibeberapa sentra perikanan di Brondong
Lamongan, Muncar Banyuwangi, Lekok Pasuruan, Prigi Trenggalek dan Madura.
Tabel 2.10 Karakteristik Kerentanan Perairan Jawa Timur
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 47
Produk Olahan Ikan
Udang Segar
Daging
Udang Kaleng
Udang Beku
Kerupuk Udang
Limbah Kulit
Khitin Khitosan
Fotografi
Pembuatan Kertas
Farmasi
Kosmetik
Pengolahan Air
Pengawetan Kayu
Ikan Segar
Daging
Hati
Sirip
Kepala
Silase
Kulit
Tulang
Ikan Kaleng
Ikan Beku
Tepung Ikan
Minyak Ikan
Minyak Goreng
Pharmasi
Pakan Ternak
Makanan - Sirip Ikan
Pakan Ternak
Tepung Ikan
Kulit Samak
Gelatin
Kerajinan Tulang
Barang Kulit
Pharmasi
Emulsifier
Rumput Laut
Gracllarla Eucheuma Sargasum
Agar-Agar Karaginan Alginat
Farmasi Grade
Bahan Gigi Buatan
Shampo
Pasta Gigi
Sabun
Farmasi
Industrial Grade
Pakan Ternak
Pengeboran
Cat
Printing Tekstil
Kertas
Keramik
Food Grade
Soft Drink
Ice Cream
Susu Coklat
Roti
Jam
POTENSI PERIKANAN
Potensi perikananan Jawa Timur sangat tinggi. Banyak terdapat Ikan pelagis
besar maupun kecil yang biasanya membentuk gerombolan (schooling) dan
melakukan migrasi/ruaya sesuai dengan daerah migrasinya. Ikan pelagis kecil
tersebuta adalah Ikan Selar dan Sunglir, Klupeid Teri, Japuh, Tembang, Lemuru dan
Siro, serta kelompok Scrombroid seperti Kembung dan lain-lain, ditangkap
menggunakan jaring, seperti jaring insang (gillnet), jaring lingkar, pukat cincin
(purse seine), payang, dan bagan. Untuk Ikan pelagis besar seperti kelompok Ikan
Tuna dan Cakalang, kelompok Marlin, kelompok Tongkol dan Tenggiri, dan cucut,
ditangkap dengan cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole
and line) serta rawai (longline). Sementara Ikan demersal, yaitu jenis ikan yang
habitatnya berada di bagian dasar perairan, ditangkap dengan menggunakan trawl
dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long
line), bubu, seperti ikan kakap merah/bambangan, peperek, tiga waja, bawal dan
lain-lain.
Gambar 2.24 Produk Olahan Ikan
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 48
Gambar 2.25 Nilai Tambah Produk Rumput Laut (e. COTTONII)
Potensi perikanan Nasional terus meningkat setiap tahun. Sejak 2013, stok
perikanan meningkat dari 6,5 juta ton, hingga tahun 2017 menjadi 12,51 juta ton.
Distribusi ikan dari seluruh Indonesia masuk ke Pulau Jawa, selain karena tingginya
konsumsi, Pulau Jawa memiliki pabrik pengolahan ikan terbanyak, dimana angka
ekspor tertinggi dihasilkan dari Provinsi Jawa Timur.
Angka konsumsi ikan Nasional Tahun 2017 ditargetkan sebesar 47,12
Kg/Kapita, naik jika dibandingkan Tahun 2016 mencapai 43,94 Kg/Kapita (setara
ikan utuh segar). Sementara Tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Timur, terjadi
di Kabupaten Sumenep, sebesar 53 Kg per Kapita/Tahun, diatas rata-rata Jawa
Timur sebesar 31 Kg per Kapita/Tahun.
Gambar 2.26 Potensi Produksi Perikanan (ton)
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 49
Gambar 2.27 Produksi Hasil Penangkapan Ikan dan Perikanan Budidaya
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018
Potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia (100 juta ton/tahun)
dengan panjang garis pantai 81.000 Km, namun nilai ekspor perikanan Nasional
hanya 3,5 milyar US$/tahun (peringkat-12 dunia), sedangkan Vietnam yang
memiliki garis pantainya hanya 3.000 Km, total nilai ekspor perikanannya mencapai
7 milyar US$/tahun.
