bab i pendahuluan a. latar...

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat sosial, hidup bermasyarakat untuk dapat saling memenuhi kebutuhannya secara optimal, menurut teori lima hirarki kebutuhan manusia salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia adalah kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970 dalam Siagian, 1995), dimana kebutuhan fisiologis menjadi dasar sebagai kebutuhan yang mendesak dan bersifat materiil, dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar tersebut tidak terlepas dari tindakan-tindakan yang bersifat ekonomi. Tindakan ekonomi merupakan sebuah tindakan sosial (economic action is a form of social action) dimana aktivitas ekonomi tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan saja, namun lebih luas pada relevansi yang kuat terhadap pola interaksi individu yang ada di dalamnya pada situasi yang bersifat social, (economic action is socially situated) dimana tindakan ekonomi tidak akan terlaksana tanpa melibatkan orang lain. Sehingga dalam implikasinya ekonomi akan mengarah pula pada hubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan mengorganisir berbagai kebutuhan hidupnya (Granovetter, 1985) Keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada hakekatnya bersifat terbatas (scarcity of means) sehingga persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi harus difasilitasi oleh institusi dimana pertukaran antara sumber-sumber ekonomi dapat berjalan dengan

Upload: ngoliem

Post on 12-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat sosial, hidup bermasyarakat

untuk dapat saling memenuhi kebutuhannya secara optimal, menurut teori lima

hirarki kebutuhan manusia salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh

manusia adalah kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970 dalam Siagian, 1995),

dimana kebutuhan fisiologis menjadi dasar sebagai kebutuhan yang mendesak dan

bersifat materiil, dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar tersebut tidak

terlepas dari tindakan-tindakan yang bersifat ekonomi.

Tindakan ekonomi merupakan sebuah tindakan sosial (economic action is

a form of social action) dimana aktivitas ekonomi tidak terbatas pada pemenuhan

kebutuhan saja, namun lebih luas pada relevansi yang kuat terhadap pola interaksi

individu yang ada di dalamnya pada situasi yang bersifat social, (economic action

is socially situated) dimana tindakan ekonomi tidak akan terlaksana tanpa

melibatkan orang lain. Sehingga dalam implikasinya ekonomi akan mengarah

pula pada hubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan

mengorganisir berbagai kebutuhan hidupnya (Granovetter, 1985)

Keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan

manusia pada hakekatnya bersifat terbatas (scarcity of means) sehingga

persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi harus difasilitasi oleh

institusi dimana pertukaran antara sumber-sumber ekonomi dapat berjalan dengan

2

baik, institusi-institusi ekonomi yang ada pada saat ini adalah merupakan hasil

konstruksi sosial (economic institutions are social construction) Tindakan

ekonomi dikonstruksikan secara sosial karena adanya “embeddedness” (adanya

keterlekatan ekonomi dalam masyarakat), sehingga kemudian dikonstruksikan

kedalam kehidupan sosial (Granovetter, 1985).

Salah satu aktivitas ekonomi yang erat dengan kehidupan manusia pada

saat ini adalah keberadaan pasar. Pasar merupakan contoh kongkrit dimana

institusi-institusi ekonomi merupakan hasil konstruksi sosial, Sejarah

terbentuknya pasar adalah melalui evolusi yang panjang, hal ini bermula dari

upaya masyarkat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada

awalnya kebutuhan manusia masih terbatas pada masalah kebutuhan pangan saja,

sehingga masih dapat dipenuhi sendiri dimana pertukaran barang hanya terbatas

pada lingkungan di sekitarnya. Pada tahap berikutnya, kebutuhan mulai

berkembang manusia mulai mengadakan pertukaran barang yang lebih luas

lingkungannya dengan mencari atau menemui pihak-pihak yang saling

membutuhkan. Selanjutnya tahapan tersebut mulai berkembang sejalan dengan

intensitas kebutuhan manusia yang semakin kompleks, hal ini ditandai dengan

bertemunya manusia yang saling membutuhkan barang di suatu tempat. Tempat

yang disepakati untuk bertemu tersebut kemudian disebut sebagai pasar.

Seiring dengan perkembangan zaman peranan pasar menjadi sangat

penting karena melalui pasar kebutuhan seseorang bisa terpenuhi dengan cepat.

Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakat. Di

3

sisi lain keberadaan pasar tidak dapat dipisahkan dari suatu tradisi, salah satu

contohnya adalah pelaksanaan pasar malam pada tradisi Kliwonan yang dilakukan

oleh masyarakat Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu tradisi yang terkenal di masyarakat Jawa adalah tradisi yang

diselenggarakan pada Jumat Kliwon, Jumat Kliwon yang merupakan perpaduan

antara nilai-nilai agama Hindu dan Islam yang ada di Jawa, adalah hal yang tidak

asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia pada khususnya masyarakat Jawa,

Kliwon adalah salah satu nama dari hari-hari dalam penanggalan jawa atau

disebut dina pasaran (hari pasaran) yaitu Legi/Manis, Pahing, Pon, Wage,

Kliwon, dalam hitungan tiga puluh lima hari (selapan dina) yang biasanya

digabungkan dengan hari pada penanggalan Syamsiah atau masehi (Senin, Selasa,

Rabu, Kamis, Jum‟at, Sabtu, Minggu), hari yang bertepatan pada Jum‟at Kliwon

maupun Selasa Kliwon merupakan hari-hari yang dipandang suci atau sakral bagi

masyarakat jawa, dimana pada hari ini terdapat keharusan ataupun larangan bagi

masyarakat Jawa yang bersifat kultural (Soemardjan, 1986).

Dalam pelaksanaanya ritual-ritual tradisi yang dilakukan oleh masyarakat

Jawa yang bertepatan pada hari Jumat maupun Selasa Kliwon pada dasarnya tidak

terpatok pada bentuk yang sama dalam pelaksanaanya pada masing-masing daerah

di Jawa, namun pada dasarnya pelaksanaan ritual tersebut sama-sama bertujuan

untuk menghormati alam, karena menurut kepercayaan masyarakat Jawa apabila

ritual tersebut tidak dilaksanakan yang terjadi adalah kemarahan dari alam yang

akan menimpa Raja (pemimpin) beserta rakyatnya (Soemardjan, 1986).

4

Salah satu daerah di provinsi Jawa Tengah yang masih melestarikan tradisi

pada hari Jum‟at Kliwon adalah Kabupaten Batang, Kabupaten Batang merupakan

salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang resmi dinyatakan sebagai kabupaten

yang berdiri sendiri dengan segala bentuk administratif kepemerintahannya sejak

tanggal 8 April 1966.

Kliwonan adalah sebuah kegiatan ekonomi berupa pasar malam yang

dilaksanakan masyarakat Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang

dilaksanaan setiap 35 hari sekali (selapanan) di alun-alun kota Kecamatan

Batang. Pada acara ini masyarakat Kabupaten Batang dan sekitarnya tumpah ruah

di sekitar lokasi untuk berbelanja maupun sekedar berjalan-jalan. Para pedagang

kaki lima (PKL) baik dari dalam maupun luar Kabupaten memanfaatkan

Kliwonan untuk menjajakan dagangan mereka, Dalam pelaksanaanya pada saat

ini ritual Kliwonan sendiri sudah mengalami banyak sekali perubahan baik dari

segi pelaksanaan dan juga dari segi konstruksi masyarakat terhadap tradisi ini,

pada zaman dahulu tradisi Kliwonan digunakan untuk media ngalap berkah

(mencari berkah), di antranya yaitu mencari jodoh, sarana pengobatan, dan/atau

mencari keuntungan dalam berdagang, sedangkan pada saat ini konstruksi yang

ada pada masyarakat Batang adalah Kliwonan hanya sebagai aktivitas ekonomi

yang berupa pasar malam saja.

Pergeseran pelaksanaan Kliwonan yang sebelumnya adalah sebuah bentuk

pelaksanaan tradisi yang sakral menuju ke arah kegiatan ekonomi yang menjadi

sebuah bentuk pelaksanaan tradisi baru, membawa sebuah nilai dan daya tarik

5

tersendiri bagi para pedagang kaki lima, baik pedagang kaki lima dari dalam

ataupun luar Kabupaten Batang, selain karena jumlah pengunjung yang sangat

ramai serta situasi yang mendukung yaitu dimana ketika masyarakat

membutuhkan media untuk mencari hiburan, atau sekedar menghabiskan waktu

luang untuk mendatangi Kliwonan, serta tempat yang strategis yaitu di alun-alun

kabupaten Batang yang merupakan pusat Kabupaten Batang yang sangat ramai

karena berada pada perlintasan jalur Pantura, juga karena masih dipertahankanya

nilai-nilai dan kepercayaan Jawa dimana dengan berdagang pada saat Kliwonan

dipercaya akan membawa keuntungan dan berkah tersendiri.

Sehubungan dengan hal diatas, maka kondisi tersebut tidak menutup

kemungkinan akan memicu terjadinya dinamika pada pelaksanaan pasar malam

Kliwonan, dinamika ini tidak terbatas hanya pada para pedagang kaki lima yang

melakukan transaksi kepada pelangganya saja, namun lebih kompleks pada

komponen yang membentuk struktur Pasar Malam Kliwonan yaitu Masyarakat

Kabupaten Batang secara umum yang memiliki kebutuhan akan pelestarian

tradisi, pedagang kaki lima yang berusaha agar mendapat keuntungan sebesar-

besarnya serta Program-program Pemerintah kabupaten Batang yang ditujukan

sebagai aktivitas pengelolaan pasar malam Kliwonan.

