bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... ·...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahunnya pesta demokrasi Indonesia, karena tahun ini akan diadakan event lima tahunan pemilu. Tahun dimana partai- partai berlomba-lomba tebar pesona mencari dukungan rakyat demi mewujudkan keinginannya untuk “menguasai” Indonesia dan tahun dimana rakyat bebas memilih dan dipilih untuk dijadikan pemimpin negaranya (menurut Minarti dikutip dari http://politik.kompasiana.com/2014/06/02/ merayakan-pesta-demokrasi-indonesia-menaruh-harapan-662257.html). Dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif ataupun pemilu presiden, pemenang ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak, dan setiap calon memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan kursi jabatan tersebut (Mardiyansyah, 2014 : v). Dengan demikian, setiap partai politik (parpol) yang pada tahun ini berjumlah 15 partai (12 partai umum dan 3 partai lokal NAD) serta calon anggota legislatif (caleg) dan eksekutif akan berlomba-lomba menyakinkan masyarakat pemilih dan mengkampanyekan agar dirinya terpilih. Persaingan pun tidak hanya antar partai politik, tetapi juga antar caleg dalam satu partai politik. Untuk memenangi pertarungan, setiap parpol dan caleg mencari dukungan rakyat Indonesia dengan menghalalkan segala cara. Mulai dari kampanye menggunakan hard power sampai dengan soft power. Hard power adalah kampanye dengan menggunakan kekuasaan, uang, benda

Upload: others

Post on 16-Sep-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2014 merupakan tahunnya pesta demokrasi Indonesia, karena

tahun ini akan diadakan event lima tahunan pemilu. Tahun dimana partai-

partai berlomba-lomba tebar pesona mencari dukungan rakyat demi

mewujudkan keinginannya untuk “menguasai” Indonesia dan tahun dimana

rakyat bebas memilih dan dipilih untuk dijadikan pemimpin negaranya

(menurut Minarti dikutip dari http://politik.kompasiana.com/2014/06/02/

merayakan-pesta-demokrasi-indonesia-menaruh-harapan-662257.html).

Dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif ataupun pemilu presiden,

pemenang ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak, dan setiap

calon memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan kursi jabatan

tersebut (Mardiyansyah, 2014 : v).

Dengan demikian, setiap partai politik (parpol) yang pada tahun ini

berjumlah 15 partai (12 partai umum dan 3 partai lokal NAD) serta calon

anggota legislatif (caleg) dan eksekutif akan berlomba-lomba menyakinkan

masyarakat pemilih dan mengkampanyekan agar dirinya terpilih. Persaingan

pun tidak hanya antar partai politik, tetapi juga antar caleg dalam satu partai

politik.

Untuk memenangi pertarungan, setiap parpol dan caleg mencari

dukungan rakyat Indonesia dengan menghalalkan segala cara. Mulai dari

kampanye menggunakan hard power sampai dengan soft power. Hard

power adalah kampanye dengan menggunakan kekuasaan, uang, benda

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

2

berharga, dan hal-hal yang bersifat material lainnya untuk mendapatkan

dukungan publik. Sementara itu, soft power adalah kampanye yang

mengandalkan pendekatan persuasif, kandidat turun langsung ke daerah

pemilihan, menggali permasalahan, menemukan akar masalah, bersama-

sama mencari solusi, menyampaikan visi misi, serta menyakinkan pemilih

bahwa program itu adalah solusinya (Mardiyansyah, 2014 : v).

Tetapi politik jaman sekarang lebih cenderung menggunakan

kampanye hard power, karena lebih praktis dan instan tanpa perlu melalui

karya, pemikiran, tindakan dan prestasi politik. Politik kini menjelma

menjadi politik pencitraan, yang merayakan citra ketimbang kompetensi

politik (Tinarbuko, 2009 : vii).

Dalam politik abad informasi, citra politik seorang tokoh , yang

dibangun melalui aneka media cetak dan elektronik (terlepas dari

kecakapan, kepemimpinan dan prestasi politik yang dimilikinya) seakan

menjadi mantra yang menentukan pilihan politik. Melalui, mantra itu, maka

persepsi, pandangan dan sikap politik masyarakat dibentuk bahkan

dimanipulasi.

Berdasarkan penggabungan data yang di lansir dari liputan6.com dari

berbagai partai, hasil laporan dana kampanye yang dilaporkan ke KPU,

sebagian dana kampanye digunakan untuk alat peraga kampanye. Alat

peraga yang sering digunakan parpol untuk menarik simpati publik adalah

pemasangan atribut bergambar parpol dan foto dari caleg ataupun capres dan

cawapres. Mulai dari bendera, spanduk, stiker, baliho, banner, kaos dan lain

sebagainya.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

3

Sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor

15 Tahun 2013 Pasal 17 ayat 1b tentang pemasangan alat peraga kampanye,

peserta pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang hanya

diperbolehkan memasang satu spanduk/baliho per desa/kelurahan

(Mardiyansyah, 2014 : 8-9).

