bab ii -

52
BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan di akhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan di anggap normal jika proses terjadinya pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Asuhan persalinan normal 2008 : 37) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup

Upload: mayadamayanti0106200

Post on 17-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

task

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN TEORIA. TINJAUAN PUSTAKA1. PersalinanPersalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan di akhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008)Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan di anggap normal jika proses terjadinya pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Asuhan persalinan normal 2008 : 37)Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2010)Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta, dan selaput ketuban) keluar dari uterus ibu (Friska, 2012)2. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinanPerlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yang dominan. Estrogen berfungsi untuk meningkatkan sentivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis. Progesteron berfungsi menurunkan sentivitas otot rahim menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, 2010)a. Teori penurunan hormon minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar kolesteron turunb. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar-kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahimc. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga menggangu sirkulasi utero plasenterd. Teori iritasi mekanik dibelakang serviks terletak gangguan servikale (flexus franken hauser) bila gangguan ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uteruse. Induksi partus (induction of labour), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan: a) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frans ken hauserb) Amniotomi : pemecahan ketubanc) Oksitosin drips pemberian oksitosin menurut tetesan per infus (Frisca, 2012)3. Tanda gejala permulaan persalinana. Lightening, menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah :a) Kontrakso braxton hicksb) Ketegangan dinding perutc) Ketegangan ligamentum rotundumd) Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterusMasuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda :

a) Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurangb) Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjalc) Kesulitan saat berjaland) Sering berkemih b. Terjadi his permulaan atau his palsu, adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his palsu dengan ciri-ciri : rasa nyeri ringan di bagian bawah, datang tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan, durasnya pendek, tidak bertambah bila beraktifitas (Sulistyawati, 2010)4. Tanda gejala masuk dalam persalinana. Terjadinya his persalinan, karakter dari his persalinan adalah pinggang terasa sakit menjalar kedepan, sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin besar, terjadi perubahan pada serviks, jika pasien menambah aktifitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambahb. Pengeluaran lendir dan darah (penenda persalinan), dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas, terjadi perdarahan karena kapiter pembuluh darah pecahc. Pengeluaran cairan, sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya dengan tindakan tertentu misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caesaria (Sulistyawati, 2010)5. Mekanisme persalinan normalSeperti diketahui bahwa persalinan normal, ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :a. Power, kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejanb. Passage, jalan lahir tulang, jalan lahir ototc. Passanger, janin, plasenta dan selaput ketubanTiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya persalinan sehingga akan terjadi proses persalinan :a. Spontan belakang kepalab. Persalinan buatan dengan tambahan tenaga luar seperti induksi persalinan, dan persalinan operatif (Manuaba, 2007)

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :a. Kala 1 (Pembukaan)Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala satu adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) diman serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm (Sulistyawati, 2010)Kala satu persalinan mulai ketika tercpai kontraksi uterus dengan frekuensi, itensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Kala satu disebut juga stadium pendataran dan dilatasi serviks (Sarwono, 2012)a) Fase laten Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap Berlangsung hinggga serviks membuka kurang dari 4 cm Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir 8 jam Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detikb) Fase aktif Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi di anggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atu lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) Pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuli para atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara) Terjadi penurunan bagian terbawah janin (Asuhan Persalinan Normal, 2008 :38)Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normalPeremeterFrekuensi pada fase latenFrekuensi pada fase aktif

Tekanan darahSetiap 4 jamSetiap 4 jam

Suhu badanSetiap 4 jamSetiap 2 jam

NadiSetiap 30-60 menitSetiap 30-60 menit

Denyut jantung janinSetiap 1 jamSetiap 30 menit

KontraksiSetiap 1 jamSetiap 30 menit

Pembukaan serviksSetiap 4 jamSetiap 4 jam

PenurunanSetiap 4 jamSetiap 4 jam

(Saifuddin, 2010)Pada setiap pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan tiap 4 jam selama kala 1 persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah :a) Warna cairan amnionb) Dilatasi serviksc) Penurunan kepalaJika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan.b. Kala II (Pengeluaran)Kal II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah :a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detikb) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dengan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadakc) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouserd) Dua kekuatan, his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu: suboksiput bertindak sebagai hipomoclion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnyae) Kepala lahir selurunya dan di ikuti putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggungf) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi di tolongg) Lamanya kala II pada primigravida 50 menit dan pada ultigravida 30 menit ( Sulistyawati, 2010)

