bab ii

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kawasan Konservasi 1. Pengertian Menurut Undang – undang nomor 41 tahun 1999 kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan tempat pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan konservasi ini terdiri dari: Kawasan Hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. HSA dibedakan lagi atas Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan 4

Upload: ansosry-osh

Post on 29-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Geowisata pengantar

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kawasan Konservasi

1. Pengertian

Menurut Undang undang nomor 41 tahun 1999 kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan tempat pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan konservasi ini terdiri dari:

Kawasan Hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. HSA dibedakan lagi atas Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. KHPA dibedakan atas Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Taman Buru : kawasan hutan konservasi yang diperuntukkan bagi kepentingan wisata buru.Sedangkan dalam ketentuan Undang - undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kita mengenal mengenai kawasan konservasi dan klasifikasinya sebagai berikut:

1. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang mencakup:

a) Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.b) Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

2. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang mencakup:

a. Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

b. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

c. Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi alam.

Kriteria penetapan Kawasan Taman nasional (Anonim, 2011) antara lain:

Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;

Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;

Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam;

Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.

2. Pengelolaan Kawasan Konservasi

Kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam (Napitu, 2007 ):

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.

Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang - kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan taman wisata alam dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:

1. Perlindungan dan pengamanan

2. Inventarisasi potensi kawasan

3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi

4. Pembinaan habitat dan populasi satwa.

Pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan:

1. Pembinaan padang rumput

2. Pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa

3. Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon sumber makanan satwa

4. Penjarangan populasi satwa

5. Penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau

6. Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan taman wisata alam adalah :

1. Berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian - bagiannya di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya alam di dalam kawasan.2. Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan.3. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk:

1. Pariwisata alam dan rekreasi.2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya.Tabel 1 Klasifikasi Hutan Konservasi dan Hutan Lindung menurut Undang Undang No. 41 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002

Jenis HutanKawasanSub KawasanZona

Kawasan KonservasiKawasan Suaka AlamCagar alam

Suaka Marga Satwa

Kawasan Pelestarian AlamTaman NasionalZona Inti

Zona Pemanfaatan

Zona Lain

Taman Hutan RayaKawasan Penggunaan

Kawasan Koleksi tanaman

Kawasan Perlindungan

Kawasan Lain

Taman Wisata AlamKawasan penggunaan yang intensif

Kawasan penggunaan terbatas

Kawasan Lain

Taman BuruKawasan Perburuan

Kawasan Penggunaan

Kawasan Penangkaran

Satwa Liar

Kawasan Lain

Hutan LindungKawasan Lindung

Kawasan Penggunaan

Kawasan Lain

Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan. Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi ditujukan untuk mengusahakan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Oleh karenanya keberadaan fungsi-fungsi keanekaragaman hayati tersebut sangatlah penting. Sampai saat ini, sejumlah kawasan konservasi telah ditetapkan yang jumlahnya mencapai 28,166,580.30 ha (mencakup 237 Cagar Alam, 77 Suaka Marga Satwa, 50 Taman Nasional, 119 Taman Wisata Alam, 21 Taman Hutan Raya, 15 Taman Buru) di seluruh Indonesia ( Anonim, 2006).

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, kewenangan konservasi masih ada di tangan pemerintah pusat, padahal ada banyak inisiatif di tingkat daerah mengenai pengelolaan kawasan konservasi yang belum terakomodir oleh peraturan pusat. Hal ini menjadi pertanyaan, sejauh mana masyarakat memberikan masukan bagi peraturan dipusat terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi (Angi, 2005).

Kawasan konservasi dapat memberikan banyak kontribusi bagi pengembangan wilayah, dengan menarik wisatawan ke wilayah pedesaan. Pengembangan pariwisata di dalam dan di sekitar kawasan konservasi juga merupakan salah satu cara terbaik untuk mendatangkan keuntungan ekonomi bagi kawasan terpencil, dengan cara menyediakan kesempatan kerja setempat, merangsang pasar setempat, memperbaiki prasarana angkutan dan komunikasi (MacKinnon et al., 1986 ).3. Potensi dan Evaluasi Potensi

Potensi adalah sebagai sesuatu yang mesti dikenali dan diwujudkan. Potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi yang tidak ditampakkan tidak akan mampu menciptakan reputasi, potensi yang tersembunyi apabila diusahakan untuk ditampakkan akan menjadi kekuatan dan kelebihan. Potensi adalah menemukan perubahan dan kecenderungan seseorang dalam menggunakan media pada proses tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Djohani, 1996).

Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program (Sunarto, 2004). Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Sebagaimana disampaikan Hadi ( 1999 ), bahwa fungsi evaluasi adalah:

1. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program mampu memecahkan masalah yang dirumuskan pada tahap awal perencanaan. Ketika implementasi dilaksanakan akan diketahui lebih lanjut tentang masalah dan mungkin kita perlu memikirkan kembali tentang tujuan dan proyek.

2. Evaluasi diperlukan untuk mengkaji informasi yang dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan dalam melakukan perbaikan.

3. Evaluasi diperlukan untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan proyek, yang terlibat dalam implementasi proyek. Informasi tentang bagaimana proyek berlangsung menjadi sumber penting sebagai motivasi dan kepuasan pihak-pihak yang terlibat.

Sasaran evaluasi keberlanjutan pengelolaan hutan harus ditetapkan dengan jelas, hal ini dilakukan agar semua pihak yang terkena dampak dan terlibat dalam proses pengelolaan hutan semakin menyadari perannya masing-masing untuk kemudian mengoptimalkan peran tersebut. Penetapan tujuan juga harus dilakukan agar proses evaluasi tidak keluar dari arah yang sudah ditetapkan. Apa yang menjadi kebutuhan dalam menetapkan tujuan dan sasaran adalah informasi tentang para pihak dan keberadaan para pihak tersebut (Awang, 2008).Panduan evaluasi keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kriteria dan indikator ini merupakan akhir dari sebuah proses dan juga awal dari sebuah proses. Dikatakan akhir sebuah proses karena ada penilaian yang jelas untuk indikator dan metode yang dibangunnya. Sedangkan dikatakan sebagai awal sebuah proses karena dibangun dari sebuah proses evaluasi yang menghasilkan rumusan yang bisa dijadikan sebagai tindak lanjut dari proses membangun lembaga. Karena proses ini dirumuskan dan dilakukan sendiri oleh mereka yang berkepentingan dan terkena dampak dari pengelolaan hutan, maka akan sangat jelas siapa dan bertanggung jawab apa dalam pengelolaan hutan selanjutnya (Awang, 2008).

Dalam rangka mengevaluasi pariwisata di kawasan konservasi, sebelumnya perlu dilakukan (Gunawan dan Qiptiyah , 2003):

1. Identifikasi kebutuhan jenis wisata yang diminta oleh pasar ( pengunjung ),

2. Inventarisasi lokasi lokasi kawasan konservasi yang potensial dikembangkan untuk wisata.

3. Menyediakan lahan yang cukup dan cocok untuk dikembangkan sebagai pendukung obyek wisata seperti sarana dan prasarana yang sebaiknya dibangun di luar kawasan konservasi, sedangkan kawasan konservasi hanya diperuntukkan sebagai obyek wisata.4. Persiapan berbagai peraturan dan perundangan yang menjamin keberlangsungan usaha wisata di kawasan konservasi.

Dalam mengantisipasi permintaan wisata di kawasan konservasi yang terus meningkat, pengelola kawasan konservasi perlu membuat suatu strategi pengembangan dan pengelolaan yang bertujuan untuk:

Pengaturan agar kawasan konservasi tidak banjir dan dirusak wisatawan.

Menetapkan mekanisme mekanisme yang membuka peluang kerja dan keuntungan bagi kawasan dan masyarakat. menciptakan peluang peluang untuk pendidikan lingkungan bagi pengunjung.

Strategi ini memiliki tiga tahapan kegiatan yaitu ( Boo, 1993):

1. Menilai situasi dan potensi wisata saat ini. Bagaimana status sumberdaya alam? bagaimana tingkat permintaan dan perkembangan pariwisata? siapa yang mendapat manfaat dari pariwisata? Berapa biayanya? Apa saja potensi bagi pengembangan pariwisata.2. Menentukan situasi pariwisata yang diinginkan dan mengidentifikasi langkah langkah untuk mencapai situasi ini. Perlu diputuskan tingkat pariwisata terbaik untuk kawasan tersebut. Keputusan ini hendaknya mencerminkan suatu keseimbangan antara kebutuhan pengunjung, sumberdaya alam, masyarakat sekitar dan pemerintah setempat. Sekali suatu keputusan dibuat, perlu ditentukan apa yang harus dilakukan, keahlian keahlian apa yang perlu untuk tiap tugas, siapa akan melakukan apa, berapa lama dan bagaimana pendanaannya. Prioritas kegiatan kegiatan ini harus ditentukan.3. Menulis suatu dokumen strategi ekoturisme. Strategi ekoturisme perlu didokumentasikan, diterbitkan dan diedarkan kepada sumber sumber dana, bantuan teknis dan pihak pihak yang tertarik lainnya.Metode analisis data dalam evaluasi potensi di bidang kehutanan dapat menggunakan:

a) SIG ( Sistem Informasi Geografis )

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya (GIS Konsorsium Aceh Nias, 2007).

Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah alat yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG (Puntodewo, dkk, 2003).

Komponen utama SIG terdiri atas:

1. Hardware, yang terdiri dari komputer, GPS, printer, plotter, dan lain-lain. Dimana perangkat keras ini berfungsi sebagai media dalam pengolahan/pengerjaan SIG, mulai dari tahap pengambilan data hingga ke produk akhir baik itu peta cetak, CD, dan lain-lain.

2. Software, merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam pengolahan data, penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.

3. Brainware, dalam istilah indonesia disebut sebagai sumberdaya manusia merupakan manusia yang mengoperasikan hardware dan software untuk mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan tertentu.

4. Data Spasial, merupakan data dan informasi keruangan yang menjadi bahan dasar dalam SIG. Data ataupun realitas di dunia/alam akan diolah menjadi suatu informasi yang terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan tertentu (Geomatik, 2010).

Tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan SIG dengan tujuan apapun itu sangat tergantung dari keempat komponen ini. Jika salah satu komponen tersebut bermasalah, maka output yang dihasilkan juga akan bermasalah.

Manfaat utama penggunaan sistem informasi geografis dengan komputer dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data manual atau informasi manual, adalah memperkecil kesalahan manusia, kemampuan mamanggil kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG secara cepat, dan menggabungkan tumpangsusun tersebut. Teknologi yang digunakan dalam sistem informasi geografis memperluas penggunaan peta, model-model kartografik dan statistik spasial dengan memberikan kemampuan analisis, tidak hanya tersedia untuk pengembangan model medan komplek dan pengujian masalah bentang lahan serta masalah penggunaan lahan (Howard, 1996).b) Analisis Force Field ( Analisis Kekuatan Metode )

Analisis Force Field (Analisis Kekuatan Medan) adalah Metode untuk menganalisis berbagai kekuatan/faktor yang mempengaruhi suatu perubahan, mengetahui sumber kekuatannya, dan memahami apa yang dapat dilakukan terhadap faktor-faktor/kekuatan tersebut . Lebih lanjut Alim (2010) mengatakan bahwa analisis Force Field merupakan suatu metode yang cukup efektif untuk melihat faktor-faktor apa saja yang kiranya mendukung ataupun bertolak belakang dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila telah mengambil suatu keputusan, maka analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang akan dibuat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Sementara Wiridjadinata (2010) mengatakan bahwa analisis ini merupakan alat yang sesuai untuk digunakan dalam merencanakan perubahan dengan cara memetakan kekuatan yang mendorong dan yang menghambat terhadap perubahan.

Menurut Hariyadi (2010), langkah-langkah dalam melakukan teknik Analisis Force Field, yaitu:

a. Menentukan faktor pendorong yang mendorong terjadinya perubahan (di bagian kanan).b. Menentukan faktor penghambat yang menghambat terjadinya perubahan (di bagian kiri).c. Memberi nilai pada setiap faktor tersebut, yang menunjukkan seberapa besar kekuatannya pada target: 1 (lemah) s/d 5 (kuat).d. Menganalisis seberapa besar kemampuan untuk melemahkan faktor penghambat dan menguatkan faktor pendorong yang menunjukkan seberapa besar kemampuan dalam mengubah faktor-faktor tersebut.

Jadi dalam pengunaan analisis ini target terbaik yang ingin dicapai adalah bagaimana kemampuan kita dalam meningkatkan kekuatan faktor pendorong yang lemah dan menurunkan kekuatan faktor penghambat yang kuat.B. Pariwisata dan Ekowisata

1. Pengertian

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Dengan merujuk pada pengertian yang terkandung dalam Undang undang nomor 9 Tahun 1990 Bab 1 Pasal 1 tersebut maka pariwisata itu sendiri merupakan sebuah kata kerja aktif, dimana unsur unsur di dalamnya terdiri dari:

Kegiatan perjalanan, maksudnya adalah suatu kegiatan yang bisa dilakukan perorangan atau perkelompok. Kegiatan tersebut adalah mendatangi suatu tempat yang dituji / tempat wisata.

Dilakukan dengan sukarela, maksudnya adalah tidak ada paksaan untuk wisatawan agar datang ke tempat wisata.

Bersifat sementara, maksudnya wisatawan yang datang hanya untuk berkunjung tanpa menjadi penduduk daerah tersebut.

Perjalanan dilakukan dengan tujuan untuk menikmati objek wisata.

