bab ii
DESCRIPTION
anti bakteriTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Escherichia coli
Escherichia coli diklasifikasikan secara ilmiah menurut Anonim,
2011 sebagai berikut:
a. Klasifikasi Ilmiah Escherichia coli
Kingdom : Bacteria
Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobactericeae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli (Anonim, 2011)
b. Sejarah Escherichia coli
Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan
Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem
pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan
7
8
organisme ini sebagai komunitas bakteri coli (Eschrich 1885) dengan
membangun segala perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran
pencernaan. Nama “Bacterium coli” sering digunakan sampai pada
tahun 1991 ketika Castellani dan Chalames menemukan genus
Escherichia dan menyusun tipe spesies E. coli ( Anonim, 2011).
c. Morfologi E.coli
Escherichia coli dari anggota family Entrobacteriaceae ukuran sel
dengan panjang 2,0 – 7,0 µm x 1,4 µm, tidak ditemukan spora, bakteri
batang gram negatif , tergolong bakteri aerobic fakultatif, koloni tidak
berpigmen pada nutrien dan media darah dan memiliki alat gerak yang
berupa flagella. E. coli merupakan bakteri bersifat oportunis yang
banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal
(Karsinah, 1994 ).
Bentuk marfologi bakteri E.coli dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 100 kali, terlihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. E.Coli dilihat dari Mikroskop (Anonim , 2011)
9
d . Pengolongan Escherichia coli yang dapat menyebabkan infeksi.
Escherichia coli sebagai penyebab infeksi enterik (infeksi usus),
terdapat 6 jenis tipe Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat
sering ditemukan diseluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan
menurut ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan
penyakit melalui mekanisme yang berbeda , antara lain:
1) E. coli Enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli Enteropatogenik adalah penyebab penyakit
diare pada bayi khususnya di negara berkembang. Akibat dari
infeksi EPEC adalah diare cair yang biasanya sembuh sendiri
tetapi dapat juga kronik, lamanya diare dapat diperpendek dengan
pemberian antibiotik dan sel EPEC invasif ( jika memasuki sel
inang) bisa menyebabkan radang.
2) E.coli Enterotoksigenik ( ETEC)
Escherichia coli Enterotoksigenik adalah penyebab diare pada
wisatawan dan pada bayi di negara berkembang. Lumen usus
terengang oleh cairan dan mengakibatkan diare berlangsung selama
beberapa hari. ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas dan
prokfilaksis antimikroba dapat efektif tetapi bisa menimbulkan
peningkatan resistensi antibiotic pada bakeri, ketika timbul diare
pemberian antibiotic dapat secara efektif mempersingkat lamanya
penyakit. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) juga merupakan
penyebab diare pada orang yang mengadakan perjalanan atau
10
travellers dan strains ETEC tidak invasif dan tidak tinggal pada
lumen usus ( Anonim, 2006).
3). E.coli Enterohemoragik (EHEC)
Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) menghasilkan
verotoksin dan terdapat dua bentuk antigenic dari toksin yaitu
EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik bentuk diare yang
berat dan dengan sindrom uremia hemolitik suatu penyakit
mengakibatkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik
mikroangiopatik dan trombositopenia. EHEC dapat dicegah dengan
memasak daging sampai matang. Diare ini ditemukan pada
manusia, sapi, dan kambing (Anonim, 2011).
Jenis bakteri ganas ini dapat menyebabkan diare maut yang
merusak ginjal dan komplikasi parah kondisi itu dapat merenggut
nyawa penderitanya. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) penyebab
kolitis hemoragik atau HUS atau hemolytic - uremic syndrome
(Anonim, 2006).
4). E.coli Enteroinvansif (EIEC)
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak di negara
berkembang dan parawisatawan yang menuju ke negara tersebut.
EIEC melakukan fermentasi laktosa dengan lambat, tidak
bergerak dan EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel
epitel mukosa usus, diare ini ditemukan hanya pada manusia.
