bab i pendahuluan a. latar...

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecamatan Tawangsari merupakan salah satu lokasi yang memiliki potensi arkeologi. Secara administratif Tawangsari berada di bagian selatan Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kecamatan Tawangsari terletak pada lokasi yang strategis karena berada di celah Perbukitan Batur Agung yang menghubungkan Gunungkidul (Kec. Ngawen dan Semin) dengan dataran aluvial Sukoharjo khususnya sepanjang aliran Kali Dengkeng hingga aliran Kali Bengawan Solo. Seperti yang telah diketahui bahwa Gunungkidul dan aliran kali Bengawan Solo merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi arkeologi yang cukup besar. Kawasan Gunungkidul memiliki situs-situs penting baik berupa situs penguburan megalitik maupun situs candi. Situs megalitik yang dimaksud antara lain Situs Sokoliman, Kajar, Gondang, Playen, Bleberan dan Gunungbang. Tinggalan masa klasik berupa candi yaitu Candi Ngawen di Kecamatan Ngawen dan Candi Risan di Kecamatan Semin. Secara topografis lokasi situs-situs tersebut memiliki ciri yang sama dengan daerah perbukitan di Kecamatan Tawangsari bagian selatan yaitu berbukit-bukit dan gersang. Berdasar informasi dari masyarakat, benda-benda arkeologis di Kecamatan Tawangsari sering ditemukan baik secara tidak sengaja maupun dengan sengaja dicari oleh para penggali liar. Sering secara tidak sengaja ditemukan di halaman MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH YULIADI TUNJUNG PRIAMBADA Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: doannhan

Post on 11-Jul-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecamatan Tawangsari merupakan salah satu lokasi yang memiliki potensi

arkeologi. Secara administratif Tawangsari berada di bagian selatan Kabupaten

Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kecamatan Tawangsari

terletak pada lokasi yang strategis karena berada di celah Perbukitan Batur Agung

yang menghubungkan Gunungkidul (Kec. Ngawen dan Semin) dengan dataran

aluvial Sukoharjo khususnya sepanjang aliran Kali Dengkeng hingga aliran Kali

Bengawan Solo.

Seperti yang telah diketahui bahwa Gunungkidul dan aliran kali Bengawan

Solo merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi arkeologi yang cukup

besar. Kawasan Gunungkidul memiliki situs-situs penting baik berupa situs

penguburan megalitik maupun situs candi. Situs megalitik yang dimaksud antara lain

Situs Sokoliman, Kajar, Gondang, Playen, Bleberan dan Gunungbang. Tinggalan

masa klasik berupa candi yaitu Candi Ngawen di Kecamatan Ngawen dan Candi

Risan di Kecamatan Semin. Secara topografis lokasi situs-situs tersebut memiliki ciri

yang sama dengan daerah perbukitan di Kecamatan Tawangsari bagian selatan

yaitu berbukit-bukit dan gersang.

Berdasar informasi dari masyarakat, benda-benda arkeologis di Kecamatan

Tawangsari sering ditemukan baik secara tidak sengaja maupun dengan sengaja

dicari oleh para penggali liar. Sering secara tidak sengaja ditemukan di halaman

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

2

rumah saat menggali tanah untuk membuat tempat pembuangan sampah. Namun

tidak jarang pula masyarakat setempat secara sengaja berburu artefak dengan

melakukan penggalian liar di lokasi-lokasi yang dianggap berpotensi. Para penggali

liar tersebut oleh masyarakat lebih dikenal dengan istilah tukang ndudhuk. Bagi

mereka, penggalian liar ini di jadikan sebagai mata pencaharian, karena benda-

benda yang mereka temukan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Puncak

kepopuleran profesi tukang ndudhuk terjadi pada tahun 1970 hingga 1980-an. Pada

masa kepopuleran profesi tersebut, artefak-artefak emas masih mudah ditemukan.

Kini profesi tersebut telah berada pada generasi ketiga dengan kegiatan perburuan

yang tidak seramai generasi pertama.

Dari informasi yang telah diperoleh, penulis melakukan beberapa kali

pengamatan dan wawancara dengan beberapa warga mengenai keberadaan data

arkeologi dan aktifitas penggali liar. Salah satu hasil pengamatan yang penting

adalah berhasil dikumpulkannya sejumlah besar manik-manik, baik melalui

pembelian kepada warga masyarakat maupun penemuan di lapangan. Selain

temuan manik-manik tersebut, penulis juga mengamati beberapa jenis temuan yang

masih disimpan oleh penduduk berupa benda-benda perunggu, besi, gerabah, dan

artefak batu.

Lokasi penemuan benda-benda arkeologis yang dikumpulkan oleh warga

tersebut sudah kehilangan konteksnya, karena sudah terlalu lama terkumpul dan

berasal dari lokasi yang berbeda-beda. Berdasarkan informasi dari warga setempat

terdapat beberapa titik konsentrasi tinggalan arkeologis di Kecamatan Tawangsari.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

3

Temuan manik-manik di wilayah Tawangsari ini akan dijadikan objek kajian

utama penelitian. Dari survei di lapangan, diperoleh manik-manik berjumlah 769

butiran utuh dan 4 fragmen, beberapa diantaranya telah dironce (dirangkai) oleh

masyarakat menjadi 4 untaian kalung. Manik-manik tersebut diperoleh dari temuan

permukaan oleh penulis dan pembelian dari masyarakat.

Manik-manik merupakan butiran-butiran kecil berlubang yang dibuat dari

berbagai jenis bahan yang biasanya dirangkai menjadi sebuah kalung atau

perhiasan lain oleh manusia. Manik-manik kerap kali ditemukan di situs-situs

arkeologi baik Prasejarah, Hindu-Budha, maupun Islam. Manik-manik memiliki

potensi cukup besar untuk mengungkap aspek-aspek kebudayaan masa lalu.

