bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
ISI
A. Landasan Teori
1. Kehilangan gigi
Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi
seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi
normal terjadi pada anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami
hilangnya gigi susu dan kemudian digantikan dengan gigi permanen.
Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak
diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit
periodontal, trauma dan karies (Austrian, 2008).
2. Gigi tiruan
Protesa gigi atau yang biasanya disebut gigi tiruan atau gigi palsu
adalah salah satu sistem komponen yang berfungsi untuk
menggantikan gigi geligi asli yang rusak sebagian maupun
seluruhnya. Yang dimaksudkan menggantikan gigi geligi adalah
menggantikan “peran” gigi geligi dalam hal estetika, kesesuaian, dan
fungsi. Pasien pemakai protesa gigi yang baru pertama kali akan
timbul keluhan jumlah saliva. Keluhan tersebut karena kekurangan
sekresi saliva yang mengakibatkan mulut kering atau penderita terus
menerus mengeluarkan saliva. Adanya rasa sakit bila tersentuh,
berdarah dan kering pada daerah kontak dengan gigi tiruan lepasan,
rasa terbakar, kesulitan dalam mengunyah dan menelan, sensasi rasa
pengecapan yang berubah merupakan problema yang timbul pada
pemakai gigi tiruan lepasan. Definisi gigi tiruan sebagian menurut
Osborne (1958) gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang
menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat
dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya, menurut Glossary of
Prosthodontics (1999) gigi tiruan sebagian adalah bagian prostodonsia
yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi
tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa
3
4
yang dipasang dan dilepas oleh pasien. Gigi tiruan penuh adalah suatu
alat tiruan yang menggantikan semua gigi-geligi asli dan berhubungan
dengan struktur maksila dan mandibula, didukung oleh membran
mukosa, jaringan penghubung dan lapisan tulang.
B. Pembahasan
1. Skenario
HK, 23 tahun, seharian ini bersungut-sungut pasalnya sudah hampir 1
tahun ini ia selalu dipanggil Pak ketika di tempat umum. Padahal HK
belum juga lulus dari kuliahnya apalagi menikah dan punya anak.
Semua ini berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpanya 1,5
tahun yang lalu. Meskipun HK tidak mengalami cedera kepala atau
cedera lain yang serius, akan tetapi kecelakaan itu mengakibatkan HK
harus merelakan 5 gigi depannya dicabut.
2. Metode seven jumps
a. Step 1 Clarifying Unfamiliar Term/Klarifikasi Istilah
b. Step 2 Problem Definition/Menguraikan Masalah
1) Apa saja penyebab kehilangan gigi?
2) Apa saja akibat dari hilangnya gigi?
3) Perawatan apa yang diberikan untuk gigi hilang dan
bagaimanakah indikasi dan kontraindikasinya?
4) Pada kasus, termasuk klasifikasi dan kelas berapa?
Gambar 2.1 Kerangka Rumusan Masalah
Kehilangan Gigi
Etiologi Akibat Perawatan
Indikasi Kontraindikasi
Klasifikasi
5
c. Step 3 Brainstorm/Curah Pendapat dan step 4 Analyzing The
Problem/Menganalisa Permasalahan Detail
1) Etiologi
a) Tidak adanya benih gigi
b) Trauma/ kecelakaan
c) Fisiologi (seiring bertambahnya usia)
d) Penyakit jaringan periodontal
e) Penyakit sistemik (diabetes melitus)
f) Avulsi
g) Paska ekstraksi
2) Akibat
a) Estetik
b) Gangguan pengunyahan
c) Gangguan berbicara
d) Prematur kontak
e) TMD
f) Supraversi
g) Diastem
h) Titling
i) Drifting
j) Tekanan pengunyahan besar
k) Karies
l) Pengunyahan terganggu
m)Kalkulus
n) Kesimetrisan wajah terganggu
o) Terlihat lebih tua
p) Vertikal wajah berkurang
3) Perawatan
a) Pemeriksaan subjektif
b) Pemeriksaan objektif
c) Pemeriksaan penunjang
d) Penentuan klasifikasi
6
e) Diagnosis
f) Pencetakan gigi
g) Pembuatan gigi tiruan
h) Insersi
i) Kontrol
4) Klasifikasi
a) Klasifikasi Kennedy
(1)Kelas 1
Daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang
(free-end bilateral).
