bab ii

36
BAB II ISI A. Landasan Teori 1. Kehilangan gigi Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi normal terjadi pada anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi susu dan kemudian digantikan dengan gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit periodontal, trauma dan karies (Austrian, 2008). 2. Gigi tiruan Protesa gigi atau yang biasanya disebut gigi tiruan atau gigi palsu adalah salah satu sistem komponen yang berfungsi untuk menggantikan gigi geligi asli yang rusak sebagian maupun seluruhnya. Yang dimaksudkan menggantikan gigi geligi adalah menggantikan “peran” gigi geligi dalam hal estetika, kesesuaian, dan fungsi. Pasien pemakai protesa gigi yang baru pertama kali akan timbul keluhan jumlah saliva. Keluhan tersebut karena kekurangan sekresi saliva yang 3

Upload: indahlaraswati

Post on 14-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

ISI

A. Landasan Teori

1. Kehilangan gigi

Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi

seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi

normal terjadi pada anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami

hilangnya gigi susu dan kemudian digantikan dengan gigi permanen.

Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak

diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit

periodontal, trauma dan karies (Austrian, 2008).

2. Gigi tiruan

Protesa gigi atau yang biasanya disebut gigi tiruan atau gigi palsu

adalah salah satu sistem komponen yang berfungsi untuk

menggantikan gigi geligi asli yang rusak sebagian maupun

seluruhnya. Yang dimaksudkan menggantikan gigi geligi adalah

menggantikan “peran” gigi geligi dalam hal estetika, kesesuaian, dan

fungsi. Pasien pemakai protesa gigi yang baru pertama kali akan

timbul keluhan jumlah saliva. Keluhan tersebut karena kekurangan

sekresi saliva yang mengakibatkan mulut kering atau penderita terus

menerus mengeluarkan saliva. Adanya rasa sakit bila tersentuh,

berdarah dan kering pada daerah kontak dengan gigi tiruan lepasan,

rasa terbakar, kesulitan dalam mengunyah dan menelan, sensasi rasa

pengecapan yang berubah merupakan problema yang timbul pada

pemakai gigi tiruan lepasan. Definisi gigi tiruan sebagian menurut

Osborne (1958) gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang

menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat

dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya, menurut Glossary of

Prosthodontics (1999) gigi tiruan sebagian adalah bagian prostodonsia

yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi

tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa

3

Page 2: BAB II

4

yang dipasang dan dilepas oleh pasien. Gigi tiruan penuh adalah suatu

alat tiruan yang menggantikan semua gigi-geligi asli dan berhubungan

dengan struktur maksila dan mandibula, didukung oleh membran

mukosa, jaringan penghubung dan lapisan tulang.

B. Pembahasan

1. Skenario

HK, 23 tahun, seharian ini bersungut-sungut pasalnya sudah hampir 1

tahun ini ia selalu dipanggil Pak ketika di tempat umum. Padahal HK

belum juga lulus dari kuliahnya apalagi menikah dan punya anak.

Semua ini berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpanya 1,5

tahun yang lalu. Meskipun HK tidak mengalami cedera kepala atau

cedera lain yang serius, akan tetapi kecelakaan itu mengakibatkan HK

harus merelakan 5 gigi depannya dicabut.

2. Metode seven jumps

a. Step 1 Clarifying Unfamiliar Term/Klarifikasi Istilah

b. Step 2 Problem Definition/Menguraikan Masalah

1) Apa saja penyebab kehilangan gigi?

2) Apa saja akibat dari hilangnya gigi?

3) Perawatan apa yang diberikan untuk gigi hilang dan

bagaimanakah indikasi dan kontraindikasinya?

4) Pada kasus, termasuk klasifikasi dan kelas berapa?