Tetapi demi menarik simpati publik melalui tim suksesnya, mereka

tidak menghiraukan peraturan tersebut. Demi dapat dikenal masyarakat

pemilih, mereka memasang atribut-atribut tersebut di berbagai tempat yang

dianggap strategis. Hebatnya lagi, antar parpol dan antar caleg juga terlibat

perang visual dengan memasang atribut secara besar-besaran. Artinya, besar

dalam hal ukuran, penempatan dan pemasangannya (Tinarbuko, 2009 : 39).

Pola pemasangan, cara menempatkan dan menempelkan atribut

kampanye benar-benar bertolak belakang dari esensi desain media luar

ruang yang dirancang sedemikian rupa agar tampil menarik, artistic,

informatif, dan komunikatif. Tetapi di tangan orang-orang yang bertugas

memasang dan menempatkan reklame luar ruang, karya desain yang bagus

itu berubah fungsi menjadi seonggok sampah visual yang mengotori

keindahan lingkungan sekitar (Tinarbuko, 2009 : 40).

Tetapi seolah partai-partai politik dan para caleg tidak menghiraukan

hal tersebut. Yang mereka tahu hanya bagaimana cara agar mereka menang.

Mereka hanya ingin mengkonstruksi citra diri dengan aneka trik bujuk rayu,

persuasi dan retorika komunikasi politik yang tujuannya meyakinkan setiap

orang, bahwa citra yang ditampilkan adalah kebenaran. Padahal citra-citra

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

4

itu tak lebih dari wajah penuh make up, gincu, kosmetik, dan topeng-topeng

politik, yang menutupi wajah sebenarnya (Tinarbuko, 2009 : ix).

Dengan melakukan analisis semiotika pada iklan banner calon

legislatif DPR RI Dapil Jatim V Malang Raya peneliti ingin mengetahui

makna apa yang sesungguhnya ingin dibangun calon anggota legislatif pada

iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

adalah studi semiotika yang menghubungkan antara tanda, objek dan makna.

Maka, penelitian ini akan menggunakan kajian semiotika untuk

menganalisis “makna narsisime dibalik iklan banner calon legislatif pada

pemilu tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa makna narsisme dibalik iklan banner calon legislatif pada pemilu

tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui makna narsisme dibalik iklan banner calon legislatif pada

pemilu tahun 2014.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

D.1. Manfaat Akademis

1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber pengetahuan

mengenai makna narsisme pada iklan politik, khususnya iklan

banner.

2. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

meneliti masalah serupa.

D.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat sebagai

referensi untuk mengetahui calon legislatif mana yang layak untuk

dipilih.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

6

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1. Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah bidang dalam ilmu komunikasi yang

berkenaan dengan politik. Dalam hal ini, aktivitas komunikasi mempengaruhi

kegiatan politik begitupun pula sebaliknya. Sebagai turunan dari ilmu politik

dan ilmu komunikasi, bidang komunikasi politik berkaitan dengan

pembuatan, penyebarluasan, penerimaan, dan dampak-dampak informasi

berkonteks politik, baik melalui interaksi media maupun antar manusia

(Menurut Ahira dikutip dari http://www.anneahira.com/definisi-komunikasi-

politik.htm).

E.1.1. Definisi Komunikasi Politik

Berorientasi dari beberapa pandangan ilmuwan tentang

komunikasi politik dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan tidak

mudah untuk mendefinisikan komunikasi politik yang disebabkan

karena perbedaan sudut pandang, maka secara sederhana dapat

dikatakan bahwa komunikasi politik merupakan proses penyampaian

pesan politik.

Brian McNair memberikan gambaran singkat mengenai

definisi komunikasi politik. Menurut McNair, definisi komunikasi

politik adalah aktivitas komunikasi tentang politik yang sarat tujuan.

Aktivitas yang dimaksud tidak hanya komunikasi verbal dan tertulis,

tetapi juga melibatkan simbol nonverbal seperti pakaian, rias wajah,

gaya rambut, desain logo dan sebagainya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

7

Dengan kata lain, identitas atau citra politik turut berperan

dalam komunikasi politik. Studi komunikasi politik adalah

multidisipliner, karena menyinggung aspek-aspek dalam banyak ilmu

pengetahuan di antaranya ilmu sosial, jurnalisme dan psikologi

(Menurut Ahira dikutip dari http://www.anneahira.com/definisi-

komunikasi-politik.htm).

E.1.2. Unsur Komunikasi Politik

Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan

kegiatan berkomunikasi, beberapa ahli juga menjelaskan beberapa

unsur-unsur komunikasi politik melalui beberapa sudut pandang yang

berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur

komunikasi politik meliputi (Cangara, 2009: 37):

1. Komunikator Politik

Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan.

Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok, organisasi,

lembaga ataupun pemerintah.

2. Pesan Publik

Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu

tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang

mengandung unsur politik, misal : pidato politik, UU, dll.

3. Saluran atau Media Publik

Dalam perkembangan sekarang ini, media massa dianggap sebagai

saluran yang paling tepat untuk melakukan komunikasi politik.

4. Penerima Pesan Politik

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

8

Semua lapisan masyarakat yang diharapkan memberikan respon

terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan

suara dalam pemilihan umum.