Wiyana (1998:1) menyatakan bahwa manik-manik tidak hanya sebuah benda kecil

berlubang yang berfungsi sebagai hiasan saja, namun lebih dari itu manik-manik

merupakan produk budaya. Produk yang mengandung banyak informasi mengenai

perilaku manusia masa lalu yang berkaitan dengan interaksi sosial, kepekaan

estetika, serta kepercayaan agama yang bersifat magis.

Manik-manik yang ditemukan di Tawangsari merupakan temuan permukaan

dan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah hilang.

Namun demikian, keberadaannya diperkuat dengan temuan lain berupa gerabah,

alat-alat besi, benda-benda perunggu yang telah ditemukan sebelumnya, dapat

mengindikasikan bahwa temuan tersebut berkaitan dengan situs permukiman.

Kemungkinan hal ini sama dengan manik-manik yang ditemukan pada Situs

Gunungbang di Kabupaten Gunungkidul. Temuan manik-manik Gunungbang juga

telah kehilangan konteks. Sehingga analisis fungsi hanya didasarkan pada konteks

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

4

keberadaan temuannya yang berada di situs penguburan. Dengan demikian, dapat

diasumsikan bahwa manik-manik tersebut sebagai bekal kubur (Nugrahani, 1999).

Analisis terhadap manik-manik dapat dikaji dari masa pembuatan, teknologi,

penyebaran, fungsi, serta bahan pembentuknya. Di negara-negara seperti Filipina,

Jepang, India, Inggris, Perancis, Belanda, Swedia, dan Amerika penelitian terhadap

manik-manik sudah banyak dilakukan. Analisis laboratoris, tipologis, ethnografis, dan

eksperimental sudah mampu mengungkap berbagai masalah.Berdasarkan

persebaran manik-manik jenis tertentu atau yang memiliki unsur-unsur kimiawi

tertentu di suatu daerah dapat diungkapkan tentang kegiatan perdagangan yang

berlangsung pada masa itu (Panggabean, 1983).

Selain itu, unsur keindahan manik-manik dapat menggambarkan tingkat

kepandaian teknologi masyarakat pembuatnya. Bentuk manik-manik dapat

menggambarkan dan menerangkan kegiatan atau kebiasaan masyarakat

pembuatnya. Selain itu, studi manik-manik dalam geografis tertentu dapat memberi

gambaran tentang letak-letak permukiman kuna, persebaran manusia, dan

pemilihan atas lahan yang digunakan sebagai pemukiman. Demikian pula dengan

memperhatikan persamaan dan perbedaan kualitatif antara manik-manik dari

berbagai situs, dapat dilukiskan hubungan dagang antar pusat-pusat pemukiman.

Hal yang menyebabkan manik-manik penting untuk diteliti adalah karena artefak ini

memiliki siklus yang sangat panjang menembus periodisasi dari prasejarah hingga

sekarang (Wiyana, 1998:2).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

5

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tipologi manik-manik yang ditemukan di Situs Perengan dan

Situs Kopen Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa

Tengah berdasarkan bahan, bentuk, dan warna?

2. Apa latarbelakang keberadaan manik-manik di Situs Perengan dan Situs

Kopen?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi manik-manik yang

ditemukan di Situs Perengan dan Situs Kopen Kecamatan Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah berdasarkan bahan, bentuk, dan warna.

Diharapkan dengan diketahui jenis bahan dan macam bentuk manik-manik di situs

tersebut dapat diperbandingkan dengan temuan manik-manik dari berbagai situs

arkeologi di Indonesia.

Setelah diketahui keragaman tipologi manik-manik dari situs-situs di

Kecamatan Tawangsari tersebut, maka akan diketahui asal-usul dan perilaku yang

melatarbelakanginya. Selain itu, dapat diketahui pula seberapa besar potensi

arkeologi di situs yang belum pernah diteliti tersebut. Hasil penelitian ini dapat pula

membuka ruang penelitian baru yang lebih mendalam di Kecamatan Tawangsari

Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah terutama di Situs Perengan dan Situs

Kopen.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

6

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini menitikberatkan pada temuan manik-manik dari situs-situs di

Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Analisis

bahan, bentuk, dan warna menjadi pilar utama sebagai cara mengolah data. Data

yang digunakan berupa manik-manik hasil pengumpulan oleh penulis yang diperoleh

dari temuan permukaan dan pembelian dari masyarakat.

Temuan manik-manik dari situs ini kemudian dibandingkan dengan situs

penghasil manik-manik yang memiliki jenis temuan dan kondisi geografis yang mirip.

Situs-situs tersebut adalah beberapa situs yang berada di wilayah Gunungkidul

seperti, Situs Sokoliman, Situs Gunung Abang (Gunungbang), Situs Kajar, Situs

Gondang, Situs Bleberan, dan Situs Wanabuda.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Situs Perengan dan Situs Kopen di Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, Jawa

Tengah merupakan situs baru, sehingga belum ada yang secara khusus membahas

manik-manik dari situs ini. Manik-manik merupakan temuan yang hampir merata di

seluruh kawasan Indonesia. Bahkan hingga saat ini, masyarakat tradisional masih

banyak yang menjadikan manik-manik sebagai benda berharga. Tulisan tentang

manik-manik di Indonesia sudah cukup banyak. Beberapa mengungkap manik-

manik dengan berbagai analisis, seperti analisis laboratoris, tipologis, ethnografis,

maupun eksperimental. Penulisan terlengkap dengan penjelasan mengenai motif

dan tipe manik-manik di Indonesia adalah karya Sumarah Adhyatman dan Redjeki

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

7

Arifin (1996) yang berjudul “Manik-manik di Indonesia”. Namun di dalam buku

tersebut tidak menjelaskan secara spesifik temuan dari daerah Tawangsari,

Sukoharjo, Jawa Tengah. Di dalamnya hanya disebutkan bahwa manik-manik batu

kornelian dari selatan Solo adalah kualitas terbaik.

