bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
LAPORAN KASUS
Ny. Kinar, seorang wanita usia 48 tahun, datang ke klinik anda
dengan keluhan ingin membuatkan gigi tiruan. Ny. Kinar merasa sulit
mengunyah makanan karena ada beberapa gigi belakangnya yang hilang.
Beberapa bulan terakhir Ny. Kinar juga merasa minder karena gigi
depannya tanggal. Ny. Kinar belum pernah menggunakan gigi tiruan dan
atas anjuran suaminya Ny. Kinar datang ke klinik anda. Pasien memiliki
tekanan darah tinggi dan telah beberapa kali dirawat di rumah sakit,
terakhir 3 bulan yang lalu karena tekanan darahnya mencapai 220/ 140
mmHg. Saat ini pasien rutin mengkonsumsi Captopril dan tekanan
darahnya terkontrol 140/ 100 mgHg. Pasien tidak dicurigai memiliki
kelainan sistemik bawaan lain. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.
Pasien tidak segera ke dokter gigi karena beranggapan jika membuat gigi
tiruan itu mahal.
Isilah rekam medik berdasar skenario tersebut. Diskusikan rencana
perawatan yang akan anda berikan
A. Ringkasan Kasus
Pasien, 48 tahun, datang ke klinik untuk dibuatkan gigi palsu
dengan keluhan kesulitan mengunyah makanan karena beberapa gigi
belakang hilang dan sejak beberapa bulan ini gigi depannya juga tanggal.
Pasien memiliki riwayat hipertensi namun terkontrol, pasien
mengkonsumsi captopril dan pernah dilakukan rawat inap di rumah sakit
serta tidak memiliki kebiasaan buruk. Dari pemeriksaan intra dan ekstra
oral didapat gigitan yang normal, hubungan rahang orthognati, tidak ada
gigitan silang maupun terbuka. Terdapat kehilangan gigi 17, 16, 21, 22,
23, 34, 35, 46 dan 47. Dari pemeriksaan juga didapat bentuk residual
ridge segitiga dengan ketinggian yang cukup tinggi, bentuk permukaan
rata dan relasi rahang yang normal. Pasien memiliki bentuk palatum oval
dengan kedalaman sedang serta tidak memiliki torus palatinus, bentuk
lengkung rahang oval dan pasien memiliki sikap mental filosofis.
3
4
B. Diagnosis dan Rencana Perawatan
1. Diagnosis
a) Rahang atas : Kelas II Applegate-Kennedy modifikasi
anterior
b) Rahang bawah : Kelas II Applegate-Kennedy modifikasi 1
posterior
2. Rencana perawatan
Rencana perawatan yang diberikan pada pasien ini yaitu gigi tiruan
sebagian lepasan resin akrilik pada rahang atas (elemen gigi yang
hilang 17, 16, 21, 22 dan 23) dan rahang bawah (elemen gigi yang
hilang 34, 35, 46 dan 47).
C. Desain Gigi Tiruan
Desain gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas menggunakan
direct retainer dan indirect retainer. Pada gigi 26 digunakan cengkeram
half jackson dan gigi 24 digunakan cengkeraman occlusal rest, hal ini
berkaitan dengan daerah tidak bergigi paradental yang membutuhkan
pegangan berupa tooth-bone dan daerah tidak bergigi tersebut diapit oleh
gigi yang masih bagus sehingga nantinya tekanan dapat terdistribusi
vertikal ke gigi dan tulang alveolar di bawahnya. Gigi 15 menggunakan
cengkeraman 2 jari modifikasi, hal ini dikarenakan daerah tidak bergigi
adalah free end, sehingga membutuhkan dukungan tooth mucosa-bone.
Pegangan ditambah dengan menggunakan singulum rest agar gigi
artificial ini kuat dan tidak mudah lepas.
5
Gambar 2. 1 Desain Gigi Tiruan Sebagian lepasan Rahang Atas
Desain gigi tiruan rahang bawah menggunakan direct dan indirect
retainer. Pada gigi 36 digunakan cengkeram 3 jari, hal ini dikarenakan
daerah tidak bergigi membutuhkan dukungan tooth-bone. Pada gigi 45
digunakan cengkeraman 2 jari modifikasi karena letak daerah tidak
bergigi fre-end sehingga membutuhkan dukungan tooth-mucosa
bone.Penambahan basis diperlukan sebagai indirect retainer pada gigi 33,
32, 31, 41, 42, 43. Hal ini bertujuan untuk menambah kekuatan dari gigi
tiruan agar tidak mudah lepas saat digunakan.