6

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat fenomena di atas maka dari itu penulis merumuskan

pertanyaan dasar dari penelitian ini yaitu “Bagaimanakah dinamika perdagangan

yang terjadi pada pasar malam Kliwonan?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana dinamika pada

pelaksanaan pasar Malam Kliwonan sebagai aktivitas perdagangan yang

dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Batang dimana Pasar Malam Kliwonan

adalah hasil dari pergeseran Tradisi Kliwonan yang telah berubah dari segi

pelaksanaan dan pemaknaanya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperluas wawasan akademis tentang pelaksanaan tradisi pasar

malam Kliwonan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Batang,

pada khususnya pada dinamika perdagangan yang terjadi.

b. Sebagai bahan referensi dan acuan serta bahan tinjauan bagi para pembaca

atau para peneliti berikutnya.

7

2. Manfaat praktis

a. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi dokumentasi serta

deskripsi informasi pelaksanaan tradisi Kliwonan yang sudah turun

temurun dilaksanakan di Kabupaten Batang yang dapat digunakan sebagai

bahan acuan dan evaluasi bagi Pemerintah Kabupaten Batang dalam upaya

pelestarian tradisi dan kebudayaan warisan budaya masyarakat Batang.

b. Bagi masyarakat Kabupaten Batang

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

kepada masyarakat Batang tentang dinamika perdagangan pada pasar

malam Kliwonan agar masyarakat dapat memberikan perhatian khusus

terhadap pelaksanaan tradisi yang sudah dijalankan turun temurun itu.

c. Bagi penyusun

Secara operasional penelitian ini bermanfaat Sebagai prasyarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, serta untuk

memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang

Sosiologi.

8

E. Tinjauan Literatur

Penelitian tentang aktivitas pasar malam yang merupakan aktivitas

ekonomi yang berorientasi bazaar yang dilakukan oleh pedagang kaki lima pernah

dilakukan oleh Joko Suwandi yang difokuskan pada aktivitas pedagang kaki lima

di Surakarta pada tahun 2013, di mana pada prinsipnya aktivitas ekonomi yang

berorientasi bazaar adalah aktivitas ekonomi yang tidak terpatok pada prinsip-

prinsip ekonomi formal, ekonomi bazaar hanya berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan dalam lingkup kecil (subsisten), dengan bentuk usaha kecil-kecilan,

tidak untuk ekspansi usaha dan akumulasi kapital serta tidak terorganisir. Dimana

kondisi seperti ini juga dapat terlihat terlihat pada pedagang yang ada pada pasar

malam Kliwonan merupakan pedagang-pedagang yang dapat dikategorikan dalam

sektor informal, yang bergerak dalam ukuran kecil.

Kemudian pengertian lain tentang sektor informal dalam penelitian yang

dilakukan oleh Padang Rihim Siregar tentang pedagang kaki lima di kota Tanjung

pinang oleh Biro Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai unit usaha berskala

kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan

utama menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan bagi dirinya sendiri,

meskipun mereka menghadapi kendala baik modal maupun sumberdaya fisik dan

manusia.

9

Tabel 1 Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal

No Sektor Informal Sektor Formal

1. Mudah Dimasuki Sulit dimasuki

2. Tergantung Pada Sumberdaya Lokal Tergantung pada sumber daya

dari luar

3. Sistem kepemilikan Keluarga Sistem pemilikan perusahaan

4. Beroperasi dalam skala kecil Beroperasi dalam skala besar

5. Padat tenaga kerja dan teknologi

bersifat adaktif

Padat modal dan sering

menggunakan teknologi import

6. Keterampilan dapat diperoleh di luar

sistem sekolah formal

Memerlukan keahlian yang

berasal dari sekolah, bahkan

keahlian yang didapat dari

sekolah di luar negeri

7. Tidak teratur dan pasar yang bersifat

kompetitif

Pasar terproteksi (melalui kuota/

ijin perdagangan)

Sumber: ILO/International Labour Organization (1972, dalam Siregar 2013)

Sektor informal dan pada khususnya di bidang perdagangan yang sering

dijumpai dengan adanya pedagang kaki lima (PKL) sangat mudah dijumpai di

Indonesia dengan berbagai latar belakang penyebab kemunculanya, seperti

misalnya yang dijelaskan oleh Suwandi yang mencontohkanya dengan usaha PKL

di kota Surakarta yang muncul akibat krisis moneter yang dimulai pada awal

10

tahun 1997, yang ditandai dengan beberapa kondisi diantaranya yaitu merosotnya

nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar AS yang sangat tajam hingga akhir

Januari 1998 dimana kondisi ini menyebabkan negara kesulitan menutup APBN,

harga semua komoditi cenderung naik sehingga tingkat inflasi tinggi dan utang

luar negeri dalam rupiah melonjak, banyak perusahaan yang pada akhirnya tutup

atau mengurangi produksinya karena tidak bisa menjual barang produksi dan

beban utang yang tinggi, serta menurunya daya beli masyarakat, kondisi ini pada

akhirnya merubah pola pikir masyarakat dimana sebelumnya menganggap PKL

adalah pekerjaan dengan penghasilan rendah menjadi pekerjaan yang menarik

untuk digeluti.