5. Efek atau Pengaruh

Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat

diterima dan dipahami.

E.2. Tanda dan Makna

E.2.1. Tanda

Dalam komunikasi sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari

gejala penandaan. Gudykunts dan Kim memberikan suatu asumsi

bahwa manusia dalam kehidupan komunikasinya dalam budaya

tertentu tidak bisa lepas dari simbol-simbol atau tanda-tanda (Seto,

2013: 144).

Hjemslev seorang ahli liguistik mendefinisikan tanda sebagai

sesuatu yang mewakili atau berdiri atas sesuatu yang lain dalam

benak seseorang, tanda terdiri dari ekspresi seperti kata-kata, suara

atau pun simbol dan isi dari tanda itu sendiri.

Jadi, tanda merupakan suatu media untuk mengemas maksud

atau pesan dalam setiap peristiwa komunikasi dimana manusia saling

melempar tanda-tanda tertentu dan dari tanda-tanda itu terstrukturlah

suatu makna tertentu yang berhubungan dengan eksistensi masing-

masing individu (Seto, 2013: 145).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

9

E.2.2. Makna

Makna menurut Shrimp adalah tanggapan internal yang

dimiliki atau diacu seseorang terhadap rangsangan dari luar. Makna

hadir akibat adanya suatu rangsang dari luar diri manusia. Pesan

dalam komunikasi merupakan suatu rangsangan luar. Pesan-pesan

tersebut terdiri dari seperangkat tanda-tanda dan tanda-tanda ini

kemudian ditanggapi di dalam diri manusia dan menghasilkan suatu

pemaknaan (Seto, 2013: 145).

Wendell Johnsons memberikan suatu asumsi tentang

pemaknaan dalam komunikasi antar manusia (Seto, 2013: 146-147),

yaitu:

1. Makna ada dalam diri manusia

Makna tidak terletak pada kata-kata tetapi dalam diri manusia. Kita

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita

komunikasikan. Makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan

kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin

dikomunikasikan.

2. Makna terus berubah

Banyak kata yang maknanya terus berubah tergantung segala

pengalaman dan kejadian yang bergilir seiring dengan waktu.

3. Makna butuh acuan

Komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan

dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

10

Penyingkatan perlu dikaitkan dengan objek, kejadian, dan perilaku

dalam dunia nyata.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya

Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalm suatu bahasa terbatas,

tetapi maknanya tidak terbatas. Satu kata bisa memiliki ribuan

makna.

6. Makna dikomunikasikan hanya sebagian

Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek

dan sangat kompleks, hanya sebagian saja dari makna-makna

tersebut yang benar-benar dapat dijelaskan.

Asumsi tentang pemaknaan yang dikemukakan oleh Johnson

menitikberatkan bahwa makna pada dasarnya ada dalam diri

seseorang, berubah-ubah dan bermacam-macam dan sangat

bergantung pada kepentingan yang diacunya baik budaya, ekonomi,

politik dan lain-lain.

Ada beberapa macam corak makna. BrodBeck membagi

makna ke dalam tiga corak (Seto, 2013: 147), yaitu :

1. Makna inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek,

pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut.

2. Makna significance suatu istilah dihubungkan dengan konsep-

konsep lain. Atau merupakan arti dari istilah tersebut.

3. Makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang

pemakai lambang. Makna yang menekankan maksud pembicara.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

11

E.3. Narsisme

E.3.1. Definisi Narsisme

Narsisme (kata sifat: narsistis) dapat dimengerti sebagai "cinta

diri". Istilah ini dibentuk berdasarkan nama Narcisscus, tokoh mitologi

yunani, yang mati tenggelam karena terpukau pada pantulan wajahnya

sendiri dalam air (Bertens, 2006: 28).

Narsisme tidak hanya diartikan sebagai kecenderungan

pencarian kepuasaan seksual melalui tubuh sendiri (Freud), tetapi juga

segala bentuk penyanjugan diri (self admiration), pemuasan diri (self

satisfaction), atau pemujaan diri (self glorification) (Erich Fromm),

atau segala kecenderungan melihat dunia sebagai cermin atau proyeksi

dari ketakutan dan hasrat seseorang (Tinarbuko, 2009: viii).

E.3.2. Narsisme Politik

Narsisme politik adalah kecenderungan pemujaan diri

berlebihan para elit politik, yang membangun citra diri, meskipun itu

bukan realitas diri yang sebenarnya (Tinarbuko, 2009: viii).

Narsisme politik adalah cermin artifisialisme politik melalui

konstruksi citra diri yang sebaik, secerdas, seintelek, sesempurna dan

seideal mungkin, tanpa menghiraukan pandangan umum terhadap

realitas diri yang sebenarnya. Melalui politik pertandaan, berbagai

tanda palsu tentang tokoh, figur, dan partai diciptakan untuk

mengelabui persepsi dan pandangan publik.