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 129.860,50 89.981,50 108.682,90 110.155,10
SELATAN 273.396,40 300.287,80 305.961,60 306.536,50
JUMLAH 403.256,90 390.269,30 414.644,50 416.691,60
PRODUKSI PERIKANAN LAUT JAWA TIMURWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 2.354,80 11.181,90 3.985,50 3.245,60
SELATAN 5.630,60 6.363,40 8.828,40 9.408,90
JUMLAH 7.985,40 17.545,30 12.813,90 12.654,50
PRODUKSI PERIKANAN PERAIRAN UMUM
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 7.520,76 7.932,79 1.856,33 2.251,18
SELATAN 607.944,87 632.886,13 539.066,25 658.464,69
JUMLAH 615.465,63 640.818,92 540.922,58 660.715,87
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUTWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 18.999,02 21.961,27 22.502,68 26.299,82
SELATAN 187.363,00 192.063,69 277.696,83 195.439,77
JUMLAH 206.362,02 214.024,96 300.199,51 221.739,59
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 369,92 97,50 404,72 858,19
SELATAN 1.116,69 1.501,94 1.475,82 1.754,48
JUMLAH 1.486,61 1.599,44 1.880,54 2.612,67
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KERAMBAWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 91.466,01 98.945,17 92.350,81 101.302,49
SELATAN 118.744,50 130.455,35 180.378,93 158.167,17
JUMLAH 210.210,51 229.400,52 272.729,74 259.469,66
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KOLAM
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 9.675,05 9.814,05 9.427,08 7.788,04
SELATAN 1.685,77 1.740,77 1.461,08 1.309,08
JUMLAH 11.360,82 11.554,82 10.888,16 9.097,12
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JARING APUNG
WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
UTARA 82,76 99,42 100,63 90,56
SELATAN 48.153,16 61.670,56 62.721,60 60.609,56
JUMLAH 48.235,92 61.769,98 62.822,23 60.700,12
PRODUKSI PERIKANAN MINA PADI
370.000,0
380.000,0
390.000,0
400.000,0
410.000,0
420.000,0
430.000,0
440.000,0
2015 2016 2017 s/d TW IV 2018
PRODUKSI HASIL PENANGKAPAN IKAN (Ton)
Laut Perairan Umum
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 50
Gambar 2.28 Nilai Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan (2012 – 2116)
Peningkatan nilai ekspor Jawa Timur dilakukan melalui sinergi antar sektor
antar wilayah dalam pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
(MINAPOLITAN), sedangkan rendahnya nilai tambah produksi hasil kelautan dan
perikanan akan dioptimalkan melalui peningkatan kualitas mutu, produk,
komoditas, Sumber Daya Manusia (Pembudidaya Ikan, Nelayan, Petambak Garam)
serta sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, maupun kapasitas pelaku usaha
sektor kelautan dan perikanan (pembudidaya ikan, nelayan, petambak garam).
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 51
Gambar 2.29 Produk Olahan dengan Nilai Produk Tertinggi
Untuk meningkatkan produksi penangkapan Tuna, dibutuhkan revitalisasi
Pelabuhan Ikan yang dikhususkan untuk penangkapan Ikan Tuna pada Wilayah
Pantai Selatan yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Pondok Dadap di Malang
dan Tamperan di Pacitan. Waktu yang efektif untuk melakukan operasi
penangkapan yaitu diatas 100% yang terjadi pada bulan april, Mei, Juni , Juli,
Agustus, September, dan Oktober. Ikan Tuna adalah Ikan berlemak rendah yang
berdaging tebal, tingkat migrasinya tinggi, kaya asam lemak omega 3, sangat bagus
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 52
untuk menurunkan kolesterol jahat dan resiko penyakit jantung. Jenis Ikan Tuna
sirip kuning banyak diburu. Ikan Tuna menduduki komoditas nomor dua setelah
udang dalam nilai ekspor hasil perikanan. Selain dijual untuk pasar lokal, juga
diekspor ke China, Jepang sampai Amerika Serikat (AS) untuk kebutuhan restoran,
seperti di Jepang disajikan dalam bentuk sashimi. Harga Tuna Sirip Kuning dengan
berat 7 Kg pada pasar lokal di kisaran Rp. 33.000 – 180.000/Kg sedangkan pada
Pasar Eksport mencapai Rp. 1.100.000/Kg.