Pasar malam Kliwonan yang pada saat ini masih tetap dilaksanakan

sebagai bentuk eksistensi pelaksanaan tradisi Kliwonan itu sendiri dimana nilai-

nilai yang masih tersisa dari hasil pergeseran pasar malam memiliki daya tarik

bagi para pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitas ekonomi pada saat

Malam Jum‟at Kliwon.

Penelitian lain yang secara spesifik tentang Pasar Malam Kliwonan adalah

penelitian skripsi yang dilakukan oleh Santi Kustiani pada tahun 2005 yang

berjudul “Dampak Tradisi Pasar Kliwonan Terhadap Upaya Pemberdayaan

Masyarakat Kabupaten Batang,” dalam penelitain tersebut dijelaskan bahwa

Tradisi Pasar Kliwonan memiiki dampak terhadap upaya pemberdayaan

masyarakat dan kemudian berpengaruh pada pelaksanan pembangunan di

Kabupaten Batang. Sehingga pengelolaan Kliwonan sendiri dianggap penting bagi

11

Pemerintah Kabupaten Batang, dan pelaksanaan pasar malam Kliwonan sendiri

dianggap sebagai sebuah bentuk pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi,

karena pelaksanaan Kliwonan sendiri tidak sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Batang namun pasar malam kliwonan juga pada akhirnya

memunculkan pengelolaan yang secara swadaya oleh masyarakat Batang.

Pedagang kaki lima sangat erat dengan stigma bahwa dimana ada

pedagang kaki lima maka disitu pula ada kesemrawutan, karena umumnya tempat

yang dipergunakan oleh pedagang kaki lima merupakan ruang terbuka yang

merupakan ruang publik sehingga kesan semrawut ini akan mudah di jumpai oleh

masyarakat umum, dan disisi lain pemerintah kota maupun kabupaten pada

umumnya mengharapkan daerahnya rapi dan tertib yang sangat bertola belakang

dengan keberadaan PKL, kondisi ini juga berlaku pada pelaksanaan pasar malam

Kliwonan dimana aktivitas pedagang kaki lima yang terpusat pada Pasar Malam

Kliwonan justru membuka peluang bagi masyarakat Batang maupun daerah di

sekitarnya untuk dapat berdagang secara informal untuk pemenuhan kebutuhan

ekonomi.

F. Landasan Teori

1. Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah sistem,

sistem tersebut merupakan hasil dari interaksi antarmanusia di dalam masyarakat

yang menjadi sebuah pola yang memiliki tujuan. Dimana sistem dapat bekerja jika

unsur-unsur dalam system saling bekerja sama. Sedangkan jika salah satu unsur

12

dalam system mengalami gangguan maka kinerja sebuah system akan terganggu

dan tidak bekerja sesuai fungsinya.

Di dalam struktur-struktur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing.

Masyarakat sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang

saling bergantung (interdependent). Masing-masing bagian dalam masyarakat

tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu yang berperan menjaga eksistensi dan

berfungsinya sistem secara keseluruhan.

Talcott Parson mengungkapkan, “berfungsinya masing-masing (subsistem)

dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium.

Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat yang stabil, normal, karena

semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan”. Apabila

terjadi disfungsi pada suatu bagian, maka akan terjadi kondisi abnormal, sehingga

keadan equilibrium terganggu.

Sedangkan menurut Robert K. Merton tetap berfungsi atau disfungsinya

suatu elemen sosial pada akhirnya akan menghasilkan equilibrium baru, pada

elemen sosial, masing-masing mempunyai fungsi manifest dan fungsi laten.

Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi latent adalah

fungsi yang tidak dirancang.

Dalam menjalankan suatu fungsi menurut Talcott Parson ada empat fungsi

tindakan yang khas pada semua system yakni secara bersama-sama, keempat

fungsi tersebut dikenal sebagai sekema AGIL. Agar suatu system dapat terus

13

berlangsung, maka sistem tersebut harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.

Yaitu (Ritzer, 2012):

a. A: Adaptation (adaptasi), suatu system harus mengatasi kebutuhan

mendesak yang bersifat situasional eksternal. System itu harus

beradaptasi dengan lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungan

dengan kebutuhan-kebutuhannya.

b. G: Goal attainment (pencapaian tujuan), suatu system harus

mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. I: Integration (integrasi), suatu system harus mengatur antarhubungan

bagian-bagian dari komponennya. Sistem tersebut juga harus

mengelola hubungan di antara ketiga fungsi lainnya (A,G,L).

d. L: Latency (pemeliharaan pola), suatu system harus menyediakan,

memelihara, dan memperbarui baik motivasi para individu maupun

pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu.