11
Enteroinvasif E. coli (EIEC) menyebabkan disentri seperti Shigella
(Anonim, 2006).
5). E.coli Entreroagregatif (EAEC)
Escherichia coli Entreroagregatif adalah penyebab diare akut
dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini
ditandai dengan pola khas pelekatnya pada sel manusia, EAEC
memproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan
ETEC (Anonim, 2011).
Entreroagregatif E. coli (EAEC) merupakan penyebab diare
pada anak dan travellers di Mexico dan Afrika Utara ( Anonim,
2006).
6). Enteroaggregative E. coli (EAggEC)
Enteroaggregative E. coli adalah diare persisten (terus
menerus) pada anak di negara – negara berkembang. ETEC, EPEC,
EaggEC, dan EAEC berkoloni di usus halus sedangkan EIEC dan
EHEC berkoloni di usus besar.
Bakteri E. coli memiliki pili atau fimbriae yang merupakan
benang-benang halus yang keluar atau menonjol dari dinding sel
dan hanya di ketemukan pada bakteri berbentuk batang gram
negatif seperti pada Gambar 2. dibawah ini , pili termasuk
12
golongan protein yang disebut lektin yang dapat menyebabkan
keracunan pada usus (Waluyo, 2007 ).
Gambar 2. Gambar bakteri Escherichia coli ( Dedy , 2005)
e. Manfaat Escherichia coli
Bakteri E. coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungsi
untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat dan juga membantu dalam
proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam
usus besar. Fungsi E.coli yang paling utama adalah membantu
memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan,
vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi
perdarahan seperti pada luka atau mimisan vitamin K bisa membantu
menghentikannya (Anonim, 2011).
13
f. Patogenitas Escherichia coli
Menurut Jawetz, 2009 penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
bakteri E. coli diantaranya :
1) Diare
Bahaya dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. coli dapat
mengakibatkan diare. Penyakit ini ditandai dengan gejala dari
infeksi saluran pencernaan yang dapat di sebabkan oleh virus ,
bakteri dan parasit sehingga dapat menghilangkan cairan tubuh
yang sangat banyak (dehidrasi) pada saat buang air besar berulang
kali (WHO, 2007).
2) ISK (Infeksi Saluran Kencing)
Apabila bakteri ini menjalar ke sistem atau organ tubuh yang
lain dapat menginfeksi, seperti pada saluran kencing. Jika bakteri
E. Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan
infeksi saluran kemih atau kencing [ISK]. Umumnya terjadi pada
wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat
sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar (Anonim,
2011).
3) Sepsis
Sepsis disebabkan karena E.coli dapat memasuki aliran darah
kerena pertahanan inang normal tidak mencukupi. Penyakit ini
sering terjadi pada bayi yang baru lahir karena tidak memiliki
14
antibody IgM, sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih
(Anonim, 2011).
g. Habitat Bakteri Escherichia coli
Tempat hidup bakteri ini berada di saluran pencernaan manusia,
selain itu disaat kondisi tangan kotor juga dapat memicu hadirnya
infeksi bakteri E. coli bahkan sering ditemukan pada daging sapi,
buah-buahan, sayuran dan air.
h. Pencegahan Infeksi Bakteri E.coli
Mencegah infeksi bakteri E. coli dapat dilakukan lima langkah
yang telah terstandarisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), antara lain:
1) Menjaga kebersihan,
2) Pisahkan bahan mentah dengan bahan matang,
3) Masak makanan hingga matang,
4) Jaga makanan pada suhu aman,
5) Gunakan air bersih untuk mencuci tangan dan mencuci bahan
makanan (Anonim, 2011).
i. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif mengandung lipid dan lemak dalam
persentase lebih tinggi daripada yang dikandung bakteri gram positif.
Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis daripada dinding sel
15
bakteri gram positif. Bukti-bukti percobaan menyarankan bahwa
selama prosedur pewarnaan, perlakuan dengan etanol (alkohol)
terhadap bakteri gram negatif menyebabkan terekstraksinya lipid
sehingga memperbesar daya rembes atau permeabilitas dinding sel
gram negatif. Jadi kompleks ungu kristal-yodium yang telah
memasuki dinding sel selama langkah awal dalam proses pewarnaan
dapat diekstraksi, karena itu organisme gram negatif kehilangan warna
tersebut (Pelczar, 2008 ). Tabel 1. Menunjukkan perbedaan antara
bakteri gram positif dan gram negatif, sebagai berikut :
Tabel 1. Perbedaan antara Bakteri Gram Positif dan Negatif (Pelczar, 2008).
Sifat Gram positif Gram negatifStruktur dinding sel Tebal (15-80 nm)
Berlapis tunggal (mono)
Tipis (10-15 nm)Berlapis tiga (multi)
Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-4 %)
Peptidoglikan ada sebagai lapisan tunggal
Kandungan lipid tinggi (11-22 %)
Peptidoglikan ada di dalam lapisan kaku
sebelah dalamPenghambatan warna
BasaLebih dihambat Kurang dihambat
Kebutuhan nutrient Kompleks Relatif sederhana
Ketahanan terhadapperlakuan fisik
Lebih tahan Kurang tahan
16
2. Daun Sirih Hijau
Menurut Backer, 1963 Daun Sirih Hijau diklasifikasikan sebagai berikut:
a . Klasifikasi Daun Sirih Hijau
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliosida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : P.betle (Farida, 2009)
Nama Lokal : Betel (Perancis), Betel, Betelhe,Vitele (Portugal),
Sirih (Indonesia), Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda) ; Jujiang
(China).
b. Ciri-Ciri Daun Sirih Hijau
Daun Sirih Hijau ditentukan secara umum dan spesifik
1). Umum
Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan
merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tanaman ini
panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya
pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang,
permukaan daun berwarna hijau dan licin sedangkan batang
pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan
permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun sirih
17
disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih
sering digunakan oleh ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan
‘nginang’ (Jawa). Biasanya kelengkapan untuk ‘nginang’
tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan
kapulaga.
2). Spesifik
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m, batang
sirih berwarna coklat kehijauan berbentuk bulat, beruas dan
merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal
berbentuk jantung berujung runcing seperti pada gambar 3. ,
tumbuh berselang-seling, bertangkai, mengeluarkan bau yang
sedap bila diremas, dan panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2
- 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang, pada bulir jantan
panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm terdapat dua benang sari yang
pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm
dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna
putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat
berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan
berwarna coklat kekuningan.
18
Daun sirih hijau ( Piper Betle L. ) yang tunggal berbentuk
jantung berujung runcing seperti pada Gambar 3., di bawah ini.
Gambar 3. Daun Sirih Hijau (Rozy, 2011).
3). Kandungan Kimia pada Daun Sirih Hijau
Zat-zat yang terdapat pada sirih hijau yang diketahui
memiliki sifat antibakteri yaitu: Alkaloid, Flavonaid, tanin,
minyak atsiri.
a. Flavonoid
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein
extraseluler yang mengganggu integritas membran sel
bakteri .
b. Alkaloid
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
19
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian sel tersebut.
c. Tanin
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis
besar mekanisme yang diperkirakan adalah sebagai
berikut : toksisitas tanin dapat merusak membran sel
bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi
pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim
atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks
ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah
daya toksisitas tanin itu sendiri. Tanin diduga dapat
mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan
aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau
bahkan mati.
d. Minyak Atsiri
Minyak Atsiri berperan sebagai antibakteri dengan
cara mengganggu proses terbentuknya membran atau
dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri
20
pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH)
dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel
bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami
peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada
kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan
sel membran mengalami lisis (Farida, 2009).
3. Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat
bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Terdapat bermacam-
macam metode uji antimikroba diantarannya dengan metode difusi yang
dilakukan pada penelitian ini.