Ekowisata merupakan sebuah istilah baru yang masih sangat sering dibicarakan di berbagai negara saat ini karena melihat potensi untuk mengembangkan pariwisata baru dan mempromosikan konservasi alam disamping dapat memberikan keuntungan pada masyarakat lokal. Ekowisata sebagai suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Memperlihatkan kesatuan konsep yang terintegratif secara konseptual tentang keseimbangan antara menikmati keindahan alam dan upaya mempertahankannya. Sehingga pengertian ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya.

Daya tarik sasaran yang bisa dijadikan tempat wisata menurut Undang undang nomor 9 tahun 1990 adalah:

Ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan tropis, serta binatang bianatang langka.

Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, wisata petualang, taman rekreasi dan taman hiburan. Sasaran wisata minat. Berhubungan dengan hobi seperti berburu, mendaki gunung, industri dan kerajinan, sungai air deras, dan lain lain.

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu ( Yoeti, 1985 ):

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. Destinasi yang diminati wisatawan ekowisata adalah daerah alami. kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa taman nasional, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan taman buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi sebagai berikut (Tirta, 2010):

a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.

b. Melindungi keanekaragaman hayati.

c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.2. Upaya pengembangan pariwisataMenurut Suwantoro (1997), Upaya pengembangan pariwisata yang dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata alam membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana pengembangan kegiatannya. Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.

Alasan mengapa pariwisata perlu dipacu menjadi komoditas andalan pendukung kelangsungan pembangunan nasional antara lain adalah ( Suwantoro, 1997 ):

1. Kecenderungan perjalanan wisata di dunia yang terus meningkat.

2. Pariwisata relatif tidak terpengaruh gejolak ekonomi dunia dan pertumbuhannya lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi dunia itu sendiri.

3. Dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan memiliki efek ganda (multiplier effects) yang lebih nyata.

4. Komoditas pariwisata tidak mengenal proteksi dan kuota.

5. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang kaya, beraneka ragam dan tersebar luas.

6. Pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya.

Industri pariwisata memberikan efek yang positif bagi kegiatan ekonomi lainnya yang mendukung pariwisata. Kegiatan pariwisata secara otomatis akan meningkatkan juga industri seperti penyelenggaraan transportasi baik darat, laut maupun udara, biro perjalanan umum atau agen perjalanan, restaurant, hotel atau wisma penginapan, industri cinderamata yang banyak melibatkan masyarakat bawah dan sektor informal lainnya (Gunawan dan Qiptiyah, 2003).C. Potensi Taman Wisata Alam Baruttunge

Taman Wisata Alam Cani Sirenreng ini memiliki beberapa daya tarik yang mengundang kekaguman pengunjung antara lain berupa (Sallata, 1999):

1. Air terjun tingkat tiga dengan total ketinggian kurang lebih 200 meter. Debit airnya tidak pernah kering hanya berkurang pada musim kemarau dan debit air terjun nampak besar dan indah pada musim penghujan.

2. Pemandangan alam berupa pegunungan yang berkelompok kelompok dengan bentuknya yang mirip satu sama lain sehingga ada kesan seolah olah gunung ini sengaja dibuat melalui cetakan yang sama

3. Flora dan fauna yang dimiliki kawasan ini sangat bervariasi mulai dari jenis hutan semusim (Jati) sampai hutan tropis alsi yang menghijau sepanjang tahun. Flora asli yang banyak kelihatan di kawasan ini adalah bitti (Vitex cofassus), Ficus spp ( banyak jenis ) yang merupakan sumber makanan bagi burung burung yang berada dilokasi tersebut, bangsa phalem (pohon nira), jenis jenis macaranga dan moletus yang banyak membentuk semak belukar serta jenis pohon perdu lainnya. Sedangkan untuk jenis fauna mulai dari jenis kupu kupu, burung burung pengisap dari bunga dan pemakan buah, termasuk burung rangkong yang merupakan burung yang dilindungi sering mampir di lokasi ini.

4. Olah raga mendaki gunung juga dapat dilakukan di Taman wisata Cani sirenreng dengan menggunakan puncak puncak gunung yang ada dalam kawasan. Untuk mencapai lokasi air terjun saja sudah harus melewati penurunan kurang lebih 200 meter dengan kemiringan hampir mendekati sudut 90 derajat ke bawah.

5. Pemandangan alam pegunungan merupakan pemandangan yang eksotis dapat dinikmati para pengunjung dilokasi ini.Udara sejuk dan bebas polusi terasa menyelimuti taman wisata ini sehingga para pengunjung dapat menemukan kesegaran dan kesejukan di daerah ini.

4