Prinsip-prinsip pokok struktural fungsionalisme menurut Sanderson

a. Masyarakat merupakan suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bergantung, dan

setiap bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-

bagian lainnya.

b. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut

memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas

masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi satu bagian

14

tertentu dari masyarakat dapat diperankan apabila fungsinya bagi

masyarakat sebagai keseluruhan dapat diidentifikasikan.

c. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan

dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu,

salah satu bagian penting dari mekanisme ini adalah komitmen para

anggota masyarakat kepadamserangkaian kepercayaan dan nilai yang

sama.

d. Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan ekuilibrium

atau komeostatis, dan gangguan pada salah satu bagiannya cenderung

menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai stabilitas.

e. Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam

masyarakat, tetapi bila itu terjadi, maka perubahan itu pada umumnya

akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan

masyarakat secara keseluruhan.

Pembagian peran dari komponen pasar malam Kliwonan yaitu diantaranya

adalah Masyarakat Batang, Program Kabupaten Batang dan pedagang kaki lima

pasar malam Kliwonan akan memunculkan sebuah struktur sendiri yang muncul

pada Pasar Malam Kliwonan, struktur sosial adalah skema penempatan nilai sosial

budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi

berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi

kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu tertentu, struktur yang

terbentuk tersebut adalah struktur formal dan informal, struktur formal biasanya

15

dilakukan oleh pemerintah maupun pihak yang berwenang dengan dasar hukum

yang bertujuan agar segala sesuatunya sesuai dengan ketetapan hukum

(Hendropuspito, 1989).

Sedangkan struktur informal merupakan struktur yang terbentuk dari

sistem sosial yang terbuka (distributed structure) berbeda dengan sistem sosial

yang terstruktur dan tertutup compartmentalized structure) seperti yang ada pada

sistem pemerintahan, struktur ini timbul akibat adanya ketidakpuasan anggota

masyarakat terhadap struktur yang bersifat formal, kedua struktur ini terdapat

pada pelaksanaan Kliwonan dimana Pemerintah Kabupaten Batang memiliki

peran penting dalam pengelolaan pasar malam Kliwonan, dikarenakan

pelakasanaan Kliwonan sendiri dianggap mampu memberian kontribusi dan

pemasukan daerah, sedangkan struktur informal pada masyarakat pedagang

Kliwonan menurut Kustiani (2005) muncul sebagai bentuk kontrol sosial bagi

para pedagang kaki lima pasar malam Kliwonan untuk meminimalisir keadaan-

keadaan yang bersifat negatif, seperti misalnya adanya masyarakat yang

melakukan tindak kriminal seperti pencurian maupun kejadian lain yang sifatnya

merugikan, dengan adanya struktur informal ini para pedagang mampu saling

berinteraksi untuk menghindari kondisi seperti tersebut seminimal mungkin.

2. Teori Piihan Rasional (Rational Choice Theory)

Pada dasarnya teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) berada pada

ranah mikro sosiologi, berbeda dengan teori structural fungsional yang berada

16

pada ranah makro, namun pada fenomena pasar malam Kliwonan kedua teori ini

saling berkaitan.

Teori pilihan rasional dalam Adiyanta (2008) merupakan penjelasan

mengenai analisa formal dari tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan

rasional individu dengan latar belakang sosial yang berbeda yang diambil

berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan, rational choice theory mereduksi

manusia sekedar menjadi satu mahluk yang semata-mata digerakkan oleh nalar,

selain itu memandang bahwa pemahaman terhadap fenomena sosial dibangun dari

pemahaman terhadap preferensi, keyakinan, dan strategi individu.

Analisis pilihan rasional didasarkan pada premis-premis yang memandang

optimis kapasitas nalar manusia untuk membangun dan menentukan pilihan serta

kecendurngan manusia untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko,

maka diharapkan perilaku manusia dalam berbagai konteks dapat dipahami,

dijelaskan, diprediksi, dan karenanya, direkayasa secara lebih empirik. Misalnya,

dengan menggunakan metode-metode ekonomi, maka akan bisa dijelaskan

mengapa seseorang, atau sekelompok orang lebih memilih pilihan A dibanding

pilihan B. Seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki kepentingan, dan

mereka dihadapkan pada pilihan. Setelah dibandingkan dan dipertimbangkan,

orang atau sekelompok orang tersebut berkesimpulan bahwa kepentingan mereka

akan lebih terakomodasi jika memakai pilihan A, daripada jika memakai pilihan B

berdasar pertimbangan-pertimbangan yang sudah dilakukan.. Ini sama ketika

seseorang atau sekelompok orang dengan kebutuhan tertentu dihadapkan pada

17

tawaran produk A atau produk B. Orang atau kelompok orang tersebut akan

mencoba membandingkan, produk mana yang paling baik melayani kebutuhan

mereka, dan pilihan akan dijatuhkan pada produk tersebut.

