bab i-ulkus poy

42
CASE REPORT ULKUS DIABETIKUM PEDIS SINISTRA Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : Dr. A.Sentot Suropati, Sp.PD Oleh : Hefi Dessyani Abbas J 500 070 012 PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

Upload: alfi-anzwa

Post on 29-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-ulkus poy

CASE REPORT

ULKUS DIABETIKUM PEDIS SINISTRA

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :

Dr. A.Sentot Suropati, Sp.PD

Oleh :

Hefi Dessyani Abbas

J 500 070 012

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: BAB I-ulkus poy

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator

karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke),

ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat

timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan

pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil

lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan

menurun tanpa sebab yang jelas.

Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang

meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup

tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan

fisik kurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik

progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif

yang ditimbulkan (darmono)

Prevalensi penderita DM pada orang dewasa di dunia berkisar 8,7 %

pada tahun 2002 sebagian besar tergolong diabetes tipe 2 (ADA, 2004a).

Menurut survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia

(WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000

terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di

dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),

dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita Diabetes

mellitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina

(42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah

penderita Diabetes Mellitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat

175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang,

tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang

Page 3: BAB I-ulkus poy

3

Data Dinas Kesehatan Kota Surakarta prevalensi penderita Diabetes

mellitus tahun 2005 sebesar 3008 per 100.000 penduduk dan meningkat pada

tahun 2006 menjadi 4506 per 100.000 penduduk, sedangkan jumlah penderita

Diabetes mellitus pada tahun 2005 sebesar 43.312 orang dan meningkat pada

tahun 2006 menjadi 46.465 orang 17,18. Di RSUD DR. Moewardi Surakarta

pada tahun 2005 terdapat penderita Diabetes mellitus sebesar 13.968 dan

meningkat tahun 2006 menjadi 15.365 penderita, diantaranya menderita ulkus

diabetika pada tahun 2005 sebesar 362 penderita dan meningkat pada tahun

2006 menjadi 487 penderita.

Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang berkaitan

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Menurut dr

Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional

Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes

adalah komplikasi pada kaki (15%) yang kini disebut kaki diabetes. Di negara

berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar

dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini

disebabkan kurang pengetahuan penderita akan penyakitnya,

kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi ini serta rumitnya cara

pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara dini.

Pengelolaan kaki diabetes mencakup pengendalian gula darah, debridemen/

membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat

vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab

amputasi ekstremitas bawah non traumatik yang paling sering terjadi di dunia

industri. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi

yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstremitas

bawah 15 – 46 kali lebih tinggi pada penderita diabetic dibandingkan dengan

orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Lagi pula komplikasi kaki

adalah alasan tersering rawat inap pasien dengan diabetes, berjumlah 25% dari

seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan Inggris.

Page 4: BAB I-ulkus poy

4

B. Tujuan Penulisan

Untuk memberi informasi mengenai ulkus diabetikum sehingga mengetahui

cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaannya.

Page 5: BAB I-ulkus poy

5

BAB II

LAPORAN KASUS

A. IdentitasNama : Ny. J

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

Alamat :Sidowayah 1/6 Ngereco, Weru, Sukoharjo

Pekerjaan : Swasta

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Masuk RS : 6 Maret 2012

No RM : 135531

B. Anamnesa

1. Keluhan Utama

Luka pada tumit kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

1 minggu SMRS terdapat luka di kaki kiri daerah tumit yang awalnya

kecil yang semakin lama semakin membesar dengan ukuran ± 4 cm. Pada

luka tersebut ada nanah yang kemudian pecah, membengkak dan berbau.

Keluhan juga disertai adanya menggigil. Makan minum susah akhir-akhir

ini. Sesak (+), Mual (+), BAB (-), BAK biasa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa (+)

Riwayat DM (+) ± 3 tahun

Page 6: BAB I-ulkus poy

6

Riwayat Penyakit Jantung (+)

Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat Mondok RS (+)

Riwayat Alergi Obat (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit DM :disangkal

Riwayat Penyakit Jantung :disangkal

Riwayat Hipertensi :disangkal

5. Anamnesa Sistem

Sistem Cerebrospinal : gelisah (-), lemah (+), demam (-), penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (+)

Sistem Cardiovaskuler : akral dingin (-), sianosis (-), anemis (+)

Sistem Respiratorius : batuk (-), sesak (+), mengi (-), nafas cuping

hidung (-)

