bab ii

26
BAB II LAPORAN KASUS Ny. Kinar, seorang wanita usia 48 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan ingin membuatkan gigi tiruan. Ny. Kinar merasa sulit mengunyah makanan karena ada beberapa gigi belakangnya yang hilang. Beberapa bulan terakhir Ny. Kinar juga merasa minder karena gigi depannya tanggal. Ny. Kinar belum pernah menggunakan gigi tiruan dan atas anjuran suaminya Ny. Kinar datang ke klinik anda. Pasien memiliki tekanan darah tinggi dan telah beberapa kali dirawat di rumah sakit, terakhir 3 bulan yang lalu karena tekanan darahnya mencapai 220/ 140 mmHg. Saat ini pasien rutin mengkonsumsi Captopril dan tekanan darahnya terkontrol 140/ 100 mgHg. Pasien tidak dicurigai memiliki kelainan sistemik bawaan lain. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Pasien tidak segera ke dokter gigi karena beranggapan jika membuat gigi tiruan itu mahal. Isilah rekam medik berdasar skenario tersebut. Diskusikan rencana perawatan yang akan anda berikan A. Ringkasan Kasus Pasien, 48 tahun, datang ke klinik untuk dibuatkan gigi palsu dengan keluhan kesulitan 3

Upload: indahlaraswati

Post on 14-Aug-2015

1.885 views

Category:

Documents


128 download

TRANSCRIPT

BAB II

LAPORAN KASUS

Ny. Kinar, seorang wanita usia 48 tahun, datang ke klinik anda

dengan keluhan ingin membuatkan gigi tiruan. Ny. Kinar merasa sulit

mengunyah makanan karena ada beberapa gigi belakangnya yang hilang.

Beberapa bulan terakhir Ny. Kinar juga merasa minder karena gigi

depannya tanggal. Ny. Kinar belum pernah menggunakan gigi tiruan dan

atas anjuran suaminya Ny. Kinar datang ke klinik anda. Pasien memiliki

tekanan darah tinggi dan telah beberapa kali dirawat di rumah sakit,

terakhir 3 bulan yang lalu karena tekanan darahnya mencapai 220/ 140

mmHg. Saat ini pasien rutin mengkonsumsi Captopril dan tekanan

darahnya terkontrol 140/ 100 mgHg. Pasien tidak dicurigai memiliki

kelainan sistemik bawaan lain. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.

Pasien tidak segera ke dokter gigi karena beranggapan jika membuat gigi

tiruan itu mahal.

Isilah rekam medik berdasar skenario tersebut. Diskusikan rencana

perawatan yang akan anda berikan

A. Ringkasan Kasus

Pasien, 48 tahun, datang ke klinik untuk dibuatkan gigi palsu

dengan keluhan kesulitan mengunyah makanan karena beberapa gigi

belakang hilang dan sejak beberapa bulan ini gigi depannya juga tanggal.

Pasien memiliki riwayat hipertensi namun terkontrol, pasien

mengkonsumsi captopril dan pernah dilakukan rawat inap di rumah sakit

serta tidak memiliki kebiasaan buruk. Dari pemeriksaan intra dan ekstra

oral didapat gigitan yang normal, hubungan rahang orthognati, tidak ada

gigitan silang maupun terbuka. Terdapat kehilangan gigi 17, 16, 21, 22,

23, 34, 35, 46 dan 47. Dari pemeriksaan juga didapat bentuk residual

ridge segitiga dengan ketinggian yang cukup tinggi, bentuk permukaan

rata dan relasi rahang yang normal. Pasien memiliki bentuk palatum oval

dengan kedalaman sedang serta tidak memiliki torus palatinus, bentuk

lengkung rahang oval dan pasien memiliki sikap mental filosofis.