Esensi dari rational-choice adalah ketika dihadapkan pada beberapa alur

tindakan, manusia biasanya akan memilih alur yang mereka yakini akan

mendatangkan manfaat yang paling besar bagi manusia tersebut. Kesimpulan itu

dijabarkan secara lebih detil dalam premis-premis dasar rational-choice theory,

sebagai berikut (Adiyanta, 2008):

a. Manusia memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang bisa mereka

pahami, mereka tata menurut sekala prioritas, dan dibandingkan antara

satu dengan yang lain.

b. Tatanan preferensi ini bersifat transitif, atau konsisten dalam logika.

c. Manusia pada dasarnya memiliki prinsip „memaksimalkan manfaat‟

dan „meminimalkan resiko‟.

d. Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang egois.

Kaitan teori struktur sosial dengan teori pilihan rasional adalah, dengan

adanya batasan-batasan dan stimulus-stimulus yang dimunculkan oleh struktur

sosial merangsang individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat

rasional dengan berbagai pertimbangan, baik itu faktor ekonomis (untung-rugi)

maupun dari faktor kemanfaatan atau pun pertimbangan dari faktor lainya, seperti

yang terjadi pada struktur masyarakat Pasar Malam Kliwonan yang ,asing-masing

komponenya memiliki kepentingan yang bisa dicapai dengan berinteraksi dengan

18

komponen lainya, sehingga pilihan rasional menjadi acuan dalam menentukan

pilihan agar masing-masing kepentingan dapat terpenuhi tanpa menimbulkan

kerugian baik itu bagi komponen tersebut maupun komponen lain agar sistem

pada masyarakat Pasaar malam Kliwonan dapat tetap berjalan dengan stabil.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dimana metode ini digunakan untuk memahami dinamika kehidupan

sosial masyarakat, metode ini penulis gunakan untuk memahami dinamika yang

terjadi pada komponen-komponen penyusun struktur Pasar Malam Kliwonan

Selain itu pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan deskriptif ditujukan

untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia, yang akan digunakan untuk menguraikan,

menjelaskan, dan menyampaikan kondisi obyektif tentang dinamika yang terjadi

pada Pasar Malam Kliwonan, baik berupa sistem, struktur, proses, dan substansi

dari fenomena yang terjadi pada waktu sekarang. Langkah-langkahnya yaitu

mengumpulkan data dan fakta, kemudian membuat prediksi dan identifikasi dari

hubungan antar variabel dalam penelitian (Taylor dan Bogdan, 1984 dalam

Suyanto dan Sutinah, 2005).

2. Lokasi Penelitian

Menurut data BPS Kabupaten Batang tahun 2012, Kabupaten Batang

merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah provinsi Jawa

19

Tengah, Kabupaten Batang berada pada jalur lintas provinsi di pesisir pantai utara

(Pantura) yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Surabaya,

secara astronomis Kabupaten Batang terletak di antara 60 51‟ 46” Lintang Selatan

dan 70 11‟ 47” lintang utara, dan antara 1090 40‟ 19” dan 1100 03‟ 06” Bujur

Timur dengan luas daerah 78.864,16 Ha, yang berbatasan dengan Kabupaten dan

Kota Pekalongan di sebelah barat, Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di

sebelah selatan, Kabupaten Kendal di sebelah timur, serta berbatasan langsung

dengan laut jawa di sebelah utara, posisi tersebut menempatkan wilayah

Kabupaten Batang, utamanya Ibu Kota Pemerintahannya pada jalur ekonomi

pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur

pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang cukup

prospektif di sektor jasa transit dan transportasi.

Pelaksanaan tradisi Kliwonan sudah turun temurun di laksanakan di alun-

alun Kabupaten Batang yang berada di Kecamatan Batang, pernah satu kali

pemerintah merencanakan untuk pemindahan Kliwonan di tempat lain diarenakan

alun-alun Batang berdekatan langsung dengan jalur pantura yang merupakan jalur

nasional yang sangat padat yang dapat berpotensi menimbulkan kemacetan,

namun terdapat mitos lokal bahwa pada saat itu penunggu pohon beringin di alun-

alun Batang tidak setuju untuk pemindahan tersebut dengan peristiwa

terdengarnya suara ledakan di alun-alun yang bersumber dari pohon beringin

tersebut, sehingga pemindahan tersebut urung dlakukan hingga sekarang tetap

dilaksanakan di alun-alun Batang, begitu pula penelitian ini akan dilaksanakan di

20

alun-alun Batang untuk menjumpai keberadaan para pedagang kaki lima di pasar

malam kliwonan yang dilaksanakan tiap 35 hari sekali pada malam Jumat Kliwon

atau Kamis Wage malam.

3. Pemilihan Informan

Informan memegang peran penting dalam penelitian kualitatif, karena

penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi dari informasi yang didapat, dalam

penelitian ini informan yang dipilih merupakan informan yang didapatkan dengan

metode Sampel acak bertingkat/berkelas (stratified random sampling) dan sampel

dengan tujuan (purposive sampling).

