bab i-ulkus poy
DESCRIPTION
mmTRANSCRIPT
CASE REPORT
ULKUS DIABETIKUM PEDIS SINISTRA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
Dr. A.Sentot Suropati, Sp.PD
Oleh :
Hefi Dessyani Abbas
J 500 070 012
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator
karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat
timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan
pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil
lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas.
Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang
meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup
tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan
fisik kurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik
progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif
yang ditimbulkan (darmono)
Prevalensi penderita DM pada orang dewasa di dunia berkisar 8,7 %
pada tahun 2002 sebagian besar tergolong diabetes tipe 2 (ADA, 2004a).
Menurut survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia
(WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000
terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),
dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita Diabetes
mellitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina
(42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah
penderita Diabetes Mellitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat
175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang,
tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang
3
Data Dinas Kesehatan Kota Surakarta prevalensi penderita Diabetes
mellitus tahun 2005 sebesar 3008 per 100.000 penduduk dan meningkat pada
tahun 2006 menjadi 4506 per 100.000 penduduk, sedangkan jumlah penderita
Diabetes mellitus pada tahun 2005 sebesar 43.312 orang dan meningkat pada
tahun 2006 menjadi 46.465 orang 17,18. Di RSUD DR. Moewardi Surakarta
pada tahun 2005 terdapat penderita Diabetes mellitus sebesar 13.968 dan
meningkat tahun 2006 menjadi 15.365 penderita, diantaranya menderita ulkus
diabetika pada tahun 2005 sebesar 362 penderita dan meningkat pada tahun
2006 menjadi 487 penderita.
Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang berkaitan
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Menurut dr
Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional
Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes
adalah komplikasi pada kaki (15%) yang kini disebut kaki diabetes. Di negara
berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar
dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini
disebabkan kurang pengetahuan penderita akan penyakitnya,
kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi ini serta rumitnya cara
pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara dini.
Pengelolaan kaki diabetes mencakup pengendalian gula darah, debridemen/
membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat
vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab
amputasi ekstremitas bawah non traumatik yang paling sering terjadi di dunia
industri. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi
yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstremitas
bawah 15 – 46 kali lebih tinggi pada penderita diabetic dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Lagi pula komplikasi kaki
adalah alasan tersering rawat inap pasien dengan diabetes, berjumlah 25% dari
seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan Inggris.
4
B. Tujuan Penulisan
Untuk memberi informasi mengenai ulkus diabetikum sehingga mengetahui
cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaannya.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IdentitasNama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
Alamat :Sidowayah 1/6 Ngereco, Weru, Sukoharjo
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk RS : 6 Maret 2012
No RM : 135531
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Luka pada tumit kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu SMRS terdapat luka di kaki kiri daerah tumit yang awalnya
kecil yang semakin lama semakin membesar dengan ukuran ± 4 cm. Pada
luka tersebut ada nanah yang kemudian pecah, membengkak dan berbau.
Keluhan juga disertai adanya menggigil. Makan minum susah akhir-akhir
ini. Sesak (+), Mual (+), BAB (-), BAK biasa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa (+)
Riwayat DM (+) ± 3 tahun
6
Riwayat Penyakit Jantung (+)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Mondok RS (+)
Riwayat Alergi Obat (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit DM :disangkal
Riwayat Penyakit Jantung :disangkal
Riwayat Hipertensi :disangkal
5. Anamnesa Sistem
Sistem Cerebrospinal : gelisah (-), lemah (+), demam (-), penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (+)
Sistem Cardiovaskuler : akral dingin (-), sianosis (-), anemis (+)
Sistem Respiratorius : batuk (-), sesak (+), mengi (-), nafas cuping
hidung (-)
Sistem Genitourinaria : BAK (+) normal
Sistem Gastrointestinal : Makan dan minum sedikit, BAB (-), mual (+),
muntah (+)
Sistem Muskuloskeletal : deformitas (-), atrofi/ hipotrofi (-), pegel (-),
kaku (-)
Sistem Integumentum : bintik merah (-), turgor/ elastisitas (+), ulkus
kaki sinistra (+)
C. Pemeriksaan Fisik
KU : CM, Lemah
Vital Sign : TD: 150/80
t° : 36,4° C
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
7
Leher : peningkatan JVP (-), KGB tidak teraba membesar
Thorax :
Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada ketinggalan gerak, fremitus +/+
Perkusi : sonor
Auskultasi : SDV +/+ , Rh -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : iktus cordis tak teraba
Perkusi : redup, batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bj I-II murni reguler
Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak rata dengan dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas : oedem +/+, ulkus +/-
Status lokalis : ulkus berukuran ± 4 cm, terdapat nanah.
D. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 6 Maret
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11,6 L gr/dl Lk : 13,0 –
16,0
Pr : 12,0 –
14,0
Eritrosit 4,54 L 106 ul Lk : 4,5 – 5,5
Pr : 4,0 – 5,0
Hematokrit 30,9 L % Lk : 40 – 48
8
Pr : 37 – 43
MCV 67,8 L Pf 82 – 92
MCH 25,4L Pg 27 – 31
MCHC 37,5 % 32 – 36
Leukosit 16,9 103 ul 5,0 – 10,0
Trombosit 72 103 ul 150 – 400
E. ResumeSeorang wanita berusia 58 tahun datang ke RS dengan keluhan luka di
tumit sebelah kiri. Sejak 1 minggu SMRS pasien merasa ada luka kecil yang
semakin lama semakin besar, membengkak, terdapat nanah dan berbau.
Pasien mempunyai riwayat DM kurang lebih sudah 3 tahun ini. Pasien juga
mempunyai riwayat mondok di RS 3 bulan lalu dengan diagnosa penyakit
jantung.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, sklera ikterik,
pada ekstremitas bawah ditemukan ada nya oedem +/+, ulkus (-/+).
Kimia
Darah
Nilai satuan Nilai Normal Level
Kreatinin
GDS
SGOT
SGPT
Urea
6,42
135,80
17,95
13,77
241,90
mg/dl
mg/dl
0,6-1,1 mg/dl
70-120
10-40
5-35
10-50 mg/dl
Tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Tinggi
9
Dari hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil Hb = 11,6 ;
At=72.000. Pemeriksaan kimia darah didapatkan Kreatinin :6,42 (Tinggi),
GDS :135,80 (Tinggi), Urea :241,90 (Tinggi).
F. Diagnosa
1. DM tipe II dengan Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp ec DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
G. Planning
Diagnostik
1. Monitoring Gula Darah
2. Monitoring Tekanan Darah
3. EKG
H. Terapi
O2 3-4 L
Infus RL 12 tpm
Furosemide 1 amp/12 jam
Ranitidine 1 amp/12 jam
Antalgin 1 amp/8 jam
Cefotaxim 1 gr/12 jam
Medikasi
I. Follow Up
Tanggal Perjalanan penyakit Instruksi dokter
7 Maret 2012 S/luka pada kaki kiri, mual (+),
muntah (-), pusing (+),
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
10
makan minum susah.
O/ KU :CM, Lemah
Kepala : SI+/+, CA +/+,
Leher :tidak ada pembesaran
KGB
Cor : BJ I-II reg
Pulmo : SDV +/+,
Abdomen : supel, peristaltik
(+)
Eks: luka pada telapak kaki
kiri, oedem -/+
TD : 130/80
t° : 36,2°C
N : 76x/menit
Hb : 8,6
GDS :96
A/ :
1. DM tipe II dengan Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp ec
DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazole 3 x 500
Diit : DM 1700 kal
8 Maret 2012 S/ mual (-), muntah (-), pusing
(-), nyeri daerah ulkus (-),
makan minum susah.