Sistem Genitourinaria : BAK (+) normal

Sistem Gastrointestinal : Makan dan minum sedikit, BAB (-), mual (+),

muntah (+)

Sistem Muskuloskeletal : deformitas (-), atrofi/ hipotrofi (-), pegel (-),

kaku (-)

Sistem Integumentum : bintik merah (-), turgor/ elastisitas (+), ulkus

kaki sinistra (+)

C. Pemeriksaan Fisik

KU : CM, Lemah

Vital Sign : TD: 150/80

t° : 36,4° C

Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik

Page 7: BAB I-ulkus poy

7

Leher : peningkatan JVP (-), KGB tidak teraba membesar

Thorax :

Paru

Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak ada ketinggalan gerak, fremitus +/+

Perkusi : sonor

Auskultasi : SDV +/+ , Rh -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tak tampak

Palpasi : iktus cordis tak teraba

Perkusi : redup, batas jantung kesan normal

Auskultasi : Bj I-II murni reguler

Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak rata dengan dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Ekstremitas : oedem +/+, ulkus +/-

Status lokalis : ulkus berukuran ± 4 cm, terdapat nanah.

D. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 6 Maret

Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11,6 L gr/dl Lk : 13,0 –

16,0

Pr : 12,0 –

14,0

Eritrosit 4,54 L 106 ul Lk : 4,5 – 5,5

Pr : 4,0 – 5,0

Hematokrit 30,9 L % Lk : 40 – 48

Page 8: BAB I-ulkus poy

8

Pr : 37 – 43

MCV 67,8 L Pf 82 – 92

MCH 25,4L Pg 27 – 31

MCHC 37,5 % 32 – 36

Leukosit 16,9 103 ul 5,0 – 10,0

Trombosit 72 103 ul 150 – 400

E. ResumeSeorang wanita berusia 58 tahun datang ke RS dengan keluhan luka di

tumit sebelah kiri. Sejak 1 minggu SMRS pasien merasa ada luka kecil yang

semakin lama semakin besar, membengkak, terdapat nanah dan berbau.

Pasien mempunyai riwayat DM kurang lebih sudah 3 tahun ini. Pasien juga

mempunyai riwayat mondok di RS 3 bulan lalu dengan diagnosa penyakit

jantung.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, sklera ikterik,

pada ekstremitas bawah ditemukan ada nya oedem +/+, ulkus (-/+).

Kimia

Darah

Nilai satuan Nilai Normal Level

Kreatinin

GDS

SGOT

SGPT

Urea

6,42

135,80

17,95

13,77

241,90

mg/dl

mg/dl

0,6-1,1 mg/dl

70-120

10-40

5-35

10-50 mg/dl

Tinggi

Tinggi

Normal

Normal

Tinggi

Page 9: BAB I-ulkus poy

9

Dari hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil Hb = 11,6 ;

At=72.000. Pemeriksaan kimia darah didapatkan Kreatinin :6,42 (Tinggi),

GDS :135,80 (Tinggi), Urea :241,90 (Tinggi).

F. Diagnosa

1. DM tipe II dengan Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp ec DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

G. Planning

Diagnostik

1. Monitoring Gula Darah

2. Monitoring Tekanan Darah

3. EKG

H. Terapi

O2 3-4 L

Infus RL 12 tpm

Furosemide 1 amp/12 jam

Ranitidine 1 amp/12 jam

Antalgin 1 amp/8 jam

Cefotaxim 1 gr/12 jam

Medikasi

I. Follow Up

Tanggal Perjalanan penyakit Instruksi dokter

7 Maret 2012 S/luka pada kaki kiri, mual (+),

muntah (-), pusing (+),

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Page 10: BAB I-ulkus poy

10

makan minum susah.

O/ KU :CM, Lemah

Kepala : SI+/+, CA +/+,

Leher :tidak ada pembesaran

KGB

Cor : BJ I-II reg

Pulmo : SDV +/+,

Abdomen : supel, peristaltik

(+)

Eks: luka pada telapak kaki

kiri, oedem -/+

TD : 130/80

t° : 36,2°C

N : 76x/menit

Hb : 8,6

GDS :96

A/ :

1. DM tipe II dengan Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp ec

DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazole 3 x 500

Diit : DM 1700 kal

8 Maret 2012 S/ mual (-), muntah (-), pusing

(-), nyeri daerah ulkus (-),

makan minum susah.