(2)Kelas 2
Daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi rahang
(free-end unilateral).
(3)Kelas 3
Daerah tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan
unilateral.
(4)Kelas 4
Daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dari
gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
b) Klasifikasi Osborne
(5) GTS paradental (tooth borne denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian atau
seluruhnya diteruskan ke gigi penjangkaran dan
jaringan periodonsiumnya, serta diteruskan ke gigi
tetangganya melalui titik kontak pendukung utamanya:
gigi asli
Indikasi GTSL Paradental: a. Gigi penjangkaran sehat, kuat, bentuk anatomis
cembungb. Gigi hilang sedikit sadel pendek, beban kunyah c. kecil
7
d. Kesehatan umum baik (6) GTS gingival (tissue borne denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian besar
atau seluruhnya diterima oleh mukosa dan tulang
alveolar di bawah mukosa.
Pendukung utamanya: mukosa
Indikasi GTSL Kombinasi:
a. Gigi penjangkaran kurang kuat untuk satu sisi
rahang, sedangkan pada sisi lainnya cukup kuat
b. Gigi yang hilang pada satu sisi rahang agak banyak
(free-end saddle), sedangkan pada posisi lainnya
sedikit (bounded saddle)
c. Kesehatan umum baik
(7) GTS kombinasi paradental dan gingival (tooth and
tissue borne denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya diterima oleh gigi
asli dan mukosa.
Indikasi GTSL Gingival:
a. Gigi penjangkaran kurang kuat, misalnya: punya
akar satu, goyang derajat satu atau dua
b. Gigi yang hilang banyak (free-end saddle)
c. Kesehatan umum baik atau kurang baik (ada
penyakit sistemik
d. Step 5 Formulating Learning Issues/Merumuskan Tujuan
Belajar
1) Apa saja penyebab kehilangan gigi?
2) Apa saja akibat dari hilangnya gigi?
3) Perawatan apa yang diberikan untuk gigi hilang dan
bagaimanakah indikasi dan kontraindikasinya?
4) Apa saja macam klasifikasi kehilangan gigi?
8
e. Step 6 Self Study/Belajar Mandiri dan step 7 Diskusi Hasil
Belajar
1) Etiologi
Etiologi dari kehilangan gigi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
etiologi berdasarkan penyakit dan bukan penyakit
(reporitory.ac.id).
a) Penyakit
(1) Lokal
a. Karies
b. Penyakit jaringan periodontal
(2) Sistemik
a. Diabetes mellitus
b. Osteoporosis
c. Penyakit sistem imun (HIV/AIDS)
b) Bukan penyakit
(1) Trauma
(2) Anomali gigi
(3) Fisiologis
(4) Bad habit
a. Bruxism
b. Merokok
c. Malas menggosok gigi
(5)Sosio demografi
2) Akibat
a) Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat
menyebabkanpergeseran, miring atau berputarnya gigi.
Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal
untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,
maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.
Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas
karies dapat meningkat. (Gunadi, 1995)
9
b) Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan
terjadierupsi berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat
terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila
hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar,
maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran
sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai
pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan
menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu
dibuatkan geligi tiruan lengkap.(Gunadi, 1995)
c) Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang
belakang, akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya
menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak,
hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada
masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya
dengan sedikit proses pengunyahan saja. (Gunadi, 1995)
d) Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih
(Over closure), hubungan rahang yang eksentrik akibat
kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang. (Gunadi, 1995)
e) Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka
gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih
besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini
mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa
dicabut. (Gunadi, 1995)
f) Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali
menyebabkan kelainan bicara, karerna gigi ± khususnya
10
yang depan ± termasuk bagian organ fonetik. (Gunadi,
1995)
g) Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi
depan akan megurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi
dari segi pandang manusia modern. (Gunadi, 1995)
h) Terganggunya Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan
kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi yang
kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal
tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah
disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi
terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi
karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat
meningkat. (Gunadi, 1995)
i) Erosi
Kehilangan gigi dapat menimbulkan gangguan pencernaan,
hal itu dapat meningkatkan asam lambung, keadaan
mulutpun menjadi asam. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya pengikisan gigi yang dinamakan erosi.
j) Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli
masih menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami
kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban
ini bisa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam
jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi
vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.
(Gunadi,1995)
k) Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan
ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung
lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi
11
terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena
terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang
ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan
akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup
mengganggu.
l) Keadaan sistemik
a. Defisiensi nutrisi
Kehilangan gigi dapat mengakibatkan penurunan fungsi
pengunyahan, jika sistem pengunyahan terganggu maka
akan menimbulkan penurunan intak makanan. Hal
tersebut akan menimbulkan defiensi nutrisi.
b. Osteoporosis
c. Cardiovaskular (arterisklerosis)
m) Perubahan facial
n) Costen syndrome
o) Efek emosional/ estetik
3) Perawatan
Menurut Gunadi (1995), perawatan pada pasien kehilangan
gigi meliputi beberapa tahapan yaitu identitas pasien,
anamnesa, pemeriksaan objektif, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis dan rencana perawatan.
a) Identitas Pasien
(1) Nama
Nama penderita perlu diketahui untuk membedakan
seorang penderita dari yang lainnya, disamping
mengetahui asal suku atau rasnya.
(2) Alamat
(3) Usia
(4) Pekerjaan
Restorasi yang dibuat untuk seseorang yang sering
berhubungan dengan publik, seperti guru, pegawai
kantor, artis, dan lain-lain membutuhkan faktor estetik
12
yang baik. Pekerjaan juga dapat menentukan status
sosial ekonominya, hal ini dapat menentukan jenis gigi
tiruan yang tepat bagi pasien (Gunadi, 1995).
(5) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menentukan jenis kebutuhan gigi
tiruan. Wanita cenderung lebih memperhatikan faktor
estetik dibanding pria, bentuk giginya pun relatif lebih
banyak lengkungan dibanding pria (Gunadi, 1995).
b) Anamnesis
(1) CC (Chief Complain)
Keluhan yang dirasakan pasien dan kebutuhan dibuatkan
gigi tiruan.
(2) PI (Present Illness)
Present ilness ini penting untuk dilakukan untuk
mengetahui sudah berapa lama kehilangan gigi dan
resorpsi tulang alveolar. Hal ini bertujuan untuk
memperkirakan jenis perawatan yang diberikan .
(3) PMH (Past Medical History)
Past Medical History bertujuan untuk mengetahui
penyakit yang diderita pasien dan obat-obatan yang
dikonsumsi pasien. Hal ini terkait dengan prognosis
kesembuhan pasien.
(4) PDH (Past Dental History)
Past Dental History bertujuan untuk mengetahui apakah
pasien sering pergi ke dokter gigi, perawatan gigi yang
pernah dilakukan dan apakah pasien sudah pernah
menggunakan gigi tiruan atau belum.
(5) FH (Familly History)
Familly History bertujuan untuk mengetahui riwayat
genetik dari keluarga pasien.