Selain itu, tulisan D.S. Nugrahani (1999) dalam artikel “Analisis Manik-Manik

Gunungbang”. Dalam artikel ini dijelaskan mengenai klasifikasi, bahan dan cara

pembuatan, serta indikasi fungsinya dimasa lalu. Selain sebagai perhiasan, manik-

manik juga dikaitkan sebagai simbol status dan merupakan bagian dalam upacara

penguburan.

Karya ilmiah yang juga membahas tentang manik-manik adalah skripsi sarjana

yang di tulis oleh Rusmeiyani Setyorini (1990) yang berjudul “Manik-manik di

Beberapa Situs Gunungkidul (Kajian Tentang Teknologi dan Tipologi)”. Tulisan

tersebut membahas tentang tipologi dan teknologi manik-manik dari beberapa situs

di Gunungkidul seperti Situs Sokoliman, Situs Gunung Abang (Gunungbang), Situs

Kajar, Situs Gondang, Situs Bleberan, dan Situs Wanabuda.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksploratif, yang berarti menjajagi potensi arkeologis di

suatu tempat untuk mengetahui sesuatu yang belum diungkap. Metode penalaran

yang digunakan ialah induktif, yakni penelitian berdasarkan pengamatan sampai

dengan penyimpulan, sehingga terbentuk generalisasi empirik (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008:20) berdasarkan sifat penelitian tesebut

maka penelitian ini akan melewati tahap sebagai berikut:

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

8

1. Tahap Pengumpulan Data

Data arkeologi diperoleh peneliti dari hasil pengamatan dan

analisisnya atas tinggalan arkeologi yang bersifat fisik (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008:3). Data utama berupa manik-

manik yang dikumpulkan penulis pada survei lapangan pada bulan Agustus

2009. Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian diperlukan data

pendukung berupa data pustaka, data survei, dan wawancara.

2. Tahap Analisis Data

Setiap data dianalisis baik data utama berupa manik-manik, data

survei, dan wawancara. Berikut adalah tahapan analisis manik-manik yang

menjadi data utama penelitian.

2.a. Analisis Bahan

Analisis bahan digunakan untuk mengungkap material dasar

artefak berdasarkan bahan baku, pengolahan bahan, teknik pengerjaan

sampai benda yang dihasilkan (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Arkeologi Nasional, 2008:41). Tahap analisis ini juga menggunakan

metode pengamatan langsung dengan mata, baik secara mikroskopis

maupun makroskopis dengan bantuan lensa pembesar atau lup.

Dari analisis ini dihasilkan klasifikasi bahan dan cara pembuatan.

Menurut Nasruddin (1993:4), manik-manik dapat terbuat dari berbagai

bahan baku seperti logam, kaca, terakota, batu, kerang, tulang, gading,

gigi, dan biji-bijian. Secara umum, jenis bahan manik-manik dapat

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

9

dibedakan menjadi dua yaitu, bahan olahan dan bahan alami. Bahan

olahan adalah setiap jenis bahan yang dapat dijadikan sumber bahan

siap pakai bila telah melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik

penambahan maupun pengurangan unsur lain seperti logam, kaca, dan

terakota. Bahan alami ialah bahan yang langsung dapat digunakan

sebagai bahan manik-manik tanpa proses penambahan atau

pengurangan unsur lain. Termasuk dalam bahan alami adalah batu,

kerang, tulang, gading, gigi, dan biji-bijian. Cara pembuatan manik-

manik sangat bergantung pada bahan yang digunakan oleh

masyarakat pendukungnya.

2.b. Analisis Morfologi

Manik-manik termasuk dalam objek kajian khusus perhiasan.

Dalam objek kajian ini, analisis yang diperlukan adalah analisis

morfologi. Pengamatan dilakukan secara langsung dan pengukuran

secara detil meliputi, bentuk, warna, ukuran, dan variasinya. Dari

pengamatan ini akan dihasilkan klasifikasi.

Klasifikasi pertama adalah klasifikasi berdasar bentuk.

Penyebutan bentuk manik-manik menggunakan dasar Classification

and Nomenclatur of Bead and Pendants yang dibuat oleh Beck (1926).

Metode klasifikasi ini digunakan juga oleh Lois Sher Dubin (1987),

Sumarah Adyatman dan Redjeki Arifin (1993), Rusmeijani Setyorini

(1990) dan peneliti manik-manik lainnya.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

10

Klasifikasi kedua adalah klasfikasi warna dan tingkat kejernihan.

Untuk manik-manik batu akan diklasifikasi berdasarkan jenis batu,

sedangkan untuk manik-manik kaca dibedakan menurut warna. Warna

dibedakan menjadi dua, yaitu Monokrom atau Polikrom. Penyebutan

warna menggunakan penyebutan warna secara umum. Kejernihan

dapat diketahui dengan cara meletakkan mineral pada suatu objek atau

cahaya. Bila objek terlihat kurang jelas, maka disebut Translucent,

apabila jelas maka disebut transparan, dan apabila tidak nampak sama

sekali disebut opaq.