O/ Ku :CM, Lemah

Kep : SI +/+, CA +/+

Cor : Bj I-II reg, Pulmo :

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500

mg

Page 11: BAB I-ulkus poy

11

SDV +/+

Abd : supel, peristaltik (+)

Eks : akral hangat, oedem +

TD :120/70

t° :36°C

N :76x/menit

RR :20x/menit

Hb :11,6

At : 72.000

GDS : 73

A/ :

1. DM tipe II dengan

Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp

ec DM/nefropati

diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

9 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual

(-), muntah (-), batuk sedikt,

nyeri daerah ulkus (-)

O/ KU :CM, Lemah

Kep : CA+/+, SI -/-

Cor : Bj I-II reg

Pulmo : SDV +/+

Abd : supel, peristaltik (+)

Eks : ulkus +/+, oedem +/+

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500

mg

Albumin 20% 100 cc

Medikasi pagi dan Sore

Page 12: BAB I-ulkus poy

12

TD : 120/80

t° : 36°C

N :76 x/menit

RR : 20 x/menit

AT : 71.000

GDS : 65

GDS : 61

Bilirubin total : 6,15

Albumin : 2,06

A/ :

1. DM tipe II dengan Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp ec

DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

10 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual

(-), muntah (-), batuk sedikt,

nyeri daerah ulkus (-)

O/ KU :CM, Lemah

Kep : CA+/+, SI -/-

Cor : Bj I-II reg

Pulmo : SDV +/+

Abd : supel, peristaltik (+)

Eks : ulkus +/+, oedem +/+

TD : 120/80

N : 76x/menit

RR : 20

t° : 36°C

Albumin : 2,80

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500

mg

Albumin 20% 50 cc

Medikasi pagi dan Sore

Page 13: BAB I-ulkus poy

13

Bilirubin total :7,0

Bilirubin direk : 5,2

Bilirubin indirek :1,8

Protein total : 7,70

Globulin : 4,90

A/ :

1. DM tipe II dengan Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp ec

DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

11 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual

(-), muntah (-), batuk sedikt,

nyeri daerah ulkus (-)

O/ KU :CM, Lemah

Kep : CA+/+, SI -/-

Cor : Bj I-II reg

Pulmo : SDV +/+

Abd : supel, peristaltik (+)

Eks : ulkus +/+, oedem +/+

TD : 160/90

N : 80x/menit

RR : 20

t° : 36°C

GDS :120

A/ :

1. DM tipe II dengan Ulkus

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500

mg

Medikasi pagi dan Sore

Page 14: BAB I-ulkus poy

14

2. Insufisiensi Renal (susp ec

DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

12 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual

(-), muntah (-), batuk (-),

nyeri daerah ulkus (-)

O/ KU :CM, Lemah

Kep : CA+/+, SI -/-

Cor : Bj I-II reg

Pulmo : SDV +/+

Abd : supel, peristaltik (+)

Eks : ulkus +/+, oedem +/+

TD : 140/80

N : 80x/menit

RR : 20

t° GDS :136

A/ :

1. DM tipe II dengan Ulkus

2. Insufisiensi Renal (susp ec

DM/nefropati diabetika)

3. Hipertensi grade I

4. Penyakit jantung

RL 20 tpm

Cefotaxim 1 gr/8 jam

Ranitidine 2 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500

mg

Medikasi pagi dan Sore

Page 15: BAB I-ulkus poy

15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan

metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek

sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan

komplikasi kronik diabetes melitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes

bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

1. Sering kesemutan/gringgingan (asimiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (nekrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah

kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien

tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus

diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinikdan perjalanan penyakit

Dm dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).

Page 16: BAB I-ulkus poy

16

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang ±

25 cm, dan berat 120 g

Terdiri dari :

Caput

Leher

Corpus

Cauda

Proc uncinatus (bagian caput yg menonjol ke bawah)

Ukurannya kurang lebih lebar 5 cm, tebal 1-2 cm, panjang sekitar 25

cm, dan beratnya sekitar 150 gr.

Pankreas memiliki kapsul jaringan ikat tipis yang membentuk septa,

membagi pankreas menjadi lobus. Pembuluh darah dan persarafan pankreas

masuk melalui septa ini.

Pankreas merupakan kelenjar yang memiliki fungsi eksokrin, yaitu

menghasilkan empedu dan fungsi endokrin, yaitu menghasilkan hormon.