Narsisme politik adalah bentuk keseketikaan politik yang

merayakan citra instan dan efek yang segera, tetapi tak menghargai

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

12

proses politik. Aneka citra politik: jujur, cerdas, bersih, atau nasionalis

adalah citra yang mestinya dibangun secara alamiah melalui akumulasi

karya, pemikiran, tindakan, dan prestasi politik. Akan tetapi,

mentalitas menerabas telah mendorong tokoh miskin prestasi untuk

mengambil jalan pintas dengan memanipulasi citra secara instan.

Narsisme politik adalah cermin politik seduksi, yaitu aneka trik

bujuk rayu, persuasi, dan retorika komunikasi politik, yang tujuannya

meyakinkan setiap orang, bahwa citra yang ditampilkan adalah

kebenaran. Padahal, citra-citra itu tak lebih dari wajah penuh make up,

gincu, kosmetik, dan topeng-topeng politik, yang menutupi wajah

sebenarnya (Tinarbuko, 2009: ix).

E.4. Pemilu 2014

Pemilu adalah pemilihan umum dimana rakyat memilih wakilnya di

parlemen serta presiden dan wakil presiden secara langsung (Setiyono, 2008:

66). Pemilu 2014 merupakan pemilihan langsung ketiga setelah pemilu tahun

2004 dan tahun 2009. Pemilu 2014 akan dilakanakan dua kali yaitu Pemilu

Legislatif pada tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para anggota dewan

legislatif dan Pemilu Presiden pada tanggal 9 juli 2014 yang akan memilih

Presiden dan Wakil Presiden (Dikutip dalam website

http://www.pemilu.com/jadwal-pemilu-2014/). Pada pemilu tahun 2014,

partai politik yang ikut serta berjumlah 15 partai, 12 partai umum dan 3 partai

daerah NAD.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

13

E.5. Calon Legislatif (DPR RI)

E.5.1. Definisi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Gunawan, 2008: 72).

Anggota DPR adalah wakil rakyat yang telah bersumpah atau

berjanji sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dalam

melaksanakan tugasnya sungguh memperhatikan kepentingan rakyat.

Anggota DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan

umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum dengan masa

kenggotaan selama lima tahun dan berakhir bersama-sama pada saat

anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji (Gunawan, 2008 :

80).

E.5.2. Syarat Menjadi Calon Legislatif

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon legislatif

yaitu:

1. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu)

tahun atau lebih;

2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

14

4. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;

5. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat;

6. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita

Proklamasi 17 Agustus 1945;

7. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

8. Sehat jasmani dan rohani;

9. Terdaftar sebagai pemilih;

10. Bersedia bekerja penuh waktu;

11. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara

Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan

usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber

dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran

diri dan yang tidak dapat ditarik kembali;

12. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik,

advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT),

dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

15

berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang

dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang,

dan hak sebagai anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan;

13. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara

lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha

milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari

keuangan negara;

14. Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;

15. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan

16. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

E.5.3. Kewajiban Anggota DPR

1. Mengamalkan Pancasila.

2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

6. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti

aspirasi masyarakat.

7. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

16

8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral yang politis kepada

pemilih dan daerah pemilihannya.

9. Mentaati kode etik dan peraturan tata tertib DPR.

10. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga

yang terkait.

E.6. Iklan

E.6.1. Definisi Iklan

Iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau

dijual untuk mendapat perhatian dan menempatkan produk secara unik

kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu (Menurut Ahira dikutip

dari http://www.anneahira.com/politik-periklanan.htm).

Strategi pemasaran yang dibuat oleh para pemilik komoditas di

maksudkan agar para konsumen menerima produk mereka dan

kemudian mengkonsumsinya. Untuk itu iklan sebagai bentuk

komunikasi pemasaran harus bisa menyampaikan pada khalayaknya

tujuan-tujuan pemasaran tersebut dengan menonjolkan hal-hal baik

dan nilai guna yang dimiliki produk dan sebaliknya sebisa mungkin

iklan menutupi keburukan produk tersebut.

Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih

diterima oleh konsumen. Iklan dalam konstruksi pesannya berusaha

menghadirkan figur-figur tertentu yang dekat dengan konsumen. Lebih

tepatnya iklan berusaha menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik

olehnya. Suharko mengatakan bahwa melalui iklan, citra mengenai

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

17

kelompok-kelompok masyarakat tersebut dibentuk, didiktekan, dan

dikonstruksikan ke dalam bangunan kesadaran yang bermuara pada

bujukan untuk mengkonsumsi suatu komoditas (Seto, 2013: 154).

E.6.2. Iklan Politik

Iklan politik adalah iklan yang menawarkan sesuatu berkaitan

dengan politik. Iklan politik merupakan salah satu alat komunikasi

politik untuk menyampaikan pesan tentang individu atau partai politik.

Keberadaannya disosialisasikan menggunakan media komunikasi

visual. Perwujudannya dikemas dengan menggunakan pendekatan

Desain Komunikasi Visual (DKV). Untuk itu, media komunikasi

visual dan desain komuniasi visual dibutuhkan sebagai alat komunikasi

antara kandidat dengan calon pemilih. Kepentingannya, agar para

kandidat dapat melakukan sosialisasi terkait visi, misi, ide, program

kerja dan pandangan ideologis partai maupun individunya untuk

menarik minat calon pemilih.