Klasifikasi ketiga adalah klasifikasi ukuran. Setiap manik-manik

memiliki ukuran panjang, ukuran diameter luar, dan ukuran diameter

lubang. Karena tingkat variasi ukuran manik-manik yang sangat tinggi

maka diperlukan penyederhanan guna mempermudah penyebutan

ukuran. Penyederhanaan dilakukan dengan membagi ukuran manik-

manik tersebut menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbandingan

panjang dengan diameter luar. Manik-manik disebut pipih jika panjang

kurang dari 1/3 diameter luar, pendek jika panjang antara 1/3 hingga

9/10 diameter luar, standar jika panjang antara 9/10 hingga 11/10

diameter luar, dan panjang jika panjang lebih dari 11/10 diameter luar

(Beck 1928, dikutip dari Setyotini 1990:19). Klasifikasi berikutnya

adalah klasifikasi diameter luar manik-manik dari sangat kecil, kecil,

sedang, dan besar.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

11

2.c. Analisis Tipologi

Tipologi dibentuk atas dasar atribut-atribut yang dimiliki setiap

butir manik-manik yang telah diklasfikasikan. Manik-manik

dikelompokan bedasarkan bahan. Setiap kelompok bahan manik manik

dibagi dalam tipe-tipe berdasarkan klasifikasi bentuk, dan warna.

Pembagian dalam tipe-tipe tersebut dilakukan dengan pendekatan

intuitif. Dalam pendekatan ini atribut yang telah ditetapkan sebagai

kriteria dihubungkan. Manik-manik yang beratribut sama akan menjadi

satu tipe dan sebaliknya yang berbeda akan menjadi tipe lain. Tipe

tersebut berdasarkan bentuk dasar kemudian disusun lagi menjadi

variasi tipe berdasar warna (Setyorini 1990:71).

2.d. Analisis Komparasi

Pada tahap ini manik-manik dari Situs Kopen dan Perengan akan

dibandingkan dengan manik-manik yang berasal dari situs-situs di

Gunungkidul (Situs Sokoliman, Situs Gunungbang, Situs Kajar, Situs

Gondang, Situs Bleberan, dan Situs Wanabuda). Data manik-manik

dari situs-situs di Gunungkidul diperoleh dari hasil analisis Rusmeijani

Setyorini (1990) dan D.S Nugrahani (1999). Pemilihan Gunungkidul

sebagai pembanding karena dinilai memiliki karakter geografis yang

mirip. Dari perbandingan ini akan diketahui tentang hubungan antar

situs dan kesamaan latar belakang budaya. Selain itu, juga di

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

12

bandingkan dengan situs lain yang memiliki tipe manik-manik yang

sama (Arikamedu, Mantai, Klong Thom, Oc-eo, dan Karangagung).

3. Sintesa dan Kesimpulan

Dari penggabungan antara analisis di atas akan menghasilkan

kesimpulan yang dapat menjawab pertanyaan penelitian, mengenai tipologi

manik-manik berdasarkan bentuk, bahan, dan warna. Sedangkan latar

belakang keberadaan manik-manik akan terjawab dengan melakukan

perbandingan tipologi manik-manik situs Perengan dan Kopen dengan

manik-manik dari Gunungkidul.

G. Bagan Alir Penelitian

Grafik 1. Bagan Alir Penelitian

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

28

BAB III

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN, KECAMATAN

TAWANGSARI, SUKOHARJO, JAWATENGAH

A. Tinjauan Umum Manik-manik

Manik-manik merupakan benda kecil berlubang yang dapat dirangkai

menjadi sebuah kalung atau perhiasan lain. Manik-manik kerap kali ditemukan di

situs-situs arkeologi baik dari periode Prasejarah, Klasik (Hindu-Budha), maupun

Islam. Dibalik ukurannya yang kecil, manik-manik memiliki potensi cukup besar

untuk mengungkap aspek-aspek kebudayaan masa lalu. Manik-manik

merupakan produk budaya yang mengandung banyak informasi mengenai

perilaku manusia masa lalu yang berkaitan dengan interaksi sosial, kepekaan

estetika, serta kepercayaan agama yang bersifat magis (Wiyana, 1998:1).

Setiap benda yang dihasilkan oleh tangan manusia selalu memiliki makna

dan fungsi tersendiri, tidak tekecuali benda sekecil manik-manik. Manik-manik di

Indonesia memiliki peranan yang cukup penting karena ditemukan hampir

disetiap penggalian, terutama di daerah penemuan kubur-kubur prasejarah.

Dalam konteks arkeologi, unsur keindahan manik-manik dapat menggambarkan

tingkat kepandaian teknologi dan estetika seni. Dari segi bentuk dan bahan dapat

mengungkapkan kegiatan dan kegemaran masyarakat yang menggunakannya.

Selain itu studi tentang manik-manik dalam wilayah geografis tertentu dapat

memberikan kontribusi tentang gambaran letak-letak permukiman kuna.

Demikian pula dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan kualitatif

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

29

antara manik-manik dari berbagai situs, dapat dilukiskan hubungan dagang antar

pusat permukiman tersebut (Nasrudin 1993/1994:3).

Penelitian secara mendalam mengenai manik-manik diawali oleh Horace

Beck pada tahun 1928 yang mempublikasikan tentang klasifikasi dan penamaan

manik-manik dan anting secara baku. Berikutnya pengkajian secara ilmiah

dilakukan oleh Alistair Lamb dan Tomb Harrison (Nasruddin 1993/1994:1,

Panggabean 1996:4). Kemudian W.N.G van der Sleen yang menjabarkan

tentang perdagangan manik-manik dan membuat rangkuman tentang jenis

manik-manik di dunia yang berjudul A Handbook on Beads (1973).