Pengembangan produksi Perikanan Tangkap memiliki prospek yang bagus
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun besarnya kebutuhan terhadap
produksi perikanan tangkap tersebut belum didukung oleh Penanganan mutu
komoditas ekspor dengan Cold Chain System (CCS), pengolahan serta pemasaran
produk kelautan dan perikanan armada penangkapan ikan Nelayan Jawa Timur
yang hingga saat ini masih didominasi oleh kapal berukuran kecil di bawah 10 gros
ton (GT) yang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan registrasi dan perizinan.
➢ Potensi Dan Karakteristik Nelayan Jawa Timur
Pemangku Kepentingan Utama penghasil ikan terbesar adalah para
pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan
langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudi daya ikan,
pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat yang masing-masing
mempunyai kearifan lokal yang harus dilindungi. Masyarakat nelayan tersebut
berperan ganda, selain berupaya memenuhi kebutuhan penghidupan
(meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan), juga berperan dalam penyediaan
pangan khusus protein hewani, dan dapat meningkatkan pendapatan negara.
Sementara sekitar 38% nelayan, terutama nelayan ABK, hidup di bawah garis
kemiskinan (pengeluaran < Rp 380.000/orang/bulan) (BPS, 2017). Sebagian besar
nelayan tradisional “low technology and management” dan belum menerapkan Best
Handling Practices ikan hasil tangkapannya, sehingga kualitas ikan buruk, yang
berarti harga jual rendah, sementara banyak pabrik pengolahan hasil perikanan
(UPI) kekurangan bahan baku, sehingga posisi nelayan dalam sistem rantai suplai
(tataniaga) sangat tidak diuntungkan. Belum lagi hasil tangkapan ikan banyak yang
dibuang kembali kelaut (ikan non-target, bernilai ekonomis rendah) atau
membusuk selama transportasi dan distribusi, dari lokasi porduksi ke konsumen
(pasar) akhir.
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 53
Gambar 2.30 Sistem Tata Niaga Bisnis Perikanan Tangkap
Karakteristik nelayan Jawa Timur juga sangat terkait dengan potensi yang
ada di daratan. Nelayan Laut Jawa dan Selat Madura pada musim paceklik mencari
pekerjaan alternatif disektor informal seperti menjadi kuli bangunan, sopir becak,
pekerja tambak, dan buruh pabrik. Nelayan di Selatan Jawa Timur bekerja di sektor
pertanian dan perkebunan pada saat musim paceklik. Perbedaan lapangan kerja
alternatif ini dipengaruhi oleh potensi yang ada di sekitar kawasan pesisir Jawa
Timur. Jika dilihat dari ketersediaan potensi yang ada di daratan, maka nelayan di
Selatan Jawa Timur mempunyai ketangguhan yang lebih besar dibandingkan
dengan nelayan pantai Utara Jawa Timur. Dengan kata lain, nelayan pantai Utara
Jawa Timur lebih rentan terhadap perubahan iklim jika dilihat dari ketersediaan
lapangan kerja alternatif, terutama Tuban dan Pamekasan, serta pada pulau-pulau
kecil di Utara.
NELAYAN
EKOSISTEM LAUT DAN POPULASI
IKAN
HASIL TANGKAP
PP1
PP2
PPn
KONSUMEN PASAR
SARANA PRODUKSI :
• Jaring• Alat Tangkap Lain• BBM• Beras/Mie• Minyak Goreng• Kopi, Teh, Gula• dll
PPn
PP2
PP1
PABRIK (PRODUSEN)
SISTEM TATA NIAGA BISNIS PERIKANAN TANGKAP
KET :PP = Pedagang Perantara (Midle Man)
-
BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 54
Gambar 2.31 Karakteristik Musim Ikan Pada Pantai Utara Dan Selatan Jawa
Nelayan Jawa Timur lebih banyak didominasi oleh nelayan tradisional
dengan kapal ukuran di bawah 10 GT (Gross Ton) yang dalam melakukan
aktivitas