Iklan politik dengan penyampaian pesan yang kreatif dan

persuasif menjadi pilihan yang sangat efektif untuk membangun

perhatian dan minat serta membentuk sikap target audiens secara

masal melalui media. Selain itu, iklan politik dibutuhkan untuk

meningkatkan awareness pemilih kepada calon legislatif yang berlaga

dalam perhelatan Pemilu 2014 (Tinarbuko, 2009: 58).

Secara umum, peran Desain Komunikasi Visual pada

kampanye Pemilu adalah bertugas menyampaikan pesan secara

informatif, persuasif, dan atraktif kepada simpatisan dan calon pemilih.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

18

Bentuk penyampaian pesan verbal dan pesan visual yang dikemas

secara komunikatif dan persuasif, dalam ranah kampanye pemilu,

dikenal dengan sebutan iklan politik (Tinarbuko, 2009: 58-59).

Tujuan dari iklan adalah untuk memotivasi dan memengaruhi

calon konsumen agar berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginan

si pemasang iklan. Selain itu, iklan juga banyak digunakan untuk

membangun citra jangka pendek maupun jangka panjang sebagai

produk.

Dari penjabaran definisi dan tujuan itu, kita bisa menarik

kesimpulan bahwa iklan politik bisa jadi salah satu jenis iklan yang

sedang “menawarkan” produk berupa kemampuan individu yang

sedang diiklankan. Misal, ketika kampanye, banyak sekali iklan politik

yang ditemukan. Semuanya menawarkan kemampuan sosok yang

diiklankan, dalam hal ini adalah calon pejabat (Menurut Ahira dikutip

dari http://www.anneahira.com/politik-periklanan.htm).

E.7. Analisis Semiotik

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani

semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu

yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap

mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-

peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. (Eco, 1979). Sedangkan

menurut Van Zoest mengatakan semiotik adalah ilmu tanda (sign) dan segala

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

19

yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain,

pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya

(Sobur, 2002: 95).

Batasan lebih jelas mengenai definisi semiotik dikemukakan oleh

Preminger (2001:89), yang mengatakan :

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa

fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.

Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi

yang memungkinkan tanda-tanda itu mempunyai arti. (Sobur, 2002 : 96) .

E.7.1. Semiotik Model Charles Sanders Pierce

Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik.

Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua

sistem penandaan. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari

tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur

tunggal (Sobur, 2002: 97).

Semiotika menurut Pierce adalah suatu hubungan antara tanda,

objek dan makna. Analisis semiotik yang digunakan pada penelitian ini

adalah semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce.

Permikiran Pierce ini bisa dijelaskan melalui bagan segitiga makna

pada gambar berikut (Seto, 2013: 168-169):

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

20

Segitiga Elemen Makna Pierce Sign

Interpretan Object

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, Second Edition, Methuen & co. LTD, London, 1990, hal 42, dikutip dari Seto, 2013: 169.

Menurut Pierce, tanda dibentuk oleh hubungan segitiga yaitu

representament yang oleh Pierce disebut juga tanda (sign)

berhubungan dengan object yang dirujuknya. Hubungan tersebut

membuahkan interpretan. Tanda atau representament adalah bagian

tanda yang merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan

kapasitas tertentu. Pierce mengistilahkan representament sebagai

benda atau objek yang berfungsi sebagai tanda. Objek adalah sesuatu

yang dirujuk oleh tanda. Biasanya objek merupakan sesuatu yang lain

dari tanda itu sendiri atau objek dan tanda bisa jadi merupakan entitas

yang sama (Seto, 2013: 169).

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda

memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Pierce

membedakan tipe tanda menjadi : Ikon (icon), Indeks (index), dan

Simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen

dan objeknya (Seto 2013: 18).

1) Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda

itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan

antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam

beberapa kualitas. Contohnya, sebagian besar rambu lalu lintas

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

21

merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan bentuk yang

memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.

2) Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau

eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks,

hubungan antara tanda dan objeknya bersifat kongkret, aktual dan

biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak

telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari

seseorang atau binatang yang telah lewat disana, ketukan pintu

merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu dirumah kita.

3) Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional

sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.

Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.

Tabel 1.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya

Jenis tanda Ditandai dengan Contoh Proses kerja

Ikon

- Persamaaan

(kesamaaan)

- Kemiripan

Gambar.foto,dan

patung - dilihat

Indeks - Hubungan sebab akibat

- Kerkaitan

- asap---api

- gejala---penyakit - diperkirakan

Simbol - Konvensi atau

- Kesepakatan sosial

- Kata-kata

- Isyarat - dipelajari

Sumber: Seto Wahyu Wibowo, Indiwan. 2013. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis

Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, hal 19.