Teknik pembuatan suatu manik-manik sangat dipengaruhi oleh bahan

dasar manik-manik yang akan dibuat. Bahan dasar pembuatan manik-manik

dibagi menjadi dua, bahan alami dan bahan olahan. Bahan alami seperti batu

dibuat melalui serangkaian proses. Proses tersebut meliputi pembelahan,

pencercahan, pemotongan (cutting), pembentukan berbidang (faceting),

pembentukan bundar (rounding), dan penghalusan (polishing) (Gwinnett 1981:2

dikutip dari Nasrudin 1993/1994)

Batu yang biasanya dipilih sebagai bahan pembuat manik-manik adalah

batu yang memiliki kekerasan tinggi (hardstone) antara lain dari kuarsa dan

cristaline (rock crystal, amethyst, citrine), batu berserat, seperti microcrystalline

(chalsedon, agate, cornelian, onyx), atau butiran microcrystalline (jasper dan

rijang) (Nasruddin 1993/1994:4). Manik batu yang jamak ditemukan di situs-situs

arkeologi di Indonesia adalah cornelian/karnelian. Manik-manik karnelian

ditemukan dalam berbagai macam bentuk (Adyatman, 1996:20). Menurut hasil

van der Sleen, manik-manik karnelian ini sudah diproduksi di Cambay, Gujarat

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

30

sejak 7000 tahun yang lalu, hasil manik-manik karnelian Cambay kemudian

tersebar ke seluruh Eropa dan Asia (Sleen, 1973:56).

Dari survei yang dilakukan oleh Raffles (1817) tercatat di Jawa tidak ada

sumber material batu mulia, tetapi terdapat beberapa lokasi sumber batu

setengah mulia. Karnelian di Jawa ditemukan membujur kearah timur laut dari

Rangkasbitung ke Sukabumi, namun bukan merupakan kualitas terbaik. Kualitas

terbaik ditemukan di daerah selatan Solo dari Wonosari ke arah Malang, Jawa

Timur dengan warna merah gelap. Sumber batuan tersebut juga menghasilkan

agat dan kalsedon. Kemungkinan hasil eksploitasi material batuan karnelian

merah gelap dari selatan Solo diolah dan tersebar diberbagai situs arkeologi

Indonesia juga di beberapa negara tetangga (Francis, 1991:223). Untuk sumber

batuan hablur (rock crystal) terdapat di Tulung Agung, Jawa Timur (Adyatman,

1996:19) dan jenis batuan kuarsa lainnya di daerah Gombong, Jawa Tengah

(Francis, 1991:223).

Peta 2. Lokasi Sumber Bahan Baku Manik-manik Batu di Jawa (sumber: Peter Francis, 1991. dengan modifikasi oleh penulis)

Manik batu seperti kalsedon, jasper, dan batu keras lainnya sangat sering

dijumpai dalam kondisi utuh, di mana manik-manik digunakan sebagai benda

religius yang memiliki unsur magis dan sebagai alat jual-beli, seperti yang masih

dilakukan di Papua (Hughes 1977:175 dalam Francis 1991:221) dan Timor

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

31

(Soejono 1984: 286). Pada abad ke-17-19 M, bangsa Eropa menukar manik-

manik kaca dengan kulit binatang di Amerika Utara, dengan rempah-rempah di

Indonesia, serta dengan emas, gading, dan budak di Afrika (Dubin, 1987:17)

Bahan olahan untuk manik-manik yang paling sering ditemukan di

Indonesia adalah kaca. Di Mesir, manik-manik kaca yang ditemukan

diperkirakan berumur 2.500 SM, sedangkan bukti-bukti berupa perbengkelan

manik-manik kaca ditemukan oleh Flinders Petrie di Situs Tell el Amarna yang

berusia sekitar 1365 SM. Berdasarkan temuan tersebut, para ahli arkeologi

berpendapat bahwa kaca pertama kali diproduksi di Mesir. (Sleen 1967 dikutip

dari Nasruddin 1993/1994:4).

Manik-manik kaca dibuat dari unsur silika (SiO2) dengan campuran-

campuran lain sebagai pewarna. Teknik pembuatan manik-manik kaca dibagi

menjadi tiga. Teknik pertama adalah teknik tarik (drawn). Teknik ini dilakukan

dengan cara menarik gumpalan kaca panas dengan dua tongkat besi hingga

menjadi pipa kaca kemudian dipotong-potong menjadi manik-manik. Teknik

kedua adalah teknik putar (wound). Dengan teknik ini gumpalan kaca panas

yang telah berbentuk tali dililitkan pada kawat besi. Bila sudah terbentuk maka

lilitan kaca tersebut dilepaskan dengan cara didinginkan. Dalam proses

pendinginan, kawat besi akan menyusut dan manik-manik kaca akan terlepas

dengan sendirinya. Teknik terakhir adalah dengan teknik cetak (mould). Teknik

ini dapat dilakukan dengan cetakan. Dalam proses pembentukan, cetakan itu

diisi dengan kaca cair, setelah dingin kaca akan menjadi padat dan berbentuk

sesuai cetakan.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

32

Gambar 1. Manik-manik Tarik (kiri) dan Manik-manik Putar (kanan) (Sumber:Peter Francis, 1987)

Di Indonesia, manik-manik yang sering ditemukan adalah manik-manik

tarik dan putar (lihat Gambar 1). van der Sleen menyebut kedua jenis manik-

manik tersebut dengan nama Trade Wind. Istilah tersebut juga digunakan oleh

Davidson yang kemudian berkembang menjadi Trade Wind Beads Chemical

Group untuk penyebutan manik-manik Trade Wind yang mengandung uranium.

Namun, karena perbedaan antara manik-manik kaca tarik dan putar sangat jelas,

Peter Francis memberikan istilah baru yaitu Indo-Pacific Beads untuk manik-

manik kaca tarik monokrom. Sedangkan istilah Chinese “coil” Beads digunakan

untuk manik-manik putar Cina (Nasrudin 1993/1994:6).