3

4

B. Diagnosis dan Rencana Perawatan

1. Diagnosis

a) Rahang atas : Kelas II Applegate-Kennedy modifikasi

anterior

b) Rahang bawah : Kelas II Applegate-Kennedy modifikasi 1

posterior

2. Rencana perawatan

Rencana perawatan yang diberikan pada pasien ini yaitu gigi tiruan

sebagian lepasan resin akrilik pada rahang atas (elemen gigi yang

hilang 17, 16, 21, 22 dan 23) dan rahang bawah (elemen gigi yang

hilang 34, 35, 46 dan 47).

C. Desain Gigi Tiruan

Desain gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas menggunakan

direct retainer dan indirect retainer. Pada gigi 26 digunakan cengkeram

half jackson dan gigi 24 digunakan cengkeraman occlusal rest, hal ini

berkaitan dengan daerah tidak bergigi paradental yang membutuhkan

pegangan berupa tooth-bone dan daerah tidak bergigi tersebut diapit oleh

gigi yang masih bagus sehingga nantinya tekanan dapat terdistribusi

vertikal ke gigi dan tulang alveolar di bawahnya. Gigi 15 menggunakan

cengkeraman 2 jari modifikasi, hal ini dikarenakan daerah tidak bergigi

adalah free end, sehingga membutuhkan dukungan tooth mucosa-bone.

Pegangan ditambah dengan menggunakan singulum rest agar gigi

artificial ini kuat dan tidak mudah lepas.

5

Gambar 2. 1 Desain Gigi Tiruan Sebagian lepasan Rahang Atas

Desain gigi tiruan rahang bawah menggunakan direct dan indirect

retainer. Pada gigi 36 digunakan cengkeram 3 jari, hal ini dikarenakan

daerah tidak bergigi membutuhkan dukungan tooth-bone. Pada gigi 45

digunakan cengkeraman 2 jari modifikasi karena letak daerah tidak

bergigi fre-end sehingga membutuhkan dukungan tooth-mucosa

bone.Penambahan basis diperlukan sebagai indirect retainer pada gigi 33,

32, 31, 41, 42, 43. Hal ini bertujuan untuk menambah kekuatan dari gigi

tiruan agar tidak mudah lepas saat digunakan.

Gambar 2. 2 Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Rahang Bawah

D. Tahapan Pembuatan Gigi Tiruan

Tahapan gigi tiruan dimulai ketika pasien meminta untuk

dibuatkan gigi tiruan dan dokter gigi melakukan anamnesa, periksaan

6

objektif, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, rencana

perawatan , tindakan preprostetik lalu tahapan pembuatan gigi tiruan,

insersi dan edukasi pada pasien. Tahapan pembuatan gigi tiruan sebagian

lepasan resin akrilik meliputi:

1. Pencetakan

Pencetakan sangat penting bagi para dokter gigi dalam membuat

geligi tiruan sebagian lepasan. Pencetakan dibagi menjadi menjadi

dua, yaitu pencetakan pendahuluan dan pencetakan utama atau kedua.

Pencetakan pendahuluan dilakukan fungsinya saat cetakan sudah diisi

bahan gipsum maka diperoleh model rahang yang memungkinkan si

dokter untuk merencakan preparasi mulut sebelum pasien benar-benar

siap menerima protesa. Diharapkan cetakan pendahuluan ini harus

akurat. Pencetakan utama atau kedua dilakukan hanya bila pasien

sudah betul-betul siap menerima geligi tiruan. Pasien sudah menjalani

pembersihan karang gigi, program kebersihan dan kesehatan mulut

yang sudah sehat (Gunadi, 1995).

2. Survei model rahang

Survei adalah prosedur penentuan lokasi dan garis luar (outline)

dari kontur dan posisi gigi geligi serta jaringan sekitarnya pada model

rahang, sebelum kita membuat desain gigi tiruan. Survei mempunyai

fungsi untuk menentukan arah pemasangan (path of insertion) terbaik

dari geligi tiruan yang akan dibuat. Survei juga memiliki fungsi untuk

pembuatan geligi tiruan yang mudah dipasang dan dilepas oleh

pemakainya, enak dilihat, dapat menahan gaya-gaya yang cenderung

melepas protesa dari tempatnya serta tidak menjadi jebakan sisa

makanan (Gunadi, 1995).