Page 17: BAB I-ulkus poy

17

Bagian endokrin pankreas tersusun atas aggregasi sel, disebut Pulau

Langerhans, jumlahnya sekitar satu juta, tersebar diantara asinus, dengan

kecenderungan lebih banyak pada bagian kauda. Pulau langerhans tersusun

atas sekitar 3000 sel yang terdiri dari:

- sel alfa (70%) → menghasilkan glukagon

- sel beta (20%) → menghasilkan insulin

- sel delta (5%) → menghasilkan somatostatin

- sel G (1%) → menghasilkan gastrin

- sel F atau sel PP (1%)→ menghasilkan polipeptida pankreas

Pankreas mendapat perdarahan dari arteri coeliaca, cabang langsung dari aorta

abdominalis. A.coeliaca bercabang, menjadi (1) a. hepatica komunis → a.

pancreatico duodenalis superior → a. pacreatico duodenalis superior anterior

dan posterior yang memperdarahi bagian kaput, kolom, dan korpus pankreas

dan (2) a. lienalis → rami pancreatici yang memperdarahi bagian korpus dan

kauda. Selanjutnya darah akan dialirkan ke v. pancreaticoduodenale dan v.

lienalis kemudian melalui sistem vena porta dan akhirnya bermuara ke vena

cava

C. ETIOLOGI

a. Diabetes Melitus

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat

menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya

memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap

sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai

kegagalan sel beta melepas insulin.

Page 18: BAB I-ulkus poy

18

2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain

agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan

karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan

kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas

yang disertai pembentukan sel – sel antibodi anti pankreatik dan

mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian

peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan

jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat

pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

b. Ulkus Kaki Diabetik

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa

penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai

kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan

trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan

terhadap terjadinya kaki diabetik. (Mayfield JA,1998)

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus kaki diabetik

dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen :

a. Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetic

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen :

a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah

angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan

Page 19: BAB I-ulkus poy

19

menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga

akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus

pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi

pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi

pada kaki pasien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah

yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya

sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan

menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta

antibiotika sehingga menmyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh

(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus

diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga

faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus

diabetikum.( Tjokroprawiro 2001).

D. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang

menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar

arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian

bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap

timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang

disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak

sembuh sembuh.(Hendromartono, 2004)

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa

penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan

seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta

infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya

kaki diabetik. (Mayfield JA,1998)

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,

metabolik dan faktor risiko yang lain. Angiopati diabetik hampir selalu

mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan

Page 20: BAB I-ulkus poy

20

motorik, sensorik, dan autonom, yang masing-masing pegang peranan pada

terjadinya luka di kaki.

Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai

dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat,

tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan

pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya

terjadi gangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang

mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan

oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama

daerah kaki. (Mayfield JA,1998)

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang

menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka

karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila

cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan

menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga dapat

menyebabkan deformitas seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), dan

Charcot Foot.( Mayfield JA,1998)

E. Manifestasi Klinis

Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses

makroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara

akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :

a. Pain (nyeri).

b. Paleness (kepucatan).

c. Paresthesia (kesemutan).

d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

e. Paralysis (lumpuh).

Page 21: BAB I-ulkus poy

21

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola

dari fontaine:

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

d.Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Smeltzer dan Bare (2001).

F. Klasifikasi :

Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,

yaitu:

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV :Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

G. DIAGNOSISDiagnose DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah.

Page 22: BAB I-ulkus poy

22

Anamnesis

pengidap DM

gejala neuropati: kesemutan, rasa panas telapak kaki, badan kaki semua

malam hari,trauma kaki tidak/sedikit nyeri.

gejala angiopati: klaudikasio intermiten,ujung jari dingin, denyut nadi

hilang/ kaki pucat bila dinaikkan

suplai nutrisi dan O2: luka sukar sembuh

Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat

ulkus diabetik pada telapak kaki.4 Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan

pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5

P, yaitu :

Pain (nyeri).

Paleness (kepucatan).

Paresthesia (parestesia dan kesemutan).

Pulselessness (denyut nadi hilang).

Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari

Fontaine, yaitu :

Page 23: BAB I-ulkus poy

23

a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau geringgingan).

b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.

c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.

d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi:

Denervasi kulit ? keringat?:kulit kaki kering,   pecah,rambut kaki/jari(-),     

kalus,

Ulkus: tergantung saat ditemukan, bisa derajat 0 - 5

Palpasi

Kulit kering, pecah-pecah

Oklusi arteri: dingin, pulsasi(-)

Ulkus: -kalus tebal dan keras

Pemeriksaan Sensorik

Penting pada neuropati untuk cegah ulkus

Nilon monofilamen 10 G

Nilai positif: nilon bengkok, tetap tidak terasa

Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda: (spesifisitas: 97%, sensitifitas: 83%)

Pemeriksaan Vaskuler

Tes vaskuler noninvasif: pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index

(ABI), absolute toe systolic pressure.