13
(6) SH (Social History)
Social History bertujuan untuk mengetahu pekerjaan
pasien dan kebiasaan buruk pasien.
c) Pemeriksaan objektif
(1) Ekstra oral
a. Kepala
Bentuk kepala terdiri atas beberapa jenis, yakni
persegi, lonjong dan lancip. Fungsi dari bentuk
kepala ini yaitu penentuan gigi tiruan, pemilihan
warna gigi yang sesuai dengan kulit, menunjang
retensi gigi tiruan dan penentuan bentuk lengkung
rahang serta bentuk gigi insisivus sentral.
b. Muka
Bentuk muka seseorang berbeda-beda, ada yang
persegi, lancip dan lonjong. Terdapat hubungan
antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus
atas. Bentuk muka penderita dilihat dari arah sagital
merupakan indikasi hubingan rahang atas dan
bawah. Dikenal tiga macam profil muka, yaitu lurus,
cembung dan cekung. Bentuk profil ini perlu
diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi
depan dilihat dari arah proksimal.
c. Mata
1) Guna mata dalam pemeriksaan ini adalah:
2) Garis inter pupil digunakan untuk menentukan
tinggi gigit dan kesejajaran galengan rahang atas
bagian anterior.
3) Bidang horisontal frankfurt
4) Bidang ini harus sejajar lantai untuk menghindari
proses pencetakan yang menimbulkan efek
muntah pada pasien yang sensitif.
14
5) Garis tragus-canthus
6) Garis ini menjadi panduan letak kondil rahang
yang terletak kurang lebih 1,5 cm di depan tragus.
d. Hidung
Pasien yang bernafas lewat mulut biasanya
mempunyai palatum yang dalam dan mulutnya
relatif kering. Mulut yang kering kurang
menguntungkan untuk retensi gigi tiruan.
e. Bibir
Bentuk dan ketebalan bibir perlu diperhatikan dalam
perawatan gigi yang hilang. Bentuk bibir ada yang
normal, hipotonus dan hipertonus. Bibir tebal
memberi kesan dukungan yang cukup meskipun
gigi-gigi depannya sudah hilang . Pada penderita
yang berbibir tipis, hilangnya gigi depan
menyebabkan hilangnya dukungan terhadap bibir
sehingga bibir terlihat masuk.
f. Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening yang diperiksa adalah
submandibularis atau submaksilaris. Pemeriksaan
kelenjar ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya
peradangan di dalam mulut, yang ditandai dengan
membesarnya kelenjar.
g. Sendi
Sendi temporomandibular diperiksa untuk
mengetahui adanya pergerakan sendi yang smooth
or unsmooth, bunyi keletuk sendi (clicking),atau
crepitation. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
inspeksi, auskultasi dan palpasi.
15
(2) Intra oral
1. Pemeriksaan umum
a) Kebersihan mulut
Pemeriksaan meliputi adanya kalkulus, debris,
plak, stain, dan halitosis.Kebersihin mulut yang
buruk memyebabkan timbulnya berbagai penyakit
periodontal, karena itu perawatan periodontal
hendaknya mendahului pemberian perawatan
prostodontik.
b) Mukosa mulut
Mukosa mulut perlu diperhatikan untuk melihat
apakah ada kelainan, iritasi atau keadaan patologik
pada jaringan mukosa mulut.
c) Frekuensi karies
Tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi
pemilihan desain gigi tiruan yang akan dibuat.
2. Saliva
Retensi gigi dipengaruhi oleh kuantitas dan
konsistensi dari saliva. Jumlah saliva yang sedikit dan
mempunyai konsistensi pekat memiliki efek retensi
yang lebih kuat dibandingkan dengan saliva yang
berjumlah banyak dan mempunyai konsistensi yang
encer.
3. Gingiva
Keadaan gingiva yang sehat dapat memberikan
prognosis yang baik bagi pemakaian gigi tiruan.
4. Lidah
Ukuran lidah berperan dalam stabilisasi gigi tiruan
yang digunakan. Ukuran lidah yang besar
(makroglosia) dapat menyebabkan gigi tiruan tidak
stabil.
16
5. Gigitan
Gigitan bermanfaat untuk melihat adanya hubungan
vertikal yakni openbite ataukah crossbite. Hubungan
rahang yang ortognatik, retrognatik ataupun prognatik
juga bisa diliat dari gigitan ini.