O/ Ku :CM, Lemah
Kep : SI +/+, CA +/+
Cor : Bj I-II reg, Pulmo :
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500
mg
11
SDV +/+
Abd : supel, peristaltik (+)
Eks : akral hangat, oedem +
TD :120/70
t° :36°C
N :76x/menit
RR :20x/menit
Hb :11,6
At : 72.000
GDS : 73
A/ :
1. DM tipe II dengan
Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp
ec DM/nefropati
diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
9 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual
(-), muntah (-), batuk sedikt,
nyeri daerah ulkus (-)
O/ KU :CM, Lemah
Kep : CA+/+, SI -/-
Cor : Bj I-II reg
Pulmo : SDV +/+
Abd : supel, peristaltik (+)
Eks : ulkus +/+, oedem +/+
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500
mg
Albumin 20% 100 cc
Medikasi pagi dan Sore
12
TD : 120/80
t° : 36°C
N :76 x/menit
RR : 20 x/menit
AT : 71.000
GDS : 65
GDS : 61
Bilirubin total : 6,15
Albumin : 2,06
A/ :
1. DM tipe II dengan Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp ec
DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
10 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual
(-), muntah (-), batuk sedikt,
nyeri daerah ulkus (-)
O/ KU :CM, Lemah
Kep : CA+/+, SI -/-
Cor : Bj I-II reg
Pulmo : SDV +/+
Abd : supel, peristaltik (+)
Eks : ulkus +/+, oedem +/+
TD : 120/80
N : 76x/menit
RR : 20
t° : 36°C
Albumin : 2,80
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500
mg
Albumin 20% 50 cc
Medikasi pagi dan Sore
13
Bilirubin total :7,0
Bilirubin direk : 5,2
Bilirubin indirek :1,8
Protein total : 7,70
Globulin : 4,90
A/ :
1. DM tipe II dengan Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp ec
DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
11 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual
(-), muntah (-), batuk sedikt,
nyeri daerah ulkus (-)
O/ KU :CM, Lemah
Kep : CA+/+, SI -/-
Cor : Bj I-II reg
Pulmo : SDV +/+
Abd : supel, peristaltik (+)
Eks : ulkus +/+, oedem +/+
TD : 160/90
N : 80x/menit
RR : 20
t° : 36°C
GDS :120
A/ :
1. DM tipe II dengan Ulkus
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500
mg
Medikasi pagi dan Sore
14
2. Insufisiensi Renal (susp ec
DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
12 Maret 2012 S/ Pusing (+), Lemes (+), mual
(-), muntah (-), batuk (-),
nyeri daerah ulkus (-)
O/ KU :CM, Lemah
Kep : CA+/+, SI -/-
Cor : Bj I-II reg
Pulmo : SDV +/+
Abd : supel, peristaltik (+)
Eks : ulkus +/+, oedem +/+
TD : 140/80
N : 80x/menit
RR : 20
t° GDS :136
A/ :
1. DM tipe II dengan Ulkus
2. Insufisiensi Renal (susp ec
DM/nefropati diabetika)
3. Hipertensi grade I
4. Penyakit jantung
RL 20 tpm
Cefotaxim 1 gr/8 jam
Ranitidine 2 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500
mg
Medikasi pagi dan Sore
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan
metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek
sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes melitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asimiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (nekrosis, ulkus).
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah
kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien
tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinikdan perjalanan penyakit
Dm dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).
16
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang ±
25 cm, dan berat 120 g
Terdiri dari :
Caput
Leher
Corpus
Cauda
Proc uncinatus (bagian caput yg menonjol ke bawah)
Ukurannya kurang lebih lebar 5 cm, tebal 1-2 cm, panjang sekitar 25
cm, dan beratnya sekitar 150 gr.
Pankreas memiliki kapsul jaringan ikat tipis yang membentuk septa,
membagi pankreas menjadi lobus. Pembuluh darah dan persarafan pankreas
masuk melalui septa ini.