Pemeriksaan Radiologis

gas subkutan

benda asing

Osteomielitis

Page 24: BAB I-ulkus poy

24

Laboratorium

Darah

Leukosit

gula darah puasa dan 2 jpp

albumin

H. Komplikasi

Komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan

penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai

berat berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia

adalah obat-obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.

2. Hiperglikemia

Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,

penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut.

Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus

Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh,

kuku kaki yang tumbuh ke dalam, pembengkakan ibu jari,

pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki

kering dan pecah, kaki atlet.

I. PENATALAKSANAAN

Pengobatan ulkus diabetikum terdiri dari pengendalian diabetes dan

penanganan terhadap ulkus itu sendiri.

Page 25: BAB I-ulkus poy

25

Pengendalian Diabetes

        Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetikum adalah dengan

melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik

karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetikum juga menerita mal

nutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis.

        DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapa menyebabkan terjadinya

berbagai komplikasi kronik diabetes salah satunya adalah terjadinya ulkus

diabetikum. Jika keadaan gula darah selalu dapat dikendalikan dengan baik

diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah paling tidak

dihambat.

        Mengelola DM langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan non

farmakologis diantaranya perencanaan makanan dan kegiatan jasmani, baru

bila langkah tersebut belum tercapai dilanjutkan dengan langkah berikutnya

yaitu dengan pemberian obat atau disebut pengelolaan farmakologis.

Penanganan Ulkus diabetikum

1. Strategi pencegahan

        Fokus pada penanganan ulkus diabetikum adalah pencegahan terjadinya

luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,

perawatan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat

melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu

hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak.

Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita Resiko tinggi adalah kuku

harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh kedalam

dan merusak jaringan sekitar.

2. Penanganan Ulkus Diabetikum

    Penanganan ulkus diabetikum dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan :

Page 26: BAB I-ulkus poy

26

1. Tingkat 0 :

        Penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien

tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan.

2. Tingkat I

        Memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang

infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.

3. Tingkat II

        Memerlukan debrimen antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur,

perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti.

4. Tingkat III

        Memerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi

sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan pemberian antibiotik

parenteral yang sesuai dengan kultur.

5. Tingkat IV

        Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian

atau seluruh kaki.

J. PROGNOSIS

Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena

semakin tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk

mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya

menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas

sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis

Page 27: BAB I-ulkus poy

27

DAFTAR PUSTAKA

1. ADA American Diabetes Assosiation. 2004a. Screening for Type2

Diabetes. Diabetes Care, 27. (Suppl 1): S91-S93

2. Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis

and Classification. 1998.

http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,.

3. Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.

Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001

4. Darmono. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Dalam :

Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari

Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ

Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang,2007.

p.15-30.

5. Dinkes. Kota Surakarta. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2005,

Surakarta, 2005.

6. Dinkes. Kota Surakarta. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2006,

Surakarta, 2006.

7. Hendromartono. DM Harus Diobati Meski Belum Bisa Disembuhkan.

2004. http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?

kategori=Health&newsno=2507. Diakses tanggal 15 Maret 2012 .

8. Mayfield JA, Reiber E, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM. Preventive

foot care in people with diabetes. 1998. http://www.gensurg.co.uk/diabetic

%20foot%20-%20treatment.htm. Diakses tanggal 15 Maret 2012.

9. Misnadiarly. Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya

Penanggulangannya. 2005. http://horison_kaki diabetik.htm.

Page 28: BAB I-ulkus poy

28

10. Peter J. Prevalence of Diabetes Worldwide, diakses tanggal 14 Maret

2012.

http://www.who.int/entists/diabetes/facts/en.

11. RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Profil dan Informasi Layanan RSUD Dr.

Moewardi Surakarta tahun 2006, Surakarta, 2006.

12. Thoha, D. Paling Ditakuti Tetapi Bisa Dihindari. 2006.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/06/kesehatan/34572.htm.

Wibowo, EW. Kiat Merawat Kaki Diabetes. 2004.

http://www.waspada.co.id/cetak/index.php?article_id=37246.

13. Tjokroprawiro, Askandar. (2001). Diabetes Mellitus; Klasifikasi

Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Gramedia