Gambar 2. 2 Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Rahang Bawah
D. Tahapan Pembuatan Gigi Tiruan
Tahapan gigi tiruan dimulai ketika pasien meminta untuk
dibuatkan gigi tiruan dan dokter gigi melakukan anamnesa, periksaan
6
objektif, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, rencana
perawatan , tindakan preprostetik lalu tahapan pembuatan gigi tiruan,
insersi dan edukasi pada pasien. Tahapan pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan resin akrilik meliputi:
1. Pencetakan
Pencetakan sangat penting bagi para dokter gigi dalam membuat
geligi tiruan sebagian lepasan. Pencetakan dibagi menjadi menjadi
dua, yaitu pencetakan pendahuluan dan pencetakan utama atau kedua.
Pencetakan pendahuluan dilakukan fungsinya saat cetakan sudah diisi
bahan gipsum maka diperoleh model rahang yang memungkinkan si
dokter untuk merencakan preparasi mulut sebelum pasien benar-benar
siap menerima protesa. Diharapkan cetakan pendahuluan ini harus
akurat. Pencetakan utama atau kedua dilakukan hanya bila pasien
sudah betul-betul siap menerima geligi tiruan. Pasien sudah menjalani
pembersihan karang gigi, program kebersihan dan kesehatan mulut
yang sudah sehat (Gunadi, 1995).
2. Survei model rahang
Survei adalah prosedur penentuan lokasi dan garis luar (outline)
dari kontur dan posisi gigi geligi serta jaringan sekitarnya pada model
rahang, sebelum kita membuat desain gigi tiruan. Survei mempunyai
fungsi untuk menentukan arah pemasangan (path of insertion) terbaik
dari geligi tiruan yang akan dibuat. Survei juga memiliki fungsi untuk
pembuatan geligi tiruan yang mudah dipasang dan dilepas oleh
pemakainya, enak dilihat, dapat menahan gaya-gaya yang cenderung
melepas protesa dari tempatnya serta tidak menjadi jebakan sisa
makanan (Gunadi, 1995).
Garis survei membagi model menjadi 2 bagian, yaitu undercut
yang terletak di bawah garis survei (infra bulge area) dan undercut
yang terletak di atas garis survei (supra bulge area). Jenis undercut
dibagi menjadi 2, yaitu undercut yang menguntungkan dan bisa
dijadikan retensi (desirable undercut) dan undercut yang tidak
menguntungkan (undesirable undercut).
7
Dalam penentuan arah pasang gigi tiruan, dilakukan surveyor pada
model gigi, yang meliputi beberapa tahap, yaitu:
a) Model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir
sejajar dengan basis datar surveyor.
b) Memeriksa ada tidaknya daerah undercut dengan tongkat analisis
c) Bila pada posisi ini sudah terdapat undercut, maka arah pasang gigi
tiruan searah dengan tongkat vertikal. Namun hal ini sangat
menyulitkan ketika pasien makan makanan yang lengket, gigi
tiruan akan mudah lepas dari mulut pasien. Untuk mencegah hal
tersebut maka kita lakukan tilting
d) Tilting yaitu memiringkan model kerja tidak lebih dari 10o dengan
tujuan untuk mencari arah pasang gigi tiruan yang lebih retentif
e) Sebelum model dilepas dari meja model, terlebih dahulu dibuat
tanda agar posisi survei terakhir dapat dicari ulang. Caranya dengan
menggunakan tripoding, yaitu membuat tanda 3 titik pada model
dengan ketinggian sama atau dibuat garis pada bidang yang sejajar
arah pemasangan dan garis tersebut sejajar dengan tongkat vertikal.