Tabel 1.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya

E.7.2. Semiotik Model Ferdinand De Saussure

Selain Charles S Pierce, pendekatan semiotika terus

berkembang hingga saat ini amat berhutang budi pada peletak dasar

semiotika lainnya yakni Ferdinand de Saussure yang lebih berfokus

pada semiotika linguistik (Seto, 2013: 19).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

22

Saussure memang terkenal dan banyak dibicarakan orang

karena teorinya tentang tanda. Meski tak pernah mencetak buah

pikirannya dalam sebuah buku, para muridnya mengumpulkan catatan-

catatannya menjadi sebuah outline.

Pandangannya tentang tanda sangat berbeda dengan pandangan

para ahli linguistik di jamannya. Saussure justru menyerang

pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad

ke-19. Saat itu, studi bahasa hanya berfokus kepada perilaku linguistik

yang nyata. Studi tersebut menelusuri perkembangan kata-kata dan

ekspresi sepanjang sejarah, mencari faktor-faktor yang berpengaruh

seperti geografi, perpindahan penduduk dan faktor lain yang

mempengaruhi perilaku linguistik manusia.

Saussure justru menggunakan pendekatan anti historis yang

melihat bahasa sebagai sebuah sistem yang utuh dan harmonis secara

internal atau dalam istilah Saussure disebut langue. Dia mengusulkan

teori bahasa yang disebut sebagai strukturalisme untuk menggantikan

pendekatan historis dari para pendahulunya. Bahasa di mata Saussure

tak ubahnya sebuah karya musik (simfoni) dan bila kita ingin

memahaminya kita harus memperhatikan keutuhan karya musik secara

keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap

pemain musik (Seto, 2013: 20).

Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang terkenal yaitu

soal:

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

23

2. Form (bentuk) dan Content (isi)

3. Langue (bahasa) dan Parole (tuturan/ujaran)

4. Synchronic (sinkronik) dan Diachronic

5. Syntagmatic dan Associative atau Paradigmatik

E.7.3. Semiotik Model Roland Barthes

Kancah penelitian semiotika tak begitu saja melepaskan nama

Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotika yang mengembangkan

kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada

semiotika teks.

Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi

sebagai kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh

lebih sederhana saat membahas model glossematic sign (tanda-tanda

glossematic). Mengabaikan dimensi bentuk dan substansi, Barthes

mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri

dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan

content (atau signified) (C) : ERC.

Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat

menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap

dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula. Barthes

menulis:

Such sign system can become an element of a more comprehensive

sign system. If the extension is one of content, the primary sign (E1 R1

C1) becomes the expression of a secondary sign system :

E2 = (E1 R1 C1) R2 C2

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

24

Dengan begitu, primary sign adalah denotative sedangkan

secondary sign adalah satu dari connotative semiotics. Konsep

connotative inilah yang menjadi kunci penting dari model Roland

Barthes.

Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap

pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified

(content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang

disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda

(sign).

Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk

menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan

interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi

dari pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya (Seto, 2013: 21).

Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak

intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang

digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi

adalah bagaimana cara menggambarkannya.

Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga

kehadirannya tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna

konotatif sebagai fakta denotatif. Karena itu, salah satu tujuan analisis

semiotika adalah untuk menyediakan metode analisis dan kerangka

berpikir dan mengatasi terjadinya salah baca atau salah dalam

mengartikan makna suatu tanda.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

25

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi,

tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang

realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang

sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya mengenai

hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini

misalnya mengenai feminimitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan

kesuksesan (Seto, 2013: 22).

Langue

Myth

Sumber: Seto Wahyu Wibowo, Indiwan. 2013. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, hal 22.

E.7.4. Semiotik Model Umberto Eco

Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 di Alessandria, wilayah

Pedmont Italia. Awalnya ia belajar hukum, kemudian mempelajari

filsafat dan sastra sebelum akhirnya menjadi ahli semiotika.

Dia-sebagaimana dikutip Yasraf Amir Piliang dalam buku

“Hipersemiotika” Tafsir Cultural Studies Atas matinya Makna, (2003)

– menegaskan bahwa semiotika adalah teori dusta. Eco mengatakan

bahwa : pada prinsipnya (semiotika) adalah sebuah disiplin yang

mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta.

Definisi ini meskipun agak aneh secara eksplisit menjelaskan betapa

1 signifier 2 signified

3 sign

II SIGNIFIED

I SIGNIFIER

II SIGN

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

26

sentralnya konsep dusta di dalam wacana semotika, sehingga dusta

tampaknya menjadi prinsip utama semiotika (Seto, 2013: 24).

Menurut Eco, semiotikus terkenal Italia itu, tanda dapat

digunakan untuk menyatakan kebenaran sekaligus juga untuk

menyatakan suatu kebohongan.

Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat

dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat

diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk

menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu

harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu

waktu tertentu. Dengan demikian semiotika pada prinsipnya adalah

suatu disiplin yang mempelajari apa pun yang dapat digunakan untuk

menyatakan suatu kebohongan. Jika sesuatu itu tersebut tidak dapat

digunakan untuk mengatakan kebohongan, sebaliknya tidak bisa

digunakan untuk mengatakan kebenaran (Seto, 2013: 25).