Metode Sampel acak bertingkat/berkelas (stratified random sampling)

digunakan untuk memilih informan yang merupakan pedagang kaki lima di pasar

malam Kliwonan, dikarenakan terdapat tiga kelas pedagang kaki lima yang ada di

pasar malam Kliwonan yang dibedakan berdasarkan luasan lapak/stand yang

digunaan untuk berdagang, Dengan metode ini maka pedagang di tiap kelas akan

terwakili dan dapat dipergunakan sebagai kontrol pada masing-masing kelas,

ketiga kelas pedagang yang ada pada pasar malam Kliwonan yaitu pedagang

kecil, Pedagang menengah/sedang dan Pedagang besar.

Dari teknik sampling ini akan dilihat apakah ada perbedaan-perbedaan

perlakuan maupun kesulitan dan kemudahan yang dialami oleh pedagang pada

saat melakukan aktivitas perdagangan di alun-alun Batang pada saat Kliwonan

yang dibedakan berdasarkan kelasnya tersebut.

21

Selanjutnya yaitu dengan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu

dengan kriteria informan yang dicari adalah informan yang memiliki informasi

tentang bagaimana pengelolaan pasar malam Kliwonan serta paguyuban pedagang

yang ikut berperan pada pelaksanaan pasar malam Kliwonan, yaitu dari Instansi

Pemerintah Kabupaten Batang khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(Disbudpar) Kabupaten Batang yang bertugas dalam pengelolaan perkembangan

dan sejarah pengelolaan pasar malam Kliwonan yang berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan pelestarian tradisi Kabupaten Batang, kemudian Dinas Cipta Karya Tata

Ruang dan Kebersihan (DCKTRK) Kabupaten yang pada saat ini memiliki

tanggung jawab dalam pengelolaan aun-alun Batang juga merupakan dinas yang

melakukan pengelolaan terhadap retribusi bagi para pedagang kaki lima pada saat

Kliwonan, serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten yang melakukan perencanaan untuk pengelolaan serta penataan

infrastruktur yang menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

alun-alun Batang termasuk di dalamnya pelaksanaan pasar malam Kliwonan, yang

rutin dilaksanakan di alun-alun Kabupaten Batang.

Selain itu paguyuban Guyub Rukun, merupakan satu-satunya paguyuban

yang terbentuk dari kumpulan pedagang kaki lima (PKL) harian di alun-alun

Batang, yang pada saat ini juga ikut berjualan setiap pelaksanaan pasar malam

Kliwonan juga akan dijadikan narasumber mengingat paguyuban ini juga turut

berperan dan berkoordinasi dengan petugas di lapangan dalam mengelola para

pedagang pada saat pelaksanaan pasar malam Kliwonan.

22

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kulitatif dapat dilakukan dengan

tiga cara, yaitu observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder dengan

penelaahan dokumen-dokumen tertulis, Alasan digunakanya metode ini adalah

karena pendekatan ini cukup intens serta mampu mengungkapkan fakta

dilapangan yang tentunya akan berpengaruh terhadap validitas data yang ada

(Oetomo dalam Suyanto dan Sutinah, 2005).

a. Observasi

Observasi merupakan metode yang dipergunakan untuk memperoleh

informasi mengenai ruang (tempat), pelaku, kegiatan objek, perbuatan, kejadian

atau peristiwa, waktu, dan perasaan, tujuan dari observasi adalah untuk

menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, data yang didapatkan

melalui observasi langsung terdiri dari perincian tentang kegiatan, perilaku,

tindakan masyarakat, serta kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses

penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang diamati.

Observasi dilakukan dengan alasan agar data dapat diperoleh berdasarkan atas

pengamatan secara langsung oleh peneliti. Peneliti bisa melihat dan mengamati

sendiri dan mencatat keadaan yang sebenarnya terjadi serta bisa

mendokumentasikan seluruh aktivitas yang terjadi. Peneliti mencatat peristiwa

dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

pengetahuan langsung dari situasi yang ada dan pendapat-pendapat masyarakat.

23

Metode ini penulis gunakan untuk melihat langsung keadaan dan situasi

dilapangan yaitu pada saat Pasar Malam Kliwonan berlangsung di alun-alun

Batang agar penulis dapat melihat langsung keadaan yang sebenarnya. Karena

apbila hanya dilakukan dengan melihat pada studi pustaka atau dari informasi-

informasi yang tidak benar-benar dialami oleh penulis, maka penulis akan

kesulitan dalam memperoleh data yang akurat dan detail tentang aktivitas-

aktivitas perdagangan maupun pengelolaan yang terjadi pada saat Pasar Malam

Kliwonan.

b. Wawancara Mendalam dan Terbuka (in depth interview)

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti

dengan informan atau orang yang diwawancarai, baik itu dengan bantuan

pedoman wawancara (interview guide), data yang didapatkan dengan wawancara

ini adalah berupa kutipan langsung dari informan yang memiliki pengalaman,

pendapat, perasaan, dan pengetahuanya.