3. Desain model gigi tiruan sebagian lepasan
Gunadi (1995) menyatakan bahwa pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan harus memperhatikan 4 tahapan, yaitu:
a) Tahap I : menentukan kelas dari masing-masing daerah tidak
bergigi
b) Tahap II : menentukan macam dukungan dari setiap sadel
c) Tahap III : menentukan macam penahan
d) Tahap IV : menentukan macam konektor
Desain gigi tiruan harus memenuhi persyaratan, yaitu:
a) Retensi
Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya
pasang.
b) Stabilisasi
Stabilisasi yaitu kemampuan gigi tiruan untuk melawan berbagai
arah gaya.
8
c) Estetika
d) Support
e) Arah pemasangan
Desain model gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus memiliki
komponen-komponen yang terdiri atas:
a) Gigi penyangga
Gigi penyangga yang digunakan pada kasus ini adalah 15, 24, 26,
45, 33 dan 36
b) Retainer
1) Direk
Cengkeram 2 jari modifikasi pada gigi 15 dan 45 karena daerah
tidak bergigi merupakan free-end sehingga dibutuhkan
dukungan tooth-mucosa bone, Cengkeram 3 jari pada gigi 36
karena daerah tidak bergigi memerlukan dukungan tooth-bone,
Cengkeram half jackson pada gigi 26 karena daerah tidak
bergigi memerlukan hubungan tooth-bone,oklusal rest pada gigi
24 karena terdapat 3 gigi hilang yang memerlukan dukungan
tooth bone dan gigi yang hilang tersebut tidak membutuhkan
dukungan yang terlalu kuat maka dibutuhkanlah oklusal rest,
singulum rest pada gigi 11 karena terdapat kehilangan gigi yang
memerlukan dukungan tooth-bone
2) Indirek
Cengkeram indirect yang digunakan berupa peninggian basis
pada gigi 33, 32, 31, 41, 42 dan 43 karena dengan kehilangan
beberapa gigi, direct retainer yang berupa gigi kurang mampu
untuk menahan tekanan dari gigi artifisial, sehingga dibutuhkan
indirect retainer berupa peninggian basis untuk
menyeimbangkan tekanan yang diberikan oleh gigi artifisial
tersebut.
c) Plat dasar yang digunakan yaitu resin akrilik karena pada kasus ini,
pasien meminta untuk dibuakan gigi tiruan dengan harga
terjangkau.
9
d) Gigi artifisial
Gigi artifisial yang digunakan yaitu 17, 16, 21, 22, 23, 35, 34, 46
dan 47
4. Pembuatan cengkeram
Cengkeram adalah bagian dari GTSL yang biasanya dibuat dari
kawat khusus (kawat klamer) atau dari logam cor, melingkari dan
menyentuh sebagian besar keliling gigi, memberi retensi, stabilisasi
dan support bagi GTSL. Peggolongan cengkeram berdasarkan
konstruksinya salah satunya adalah cengkeram kawat. Cengkeram
kawat terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu cengkeram oklusal dan
cengkeram gingival yang masing-masingnya terdiri dari beberapa
bentuk (Gunadi dkk., 1995).
Menurut Phoenix (2002), macam-macam desain cengkeram
menurut fungsinya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Cengkeram paradental
Cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan
stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban
kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarnya. Jadi,
cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang melalui
bagian oklusal gigi penjangkar atau melalui titik kontak antar gigi
penjangkar dengan gigi tetangganya. Contoh cengkeram ini adalah:
1) Cengkeram tiga jari
Cengkeram ini dibentuk dengan menyoldir lengen-lengan
kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam basis. Bentuknya
seperti Akers Clasp. Indikasinya untuk gigi molar dan premolar.
Gambar 2.3: Cengkeram 3 jari(Gunadi dkk., 1995)
10
2) Cengkeram half jackson
Cengkeram ini disebut juga cengkeram satu jari atau
cengkeram C. Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas
titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik.
Indikasinya untuk gigi molar dan premolar, gigi terlalu cembung
sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya, dan ada titik kontak
yang baik di antara 2 gigi.