6. Refleks muntah
7. Gigi geligi
Keadaan gigi menentukan rencana perawatan yang
diterapkan pada pasien. Jumlah gigi, ada/tidak adanya
gigi, anomali gigi, keadaan gigi yang karies ataupun
goyang. Miller mengklasifikasikan bergeraknya gigi
sebagai berikut:
a) Kelas 1
Tanda pergerakan utama yang terlihat lebih besar
daripada pergerakan normal.
b) Kelas 2
Suatu pergerakan mahkota klinis 1 mm ke arah
mana saja.
c) Kelas 3
Pergerakan lebih dari 1mm ke arah mana saja, gigi
yang dapat berputar atau ditekan dianggap
termasuk mobilitas kelas 3.
8. Vestibulum
Keadaan vestibulum dapat menentukan retensi dan
stabilisasi. Kedalaman vestibulum bervariasi, ada
yang dalam, sedang maupun dangkal. Pemeriksaan
vestibulum dilakukan dengan kaca mulut dan disebut
dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari
setengahnya, dan menjadi dangkal apabila kaca mulut
terbenam kurang dari setengahnya. Pemeriksaan
dilakukan pada regio posterior dan anterior, terutama
daerah yang tidak bergigi. Pengukuran dimulai dari
17
dasar fornix sampai puncak ridge, sedangkan untuk
daerah yang masih bergigi, dari dasar fornix sampai
ke tepi gingiva.
Gambar 2.2 Vestibulum
9. Prosesus alveolaris
Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan bawah
dilihat dalam jurusan sagital dan transversal. Dalam
jurusan sagital, bila sudut antara garis inter alveolaris
dengan bidang horisontal:
80-90o normal
>80o hubungan kelas II
,90o hubungan kelas III
Dalam jurusan transversal, pengukuran dilakukan
pada regio molar dan rahang pasien berada dalam
keadaan rest position.
10. Frenulum
Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahnya
perlekatan masing-masing. Frenulum lingualis pada
rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang
atas yang perlekatannya sering sekali dekat dengan
puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan
menganggu penutupan tepi dan stabilitas gigi tiruan.
Tinggi perlekatan frenulum dapat digolongkan
menjadi:
18
Tinggi Bila perlekatannya sampai ke puncak
residual ridge
Sedang Bila perlekatannya kira-kira di tengah
antara puncak residual ridge dan fornix
Rendah Bila perlekatannya dekat dengan fornix
11. Palatum
Bentuk palatumkeras dibagi menjadi bentuk
quadratic, ovoid, dan tapering. Bentuk lengkung
palatum seperti huruf U/ kuadratik adalah yang
paling menguntungkan. Bentuk ini memberikan
stabilitas dalam jurusan vertikal maupun horisontal,
sebaliknya bentuk palatum tapering memberikan
retensi paling buruk.
Gambar 2.3 Bentuk Palatum
12. Tuberositas maksilaris
Tuberositas maksilaris mempunyai peranan penting
dalam memberikan retensi kepada suatu gigi tiruan.
13. Ruang retromilohioid
Daerah ini penting untuk retensi gigi tiruan.
Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual di
belakang gigi molar 2 dan molar 3 pada rahang
bawah dengan kaca mulut nomer 3. Kaca mulut
yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukan
19
daerah retro yang dalam, sedangkan kaca mulut
yang terbenam kurang dari setengahnya
menunjukan daera yang dangkal.
14. Torus palatinus
15. Lengkung rahang
Bentuk lengkung rahang terkait dengan bentuk gigi
dan penyusunan gigi tiruan.