Gambar 2.1 Kerangka Rumusan Masalah

Kehilangan Gigi

Etiologi Akibat Perawatan

Indikasi Kontraindikasi

Klasifikasi

Page 3: BAB II

5

c. Step 3 Brainstorm/Curah Pendapat dan step 4 Analyzing The

Problem/Menganalisa Permasalahan Detail

1) Etiologi

a) Tidak adanya benih gigi

b) Trauma/ kecelakaan

c) Fisiologi (seiring bertambahnya usia)

d) Penyakit jaringan periodontal

e) Penyakit sistemik (diabetes melitus)

f) Avulsi

g) Paska ekstraksi

2) Akibat

a) Estetik

b) Gangguan pengunyahan

c) Gangguan berbicara

d) Prematur kontak

e) TMD

f) Supraversi

g) Diastem

h) Titling

i) Drifting

j) Tekanan pengunyahan besar

k) Karies

l) Pengunyahan terganggu

m)Kalkulus

n) Kesimetrisan wajah terganggu

o) Terlihat lebih tua

p) Vertikal wajah berkurang

3) Perawatan

a) Pemeriksaan subjektif

b) Pemeriksaan objektif

c) Pemeriksaan penunjang

d) Penentuan klasifikasi

Page 4: BAB II

6

e) Diagnosis

f) Pencetakan gigi

g) Pembuatan gigi tiruan

h) Insersi

i) Kontrol

4) Klasifikasi

a) Klasifikasi Kennedy

(1)Kelas 1

Daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang

(free-end bilateral).

(2)Kelas 2

Daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi rahang

(free-end unilateral).

(3)Kelas 3

Daerah tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang

masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan

unilateral.

(4)Kelas 4

Daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dari

gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

b) Klasifikasi Osborne

(5) GTS paradental (tooth borne denture)

Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian atau

seluruhnya diteruskan ke gigi penjangkaran dan

jaringan periodonsiumnya, serta diteruskan ke gigi

tetangganya melalui titik kontak pendukung utamanya:

gigi asli

Indikasi GTSL Paradental: a. Gigi penjangkaran sehat, kuat, bentuk anatomis

cembungb. Gigi hilang sedikit sadel pendek, beban kunyah c. kecil

Page 5: BAB II

7

d. Kesehatan umum baik (6) GTS gingival (tissue borne denture)

Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian besar

atau seluruhnya diterima oleh mukosa dan tulang

alveolar di bawah mukosa.

Pendukung utamanya: mukosa

Indikasi GTSL Kombinasi:

a. Gigi penjangkaran kurang kuat untuk satu sisi

rahang, sedangkan pada sisi lainnya cukup kuat

b. Gigi yang hilang pada satu sisi rahang agak banyak

(free-end saddle), sedangkan pada posisi lainnya

sedikit (bounded saddle)

c. Kesehatan umum baik

(7) GTS kombinasi paradental dan gingival (tooth and

tissue borne denture)

Suatu GTSL yang beban kunyahnya diterima oleh gigi

asli dan mukosa.

Indikasi GTSL Gingival:

a. Gigi penjangkaran kurang kuat, misalnya: punya

akar satu, goyang derajat satu atau dua

b. Gigi yang hilang banyak (free-end saddle)

c. Kesehatan umum baik atau kurang baik (ada

penyakit sistemik

d. Step 5 Formulating Learning Issues/Merumuskan Tujuan

Belajar

1) Apa saja penyebab kehilangan gigi?

2) Apa saja akibat dari hilangnya gigi?

3) Perawatan apa yang diberikan untuk gigi hilang dan

bagaimanakah indikasi dan kontraindikasinya?

4) Apa saja macam klasifikasi kehilangan gigi?

Page 6: BAB II

8

e. Step 6 Self Study/Belajar Mandiri dan step 7 Diskusi Hasil

Belajar

1) Etiologi

Etiologi dari kehilangan gigi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

etiologi berdasarkan penyakit dan bukan penyakit

(reporitory.ac.id).

a) Penyakit

(1) Lokal

a. Karies

b. Penyakit jaringan periodontal

(2) Sistemik

a. Diabetes mellitus

b. Osteoporosis

c. Penyakit sistem imun (HIV/AIDS)

b) Bukan penyakit

(1) Trauma

(2) Anomali gigi

(3) Fisiologis

(4) Bad habit

a. Bruxism

b. Merokok

c. Malas menggosok gigi

(5)Sosio demografi

2) Akibat

a) Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat

menyebabkanpergeseran, miring atau berputarnya gigi.

Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal

untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,

maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.

Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas

karies dapat meningkat. (Gunadi, 1995)

Page 7: BAB II

9

b) Erupsi berlebih

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan

terjadierupsi berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat

terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila

hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar,

maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran

sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai

pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan

menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu

dibuatkan geligi tiruan lengkap.(Gunadi, 1995)

c) Penurunan Efisiensi Kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang

belakang, akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya

menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak,

hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada

masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya

dengan sedikit proses pengunyahan saja. (Gunadi, 1995)

d) Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih

(Over closure), hubungan rahang yang eksentrik akibat

kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada

struktur sendi rahang. (Gunadi, 1995)

e) Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka

gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih

besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini

mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama

kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa

dicabut. (Gunadi, 1995)

f) Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali

menyebabkan kelainan bicara, karerna gigi ± khususnya

Page 8: BAB II

10

yang depan ± termasuk bagian organ fonetik. (Gunadi,

1995)

g) Memburuknya Penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi

depan akan megurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi

dari segi pandang manusia modern. (Gunadi, 1995)

h) Terganggunya Kebersihan Mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan

kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi yang

kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal

tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah

disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi

terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi

karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat

meningkat. (Gunadi, 1995)

i) Erosi

Kehilangan gigi dapat menimbulkan gangguan pencernaan,

hal itu dapat meningkatkan asam lambung, keadaan

mulutpun menjadi asam. Hal tersebut mengakibatkan

terjadinya pengikisan gigi yang dinamakan erosi.

j) Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli

masih menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami

kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban

ini bisa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam

jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi

vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.

(Gunadi,1995)

k) Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan

ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung

lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi

Page 9: BAB II

11

terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena

terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang

ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan

akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup

mengganggu.

l) Keadaan sistemik

a. Defisiensi nutrisi

Kehilangan gigi dapat mengakibatkan penurunan fungsi

pengunyahan, jika sistem pengunyahan terganggu maka

akan menimbulkan penurunan intak makanan. Hal

tersebut akan menimbulkan defiensi nutrisi.

b. Osteoporosis

c. Cardiovaskular (arterisklerosis)

m) Perubahan facial

n) Costen syndrome

o) Efek emosional/ estetik

3) Perawatan

Menurut Gunadi (1995), perawatan pada pasien kehilangan

gigi meliputi beberapa tahapan yaitu identitas pasien,

anamnesa, pemeriksaan objektif, pemeriksaan penunjang,

penegakan diagnosis dan rencana perawatan.

a) Identitas Pasien

(1) Nama

Nama penderita perlu diketahui untuk membedakan

seorang penderita dari yang lainnya, disamping

mengetahui asal suku atau rasnya.

(2) Alamat

(3) Usia

(4) Pekerjaan

Restorasi yang dibuat untuk seseorang yang sering

berhubungan dengan publik, seperti guru, pegawai

kantor, artis, dan lain-lain membutuhkan faktor estetik

Page 10: BAB II

12

yang baik. Pekerjaan juga dapat menentukan status

sosial ekonominya, hal ini dapat menentukan jenis gigi

tiruan yang tepat bagi pasien (Gunadi, 1995).

(5) Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat menentukan jenis kebutuhan gigi

tiruan. Wanita cenderung lebih memperhatikan faktor

estetik dibanding pria, bentuk giginya pun relatif lebih

banyak lengkungan dibanding pria (Gunadi, 1995).

b) Anamnesis

(1) CC (Chief Complain)

Keluhan yang dirasakan pasien dan kebutuhan dibuatkan

gigi tiruan.

(2) PI (Present Illness)

Present ilness ini penting untuk dilakukan untuk

mengetahui sudah berapa lama kehilangan gigi dan

resorpsi tulang alveolar. Hal ini bertujuan untuk

memperkirakan jenis perawatan yang diberikan .

(3) PMH (Past Medical History)

Past Medical History bertujuan untuk mengetahui

penyakit yang diderita pasien dan obat-obatan yang

dikonsumsi pasien. Hal ini terkait dengan prognosis

kesembuhan pasien.

(4) PDH (Past Dental History)

Past Dental History bertujuan untuk mengetahui apakah

pasien sering pergi ke dokter gigi, perawatan gigi yang

pernah dilakukan dan apakah pasien sudah pernah

menggunakan gigi tiruan atau belum.