Garis survei membagi model menjadi 2 bagian, yaitu undercut

yang terletak di bawah garis survei (infra bulge area) dan undercut

yang terletak di atas garis survei (supra bulge area). Jenis undercut

dibagi menjadi 2, yaitu undercut yang menguntungkan dan bisa

dijadikan retensi (desirable undercut) dan undercut yang tidak

menguntungkan (undesirable undercut).

7

Dalam penentuan arah pasang gigi tiruan, dilakukan surveyor pada

model gigi, yang meliputi beberapa tahap, yaitu:

a) Model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir

sejajar dengan basis datar surveyor.

b) Memeriksa ada tidaknya daerah undercut dengan tongkat analisis

c) Bila pada posisi ini sudah terdapat undercut, maka arah pasang gigi

tiruan searah dengan tongkat vertikal. Namun hal ini sangat

menyulitkan ketika pasien makan makanan yang lengket, gigi

tiruan akan mudah lepas dari mulut pasien. Untuk mencegah hal

tersebut maka kita lakukan tilting

d) Tilting yaitu memiringkan model kerja tidak lebih dari 10o dengan

tujuan untuk mencari arah pasang gigi tiruan yang lebih retentif

e) Sebelum model dilepas dari meja model, terlebih dahulu dibuat

tanda agar posisi survei terakhir dapat dicari ulang. Caranya dengan

menggunakan tripoding, yaitu membuat tanda 3 titik pada model

dengan ketinggian sama atau dibuat garis pada bidang yang sejajar

arah pemasangan dan garis tersebut sejajar dengan tongkat vertikal.

3. Desain model gigi tiruan sebagian lepasan

Gunadi (1995) menyatakan bahwa pembuatan gigi tiruan sebagian

lepasan harus memperhatikan 4 tahapan, yaitu:

a) Tahap I : menentukan kelas dari masing-masing daerah tidak

bergigi

b) Tahap II : menentukan macam dukungan dari setiap sadel

c) Tahap III : menentukan macam penahan

d) Tahap IV : menentukan macam konektor

Desain gigi tiruan harus memenuhi persyaratan, yaitu:

a) Retensi

Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya

pasang.

b) Stabilisasi

Stabilisasi yaitu kemampuan gigi tiruan untuk melawan berbagai

arah gaya.

8

c) Estetika

d) Support

e) Arah pemasangan

Desain model gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus memiliki

komponen-komponen yang terdiri atas:

a) Gigi penyangga

Gigi penyangga yang digunakan pada kasus ini adalah 15, 24, 26,

45, 33 dan 36

b) Retainer

1) Direk

Cengkeram 2 jari modifikasi pada gigi 15 dan 45 karena daerah

tidak bergigi merupakan free-end sehingga dibutuhkan

dukungan tooth-mucosa bone, Cengkeram 3 jari pada gigi 36

karena daerah tidak bergigi memerlukan dukungan tooth-bone,

Cengkeram half jackson pada gigi 26 karena daerah tidak

bergigi memerlukan hubungan tooth-bone,oklusal rest pada gigi

24 karena terdapat 3 gigi hilang yang memerlukan dukungan

tooth bone dan gigi yang hilang tersebut tidak membutuhkan

dukungan yang terlalu kuat maka dibutuhkanlah oklusal rest,

singulum rest pada gigi 11 karena terdapat kehilangan gigi yang

memerlukan dukungan tooth-bone

2) Indirek

Cengkeram indirect yang digunakan berupa peninggian basis

pada gigi 33, 32, 31, 41, 42 dan 43 karena dengan kehilangan

beberapa gigi, direct retainer yang berupa gigi kurang mampu

untuk menahan tekanan dari gigi artifisial, sehingga dibutuhkan

indirect retainer berupa peninggian basis untuk

menyeimbangkan tekanan yang diberikan oleh gigi artifisial

tersebut.

c) Plat dasar yang digunakan yaitu resin akrilik karena pada kasus ini,

pasien meminta untuk dibuakan gigi tiruan dengan harga

terjangkau.