Metode ini penulis anggap tepat untuk mengumpulkan data di lapangan

agar penelitian yang di lakukan dapat memperoleh informasi yang akurat dari

masyarakat, pedagang kaki lima maupun dari Pemerintah Kabupaten Batang yang

benar-benar mengalami bagaimana dinamika yang ada pada pelaksanaan Pasar

Malam Kliwonan, dimana dengan melakukan wawancara kita memperoleh

24

deskripsi dari sebuah fenomena, dan memberikan gambaran apa yang sebenarnya

terjadi. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbedaan

pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat, pedagang serta Pemerintah

Kabupaten Batang dengan masing-masing sudut pandangnya yang berbeda.

Wawancara dilakukan dengan waktu yang berbeda antara Pedagang Kaki

Lima dengan stakeholder yang lainya, dikarenakan untuk mendapat waktu

wawancara yang berkualitas pada Pelaksanaan Pasar Malam Kliwonan yang

cukup singkat yaitu dari pukul 16.00 hingga pukul 19.00 saja dikarenakan setelah

itu pengunjung Pasar Malam Kliwonan akan semakin penuh dan suasana

wawancara akan semakin tidak kondusif karena pedagang akan sibuk melayani

pembeli, wawancara dilakukan dengan menggunakan interview guide agar alur

dan informasi bisa ditangkap secara jelas, sehingga tidak melenceng dari apa yang

menjadi topik bahasan pada penelitian ini, namun penulis tetap memberikan

kesempatan bagi informan untuk mengutarakan pengalaman-pengalaman lain

yang sekiranya belum penulis sampaikan, sehingga memungkinkan penulis untuk

mendapat informasi tambahan yang belum penulis ketahui,sedangkan untuk

menghindari kehilangan data dalam melakukan wawancara selain dengan catatan

lapangan penulis juga memanfaatkan perekam suara agar data yag dihasilkan

lebih akurat dan mempermudah dalam pengolahan data.

c. Penelaahan Dokumen Tertulis

Sejumlah besar fakta dan data dari suatu obyek penelitian apabila obyek

tersebut sudah pernah diteliti sebelumnya, pada dasarnya tersimpan dalam bahan

25

yang berbentuk dokumentasi, baik itu berbentuk surat-surat, catatan harian,

cinderamata, laporan-laporan, artefak, dan sebagainya, dimana pada dasarnya data

tersebut adalah data yang bersifat tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga

memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di

waktu silam, data yang diperoleh dari metode ini secara detail adalah data

sekunder yang berupa bahan dokumenter yang berbentuk cuplikan, kutipan, atau

penggalan-penggalan dari catatan organisasi atau dari instansi di lingkup

Pemerintah Kabupaten Batang khususnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Batang, dan dari terbitan-terbitan ilmiah/nonfiksi maupun fiksi, data

pada website Pemerintah Kabupaten Batang maupun pada instansi lain.

5. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992), ada tiga teknik analisis yang dalam

penelitian kualitatif yang bisa dilakukan langsung dalam proses penelitian

lapangan. Tiga teknik tersebut merupakan alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yang pertama yaitu reduksi data, teknik ini diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan atau dengan kata lain penulis memilah-milah data yang telah diperoleh

di lapangan dengan difokuskan pada data apa yang paling dibutuhkan dan

memisahkannya dari data-data lain yang kurang berhubungan. Dengan reduksi ini

akan lebih memudahkan peneliti karena peneliti dapat benar-benar focus pada

data-data yang menunjang penelitian. Penulis banyak mereduksi data terutama

26

berkaitan dengan kepercayaan Masyarakat Jawa, penulis hanya memfokuskan

pada “ngalap berkah” saja, sehingga cukup menyempitkan bahasan pada fokus

dari permasalahan dinamika Pasar Malam Kliwonan yang pada saat ini hanya

berfokus pada pemenuhan kebutuhan saja.

Tahap berikutnya yaitu penyajian data, Setelah data-data selesai direduksi,

maka data tersebut harus disajikan dengan sesuai untuk mempermudah analisis.

dimaksudkan agar data-data yang ada tersebut bisa menjadi penggambar keadaan,

tentang apa yang sebaenarnya terjadi di lapangan. Penyajian yang paling umum

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan narasi deskriptif.

Skema 1 Analisis Data Interaktif

Setelah melewati dua alur sebelumnya, maka penulis melakukan Penarikan

Kesimpulan / Verifikasi, Tentunya kesimpulan yang diambil harus tetap terbuka,

longgar dan skeptis, maksudnya kesimpulan tersebut bukanlah hasil yang tidak

bisa diganggu-gugat lagi, Kesimpulan tersebut harus diuji ulang kebenarannya,

kekokohannya, kecocokannya.