Manik-manik Indo-Pacific pertama diproduksi di Arikamedu, kemudian

berkembang situs-situs industri di India, Mantai (Srilanka), Klong Thom (Thailand

selatan), Oc-eo (Vietnam), hingga timur jauh (Malaya). Di Indonesia, manik-

manik Indo-pacific tertua ditemukan di situs Gilimanuk, Bali dengan perhitungan

radio karbon 1872 ± 86 SM. Kuat dugaan manik-manik tersebut berasal dari

Arikamedu. Situs-situs industri lainnya berperan sebagai pensuplai manik-manik

Indo-pacific di Asia Tenggara setelah Arikamedu tidak lagi berproduksi (Francis,

1991:224).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

33

Peta 3. Persebaran Situs Industri Manik-manik Kaca Indo-Pacific

(sumber: Peter Francis, 1990)

Manik-manik dapat ditemukan hampir di seluruh situs arkeologi di

Indonesia, sehingga diyakini bahwa manik-manik memiliki peranan yang cukup

panjang dalam kehidupan manusia. Sejak zaman prasejarah, manik-manik dinilai

menjadi bagian yang sangat penting dalam upacara penguburan. Hal tersebut

nampak pada temuan manik-manik di berbagai situs kubur seperti di Pasemah,

Anyer, Bondowoso, Gilimanuk, Gunungkidul, Kelapadua, Kramatjati, Matesih,

Pasir Angin, Plawangan, Sangiran, Besuki dan lain-lain (Adyatman, 1996:1;

Panggabean 1982:133; Soejono 1993:286,).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

34

Foto 10. Manik-manik Prasejarah dari Gunungkidul

(Sumber: Rusmeijani Setyorini, 1990)

Penggunaan manik-manik terus berlanjut pada masa klasik Indonesia

(500M-1500M). Pada masa itu manik-manik sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari sebagai perhiasan maupun perlengkapan upacara keagamaan.

Manik-manik dalam jumlah besar pernah ditemukan di situs Muara Jambi,

Palembang (Adyatman 1996:1) dan sedikit di Candi Plaosan. Penggunaan

manik-manik pada masa klasik dapat terlihat dalam penggambaran ikon pada

masa klasik dan temuan artefaktual. Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam relief

candi maupun dalam bentuk arca banyak digambarkan mengenakan perhiasan

berupa rangkaian manik-manik (Kempers, 1959; Fontein, 1990 dikutip dari

Nugrahani 2005).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

35

Foto 11. Relief Seorang Wanita Menggunakan Kalung Manik-manik di Candi

Borobudur (sumber: Bernet Kempers 1959, dikutip dari Adyatman 1996:2)

Manik-manik tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia. Situs

penghasil manik-manik di Sumatera antara lain, Barus, Natal, Padangsidempuan,

Nias, Pasemah, Kroe, daerah Lampung, Bengkulu, Palembang, Tebingtinggi,

Mesoji, Mentawai, dan Situs Karang Agung di Sumatera Selatan (Panggabean

1982:133, Hardiati 2002:164). Manik-manik yang merupakan hasil dari

penggalian arkeologi hanya berasal dari Pasemah (Panggabean 1982:133).

Di Pulau Jawa, manik-manik juga ditemukan di berbagai daerah. Di

daerah Jawa bagian barat, manik-manik ditemukan di daerah Jakarta,

Kelapadua, Kramatdjati, Tangerang, Bekasi. Daerah Karawang,

Rengasdengklok, Bogor, Segelaherang (Subang), Pegadenbaru (Cirebon),

Rajadesa (Kuningan), Indramayu, Majalengka, Cijejer (Sumedang), Tenjola

(Cicalengka) (Van der Hoop 1941:262-263 dikutip dari Panggabean 1982:134).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

36

Manik-manik hasil ekskavasi berasal dari situs Pasir Angin, sebagian

Keramatdjati dan Kelapa Dua. Di Jawa Tengah, manik-manik ditemukan di

daerah Yogyakarta dan sekitarnya, daerah pegunungan Dieng, Banyumas,

Sangiran, Surakarta, Kudus, Rembang, Gunung Wingko, Gunungkidul dan lain-

lain. Manik-manik yang merupakan hasil penggalian adalah yang berasal dari

Gunung Wingko, Rembang, Matesih, Kudus, dan beberapa situs di Gunungkidul

(Laporan Penelitian Pus. P3N 1975,1976 dan Laporan Penelitian Tim PTKA

Gunungkidul 1998,1999). Manik-manik dari Jawa Timur ditemukan di Madiun,

Bojonegoro, Malang, Bondowoso, Besuki, Trowulan, dan lain-lain. Manik-manik

hasil penggalian ditemukan di Trowulan, Mojokerto, sedangkan di Bali sebagian

manik-manik ditemukan bersama sarkofagus. Penggalian sistematis dengan

temuan manik-manik adalah di situs Gilimanuk. Penelitian telah dilaksanakan

pada tahun 1963, 1964, 1973, dan 1977 (Panggabean 1982:134; Soejono

1993:286).

Penemuan manik-manik di luar Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali meliputi

Kalimantan, Sulawesi, Sumba, Papua, dan Kepulauan Maluku. Di Kalimantan,

manik-manik hampir ditemukan di setiap daerah, antara lain Sintang, Sanggau,

Sekadolo, Gunungrabur, Kutai, Samarinda, dan Banjarmasin. Di Sulawesi antara

lain, daerah Maros, Makassar, dan Pulau Talaud terdapat manik-manik dari hasil

ekskavasi. Di Pulau Sumba pernah ditemukan di Parsi Ngonggo dan di Flores

seperti Ngada dan Manggarai. Di Papua ditemukan di daerah sekitar Danau

Sentani, bahkan hingga saat ini beberapa suku pedalaman juga masih

mempergunakannya, begitu pula di Kepulauan Maluku yang mempergunakan

jenis tertentu untuk keperluan upacara adat. Di Maluku, manik-manik juga

ditemukan di Ambon, Seram, Tanimbar, dan Kei (Panggabean 1982:134)

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

37

B. Klasifikasi Manik-manik Situs Perengan dan Kopen

Dalam kehidupan manusia, manik-manik memiliki kronologi yang cukup

panjang. Dapat dikatakan keberadaan manik-manik sejajar mengiringi perjalanan

kehidupan manusia. Dalam kurun waktu yang lama, manik-manik mengalami

perkembangan tren dan teknologi sejalan dengan perkembangan manusia.