Gambar 2.4: Cengkeram half jackson(Gunadi dkk., 1995)
3) Rest
Bagian dari cengkeram kawat yang terletak dibagian
oklusal/insisal/singulum gigi. Sifatnya kaku, panjangnya 1/3 lebar
mesio-distal gigi, dan berfungsi untuk meneruskan beban kunyah
ke gigi penjangkar (Garcia, 2011).
a) Occlusal rest merupakan cengkeram yang terletak pada
permukaan oklusal gigi penyangga posterior. Ukuran rest
dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak puncak csp
lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensinya dapat sedikit
dikurangi dari ukuran rest premolar. Rest oklusal juga harus
berbentuk sendok atau piring (spoon and saucer shaped rest)
(Gunadi dkk., 1995).
b) Cingulum rest/insisal rest merupakan cengkeram yang terletak
pada permukaan oklusal gigi penyangga anterior dan dapat
menjadi indirect retainer apabila tidak diakukan perluasan basis.
Dari segi mekanik, cingulum rest pada gigi anterior lebih
menguntungkan daripada incisal rest karena letaknya lebih
dekat dengan pusat rotasi gigi. Selain itu, cingulum rest tidak
11
terlihat dan mengganggu lidah. Cingulum rest biasanya
digunakan pada kaninus atas yang inklinasinya sedikit ke labial
dan memiliki singulum lebih menonjol (Gunadi dkk., 1995).
b. Cengkeram gingiva
Cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi
protesa. Jadi, tidak ada bagian cengkeram yang melalui bagian
oklusal gigi penjangkar. Contoh cengkeramnya adalah cengkeram
dua jari. Selain cengkeram yang disebutkan di atas, ada juga
cengkeram dua jari modifikasi yang merupakan perpaduan antara
cengkeram paradental dan ginggival. Cengkeram ini biasa
digunakan pada kasus free end saddle (Soesetijo, 2013).
5. Pembuatan lempeng (base plate) dan galangan gigit (bite rim)
Lempeng gigit (base plate) adalah bagian dari gigi tiruan sebagian
yang melekat pada mukosa mulut yang fungsinya memindahkan
tekanan oklusal ke jaringan dibawahnya. Alat dan bahan yang
diperlukan dalam proses pembuatan base plate dan bite rim meliputi:
lekron, lampu spiritus, lembaran malam, dan model kerja.
Langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Model kerja dibasahi dengan air.
b. Satu lapis malam dilunakan pada nyala api lampu spiritus.
c. Diadaptasikan pada model kerja.
d. Potong sesuai batas tepi landasan yang telah ditentukan.
e. Pembuatan bite rim dilakukan dengan cara selembar lilin
secukupnya dilunakkan, digulung, disesuaikan dengan lengkung
daerah tidak bergigi.
f.Gulungan malam dilekatkan pada plat landasan dan sebelumnya
kedua permukaan dipanaskan terlebi dahulu.
g. Gulungan malam disesuaikan dengan ukuran yang telah
ditentukan, yaitu:
1) Tingginya lebih tinggi dari gigi tetangganya.
2) Lebar sesuai dengan gigi yang akan diganti.
3) Permukaan oklusal datar.
12
4) Rapi dan halus, dengan permukaan bukal mengikuti
lengkung bukal gigi yang masih ada.
6. Pemasangan model pada artikulator
Artikulator adalah sebuah alat yang menganalogikan suatu keadaan
mekanis dari sendi temporomandibular dan lengkung gigi rahang atas
dan bawah. Artikulator bisa diartikan sebagai simulasi dari gigi yang
berada didalam mulut. Tujuan dari pemasangan model pada
artikulator adalah untuk memegang model pada satu posisi atau lebih
dalam hubungannya satu sama lain yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis, dan untuk menyusun gigi-gigi artifisial. Artikulator
dibagi menjadi (Stracke, 2000) :
a. Full-adjustable artikulator adalah articulator tiga dimensi yang
dapat mengendalikan tinggi dan inklinasi tonjol gigi.
b. Semi-adjustable adalah artikulator dua dimensi yang unsure
kondilarnya dapat diatur sesuai kebutuhan baik vertical maupun
horizontal.
c. Non- adjustable artikulator adalah artikulator satu dimensi yang
menggunakan kontak oklusi sentrik dan memerlukan cacatan antar
oklusal.