(5) FH (Familly History)

Familly History bertujuan untuk mengetahui riwayat

genetik dari keluarga pasien.

Page 11: BAB II

13

(6) SH (Social History)

Social History bertujuan untuk mengetahu pekerjaan

pasien dan kebiasaan buruk pasien.

c) Pemeriksaan objektif

(1) Ekstra oral

a. Kepala

Bentuk kepala terdiri atas beberapa jenis, yakni

persegi, lonjong dan lancip. Fungsi dari bentuk

kepala ini yaitu penentuan gigi tiruan, pemilihan

warna gigi yang sesuai dengan kulit, menunjang

retensi gigi tiruan dan penentuan bentuk lengkung

rahang serta bentuk gigi insisivus sentral.

b. Muka

Bentuk muka seseorang berbeda-beda, ada yang

persegi, lancip dan lonjong. Terdapat hubungan

antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus

atas. Bentuk muka penderita dilihat dari arah sagital

merupakan indikasi hubingan rahang atas dan

bawah. Dikenal tiga macam profil muka, yaitu lurus,

cembung dan cekung. Bentuk profil ini perlu

diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi

depan dilihat dari arah proksimal.

c. Mata

1) Guna mata dalam pemeriksaan ini adalah:

2) Garis inter pupil digunakan untuk menentukan

tinggi gigit dan kesejajaran galengan rahang atas

bagian anterior.

3) Bidang horisontal frankfurt

4) Bidang ini harus sejajar lantai untuk menghindari

proses pencetakan yang menimbulkan efek

muntah pada pasien yang sensitif.

Page 12: BAB II

14

5) Garis tragus-canthus

6) Garis ini menjadi panduan letak kondil rahang

yang terletak kurang lebih 1,5 cm di depan tragus.

d. Hidung

Pasien yang bernafas lewat mulut biasanya

mempunyai palatum yang dalam dan mulutnya

relatif kering. Mulut yang kering kurang

menguntungkan untuk retensi gigi tiruan.

e. Bibir

Bentuk dan ketebalan bibir perlu diperhatikan dalam

perawatan gigi yang hilang. Bentuk bibir ada yang

normal, hipotonus dan hipertonus. Bibir tebal

memberi kesan dukungan yang cukup meskipun

gigi-gigi depannya sudah hilang . Pada penderita

yang berbibir tipis, hilangnya gigi depan

menyebabkan hilangnya dukungan terhadap bibir

sehingga bibir terlihat masuk.

f. Kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening yang diperiksa adalah

submandibularis atau submaksilaris. Pemeriksaan

kelenjar ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya

peradangan di dalam mulut, yang ditandai dengan

membesarnya kelenjar.

g. Sendi

Sendi temporomandibular diperiksa untuk

mengetahui adanya pergerakan sendi yang smooth

or unsmooth, bunyi keletuk sendi (clicking),atau

crepitation. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan

inspeksi, auskultasi dan palpasi.

Page 13: BAB II

15

(2) Intra oral

1. Pemeriksaan umum

a) Kebersihan mulut

Pemeriksaan meliputi adanya kalkulus, debris,

plak, stain, dan halitosis.Kebersihin mulut yang

buruk memyebabkan timbulnya berbagai penyakit

periodontal, karena itu perawatan periodontal

hendaknya mendahului pemberian perawatan

prostodontik.

b) Mukosa mulut

Mukosa mulut perlu diperhatikan untuk melihat

apakah ada kelainan, iritasi atau keadaan patologik

pada jaringan mukosa mulut.

c) Frekuensi karies

Tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi

pemilihan desain gigi tiruan yang akan dibuat.

2. Saliva

Retensi gigi dipengaruhi oleh kuantitas dan

konsistensi dari saliva. Jumlah saliva yang sedikit dan

mempunyai konsistensi pekat memiliki efek retensi

yang lebih kuat dibandingkan dengan saliva yang

berjumlah banyak dan mempunyai konsistensi yang

encer.

3. Gingiva

Keadaan gingiva yang sehat dapat memberikan

prognosis yang baik bagi pemakaian gigi tiruan.