Dengan demikian, menjadikan manik-manik memiliki ragam jenis yang

bermacam-macam. Sehingga untuk mengenali ragam jenis manik-manik yang

beraneka macam tersebut diperlukan pengklasifikasian.

Berikut adalah pengklasifikasian yang dilakukan pada manik-manik Situs

Pereng dan Situs Kopen:

B.1. Klasifikasi Bahan

Hampir semua jenis benda padat dapat dijadikan bahan manik-manik

seperti logam, kaca, terakota, batu, kerang, tulang, gading, gigi, dan biji-bijian.

Namun yang seringkali ditemukan dari situs-situs di Indonesia adalah batu, kaca,

dan logam. Secara umum, jenis bahan manik-manik dapat dibedakan menjadi

dua yaitu, bahan alami dan bahan olahan (Nasruddin, 1993/1994:4).

Bahan alami ialah bahan yang langsung dapat digunakan sebagai bahan

manik-manik tanpa proses penambahan atau pengurangan unsur lain. Termasuk

dalam bahan alami adalah batu, kerang, tulang, gading, gigi, dan biji-bijian.

Proses yang dilakukan hanya pembentukan dan pelubangan, tanpa melalui

proses pencampuran. Sedangkan bahan olahan adalah setiap jenis bahan yang

dapat dijadikan sumber bahan siap pakai bila telah melalui proses pengolahan

terlebih dahulu, baik penambahan maupun pengurangan unsur lain seperti

logam, kaca, dan terakota.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

38

Manik-manik dari Situs Kopen dan Perengan yang masih dapat

diidentifikasi berjumlah 769 butir. Dari keseluruhan jumlah tersebut, dapat

diklasifikasikan menurut bahan dari kaca sejumlah 96% dan 4% lainnya

berbahan batu (lihat Grafik 2).

BAHAN MANIK-MANIK Jumlah

Kaca 742

Batu 27

Jumlah 769

Tabel 4. Bahan Manik-manik Situs Perengan dan Kopen

Grafik 2. Diagram Persentase Bahan Manik-manik di Situs Perengan dan

Kopen

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

39

B.2. Klasifikasi Bentuk

Penyebutan bentuk manik-manik menggunakan Classification and

Nomenclatur of Bead and Pendants yang dibuat oleh Beck (lihat Gambar 2).

Klasifikasi tersebut banyak digunakan sebagai rujukan oleh para peneliti manik-

manik di antaranya, Lois Sher Dubin (1987), Indraningsih Panggabean (1982),

Sumarah Adyatman dan Redjeki Arifin (1996), dan Rusmeijani Setyorini (1990).

Gambar 2. Beberapa bentuk manik-manik dalam Classification and Nomenclatur

of Bead and Pendants, Horace C. Beck (1928) (sumber: Lois Sher Dubin, 1987, dengan modifikasi oleh penulis)

a. Manik-manik Batu

Manik-manik batu dari Situs Perengan dan Kopen terdiri dari beberapa

bentuk. Bentuk cakram silinder mendapat porsi terbesar dengan jumlah

29,63%. Sedangkan berbentuk bulat sebanyak 22,22%, kerucut ganda segi

enam dan kerucut ganda segi empat masing masing 14,82%, kerucut ganda

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

40

7,41%. Jumlah paling sedikit adalah manik-manik berbentuk tabular, bulat

dempak, dan cincin dengan jumlah masing-masing 3,70% (lihat Grafik 3).

Grafik 3. Persentase Bentuk Manik-manik Batu Situs Perengan dan Kopen

b. Manik-manik kaca

Manik-manik kaca yang ditemukan di Situs Perengan dan Kopen

didominasi oleh bentuk cakram silinder yaitu sebesar 74,50%; selanjutnya

berbentuk silinder 8,92%, tong 6,20%, pipa 5,39%, cincin 3,24 %, bulat

dempak 0,81%, manik-manik beruas dan elips masing-masing 0,27%, dan

masing-masing 0,14% untuk bentuk kerucut ganda segi empat, kerucut ganda

segi enam, dan manik-manik berleher (lihat Grafik 4).

Grafik 4. Persentase Bentuk Manik-manik Kaca Situs Perengan dan Kopen

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

41

B.3. Klasifikasi jenis batu (manik-manik batu) dan warna (manik-manik kaca)

a. Manik-manik Batu

Manik-manik batu di Situs Perengan dan Kopen terbuat dari beberapa

jenis batuan. Hasil analisis menunjukkan 48% manik-manik batu yang

ditemukan adalah karnelian. Selanjutnya 33% berupa batu gamping, 11%

agate, 4% masing masing kalsedon hijau dan batuan hablur (rock crystal)

(lihat Grafik 5).