Pankreas merupakan kelenjar yang memiliki fungsi eksokrin, yaitu
menghasilkan empedu dan fungsi endokrin, yaitu menghasilkan hormon.
17
Bagian endokrin pankreas tersusun atas aggregasi sel, disebut Pulau
Langerhans, jumlahnya sekitar satu juta, tersebar diantara asinus, dengan
kecenderungan lebih banyak pada bagian kauda. Pulau langerhans tersusun
atas sekitar 3000 sel yang terdiri dari:
- sel alfa (70%) → menghasilkan glukagon
- sel beta (20%) → menghasilkan insulin
- sel delta (5%) → menghasilkan somatostatin
- sel G (1%) → menghasilkan gastrin
- sel F atau sel PP (1%)→ menghasilkan polipeptida pankreas
Pankreas mendapat perdarahan dari arteri coeliaca, cabang langsung dari aorta
abdominalis. A.coeliaca bercabang, menjadi (1) a. hepatica komunis → a.
pancreatico duodenalis superior → a. pacreatico duodenalis superior anterior
dan posterior yang memperdarahi bagian kaput, kolom, dan korpus pankreas
dan (2) a. lienalis → rami pancreatici yang memperdarahi bagian korpus dan
kauda. Selanjutnya darah akan dialirkan ke v. pancreaticoduodenale dan v.
lienalis kemudian melalui sistem vena porta dan akhirnya bermuara ke vena
cava
C. ETIOLOGI
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
18
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel – sel antibodi anti pankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat
pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Ulkus Kaki Diabetik
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa
penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai
kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan
trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan
terhadap terjadinya kaki diabetik. (Mayfield JA,1998)
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus kaki diabetik
dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen :
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetic
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
19
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga
akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus
pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi
pada kaki pasien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotika sehingga menmyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh
(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus
diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus
diabetikum.( Tjokroprawiro 2001).
D. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar
arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak
sembuh sembuh.(Hendromartono, 2004)
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa
penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan
seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta
infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya
kaki diabetik. (Mayfield JA,1998)
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Angiopati diabetik hampir selalu
mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan
20
motorik, sensorik, dan autonom, yang masing-masing pegang peranan pada
terjadinya luka di kaki.
Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai
dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat,
tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan
pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya
terjadi gangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan
oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama
daerah kaki. (Mayfield JA,1998)
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka
karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga dapat
menyebabkan deformitas seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), dan
Charcot Foot.( Mayfield JA,1998)
E. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
makroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
21
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d.Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001).
F. Klasifikasi :
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,
yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV :Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
G. DIAGNOSISDiagnose DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah.
22
Anamnesis
pengidap DM
gejala neuropati: kesemutan, rasa panas telapak kaki, badan kaki semua
malam hari,trauma kaki tidak/sedikit nyeri.
gejala angiopati: klaudikasio intermiten,ujung jari dingin, denyut nadi
hilang/ kaki pucat bila dinaikkan
suplai nutrisi dan O2: luka sukar sembuh
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat
ulkus diabetik pada telapak kaki.4 Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5
P, yaitu :
Pain (nyeri).
Paleness (kepucatan).
Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
Pulselessness (denyut nadi hilang).
Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine, yaitu :
23
a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau geringgingan).
b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Denervasi kulit ? keringat?:kulit kaki kering, pecah,rambut kaki/jari(-),
kalus,
Ulkus: tergantung saat ditemukan, bisa derajat 0 - 5
Palpasi
Kulit kering, pecah-pecah
Oklusi arteri: dingin, pulsasi(-)
Ulkus: -kalus tebal dan keras
Pemeriksaan Sensorik
Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
Nilon monofilamen 10 G
Nilai positif: nilon bengkok, tetap tidak terasa
Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda: (spesifisitas: 97%, sensitifitas: 83%)
Pemeriksaan Vaskuler
Tes vaskuler noninvasif: pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index
(ABI), absolute toe systolic pressure.