Cara pemasangan model pada artikulator adalah:
a. Model rahang atas dan rahang bawah difiksasi menggunakan karet
gelang atau batang korek api yang diberi sticky wax
b. Model rahang atas dan rahang bawah yang terfiksasi diletakkan di
artikulator dengan bantuan malam mainan untuk mengganjal
bagian bawah dasar model rahang bawah dengan mounting table.
c. Base plate dan bite rim (oklusal bite rim) bersama dengan model
rahang atas dan diletakkan pada mounting table dengan pedoman:
1) Garis tengah model rahang atas terhimpit dengan garis tengah
dari mounting table.
2) Bidang oklusal galangan gigit terletak dalam satu bidang dengan
letak bidang oklusal artikulator atau tepat ditengah-tengah jarak
antara lengan atas dan bawah artikulator.
13
3) Bidang oklusal artikulator ditentukan dengan memasang karet
gelang sekililing artikulator secara horizontal setinggi incisal
guide pin dan tanda bidang oklusal pada artikulator
4) Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar
anterior dari midline rahang atas.
d. Membuat adonan gips yang tidak encer
e. Upper member digerakan keatas dan adonan gips dituang keatas
model kerja rahang atas. Adonan gips diletakan pada tengah-tengah
model sehingga gips dapat mengalir kearah lateral. Upper member
digerakan kebawah sehingga menekan gips yang berada pada
model. Gips dirapihkan dan dihaluskan.
f. Setelah gips mengeras artikulator dibalik, dan malam pengganjal
diambil
g. Buat adonan gips lagi
h. Lower member diangkat keatas dan adonan gips dituang pada
model kerja rahang bawah, kemudian lower member digerakan ke
bawah sehingga menutup dan menekan adonan gips dan lengan
insisal menyentuh meja insisal (incisal table).
i. Lengan artikulator atas dan bawah difikasi dengan karet gelang
sampai gips benar-benar mengeras.
7. Penyusunan gigi artifisial
Salah satu tahapan pembuatan GTSL adalah seleksi gigi artifisial
dan penyusunannya. Gigi artifisial/gigi tiruan merupakan bagian dari
gigi tiruan lepasan sebagian yang berfungsi menggantikan gigi asli
yang hilang. Gigi artifisial disusun di atas galangan gigit, dimulai dari
regio kiri atau regio kanan dengan arah anterior-posterior. Dalam
menyelesi gigi artifisial harus memenuhi syarat yaitu ukuran, bentuk,
tekstur permukaan, warna dan bahan elemen.
Pemilihan gigi anterior :
a) Ukuran
Ukuran gigi artifisial harus menyesuaikan dengan ukuran gigi dan
inklinasi gigi sebelahnya.
14
b) Bentuk
Pada pemilihan bentuk gigi, dapat diperhatikan:
Pertama, bentuk permukaan labial gigi depan yaitu kombinasi
lekukan, tonjolan, flek dan pigmentasi yang disebut tekstur
permukaan. Permukaan labial yang konveks membuat gigi terlihat
lebih kecil.
Kedua, garis luar distal gigi. Makin besar sudut distal gigi akan
tampak makin kecil dan sebaliknya.
Ketiga, garis luar mesial gigi. Garis luar mesial gigi yang konkaf
akan membuat gigi terlihat lebih kecil.
Keempat, bentuk profil wajah. Bentuk permukaan labial gigi depan
dipilih sesuai dengan bentul profil wajah pasien. Menurut Leon
William terdapat 3 tipe yaitu lonjong, lancip dan persegi.
c) Warna
Warna gigi dapat disesuaikan dengan warna gigi asli yang masih
ada. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna gigi
adalah background saat memilih gigi harus netral, shade guide
dalam keadaan basah dan gigi asli terbasahi oleh saliva serta
pencahayaan (memakai perpaduan antara lampu fluoresens dan
candelila light).
Pemilihan gigi posterior:
a) Ukuran mesio-distal gigi harus sesuai dengan daerah yang tidak
bergigi dan sesuai dengan oklusi gigi lawan. Pada kasus free end,
digunakan patokan jarak dari tepi distal gigi asli terakhir yang
masih ada ke mesial retromolar pad.
b) Ukuran oklusogingival ditentukan oleh besarnya ruangan
intermaksiler (interoklusal) menyesuaikan dengan gigi
tetangganya.
c) Ukuran buko-lingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari
gigi yang diganti. Hal ini dimaksudkan agar gigi buatan tidak
menerima beban terlalu besar.