E.8. Teori Persuasi/Informasi

Dalam teori informasi, komunikasi massa terdiri atas serangkaian

sistem yang menyampaikan informasi dengan cara bersambung dan berurutan

(1) dari sebuah sumber, (2) melalui penyandi yang menerjemahkan unsur-

unsur pesan ke dalam serangkaian tanda (kata, gambar, dsb.) ke dalam impuls

elektronik, (3) melalui sebuah saluran, (4) melalui penyandi balik, dan (5)

kepada penerima. Teori ini menetapkan informasi menurut kemampuannya

mengurangi ketakpastian atau keteraturan situasi pada ujung penerima

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

27

(Nimmo, 1989: 173). Teori informasi mengatakan bahwa orang mengikuti

komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk bertukar informasi

dan mengurangi ketidakpastian (Nimmo, 1989: 174).

E.9. Fokus Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah, dan kemudian

tujuan dari penelitian. Fokus dari penelitian ini adalah iklan banner calon

legislative DPR RI Dapil Jatim V Malang Raya, dengan menggunakan

analisis semiotik model Charles Sanders Pierce peneliti bisa mendeskripsikan

makna narsisme dibalik iklan politik calon legislatif pada pemilu tahun 2014.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

28

F. METODE PENELITIAN

F.1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

interpretatif dengan pendekatan analisis semiotik. Secara metodologis

dalam teori-teori interpretatif menyebabkan cara berpikir mazhab kritis

(Frankfurt School) terbawa pula ke dalam kajian semiotik ini. Aliran

Frankfurt terkenal kritis dengan persoalan lambang atau simbol (Sobur,

2002 : 147). Alasannya menggunakan analisis semiotik karena penelitian

semiotik menginginkan suatu keseluruhan untuk memperoleh makna-

makna yang ada dalam suatu teks sebagai sebuah proses dalam satu

kesatuan (Seto, 2013 : 164).

Sesuai dengan paradigma kritis, analisis semiotik bersifat

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian ini

menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau jasa. Hal

yang terpenting suatu barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena,

dan gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat

dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori (Djunaidi ,

2012 : 25). Jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya

interpretasi-interpretasi alternative. Dalam penerapannya metode semiotik

ini menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari semua isi berita

(teks), termasuk cara pemberitaan maupun istilah-istilah yang

digunakannya (Sobur, 2002 : 147-148).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

29

F.2. Subjek Penelitian

Menurut Amirin (1986), subjek penelitian merupakan seseorang atau

sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan, sedangkan Suharsimi

Arikunto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau

orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang

dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran

yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang

variabel yang penelitian akan diamati. Dari kedua batasan di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud subjek penelitian adalah individu,

benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan

dalam pengumpulan data penelitian (Idrus, 2009 : 91).

Adapun subjek penelitian ini adalah banner caleg Dapil Jatim V

Malang Raya dari beberapa partai pada pemilu 2014 yang tersebar di jalan-

jalan besar di Kota Malang, yang termasuk dalam zona lokasi pemasangan

alat peraga untuk pelaksanaan kampanye yang ditetapkan dalam PKPU

(Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 23 tahun 2014).

Adaupun karakteristik dari subjek penelitiannya adalah sebagai

berikut :

1. Waktu dokumentasi banner : 16 Maret – 5 April 2014

2. Kecenderungan narsisme diukur dengan Skala Kecenderungan

Narsisme yang disusun berdasarkan pedoman DSM-IV

(from Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,

commonly referred to as DSM-IV, of the American Psychiatric

Association. European countries use the diagnostic criteria of the

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

30

World Health Organization) yang memiliki delapan ciri yang

dihubungkan dengan iklan banner caleg, yaitu:

(1) merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan

potensi atau kompetensi yang dimiliki, percaya bahwa dirinya

adalah spesial dan unik. Misalnya seperti pesan-pesan verbal

yang dicantumkan pada iklan banner yang membanggakan

dirinya.

(2) dipenuhi dengan fantasi kesuksesan, kekuasaan, kepintaran,

kecantikan, atau cinta sejati. Misalnya seperti tampilan visual

caleg yang cantik, ganteng, agamis, dan cerdas.

(3) memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi. Misalnya

seperti menampilkan foto dirinya dalam iklan banner,

menunjukkan eksistensi dirinya kepada publik.

(4) merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa

(5) kurang empati

(6) mengeksploitasi hubungan interpersonal. Misalnya seperti

menghubung-hubungkan dirinya dengan tokoh terkenal,

menaruh foto tokoh terkenal dalam iklan bannernya.

(7) seringkali memiliki rasa iri pada orang lain iri kepadanya

(8) angkuh

3. Banner-banner calon legislative yang terpilih menjadi Anggota

DPR RI pada pemilu 2014. Menurut SK KPU Nomor

416/Kpts/KPU/TAHUN 2014 serta perolehan kursi partai politik

dan calon terpilih anggota DPR dalam Pemilu Tahun 2014.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

31

Sumber: Dikutip melalui website http://www.kpu.go.id/koleksigambar/SK_KPU_416_Penetapan_Kursi_Calon_Terpilih_1452014.pdf.