9

d) Gigi artifisial

Gigi artifisial yang digunakan yaitu 17, 16, 21, 22, 23, 35, 34, 46

dan 47

4. Pembuatan cengkeram

Cengkeram adalah bagian dari GTSL yang biasanya dibuat dari

kawat khusus (kawat klamer) atau dari logam cor, melingkari dan

menyentuh sebagian besar keliling gigi, memberi retensi, stabilisasi

dan support bagi GTSL. Peggolongan cengkeram berdasarkan

konstruksinya salah satunya adalah cengkeram kawat. Cengkeram

kawat terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu cengkeram oklusal dan

cengkeram gingival yang masing-masingnya terdiri dari beberapa

bentuk (Gunadi dkk., 1995).

Menurut Phoenix (2002), macam-macam desain cengkeram

menurut fungsinya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Cengkeram paradental

Cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan

stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban

kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarnya. Jadi,

cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang melalui

bagian oklusal gigi penjangkar atau melalui titik kontak antar gigi

penjangkar dengan gigi tetangganya. Contoh cengkeram ini adalah:

1) Cengkeram tiga jari

Cengkeram ini dibentuk dengan menyoldir lengen-lengan

kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam basis. Bentuknya

seperti Akers Clasp. Indikasinya untuk gigi molar dan premolar.

Gambar 2.3: Cengkeram 3 jari(Gunadi dkk., 1995)

10

2) Cengkeram half jackson

Cengkeram ini disebut juga cengkeram satu jari atau

cengkeram C. Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas

titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik.

Indikasinya untuk gigi molar dan premolar, gigi terlalu cembung

sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya, dan ada titik kontak

yang baik di antara 2 gigi.

Gambar 2.4: Cengkeram half jackson(Gunadi dkk., 1995)

3) Rest

Bagian dari cengkeram kawat yang terletak dibagian

oklusal/insisal/singulum gigi. Sifatnya kaku, panjangnya 1/3 lebar

mesio-distal gigi, dan berfungsi untuk meneruskan beban kunyah

ke gigi penjangkar (Garcia, 2011).

a) Occlusal rest merupakan cengkeram yang terletak pada

permukaan oklusal gigi penyangga posterior. Ukuran rest

dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak puncak csp

lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensinya dapat sedikit

dikurangi dari ukuran rest premolar. Rest oklusal juga harus

berbentuk sendok atau piring (spoon and saucer shaped rest)

(Gunadi dkk., 1995).

b) Cingulum rest/insisal rest merupakan cengkeram yang terletak

pada permukaan oklusal gigi penyangga anterior dan dapat

menjadi indirect retainer apabila tidak diakukan perluasan basis.

Dari segi mekanik, cingulum rest pada gigi anterior lebih

menguntungkan daripada incisal rest karena letaknya lebih

dekat dengan pusat rotasi gigi. Selain itu, cingulum rest tidak

11

terlihat dan mengganggu lidah. Cingulum rest biasanya

digunakan pada kaninus atas yang inklinasinya sedikit ke labial

dan memiliki singulum lebih menonjol (Gunadi dkk., 1995).

b. Cengkeram gingiva

Cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi

protesa. Jadi, tidak ada bagian cengkeram yang melalui bagian

oklusal gigi penjangkar. Contoh cengkeramnya adalah cengkeram

dua jari. Selain cengkeram yang disebutkan di atas, ada juga

cengkeram dua jari modifikasi yang merupakan perpaduan antara

cengkeram paradental dan ginggival. Cengkeram ini biasa

digunakan pada kasus free end saddle (Soesetijo, 2013).