Grafik 5. Persentase Jenis Batuan Manik-manik Batu Situs Perengan dan Kopen

b. Manik-manik Kaca

Berdasarkan warna, manik-manik kaca dibedakan menjadi dua jenis yaitu

manik-manik monokrom dan manik-manik polikrom. Di Situs Perengan dan

Kopen ditemukan manik monokrom sejumlah 740 butir dan manik-manik

polikrom 2 butir. Selanjutnya, manik-manik diklasifikasikan berdasarkan warna

dasarnya.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

42

Grafik 6. Persentase Warna Manik-manik Kaca Situs Perengan dan Kopen

Dari grafik di atas (Grafik 6) sangat jelas terlihat bahwa manik-manik

berwarna merah kecoklatan sangat mendominasi dengan 74,80%. Jumlah

yang lebih sedikit yaitu warna hijau 5,66%; biru tua 5,12%; hitam 3,91%;

kuning 3,37%, jingga dan kuning tua masing-masing 1,90%; putih 0,94%; biru

0,67%; hijau muda dan biru muda masing-masing 0,27%. Jumlah terkecil

adalah manik-manik warna hijau tua, coklat, hitam bergaris putih, dan emas

berlapis kaca dengan persentase masing-masing 0,13%.

B.4. Kejernihan

Sifat kejernihan dapat diketahui dengan cara meletakan mineral pada

suatu objek. Bila obyek terlihat kurang jelas maka disebut Translucent, apabila

jelas maka disebut Transparan, dan apabila tidak nampak sama sekali disebut

Opaq.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

43

Grafik 7. Persentase Tingkat Kejernihan Manik-manik Batu Situs Perengan dan

Kopen

Grafik 8. Persentase Tingkat Kejernihan Manik-manik Kaca Situs Perengan dan

Kopen

Dari grafik di atas nampak bahwa manik-manik batu didominasi oleh

batuan translucent (81%). Batuan translucent ini terdiri dari batuan kalsedon,

karnelian, dan agate. Sedangkan transparan (4%) dimiliki oleh batuan hablur.

Sedangkan opaq (4%) dimiliki oleh batuan gamping (Grafik 7). Untuk manik-

manik kaca didominasi oleh manik opaq sebesar (94%), diikuti translucent (5%),

dan trasparan (1%) (Grafik 8).

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

44

B. 5. Klasifikasi ukuran

Setiap manik-manik memiliki ukuran panjang, ukuran diameter luar, dan

ukuran diameter lubang. Panjang (pj) adalah jarak antara kedua ujung bidang

lubang. Diameter luar (dlr) adalah jarak antara kedua sisi perimeter bidang

panjang, dan diameter lubang (dlg) adalah jarak kedua sisi perimeter bidang

lubang (lihat Gambar 3).

Gambar 3. Data Ukur Manik-manik

(Digambar oleh penulis)

Tingkat variasi ukuran manik-manik yang sangat tinggi sehingga

diperlukan penyederhana guna mempermudah penyebutan ukuran. Penyeder-

hanaan dilakukan dengan membagi ukuran manik-manik tersebut menjadi

beberapa kelompok sebagai berikut:

a. Berdasarkan perbandingan antara panjang (pj) dengan diameter luar (dlr)

(Beck 1928:2-3, dikutip dari Setyorini 1990:19):

- Pipih jika panjang kurang dari 1/3 diameter luar

- Pendek jika panjang antara 1/3 hingga 9/10 diameter luar

- Standar jika panjang antara 9/10 hingga 11/10 diameter luar

- Panjang jika panjang lebih dari 11/10 diameter luar

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

45

Grafik 9. Persentase Ukuran Perbandingan Panjang dan Lebar Manik-manik

Batu Situs Perengan dan Kopen

Grafik 10. Persentase Ukuran Perbandingan Panjang dan Lebar Manik-manik

Kaca Situs Perengan dan Kopen

Persentase ukuran manik-manik batu dan kaca terdapat persamaan.

Kedua bahan tersebut sama-sama didominasi oleh manik pendek, yaitu 44%

(batu) dan 76% (kaca). Persamaan lain adalah sama-sama memiliki 4% untuk

manik-manik pipih. Manik-manik batu memiliki kelompok ukuran yang lebih

bervariasi yaitu 33% panjang dan 19% standar. Manik-manik kaca terdiri dari

10% masing-masing untuk panjang dan standar (Grafik 9 dan Grafik 10).

b. Berdasarkan ukuran diameter luar (dlr)

Manik-manik batu dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kecil, sedang, dan

besar. Sedangkan untuk manik-manik kaca dibagi menjadi empat kelas,

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64371/potongan/S1-2013-196417-chapter1.pdfdan hasil penggalian liar oleh masyarakat, sehingga konteksnya sudah

46

sangat kecil, kecil, sedang, dan besar (lihat Tabel 5). Penentuan interval (i)

setiap kelas dihitung menggunakan rumus:

Klasifikasi Manik-manik Batu (cm)

Manik-manik Kaca (cm)

Sangat Kecil - 0,20 - 0,39 Kecil 0,4 – 1,17 0,40 - 0,59

Sedang 1,18 – 1,95 0,60 – 0,79 Besar ≥ 1,96 ≥ 0,80

Tabel 5. Klasifikasi Ukuran Manik-manik Situs Perengan dan Kopen

Grafik 11. Persentase Ukuran Diameter Manik-manik Batu Situs Perengan dan

Kopen

Grafik 12. Persentase Ukuran Diameter Manik-manik Kaca Situs Perengan dan

Kopen

Menurut grafik klasifikasi diatas (Grafik 11 dan 12), manik-manik batu

terbagi menjadi tiga kelompok ukuran yaitu kecil 63%, sedang 33%, dan besar

4%. Sedangkan manik-manik kaca terdiri dari 45,42% sangat kecil, 41,11% kecil,

11,19% sedang, dan 2,28% besar.

MANIK-MANIK SITUS PERENGAN DAN KOPEN KECAMATAN TAWANGSARI, KABUPATENSUKOHARJOJAWA TENGAHYULIADI TUNJUNG PRIAMBADAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/