Metode difusi untuk menentukan aktifitas agen antimikroba,
piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media
agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan
media agar, dalam metode ini dikenal dua pengertian:
21
a. Zona radikal : Daerah di sekitar disk di mana sama sekali tidak
ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik dengan
mengukur diameter zona radikal.
b. Zona Irradikal : Daerah di sekitar disk menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri, akan terlihat adanya pertumbuhan
koloni yang kurang subur atau lebih jarang dibanding dengan daerah
di luar pengaruh antibiotik tersebut. Jenis zat antibakteri atau
antimikroba berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
1) Bakteriostatik
Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan
populasi bakteri), namun tidak mematikan.
2) Bakteriosida
Bakteriosida adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas
membunuh bakteri, namun ada beberapa zat antibakteri yang
bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat
bakterisida pada konsentrasi tinggi (Jawetz, 2011).
4. Infusa
Infusa berasal dari infusum (bahasa Latin) adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada
22
suhu 90° C selama 15 menit (Farmakope Indonesia, 1995). Prosedur
pembuatan infusa dalam garis besar sebagai berikut:
a. Simplisia yang berupa tanaman dengan derajat halus tertentu
ditimbang misalnya 10 g kemudian dimasukkan ke dalam panci atas
diberi air secukupnya, maksud dari secukupnya adalah
diperhitungkan terhadap kadar ekstrak yang hendak diinginkan
misalnya diingin membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka
serbuk tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g bersama air 100 g (100
cc), sementara kalau menggunakan air sebanyak 200 cc dan
serbuknya tetap 10 g maka kadar ekstrak yang akan diperoleh
menjadi 5% saja, begitu seterusnya.
b. Setelah panci atas siap untuk diproses maka masukkan panci beserta
isinya segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air setelah itu
panci bawah dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai
mendidih (artinya suhu mencapai 1000 C), diharapkan maka suhu air
di panci atas akan mencapai 900 C). Pemanasan dilakukan selama 15
menit terhitung mulai air di panci bawah mendidih (suhu panci atas
mencapai 90°C) sambil sekali-sekali diaduk, waktu 15 menit itu
adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku farmasi resmi
seperti Farmakope.
c. Setelah cukup 15 menit maka panci atas diturunkan dan disaring
selagi masih panas melalui kain flanel, apabila volume akhir yang
didapat kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu
23
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infusa yang dikehendaki yaitu 100 cc. Cara menambahkan
air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan tadi
dipindah ke gelas ukur kemudian kekurangan air yang diperlukan
ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala 100 cc (jadi
tidak boleh mengukur air sesuai dengan kurangnya air, namun yang
diukur adalah bagian air yang akan ditambahkan) (Mulyati, 2008).
5. Komposisi Media Muller Hinton Agar (MHA)
Komposisi media muller hinton adalah 5,0 meat infusion; 17,5 gr
Casein hidrolisate; 1.5 gr starch; 12,5 Agar- agar. Media ini sangat baik
digunakan dalam penumbuhan bakteri gram negatif (Anonim, 2012).
24
B. Kerangka Teori
Daun Sirih Hijau
Infundasi
Kandungan kimia:
Alkaloid, flavonoid, Tanin,
dan Minyak Atsiri
E.coli
Zat antibakteri
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks yang mengganggu integritas membran sel bakteri.
Alkaloid dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri.
Tanin dapat mengkerutkan dinding sehingga mengganggu permeabilitas sel, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Minyak Atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna.
25
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ada pengaruh berbagai konsentrasi infusa daun sirih hijau (Piper betle L.)
terhadap bakteri E. coli secara in vitro.
Variabel bebas:
Berbagai konsentrasi infusa
daun sirih hijau
Variabel terikat:
Ada pengaruh berbagai konsentrasi infusa daun sirih (
Piper betle L. ) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
E. coli
Variabel pengganggu:
Kesterilan alat
Kontaminasi
Suhu inkubasi
Kualitas daun sirih hijau