5. Pembuatan lempeng (base plate) dan galangan gigit (bite rim)

Lempeng gigit (base plate) adalah bagian dari gigi tiruan sebagian

yang melekat pada mukosa mulut yang fungsinya memindahkan

tekanan oklusal ke jaringan dibawahnya. Alat dan bahan yang

diperlukan dalam proses pembuatan base plate dan bite rim meliputi:

lekron, lampu spiritus, lembaran malam, dan model kerja.

Langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:

a. Model kerja dibasahi dengan air.

b. Satu lapis malam dilunakan pada nyala api lampu spiritus.

c. Diadaptasikan pada model kerja.

d. Potong sesuai batas tepi landasan yang telah ditentukan.

e. Pembuatan bite rim dilakukan dengan cara selembar lilin

secukupnya dilunakkan, digulung, disesuaikan dengan lengkung

daerah tidak bergigi.

f.Gulungan malam dilekatkan pada plat landasan dan sebelumnya

kedua permukaan dipanaskan terlebi dahulu.

g. Gulungan malam disesuaikan dengan ukuran yang telah

ditentukan, yaitu:

1) Tingginya lebih tinggi dari gigi tetangganya.

2) Lebar sesuai dengan gigi yang akan diganti.

3) Permukaan oklusal datar.

12

4) Rapi dan halus, dengan permukaan bukal mengikuti

lengkung bukal gigi yang masih ada.

6. Pemasangan model pada artikulator

Artikulator adalah sebuah alat yang menganalogikan suatu keadaan

mekanis dari sendi temporomandibular dan lengkung gigi rahang atas

dan bawah. Artikulator bisa diartikan sebagai simulasi dari gigi yang

berada didalam mulut. Tujuan dari pemasangan model pada

artikulator adalah untuk memegang model pada satu posisi atau lebih

dalam hubungannya satu sama lain yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis, dan untuk menyusun gigi-gigi artifisial. Artikulator

dibagi menjadi (Stracke, 2000) :

a. Full-adjustable artikulator adalah articulator tiga dimensi yang

dapat mengendalikan tinggi dan inklinasi tonjol gigi.

b. Semi-adjustable adalah artikulator dua dimensi yang unsure

kondilarnya dapat diatur sesuai kebutuhan baik vertical maupun

horizontal.

c. Non- adjustable artikulator adalah artikulator satu dimensi yang

menggunakan kontak oklusi sentrik dan memerlukan cacatan antar

oklusal.

Cara pemasangan model pada artikulator adalah:

a. Model rahang atas dan rahang bawah difiksasi menggunakan karet

gelang atau batang korek api yang diberi sticky wax

b. Model rahang atas dan rahang bawah yang terfiksasi diletakkan di

artikulator dengan bantuan malam mainan untuk mengganjal

bagian bawah dasar model rahang bawah dengan mounting table.

c. Base plate dan bite rim (oklusal bite rim) bersama dengan model

rahang atas dan diletakkan pada mounting table dengan pedoman:

1) Garis tengah model rahang atas terhimpit dengan garis tengah

dari mounting table.

2) Bidang oklusal galangan gigit terletak dalam satu bidang dengan

letak bidang oklusal artikulator atau tepat ditengah-tengah jarak

antara lengan atas dan bawah artikulator.