Pemeriksaan Radiologis
gas subkutan
benda asing
Osteomielitis
24
Laboratorium
Darah
Leukosit
gula darah puasa dan 2 jpp
albumin
H. Komplikasi
Komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai
berat berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia
adalah obat-obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
2. Hiperglikemia
Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,
penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut.
Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus
Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh,
kuku kaki yang tumbuh ke dalam, pembengkakan ibu jari,
pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki
kering dan pecah, kaki atlet.
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ulkus diabetikum terdiri dari pengendalian diabetes dan
penanganan terhadap ulkus itu sendiri.
25
Pengendalian Diabetes
Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetikum adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetikum juga menerita mal
nutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis.
DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapa menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi kronik diabetes salah satunya adalah terjadinya ulkus
diabetikum. Jika keadaan gula darah selalu dapat dikendalikan dengan baik
diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah paling tidak
dihambat.
Mengelola DM langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan non
farmakologis diantaranya perencanaan makanan dan kegiatan jasmani, baru
bila langkah tersebut belum tercapai dilanjutkan dengan langkah berikutnya
yaitu dengan pemberian obat atau disebut pengelolaan farmakologis.
Penanganan Ulkus diabetikum
1. Strategi pencegahan
Fokus pada penanganan ulkus diabetikum adalah pencegahan terjadinya
luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
perawatan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat
melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu
hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak.
Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita Resiko tinggi adalah kuku
harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh kedalam
dan merusak jaringan sekitar.
2. Penanganan Ulkus Diabetikum
Penanganan ulkus diabetikum dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan :
26
1. Tingkat 0 :
Penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien
tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan.
2. Tingkat I
Memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang
infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.
3. Tingkat II
Memerlukan debrimen antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur,
perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti.
4. Tingkat III
Memerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan pemberian antibiotik
parenteral yang sesuai dengan kultur.
5. Tingkat IV
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian
atau seluruh kaki.
J. PROGNOSIS
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena
semakin tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk
mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya
menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas
sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis
27
DAFTAR PUSTAKA
1. ADA American Diabetes Assosiation. 2004a. Screening for Type2
Diabetes. Diabetes Care, 27. (Suppl 1): S91-S93
2. Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis
and Classification. 1998.
http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,.
3. Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001
4. Darmono. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Dalam :
Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari
Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ
Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang,2007.
p.15-30.
5. Dinkes. Kota Surakarta. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2005,
Surakarta, 2005.
6. Dinkes. Kota Surakarta. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2006,
Surakarta, 2006.
7. Hendromartono. DM Harus Diobati Meski Belum Bisa Disembuhkan.
2004. http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?
kategori=Health&newsno=2507. Diakses tanggal 15 Maret 2012 .
8. Mayfield JA, Reiber E, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM. Preventive
foot care in people with diabetes. 1998. http://www.gensurg.co.uk/diabetic
%20foot%20-%20treatment.htm. Diakses tanggal 15 Maret 2012.
9. Misnadiarly. Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya
Penanggulangannya. 2005. http://horison_kaki diabetik.htm.
28
10. Peter J. Prevalence of Diabetes Worldwide, diakses tanggal 14 Maret
2012.
http://www.who.int/entists/diabetes/facts/en.
11. RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Profil dan Informasi Layanan RSUD Dr.
Moewardi Surakarta tahun 2006, Surakarta, 2006.
12. Thoha, D. Paling Ditakuti Tetapi Bisa Dihindari. 2006.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/06/kesehatan/34572.htm.
Wibowo, EW. Kiat Merawat Kaki Diabetes. 2004.
http://www.waspada.co.id/cetak/index.php?article_id=37246.
13. Tjokroprawiro, Askandar. (2001). Diabetes Mellitus; Klasifikasi
Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Gramedia