4. Lidah

Ukuran lidah berperan dalam stabilisasi gigi tiruan

yang digunakan. Ukuran lidah yang besar

(makroglosia) dapat menyebabkan gigi tiruan tidak

stabil.

Page 14: BAB II

16

5. Gigitan

Gigitan bermanfaat untuk melihat adanya hubungan

vertikal yakni openbite ataukah crossbite. Hubungan

rahang yang ortognatik, retrognatik ataupun prognatik

juga bisa diliat dari gigitan ini.

6. Refleks muntah

7. Gigi geligi

Keadaan gigi menentukan rencana perawatan yang

diterapkan pada pasien. Jumlah gigi, ada/tidak adanya

gigi, anomali gigi, keadaan gigi yang karies ataupun

goyang. Miller mengklasifikasikan bergeraknya gigi

sebagai berikut:

a) Kelas 1

Tanda pergerakan utama yang terlihat lebih besar

daripada pergerakan normal.

b) Kelas 2

Suatu pergerakan mahkota klinis 1 mm ke arah

mana saja.

c) Kelas 3

Pergerakan lebih dari 1mm ke arah mana saja, gigi

yang dapat berputar atau ditekan dianggap

termasuk mobilitas kelas 3.

8. Vestibulum

Keadaan vestibulum dapat menentukan retensi dan

stabilisasi. Kedalaman vestibulum bervariasi, ada

yang dalam, sedang maupun dangkal. Pemeriksaan

vestibulum dilakukan dengan kaca mulut dan disebut

dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari

setengahnya, dan menjadi dangkal apabila kaca mulut

terbenam kurang dari setengahnya. Pemeriksaan

dilakukan pada regio posterior dan anterior, terutama

daerah yang tidak bergigi. Pengukuran dimulai dari

Page 15: BAB II

17

dasar fornix sampai puncak ridge, sedangkan untuk

daerah yang masih bergigi, dari dasar fornix sampai

ke tepi gingiva.

Gambar 2.2 Vestibulum

9. Prosesus alveolaris

Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan bawah

dilihat dalam jurusan sagital dan transversal. Dalam

jurusan sagital, bila sudut antara garis inter alveolaris

dengan bidang horisontal:

80-90o normal

>80o hubungan kelas II

,90o hubungan kelas III

Dalam jurusan transversal, pengukuran dilakukan

pada regio molar dan rahang pasien berada dalam

keadaan rest position.

10. Frenulum

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahnya

perlekatan masing-masing. Frenulum lingualis pada

rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang

atas yang perlekatannya sering sekali dekat dengan

puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan

menganggu penutupan tepi dan stabilitas gigi tiruan.

Tinggi perlekatan frenulum dapat digolongkan

menjadi:

Page 16: BAB II

18

Tinggi Bila perlekatannya sampai ke puncak

residual ridge

Sedang Bila perlekatannya kira-kira di tengah

antara puncak residual ridge dan fornix

Rendah Bila perlekatannya dekat dengan fornix

11. Palatum

Bentuk palatumkeras dibagi menjadi bentuk

quadratic, ovoid, dan tapering. Bentuk lengkung

palatum seperti huruf U/ kuadratik adalah yang

paling menguntungkan. Bentuk ini memberikan

stabilitas dalam jurusan vertikal maupun horisontal,

sebaliknya bentuk palatum tapering memberikan

retensi paling buruk.

Gambar 2.3 Bentuk Palatum

12. Tuberositas maksilaris

Tuberositas maksilaris mempunyai peranan penting

dalam memberikan retensi kepada suatu gigi tiruan.

13. Ruang retromilohioid

Daerah ini penting untuk retensi gigi tiruan.

Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual di

belakang gigi molar 2 dan molar 3 pada rahang

bawah dengan kaca mulut nomer 3. Kaca mulut

yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukan

Page 17: BAB II

19

daerah retro yang dalam, sedangkan kaca mulut

yang terbenam kurang dari setengahnya

menunjukan daera yang dangkal.

14. Torus palatinus

15. Lengkung rahang

Bentuk lengkung rahang terkait dengan bentuk gigi

dan penyusunan gigi tiruan.