13

3) Bidang oklusal artikulator ditentukan dengan memasang karet

gelang sekililing artikulator secara horizontal setinggi incisal

guide pin dan tanda bidang oklusal pada artikulator

4) Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar

anterior dari midline rahang atas.

d. Membuat adonan gips yang tidak encer

e. Upper member digerakan keatas dan adonan gips dituang keatas

model kerja rahang atas. Adonan gips diletakan pada tengah-tengah

model sehingga gips dapat mengalir kearah lateral. Upper member

digerakan kebawah sehingga menekan gips yang berada pada

model. Gips dirapihkan dan dihaluskan.

f. Setelah gips mengeras artikulator dibalik, dan malam pengganjal

diambil

g. Buat adonan gips lagi

h. Lower member diangkat keatas dan adonan gips dituang pada

model kerja rahang bawah, kemudian lower member digerakan ke

bawah sehingga menutup dan menekan adonan gips dan lengan

insisal menyentuh meja insisal (incisal table).

i. Lengan artikulator atas dan bawah difikasi dengan karet gelang

sampai gips benar-benar mengeras.

7. Penyusunan gigi artifisial

Salah satu tahapan pembuatan GTSL adalah seleksi gigi artifisial

dan penyusunannya. Gigi artifisial/gigi tiruan merupakan bagian dari

gigi tiruan lepasan sebagian yang berfungsi menggantikan gigi asli

yang hilang. Gigi artifisial disusun di atas galangan gigit, dimulai dari

regio kiri atau regio kanan dengan arah anterior-posterior. Dalam

menyelesi gigi artifisial harus memenuhi syarat yaitu ukuran, bentuk,

tekstur permukaan, warna dan bahan elemen.

Pemilihan gigi anterior :

a) Ukuran

Ukuran gigi artifisial harus menyesuaikan dengan ukuran gigi dan

inklinasi gigi sebelahnya.

14

b) Bentuk

Pada pemilihan bentuk gigi, dapat diperhatikan:

Pertama, bentuk permukaan labial gigi depan yaitu kombinasi

lekukan, tonjolan, flek dan pigmentasi yang disebut tekstur

permukaan. Permukaan labial yang konveks membuat gigi terlihat

lebih kecil.

Kedua, garis luar distal gigi. Makin besar sudut distal gigi akan

tampak makin kecil dan sebaliknya.

Ketiga, garis luar mesial gigi. Garis luar mesial gigi yang konkaf

akan membuat gigi terlihat lebih kecil.

Keempat, bentuk profil wajah. Bentuk permukaan labial gigi depan

dipilih sesuai dengan bentul profil wajah pasien. Menurut Leon

William terdapat 3 tipe yaitu lonjong, lancip dan persegi.

c) Warna

Warna gigi dapat disesuaikan dengan warna gigi asli yang masih

ada. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna gigi

adalah background saat memilih gigi harus netral, shade guide

dalam keadaan basah dan gigi asli terbasahi oleh saliva serta

pencahayaan (memakai perpaduan antara lampu fluoresens dan

candelila light).

Pemilihan gigi posterior:

a) Ukuran mesio-distal gigi harus sesuai dengan daerah yang tidak

bergigi dan sesuai dengan oklusi gigi lawan. Pada kasus free end,

digunakan patokan jarak dari tepi distal gigi asli terakhir yang

masih ada ke mesial retromolar pad.

b) Ukuran oklusogingival ditentukan oleh besarnya ruangan

intermaksiler (interoklusal) menyesuaikan dengan gigi

tetangganya.

c) Ukuran buko-lingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari

gigi yang diganti. Hal ini dimaksudkan agar gigi buatan tidak

menerima beban terlalu besar.

15

Gigi artifisial buatan pabrik kadang tidak sesuai dengan

keadaan rahang dan oklusi dengan gigi lawan sehingga dapat

dimodifikasi dengan menggerinda gigi artifisial tersebut. Pada gigi

anterior bagian mesial, distal dan servikal dapat digerinda

sedangkan untuk gigi posterior bagian oklusal (oklusal adjusment),

mesial, distal dan servikal dapat digerinda. Pengurangan bagian pada

gigi artifisial dapat dilakukan namun harus tetap sesuai kontur dari

gigi tersebut (Gunadi, 1995).