15
Gigi artifisial buatan pabrik kadang tidak sesuai dengan
keadaan rahang dan oklusi dengan gigi lawan sehingga dapat
dimodifikasi dengan menggerinda gigi artifisial tersebut. Pada gigi
anterior bagian mesial, distal dan servikal dapat digerinda
sedangkan untuk gigi posterior bagian oklusal (oklusal adjusment),
mesial, distal dan servikal dapat digerinda. Pengurangan bagian pada
gigi artifisial dapat dilakukan namun harus tetap sesuai kontur dari
gigi tersebut (Gunadi, 1995).
8. Kontur gusi
Kontur gusi dilakukan setelah penyusunan gigi artifisial pada
galangan gigit. Kontur gusi ini bertujuan agar gigi tiruan dibuat
semirip mungkin dengan anatomi gusi dan jaringan lunak mulut. Cara
membuat kontur gusi yaitu dengan mengadaptasikan lilin lunak pada
permukaan bukal, labial dan lingual, kemudian tanda-tanda anatomi
dibentuk sesuai dengan desain gigi tiruan, kemudian lilin dihaluskan
menggunakan alkohol dan digosok dengan kain flanel halus sampai
permukaannya mengkilap.
9. Penanaman ke dalam cuvet (flasking) dan membuang wax (wax
elimination)
a) Penanaman Model ke dalam Kuvet (Flasking)
Flasking adalah pengecoran suatu protesa malam atau pola
di dalam flask ( Harty dan Ogston, 1995). Flask merupakan kotak
logam bersekat-sekat yang berisi tempat protesa gigi dibuat,
digunakan juga untuk mengecor suatu pola ( Harty dan Ogston,
1995). Tahapan dari proses flasking, yaitu:
1) Memilih kuvet yang sesuai dengan model kerja, olesi
permukaan flask dengan vaselin agar mudah ketika proses
deflasking.
2) Model kerja dilepaskan dari articulator
3) Model dimasukkan dengan jarak ujung model ke tepi kuvet
atas ± 13 mm dengan teknik pulling the casting. Permukaan
16
gips dibuat landai dan sisa gips ditepi kuvet harus
dibersihkan.
4) Setelah gips mengeras, permukaan gips diolesi dengan
vaselin kecuali plat malam, elemen gigi akrilik, dan
cengkram.
5) Kuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips sampai
penuh sambil diketuk secara perlahan-lahan agar gips dapat
masuk ke daerah yang sempit lalu pres dengan pres meja
sampai kelebihan gips keluar dan metal to metal kontak.
Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan proses
boiling out.
b) Membuang Malam (Wax Elimination)
1) Air dipanaskan sampai mendidih kemudian kuvet dimasukkan
kedalam panci berisi air mendidih ± 5 menit, kemudian
diangkat lalu kuvet dibuka dengan pisau gips kemudian sisa
malam disiram dengan air panas sampai bersih
2) Setelah proses boiling out selesai, kemudian mendapatkan
mould space, serpihan gips dibersihkan dan tepi-tepi yang
tajam dirapihkan
c) Pengisian Akrilik (Packing)
Packing adalah pengisian mould yang terbuat dari gips
yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan plastis kemudian
diproses untuk membuat protesa (Harty dan Ogston, 1995).
Tahapan dari proses packing, yaitu:
1) Mould diolesi Cold Mould Seal (CMS)
2) Semua alat dan bahan yang dibutuhkan harus disiapkan
3) Adonan akrilik dibuat dengan mencampurkan monomer dan
polimer ke dalam mixing jar, Adonan akrilik ditutup dan
didiamkan agar berpolimerisasi dengan baik. Setelah adonan
mencapai dough stage, dibentuk menjadi gulungan kemudian
diaplikasikan ke dalam mould space dengan jari tangan lalu
17
plastik cellophane diletakkan di antara kuvet atas dan kuvet
bawah, kuvet atas dan kuvet bawah disatukan kemudian dipres.
4) Pres dilakukan secara perlahan-lahan sampai metal to metal
kontak agar akrilik dapat mengalir ke semua daerah dan
kelebihannya mengalir keluar kuvet.