16. Perlekatan dasar mulut
Perlekatan dasar mulut yang tinggi memliki retensi
yang kurang.
d) Pemeriksaan penunjang (rontgen foto)
Foto rontgen berguna dalam pembuatan protesa, yakni:
(1) Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan
menjadi pendukung
(2) Melihat bentuk, panjang dan jumlah akar gigi
(3) Melihat kelainan pada residual ridge
(4) Melihat adanya sisa akar gigi
(5) Melihat keadaan vitalitas gigi
(6) Memeriksa adanya kelainan periapikal.
e) Diagnosis
f) Rencana perawatan
Sebelum menentukan perawatan prostodontik, hendaknya
semua aspek perlu ditinjau dan dipertimbangkan. Ada dua
hal yang harus diperhatikan, yakni menciptakan lingkungan
mulut yang sehat dengan adanya tindakan bedah, perawatan
periodontal, konservativ, bahkan orthodontik serta proses
pengubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan,
membuat sandaran oklusal dan perlu menciptakan daerah-
daerah retensi.
g) Prognosis
Prognosis merupakan suatu ramalan keberhasilan protesa
yang akan dibuat setelah mempertimbangkan semua data
20
hasil pemeriksaan seperti tahanan jaringan, frekuensi karies,
umur dan penyakit sistemik.
h) Perawatan Prostetik
i) Insersi
j) Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien meliputi:
(1) Pembersihan
Pasien membersihkan gigi tiruan dengan sikat gigi yang
lembut untuk menghindari plak dan mengeluarkan
makanan yang terjebak di gigi tiruan.
(2) Penanganan
Gigi tiruan sangat palsu dan mudah pecah jika terjatuh.
Ketika menangani gigi tiruan pasien, selalu menjaga
gigi tiruan dengan memegangnya dengan handuk
lembut atau mencucinya dengan wastafel.
(3) Penyimpanan
Gigi tiruan dapat menyusut jika menjadi kering atau
melengkung jika ditempatkan dalam air panas. Bila
tidak menggunakannya, gigi tiruan pasien harus selalu
disimpan dalam air (tidak panas) atau dalam larutan
gigi tiruan yang direkomendasikan dokter gigi.
k) Faktor keberhasilan
Faktor keberhasilan perawatan prostodontik menurut
Gunadi (1995) terdiri atas beberapa macam, yaitu:
(1) Faktor psikologis
Philosophical mind
Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya
rasional, tenang dan seimbang. Ia berkeyakinan penuh
akan kemampuan dokternya. Prognosis pada pasien
ini sangat baik sekali.
21
Critical mind
Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya
serba teratur, terlalu hati-hati ingin segala sesuatu
secara tepat dan kadang-kadang kesehatannya
jelek.Untuk segi estetik dan fungsi protesa yang akan
dipakainya, golongan ini mengharap terlalu banyak.
Mereka sukar menerima pendapat atau nasihat,
bahkan mungkin ingin turut mengatur perawatan. Jika
kita berhasil meyakinkan perawatan pada pasien ini,
prognosis yang didapat sangatlah baik.
Hysterical mind
Sikap dan tingkah laku kelompok ini biasanya gugup.
Selain tidak kooperatif, mereka juga sulit menerima
alasan. Prognosisnya kurang baik pada pasien ini.
Indifferent mind
Penderita yang masuk ke dalam kelompok ini tidak
peduli dengan kesehatannya. Upaya dokter gigi yang
merawatnya juga kurang dihargai. Jika kita berhasil
meyakinkan perawatan pada pasien ini, prognosis
yang didapat sangatlah baik.
(2) Faktor kesehatan umum
Faktor kesehatan harus dipertimbangkan oleh dokter gigi
untuk mengetahui prognosis pemakaian gigi tiruan,
seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskular, dan anemia.
(3) Faktor jenis kelamin
(4) Faktor sosial ekonomi
(5) Faktor waktu
4) Klasifikasi
Menurut Gunadi (1995), klasifikasi kehilangan gigi dibedakan
menjadi beberapa jenis, namun yang paling sering digunakan
yaitu klasifikasi Kennedy dan Applegate-Kennedy.
22
a) Klasifikasi Kennedy
Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak dibagian
posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang / Bilateral
Free End
Kelas II : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian
posterior gigi yg ada, pd 1 sisi
rahang/unilateral free end.