8. Kontur gusi

Kontur gusi dilakukan setelah penyusunan gigi artifisial pada

galangan gigit. Kontur gusi ini bertujuan agar gigi tiruan dibuat

semirip mungkin dengan anatomi gusi dan jaringan lunak mulut. Cara

membuat kontur gusi yaitu dengan mengadaptasikan lilin lunak pada

permukaan bukal, labial dan lingual, kemudian tanda-tanda anatomi

dibentuk sesuai dengan desain gigi tiruan, kemudian lilin dihaluskan

menggunakan alkohol dan digosok dengan kain flanel halus sampai

permukaannya mengkilap.

9. Penanaman ke dalam cuvet (flasking) dan membuang wax (wax

elimination)

a) Penanaman Model ke dalam Kuvet (Flasking)

Flasking adalah pengecoran suatu protesa malam atau pola

di dalam flask ( Harty dan Ogston, 1995). Flask merupakan kotak

logam bersekat-sekat yang berisi tempat protesa gigi dibuat,

digunakan juga untuk mengecor suatu pola ( Harty dan Ogston,

1995). Tahapan dari proses flasking, yaitu:

1) Memilih kuvet yang sesuai dengan model kerja, olesi

permukaan flask dengan vaselin agar mudah ketika proses

deflasking.

2) Model kerja dilepaskan dari articulator

3) Model dimasukkan dengan jarak ujung model ke tepi kuvet

atas ± 13 mm dengan teknik pulling the casting. Permukaan

16

gips dibuat landai dan sisa gips ditepi kuvet harus

dibersihkan.

4) Setelah gips mengeras, permukaan gips diolesi dengan

vaselin kecuali plat malam, elemen gigi akrilik, dan

cengkram.

5) Kuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips sampai

penuh sambil diketuk secara perlahan-lahan agar gips dapat

masuk ke daerah yang sempit lalu pres dengan pres meja

sampai kelebihan gips keluar dan metal to metal kontak.

Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan proses

boiling out.

b) Membuang Malam (Wax Elimination)

1) Air dipanaskan sampai mendidih kemudian kuvet dimasukkan

kedalam panci berisi air mendidih ± 5 menit, kemudian

diangkat lalu kuvet dibuka dengan pisau gips kemudian sisa

malam disiram dengan air panas sampai bersih

2) Setelah proses boiling out selesai, kemudian mendapatkan

mould space, serpihan gips dibersihkan dan tepi-tepi yang

tajam dirapihkan

c) Pengisian Akrilik (Packing)

Packing adalah pengisian mould yang terbuat dari gips

yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan plastis kemudian

diproses untuk membuat protesa (Harty dan Ogston, 1995).

Tahapan dari proses packing, yaitu:

1) Mould diolesi Cold Mould Seal (CMS)

2) Semua alat dan bahan yang dibutuhkan harus disiapkan

3) Adonan akrilik dibuat dengan mencampurkan monomer dan

polimer ke dalam mixing jar, Adonan akrilik ditutup dan

didiamkan agar berpolimerisasi dengan baik. Setelah adonan

mencapai dough stage, dibentuk menjadi gulungan kemudian

diaplikasikan ke dalam mould space dengan jari tangan lalu

17

plastik cellophane diletakkan di antara kuvet atas dan kuvet

bawah, kuvet atas dan kuvet bawah disatukan kemudian dipres.

4) Pres dilakukan secara perlahan-lahan sampai metal to metal

kontak agar akrilik dapat mengalir ke semua daerah dan

kelebihannya mengalir keluar kuvet.

5) Kuvet dibuka lalu kelebihan akrilik yang menempel

dibersihkan kemudian plastik cellophane diletakkan kembali

dan lakukan pres kedua. Kuvet dibuka dan apabila sudah tidak

ada kelebihan akrilik, akrilik diolesi dengan liquid kemudian

dilakukan pres terakhir tanpa plastik cellophane.