Gambar 1.1 Rekapitulasi Model E-3 DPR

4. Lokasi :

Tabel 1.2 Lokasi Pemasangan Banner

No. Nama Caleg Gambar Banner Lokasi

I Kresna

Dewanata

Phrosakh

Jalan Muharto Timur,

daerah makam.

II Lathifhah

Shohib

Jalan Borobudur,

tepatnya di pertigaan

simpan Borobudur,

banner ini ditempel pada

pohon pinggir jalan

III Ahmad

Basharah

Perumahan Sawojajar,

tepatnya daerah masjid

dan SMA 10 Malang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

32

IV Andreas Eddy

Susetyo

Pasar Bunul

(Jalan Hamid Rusdi),

diseberang jalan

Indomart cabang Hamid

Rusdi dan menghadap

jalan raya.

V Ridwan Hisjam

Pasar Induk Gadang

(Jalan Kolonel Sugiono),

dan ditempelkan di

pohon-pohon pinggir

jalan raya.

VI Moreno

Soeprapto

Jalan Trunojoyo,

tepatnya di seberang

jalan toko City of Arema

dan menghadap ke jalan

raya.

VII Nurhayati Ali

Assegaf

Kelurahan Kedung

Kandang, Kelurahan

Kedung Kandang

tepatnya di perempatan

jalan dan menghadap ke

jalan raya.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

33

VIII Totok Daryanto

Perumahan Sawojajar,

tepatnya di jalan Danau

Limbutu.

F.3. Sumber Data

F.3.1. Data Primer

Data primer dari penelitian ini adalah dokumentasi banner-

banner caleg DPR RI Dapil Jatim V Malang Raya dari berbagai partai

pada pemilu 2014 yang tersebar di jalan-jalan besar di Kota Malang,

yang termasuk dalam zona lokasi pemasangan alat peraga untuk

pelaksanaan kampanye yang ditetapkan dalam PKPU (Peraturan

Komisi Pemilihan Umum No. 23 tahun 2014).

F.3.2. Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukung dari penelitian ini adalah

buku-buku, referensi berupa skripsi/jurnal, dan internet untuk

mendukung data penelitian.

F.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

metode dokumentasi banner-banner caleg DPR RI Dapil Jatim V Malang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

34

Raya dari berbagai partai pada pemilu 2014 yang tersebar di jalan-jalan besar

di Kota Malang.

Kemudian banner-banner tersebut difoto atau didokumentasikan

menggunakan kamera Handphone dan DSLR agar memudahkan dalam

melakukan pengamatan. Dari hasil dokumentasi, peneliti mencari informasi

mengenai zona lokasi pemasangan alat peraga untuk pelaksanaan kampanye

yang ditetapkan dalam PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 23

tahun 2014) ke kantor KPU Daerah Kota Malang yang beralamat di Jalan

Bantaran No. 6 Malang.

Selanjutnya banner yang sudah didokumentasikan tersebut di pilih,

banner mana yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian, kemudian di

analisis menggunakan analisis semiotik model Charles Sanders Pierce.

Dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagai

penunjang penelitian ini. Yang dimaksud data sekunder adalah buku-buku,

refrensi berupa skripsi dan internet untuk mendukung data-data pada

penelitian dan pada bagian tinjauan pustaka.

F.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, maka data

tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam

teknik analisa data adalah analisis semiotik.

Semiotika menurut Pierce adalah suatu hubungan antara tanda, objek

dan makna. Analisis semiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah

semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce (Seto, 2013 : 168).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

35

Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat

menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Pierce ingin

mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali

semua komponen dalam struktur tunggal (Sobur, 2002 : 97).

Oleh karena itu, dengan menggunakan analisis semiotik model

Charles Sanders Pierce, peneliti bisa menganalisis makna narsisme dibalik

foto calon legislatif pada pemilu tahun 2014.

F.6. Instrumen Penelitian

Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti ketika melakukan suatu

penelitian kualitatif adalah berperan sebagai instrumen dalam penelitian yang

dilakukannya. Instrumen atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal

hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti

sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan, bukan orang lain

atau asisten peneliti. Peneliti kualitatif menjadikan dirinya sebagai bagian

yang tidak dapat dipisahkan antara dirinya dengan penelitian yang

dilakukannya dari awal hingga akhir penelitian tersebut (Herdiansyah, 2012 :

21).

Dalam hal pengumpulan data, peneliti kualitatif berfungsi langsung

sebagai alat yang berfungsi aktif dalam mengumpulkan data. Ia sebagai orang

yang langsung menjalankan dan menggunakan alat pengumpulan data yang

telah dipilih (Herdiansyah, 2012 : 23).

Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi

terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, pengusaan wawasan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26411/2/jiptummpp-gdl-rokhmahtri-38711... · 2016. 4. 12. · iklan politiknya. Terkait dengan pemaknaan, studi yang biasa digunakan

36

terhadap bidang yang diteliti. Yang melakukan validasi adalah peneliti

sendiri, melalui evalusi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode

kualitatif, penguasaan teori, dan wawasan terhadap bidang yang diteliti

(Sugiono, 2013 : 222).