c. Kala III (pelepasan plasenta)Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (hanifa wiknjosastro, 2010)d. Kala IV (observasi)Kala IV mulai dari lahirya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikuta) Tingkat kesadaran pasienb) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, pernafasanc) Kontraksi uterusd) Terjadinya perdarahan, perdarahan di anggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Sulistyawati, 2010)6. Asuahan persalinan normalDasar asuhan persalinan normal bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutamaperdarahan pasca persalinan, hipotermi, serta asfiksia komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigmadari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui beberapa upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.Kegiatan yang tercangkup dalam asuhan persalinan normal adalah :a. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menerapkan standart proses peralatanb. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan patograf. Patograf digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik, berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuaic. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalian, pascapersalinan, dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalian dan kelahiran bayi.d. Menyiapkan rujukan pada setiap ibu bersalin atau melahirkan bayie. Menhindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti episiotomi rutin, amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lendir secara rutin sebagai upaya untuk mencegah perdarahan pascapersalinanf. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi, memberikan ASI secara dini, mengenal secara dini dan melakukan tindakan yang bermanfaat secara rutin.g. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman, mengenal secara dini komplikasi pascapersalinandan mengambil keputusan sesuai kebutuhanh. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahiri. Mendokumentasikan semua asuahan yang telah diberikanTerdapat lima aspek dasar yang penting dan saling berkaitan dalam asuhan persalinan yang aman dan bersih. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan,baik normal maupun patologi. Aspek tersebut adalah :a. Membuat keputusan klinikMembuat keputusan klinik adalah proses pencegahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya menevaluasi hasil asuhan atau yang telah diberikan kepada ibu atau bayi baru lahir.b. Asuhan sayang ibu dan bayiAsuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keyakinan ibu. Salah satu dasar prinsip asuhan sayang ibu dengan mengikutsertakan suami atau keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenali proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik Asuhan sayang ibu yang dapat diberikan selama proses persalinan adalah :a) Memanggil ibu sesuai namanya, dan perlakukan ibu sesuai dengan martabatnyab) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebutc) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganyad) Anjurkan pada ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khwatire) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibuf) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga laing) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lainh) Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinyai) Lakukan prktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsistenj) Hargai privasi ibuk) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayil) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makanan ringan bila ia menginginkannyam) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi pengaruh merugikann) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klismao) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahirp) Membantu memulai memberikan ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayinyaq) Siapkan rencana rujukanr) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayis) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)t) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui bayinya u) Ajarkan kepada ibu dan keluarga mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkanv) Anjurkan pada suami dan keluarga untuk memeluk bayi dan menyukuri kelahiran bayiw) Ajarkan pada ibu dan keluega tentang bahaya dan tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan untuk mencari ertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.c. Pencehan infeksiTindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lainnya dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan tranmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur. Dan upaya-upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemui cara pengobatannya seperti hepatitis dan HIV AIDS.Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam asuhan kebidanan yaitu:a) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganismeb) Menurunkan penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV AIDSc) Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV AIDS ditempat kerjanya melalui percikan darah atau cairan tubuh pasien penderita melalui mata, hidung mulut, atau melalui diskontinuitas permukaan kulit misalnya luka atau lecet . luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya baik pada saat prosedur dilakukan maupun pada saat memproses peralatan.Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan perlindunan pribadi (kaca mata, masker, celemek dan lain-lain) dapat melindungi penolong terhadap kemungkinan terkena percikan. Berhati-hati saat menangan benda tajam dan melakukan dekontaminasi serta memproses peralatan yang terkontaminasi secara benar, merupakan cara-cara efektif untuk meminimalkan resiko infeksi, tidak hanya bagi ibu dan bayi tetapi juga terhadap penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan pada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan atau saat menatalaksanan penyulit.Prinsip-prinsip pencegahan infeksia) Setiap orang harus di anggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatikb) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksic) Permukaan tempat pemeriksaan, dan benda-benda lainnya yang akan atau telah bersentuhan dengan kulit tidak utuh atau selaput mukosa atau darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi dengan benard) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan, atau benda lainnya telah diproses dengan benar harus di anggap terkontaminasie) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.d. Pencatatan (Dokumentasi)Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika asuhan tidak dicatat dapat di anggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang dimaksud. Pencatatan adalah bagian penting dari membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam mengumpulkan suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. Pencatan penting dilakukan karena hal berikut ini :a) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau keperawatan sudah sesuai dan efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan, dan untuk membuat perubahan dan peningkatan rencana asuhanb) Untuk digunakan untuk tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan informasi ini harus dapat dibagikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainc) Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan, dan obat-obat yang diberikand) Dapat dibagikan diantara penolong persalinan. Hal ini penting jika diperlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong persalinan memberikan asuhan pada ibu dan bayi baru lahire) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berrikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong persalinan berikutnya. Melalui pencatatn rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relavan dari setiap ibu atau bayi yang di asuhnyaf) Dapat digunakan untuk penelitian dan studi kasusg) Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahire. RujukanRujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mempu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian ibu menjalankan persalinan normal, sekita 10-15 % di antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk kefasilitas rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti :a) Pembedahanb) Transfusi darahc) Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forceptd) Antibiotikae) Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir (Sarwono, 2012).

A. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN1. Manajemen Asuhan Kebidanan Varneya. Pengertian Manajemen KebidananManajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapakan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diangnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Asri Hidayat dkk, 2009).Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat atau bidan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan oleh pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai.Seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial. Dengan kemampun yang lebih kritis dalam melakukan analisis, bidan akan menemukan diagnosis atau masalah potensial bidan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kalaborasi, konsultasi, bahkan merujuk segera bisa dilakukan (wafi nur, 2009).b. Prinsip proses manjemen kebidanana) Secara sitematis mengumpulkan dan memperbaruhi data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang koprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.b) Mengidentifikasi masalah dan membuat diangnosa berdasarkan interpretasi data dasar.c) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan rujukan asuhan kebidanan bersama klien.d) Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individu.e) Melakukam konsultasi, perencanana dan melaksanakan menajemen dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.f) Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan pada keadaan normal melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevensi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.c. Standar 7 langkah VarneyManajemen kebidanan terdiri dari tujuh langka yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan kliena) Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasaMengumbulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien atau orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang komplek. Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data yang mempunyai pengaruh atau berhubungan dengan situasi yang sedang ditinjauKegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada dari tenaga kesehatan lain dan anggota keluarga.Teknik pemgumpulan data ada tiga, yaitu : Observasi, wawancara, Pemeriksaan Observasi adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan : (perilaku, tanda fisik, kecatatan, ekpresi wajah). Pendengaran ( bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perabaan (suhu tubuh, dadi).Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen atau alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, kuantitas, misalnya : tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensi meter.Pada waktu pengumpulan data subjektif bidan harus : mengembangkan hubungan antara personal yang efektif dengan pasien atau klien yang diwawancara, lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupa mendapatkan data atau fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.Pada pengumpulan data obyektif bidan harus : mengamati ekspresi dan perilaku pasien, menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar, malakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.b) Langkah II (kedua) Interpretasi data dasarPada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diangnosa masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.Langkah awal dari perumusan masalah atau diangnosa kebidanan adalah pengelola analisa data yaitu menggabungkan danmenghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai sesuatu yang dibandingkan dengan standar. Standar adalah aturan atau ukuran yang telah diterima secara umum dan digunakan sebagai dasar perbandingan dalam katagori yang sama. Hambatan yang berpotensi tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor resiko). Pengertian masalah atau diangnosa adalah suatu pernyataan dari masalah pasien atau klien yang nyata atau potensial dan membutukan tindakan. Dalam pengertian yang lain masalah atau diagnosa adalah pertanyaan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan yang bercorak negatif.c) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan masalah atau masalah potensial.Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diangnosa lain berdasarkan rangkaian masalah dan diangnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutukan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Asri Hidayat dkk, 2009)d) Langkah IV (keempat)Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. e) Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluru.Langkah ini merupakan kelanjutan menajemen terhadap diangnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap atau antisipasi, pada langkan ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan maupun pasien agar efektif, karena pada akhirnya pasien lah yang akan melaksanakan rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini termasuk membuat dan mendiskusikan rencana dengan pasien begitu juga termasuk penegasan akan persetujuannya.Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang komprehensif harus mereflesikann alasan yang benar, berlandasan pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to date serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan pasien tersebut dan apa yang dia tidak inginkan. Rational yang berdasarkan asumsi dari prilaku pasien yang tidak divalidasikan, pengetahuan teoritis yang salah atau tidak memadai, atau data dasar yang tidak lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak lengkap dan mungkin juga tidak aman.Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut : tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran atau target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah atau diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.f) Langkah VI (keenam) Melaksanakan perencanaan Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi diman bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam menajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.g) Langkah VII (ketujuh): EvaluasiPada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah bener-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman telah diidentifikasi didalam masalah dan diangnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memeng benar efektif dalam pelaksanaannya.2. Catatan perkembangan dengan dokumentasi SOAPDokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah di berikan.Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya terdapat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seseorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP, dengan S adalah Subjektif, O adalah Objektif, A adalah Analisa atau assessment dan P adalah Plenning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.a. Data subjektif (S)Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesa. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang disusun.b. Data Objektif (O)Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. Assassement atau analisa (A)Assassement atau analisa (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intervensi (kesimpulan) dari data jsubjektif dan data objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akaurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahui perubahan pasien dan dapat segera mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.Analisis atau assassement merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan merupakan langkah ke dua, ke tiga, dan ke empat sehingga mencangkup hal-hal diagnosis masalah kebidanan, diagnosis masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah potensial, kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kalaborasi dan tindakan merujuk pasien.d. Plenning (P)Plenning atau perencanaan adalah membuat suatu rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intervretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan pasien. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kalaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain ialah dokter.Pendokumentasian P dalam SOAP adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Penatalaksanaan harus mendapatkan persetujuan pasien atau keluarga, kecuali jika tindakan ini tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien dan keluarga harus dilibatkan dalam prosen implementasi .Dalam plenning ini juga harus dicantumkan evaluation atau evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil untuk menilai efektivitas asuahan atau hasil penatalaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus kecepatan nilai tindakan atau asuahan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan dengan tetap memacu pada metode SOAP (Wafi Nur, 2009)

DAFTAR PUSTAKAHidayat, Asri, Mufdillah. 2009. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra CendikaMuslihatun, Wafi Nur, Mufdillah dkk. 2009. Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta : fitramayaPrawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSaifuddin, Abdul Bari dkk. 2010. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoTresnawati, Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan. Jakarta : PT. Prestasi PustakarayaWikjjosastro, Hanifa dkk. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono PrawirodharjoVarney, Helen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGCManuaba, Ida Bagus Gde dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGCSulistyawati, Ari, Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Selemba Medika