6) Kemudian kuvet direndam dibwah air pada suhu kamar selama

30 menit (Anusavice, 2004)

d) Pemasakan Akrilik (Curing)

1) Air dipanaskan sampai mendidih lalu kuvet dimasukkan selama

± 1 jam 30 menit dari air mendidih

2) kuvet diangkat dan didiamkan sampai kembali pada suhu kamar

(Anusavice, 2004).

e) Deflasking

Deflasking adalah tindakan mengeluarkan model dan gigi

tiruan dalam kuvet. Kuvet dibuka, Protesa dipisahkan dari gips

dengan menggunakan gergaji kecil atau pisau gips secara hati-hati

agar protesa tidak cacat / patah.

10. Polishing

Polishing terdiri atas beberapa tahap yakni:

a) Protesa dibersihkan dari sisa-sisa gips.

b) Menghaluskan seluruh bagian permukaan gigi tiruan kecuali bagian

yang melekat dengan mukosa.

c) Polishing permukaan gigi hingga mengkilap kecuali pada bagian

fitting surface. Poles yang pertama dilakukan dengan menggunakan

feltcon dan pumice. Poles yang kedua dilakukan dengan

menggunakan sikat hitam dan pumice.

18

11. Insersi dan edukasi

Penggunaan gigi tiruan memang harus membutuhkan waktu dan

kesabaran, sekalipun pada pasien yang sudah pernah menggunakan

gigi tiruan. Beberapa hari atau beberapa minggu adalah periode

penyesuaian. Geligi tiruan haruslah dikeluarkan dari mulut untuk

pembersihan secara berkala. Disikat menggunakan bulu yang halus

sekurang-kurangnya dua hari sekali dan deterjen cair sebagai

pembersih. Pasta gigi kurang baik digunakan untuk membersikan gigi

tiruan karena sifatnya yang adhesiv. Pembersihan dilakukan diatas

ember berisi air, atau di air mengalir, untuk mengurangi resiko pecah

(Gunadi dkk., 1995).Gigi tiruan sebaiknya juga secara teratur

direndam didalam larutan desinfektan. Dua macam larutan yang

efektif untuk membersihkan gigi tiruan adalah alkalin hipoklorit dan

cairan klorheksidin glukonat. Alkalin hipoklorit terbukti dapat

membersihkan plak pada gigi tiruan dan klorheksidin glukonat

berfungsi menghambat pembentukan plak. Larutan hipoklorit yang

mengandung 0,08% klorin dan cairan klorheksidin glukonat 0,1% gigi

tiruan harus direndam satu malam. Apabila tidak memungkinkan gigi

tiruan dilepas sepanjang malam, larutan hipoklorit yang mengandung

0,16% selama 20 menit. Merendam klorheksidin 2% selama kurang

lebih 5 menit setiap hari. Sebelum perendam gigi tiruan harus disikat

terlebih dahulu. Jangan lupa untuk dibilas dengan air bersih (Basker,

2003). Protesa sebaiknya dilepas dari mulut sepanjang malam untuk

memberikan waktu istirahat kepada mukosan dan jaringan kurang

lebih delapan jam. Selain itu juga memberikan waktu istirahat kepada

lidah maupun otot-otot sekitar mulut untuk melakukan pembersihan

dan stimulasi terhadap jaringan dibawah protesa dengan dibantu oleh

saliva (Basker, 2003).Kontrol periodik juga diperlukan pada pasien

pengguna gigi tiruan. Pada pasien yang baru memakai gigi tiruan

ataupun pasien yang baru mengganti gigi tiruan dianjurkan 1 minggu

setelah insersi untuk kontrol. Pentingnya kontrol adalah gigi tiruan

yang sudah digunakan dalam jangka waktu lama akan mengalami

19

perubahan bentuk. Perlu diperhatikan oleh pasien bahwa cengkraman

gigi tiruan yang tidak pas, peradangan gingival atau gigi pendukung

mengalami karies harus segera dirawat dan pengontrolan minimal dua

kali dalam setahun (Gunadi dkk., 1995)