5) Kuvet dibuka lalu kelebihan akrilik yang menempel
dibersihkan kemudian plastik cellophane diletakkan kembali
dan lakukan pres kedua. Kuvet dibuka dan apabila sudah tidak
ada kelebihan akrilik, akrilik diolesi dengan liquid kemudian
dilakukan pres terakhir tanpa plastik cellophane.
6) Kemudian kuvet direndam dibwah air pada suhu kamar selama
30 menit (Anusavice, 2004)
d) Pemasakan Akrilik (Curing)
1) Air dipanaskan sampai mendidih lalu kuvet dimasukkan selama
± 1 jam 30 menit dari air mendidih
2) kuvet diangkat dan didiamkan sampai kembali pada suhu kamar
(Anusavice, 2004).
e) Deflasking
Deflasking adalah tindakan mengeluarkan model dan gigi
tiruan dalam kuvet. Kuvet dibuka, Protesa dipisahkan dari gips
dengan menggunakan gergaji kecil atau pisau gips secara hati-hati
agar protesa tidak cacat / patah.
10. Polishing
Polishing terdiri atas beberapa tahap yakni:
a) Protesa dibersihkan dari sisa-sisa gips.
b) Menghaluskan seluruh bagian permukaan gigi tiruan kecuali bagian
yang melekat dengan mukosa.
c) Polishing permukaan gigi hingga mengkilap kecuali pada bagian
fitting surface. Poles yang pertama dilakukan dengan menggunakan
feltcon dan pumice. Poles yang kedua dilakukan dengan
menggunakan sikat hitam dan pumice.
18
11. Insersi dan edukasi
Penggunaan gigi tiruan memang harus membutuhkan waktu dan
kesabaran, sekalipun pada pasien yang sudah pernah menggunakan
gigi tiruan. Beberapa hari atau beberapa minggu adalah periode
penyesuaian. Geligi tiruan haruslah dikeluarkan dari mulut untuk
pembersihan secara berkala. Disikat menggunakan bulu yang halus
sekurang-kurangnya dua hari sekali dan deterjen cair sebagai
pembersih. Pasta gigi kurang baik digunakan untuk membersikan gigi
tiruan karena sifatnya yang adhesiv. Pembersihan dilakukan diatas
ember berisi air, atau di air mengalir, untuk mengurangi resiko pecah
(Gunadi dkk., 1995).Gigi tiruan sebaiknya juga secara teratur
direndam didalam larutan desinfektan. Dua macam larutan yang
efektif untuk membersihkan gigi tiruan adalah alkalin hipoklorit dan
cairan klorheksidin glukonat. Alkalin hipoklorit terbukti dapat
membersihkan plak pada gigi tiruan dan klorheksidin glukonat
berfungsi menghambat pembentukan plak. Larutan hipoklorit yang
mengandung 0,08% klorin dan cairan klorheksidin glukonat 0,1% gigi
tiruan harus direndam satu malam. Apabila tidak memungkinkan gigi
tiruan dilepas sepanjang malam, larutan hipoklorit yang mengandung
0,16% selama 20 menit. Merendam klorheksidin 2% selama kurang
lebih 5 menit setiap hari. Sebelum perendam gigi tiruan harus disikat
terlebih dahulu. Jangan lupa untuk dibilas dengan air bersih (Basker,
2003). Protesa sebaiknya dilepas dari mulut sepanjang malam untuk
memberikan waktu istirahat kepada mukosan dan jaringan kurang
lebih delapan jam. Selain itu juga memberikan waktu istirahat kepada
lidah maupun otot-otot sekitar mulut untuk melakukan pembersihan
dan stimulasi terhadap jaringan dibawah protesa dengan dibantu oleh
saliva (Basker, 2003).Kontrol periodik juga diperlukan pada pasien
pengguna gigi tiruan. Pada pasien yang baru memakai gigi tiruan
ataupun pasien yang baru mengganti gigi tiruan dianjurkan 1 minggu
setelah insersi untuk kontrol. Pentingnya kontrol adalah gigi tiruan
yang sudah digunakan dalam jangka waktu lama akan mengalami