Kelas III : Daerah yang tidak bergigi terletak diantara
gigi yang masih ada dibagian posterior.
Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian
anterior dan melewati garis tengah
rahang/median line. Untuk kelas ini tidak
ada modifikasi.
b) Klasifikasi Applegate-Kennedy
Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak di bagian
posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang / Bilateral
Free End
Kelas II : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian
posterior gigi yg ada, pada 1 sisi
rahang/unilateral free end.
Kelas III : Keadaan tidak bergigi paradental dengan
kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan
secara keseluruhan.
Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian
anterior dan melewati garis tengah
rahang/median line. Untuk kelas ini tidak
ada modifikasi.
Kelas V : Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi
asli anterior tidak dapat dipakai sebagai
23
gigi penahan atau tidak mampu menahan
daya kunyah
Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental dengan ke
dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai
sebagai gigi penahan
Syarat:
(1) Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan
gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan
untuk dicabut selesai dicabut.
(2) Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak
termasuk dalam klasifikasi.
(3) Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai
pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi
(4) M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah
hilang.
(5) Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas
utama dalam klasifikasi.
(6) Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan
dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut
sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
(7) Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya
ruangan yang tidak bergigi.
(8) Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV
24
Gambar 2.4 Klasifikasi Applegate-Kennedy
c) Klasifikasi Austin-Lidge
Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan
wilayah daerah gigi yang hilang.
(1) Daerah gigi yang hilang anterior A
(2) Daerah gigi yang hilang posterior: P
Pada masing masing daerah tersebut dibagi 2 lagi, dengan
batas median line.
d) Klasifikasi Swenson
Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy
Kelas I : Unilateral free end
Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end
25
Kelas III : Bounded sadle
Kelas IV : Anterior tooth supported
3. Hubungan dengan kasus
Skenario pada PBL ini membahas mengenai kehilangan gigi
karena trauma dengan klasifikasi Applegate-Kennedy kelas IV,
dimana dia kehilangan gigi anterior dan melewati midline. Perawatan
yang tepat diberikan pada pasien ini adalah gigi tiruan sebagian
lepasan dengan dukungan gigi dan jaringan.
4. Pertanyaan
a) Apa perbedaan anodontia dan agenesis?
Agenesis merupakan bentuk kelainan dimana tidak adanya benih
gigi. Anodontia merupakan kegagalan perkembangan seluruh gigi
yang berkaitan dengan penyakit sistemis, displasia ektodermal
anhidrotik herediter. Pada kasus yang ekstrin, terjadi keggalan
perkembangan lamina gigi sehingga tidak ada pembentukan gigi
sama sekali, tetapi umumnya gigi geligi susu terbentuk, namun
hanya sedikit atau tidak asa gigi geligi tetap yang terbentuk
(Sudiono, 2009).
b) Apakah Costen syndrome itu?
Costen syndrome merupakan suatu bentuk disfungsi sendi
dan syaraf dari temporomandibular, diikuti dengan kehilangan gigi
molar, berhubungan dengan peningkatan overbite serta
berkurangnya dimensi vertikal. Gejala dari costen syndrome ini
adalah terganggunya pendengaran, tinnitus, pusing, terdapat sensasi
terbakar pada lidah dan tenggorokan serta rasa saki (Wing, 1959)
c) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan gigi tiruan
paska pencabutan?
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi harus
dilakukan secepat mungkin dan diselesaikan jauh sebelum
pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bisa
tercapai. Pembentukan kembali jaringan bekas ekstrasi biasanya
berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian
26
berlangsung lebih lambat. Setelah jangka waktu 10-12 bulan,
residual ridge umumnya dianggap sudah stabil. Makin lama jarak
antara prosedur pembedahan dan prosedur pencetakan,
penyembuhan luka makin mantap sehingga pendukung protesa jadi
semakin stabil pula (Gunadi, 1995).