16. Perlekatan dasar mulut

Perlekatan dasar mulut yang tinggi memliki retensi

yang kurang.

d) Pemeriksaan penunjang (rontgen foto)

Foto rontgen berguna dalam pembuatan protesa, yakni:

(1) Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan

menjadi pendukung

(2) Melihat bentuk, panjang dan jumlah akar gigi

(3) Melihat kelainan pada residual ridge

(4) Melihat adanya sisa akar gigi

(5) Melihat keadaan vitalitas gigi

(6) Memeriksa adanya kelainan periapikal.

e) Diagnosis

f) Rencana perawatan

Sebelum menentukan perawatan prostodontik, hendaknya

semua aspek perlu ditinjau dan dipertimbangkan. Ada dua

hal yang harus diperhatikan, yakni menciptakan lingkungan

mulut yang sehat dengan adanya tindakan bedah, perawatan

periodontal, konservativ, bahkan orthodontik serta proses

pengubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan,

membuat sandaran oklusal dan perlu menciptakan daerah-

daerah retensi.

g) Prognosis

Prognosis merupakan suatu ramalan keberhasilan protesa

yang akan dibuat setelah mempertimbangkan semua data

Page 18: BAB II

20

hasil pemeriksaan seperti tahanan jaringan, frekuensi karies,

umur dan penyakit sistemik.

h) Perawatan Prostetik

i) Insersi

j) Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien meliputi:

(1) Pembersihan

Pasien membersihkan gigi tiruan dengan sikat gigi yang

lembut untuk menghindari plak dan mengeluarkan

makanan yang terjebak di gigi tiruan.

(2) Penanganan

Gigi tiruan sangat palsu dan mudah pecah jika terjatuh.

Ketika menangani gigi tiruan pasien, selalu menjaga

gigi tiruan dengan memegangnya dengan handuk

lembut atau mencucinya dengan wastafel.

(3) Penyimpanan

Gigi tiruan dapat menyusut jika menjadi kering atau

melengkung jika ditempatkan dalam air panas. Bila

tidak menggunakannya, gigi tiruan pasien harus selalu

disimpan dalam air (tidak panas) atau dalam larutan

gigi tiruan yang direkomendasikan dokter gigi.

k) Faktor keberhasilan

Faktor keberhasilan perawatan prostodontik menurut

Gunadi (1995) terdiri atas beberapa macam, yaitu:

(1) Faktor psikologis

Philosophical mind

Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya

rasional, tenang dan seimbang. Ia berkeyakinan penuh

akan kemampuan dokternya. Prognosis pada pasien

ini sangat baik sekali.

Page 19: BAB II

21

Critical mind

Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya

serba teratur, terlalu hati-hati ingin segala sesuatu

secara tepat dan kadang-kadang kesehatannya

jelek.Untuk segi estetik dan fungsi protesa yang akan

dipakainya, golongan ini mengharap terlalu banyak.

Mereka sukar menerima pendapat atau nasihat,

bahkan mungkin ingin turut mengatur perawatan. Jika

kita berhasil meyakinkan perawatan pada pasien ini,

prognosis yang didapat sangatlah baik.

Hysterical mind

Sikap dan tingkah laku kelompok ini biasanya gugup.

Selain tidak kooperatif, mereka juga sulit menerima

alasan. Prognosisnya kurang baik pada pasien ini.

Indifferent mind

Penderita yang masuk ke dalam kelompok ini tidak

peduli dengan kesehatannya. Upaya dokter gigi yang

merawatnya juga kurang dihargai. Jika kita berhasil

meyakinkan perawatan pada pasien ini, prognosis

yang didapat sangatlah baik.

(2) Faktor kesehatan umum

Faktor kesehatan harus dipertimbangkan oleh dokter gigi

untuk mengetahui prognosis pemakaian gigi tiruan,

seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit

kardiovaskular, dan anemia.

(3) Faktor jenis kelamin

(4) Faktor sosial ekonomi

(5) Faktor waktu

4) Klasifikasi

Menurut Gunadi (1995), klasifikasi kehilangan gigi dibedakan

menjadi beberapa jenis, namun yang paling sering digunakan

yaitu klasifikasi Kennedy dan Applegate-Kennedy.

Page 20: BAB II

22

a) Klasifikasi Kennedy

Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak dibagian

posterior dari gigi yang masih ada dan

berada pada kedua sisi rahang / Bilateral

Free End

Kelas II : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian

posterior gigi yg ada, pd 1 sisi

rahang/unilateral free end.

Kelas III : Daerah yang tidak bergigi terletak diantara

gigi yang masih ada dibagian posterior.

Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian

anterior dan melewati garis tengah

rahang/median line. Untuk kelas ini tidak

ada modifikasi.

b) Klasifikasi Applegate-Kennedy

Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak di bagian

posterior dari gigi yang masih ada dan

berada pada kedua sisi rahang / Bilateral

Free End

Kelas II : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian

posterior gigi yg ada, pada 1 sisi

rahang/unilateral free end.

Kelas III : Keadaan tidak bergigi paradental dengan

kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu

memberi dukungan kepada gigi tiruan

secara keseluruhan.

Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian

anterior dan melewati garis tengah

rahang/median line. Untuk kelas ini tidak

ada modifikasi.

Kelas V : Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi

asli anterior tidak dapat dipakai sebagai

Page 21: BAB II

23

gigi penahan atau tidak mampu menahan

daya kunyah

Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental dengan ke

dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai

sebagai gigi penahan

Syarat:

(1) Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan

gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan

untuk dicabut selesai dicabut.

(2) Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak

termasuk dalam klasifikasi.

(3) Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai

pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi

(4) M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah

hilang.

(5) Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas

utama dalam klasifikasi.

(6) Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan

dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut

sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.

(7) Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya

ruangan yang tidak bergigi.

(8) Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV

Page 22: BAB II

24

Gambar 2.4 Klasifikasi Applegate-Kennedy

c) Klasifikasi Austin-Lidge

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan

wilayah daerah gigi yang hilang.

(1) Daerah gigi yang hilang anterior A

(2) Daerah gigi yang hilang posterior: P

Pada masing masing daerah tersebut dibagi 2 lagi, dengan

batas median line.

d) Klasifikasi Swenson

Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy

Kelas I : Unilateral free end

Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end

Page 23: BAB II

25

Kelas III : Bounded sadle

Kelas IV : Anterior tooth supported

3. Hubungan dengan kasus

Skenario pada PBL ini membahas mengenai kehilangan gigi

karena trauma dengan klasifikasi Applegate-Kennedy kelas IV,

dimana dia kehilangan gigi anterior dan melewati midline. Perawatan

yang tepat diberikan pada pasien ini adalah gigi tiruan sebagian

lepasan dengan dukungan gigi dan jaringan.

4. Pertanyaan

a) Apa perbedaan anodontia dan agenesis?

Agenesis merupakan bentuk kelainan dimana tidak adanya benih

gigi. Anodontia merupakan kegagalan perkembangan seluruh gigi

yang berkaitan dengan penyakit sistemis, displasia ektodermal

anhidrotik herediter. Pada kasus yang ekstrin, terjadi keggalan

perkembangan lamina gigi sehingga tidak ada pembentukan gigi

sama sekali, tetapi umumnya gigi geligi susu terbentuk, namun

hanya sedikit atau tidak asa gigi geligi tetap yang terbentuk

(Sudiono, 2009).

b) Apakah Costen syndrome itu?

Costen syndrome merupakan suatu bentuk disfungsi sendi

dan syaraf dari temporomandibular, diikuti dengan kehilangan gigi

molar, berhubungan dengan peningkatan overbite serta

berkurangnya dimensi vertikal. Gejala dari costen syndrome ini

adalah terganggunya pendengaran, tinnitus, pusing, terdapat sensasi

terbakar pada lidah dan tenggorokan serta rasa saki (Wing, 1959)

c) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan gigi tiruan

paska pencabutan?

Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi harus

dilakukan secepat mungkin dan diselesaikan jauh sebelum

pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bisa

tercapai. Pembentukan kembali jaringan bekas ekstrasi biasanya

berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian

Page 24: BAB II

26

berlangsung lebih lambat. Setelah jangka waktu 10-12 bulan,

residual ridge umumnya dianggap sudah stabil. Makin lama jarak

antara prosedur pembedahan dan prosedur pencetakan,

penyembuhan luka makin mantap sehingga pendukung protesa jadi

semakin stabil pula (Gunadi, 1995).