bab i mengenal penelitian tujuan...
TRANSCRIPT
1
BAB IMENGENAL PENELITIAN
Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang
berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan
beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian
dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah.
Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh
dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu
Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran,
pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan
yang harus disusun sebelum penelitian dilakukan.
Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan
menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan
penelitiannya.
1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu
penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan
dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada
pada setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir
kedunia. Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan
suatu “kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah.
Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun
sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan
Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian,
mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai
jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.
2
pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada kaidah umum. Ilmu mencakup
lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia
secara menyeluruh. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan
suatu rasionalisasi sebagai hukum alam, membentuk kebiasaan serta
meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimen), klasifikasi,
analisis, serta membuat generalisasi..
Sedangkan “pengetahuan” muncul dari pemahaman manusia terhadap
kenyataan-kenyataan alam dan sosial karena manusia menggunakan
kemampuan berfikirnya. Dengan kemampuan berfikirnya itulah manusia
berusaha mencapai progress, yang berkaitan dengan upaya pemenuhan
terhadap kebutuhan manusia yang disebabkan karena “rasa ingin tahu” yang
ada pada setiap diri manusia. Inilah salah satu cirri khas manusia yakni
mempunyai rasa ingin tahu yang tidak akan pernah berhenti pada suatu titik final.
Dengan adanya rasa ingin tahu manusia yang terus menerus ini, maka ilmu akan
terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan
berfikir secara logis atau sering disebut dengan “penalaran”.
Konsep antara ilmu dan berfikir pada dasarnya adalah sama. Dalam
memecahkan masalah, keduanya ( ilmu dan berfiir ) memulai dengan adanya
rasa ingin tahu manusia dan menyangsikan/meragukan sesuatu hal yang bersifat
umum. Rasa ingin tahu manusia sendiri sebenarnya berkaitan dengan
pencarian suatu “kebenaran”, dimana manusia bisa menemukan dengan
pendekatan yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah.
Suatu kebenaran yang ditemukan berdasar pendekatan non ilmiah (
seperti penemuan kebenaran berdasar wahyu, penemuan kebenaran berdasar
intuisi, dan sebagainya ) hanya dipercaya dan berlaku bagi orang yang
menemukan atau kelompoknya saja. Sedangkan kebenaran yang ditemukan
berdasarkan pendekatan ilmiah ( disebut dengan kebenaran ilmiah ) dilakukan
melalui “penelitian” terhadap fenomena yang ada melalui proses secara ilmiah.
Pada umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima oleh umum karena
disebabkan oleh 3 hal yaitu :
3
1. adanya koherensi, yakni kebenaran yang diperoleh itu koheren atau
konsisten dengan kebenaran sebelumnya
2. adanya korespondensi, yakni bahwa suatu pernyataan dianggap benar
jika materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut mempunyai
hubungan (koresponden) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu
sendiri
3. pragmatis, yakni pernyataan dianggap benar karena mempunyai sifat
fungsional dalam kehidupan praktis.
1.2. Pengertian dan Prosedur Penelitian
Kata “penelitian atau riset” merupakan terjemahan dari kata “research”,
yang kemudian menjadi kata baku Indonesia “riset”. Kata research terdiri atas 2
kata yaitu “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Jadi
research dapat diartikan “mencari kembali”. Untuk memahami tentang makna
atau arti dari penelitian, perlu disadari terlebih dahulu bahwa pada dasarnya
penelitian itu merupakan kegiatan penyaluran dari hasrat ingin tahu manusia,
sehingga dalam penelitian itu terkandung 2 bagian pokok yaitu
1.. adanya “pertanyaan” yang membutuhkan jawaban, dan
2. “jawaban” itu sendiri.
Dalam kamus Webster ( Webster New International Dictionary )
disebutkan bahwa “research is a careful, systematic, patient study and
investigation in some field of knowledge, undertaken to establish facts of
principles”. Hampir senada dengan definisi menurut kamus Webster, Clifford
Woody mendefinisikan penelitian sebagai berikut : “research is a careful or
critical inquiry to ascertain something”.
Jadi penelitian merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan dengan
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan
yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian, yang kemudian
diturunkan sebagai berikut : penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry)
secara sistenatis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
4
masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Definisi yang lain menyebutkan
bahwa penelitian merupakaan suatu pencarian fakta menurut metode obyektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau
hukum.
Disisi lain R.M. Hutchins medefinisikan penelitian sebagai berikut :
“research is the sense of gathering data for the sake of gathering them has no
place in a University……. Research in the sense of the development, elaboration,
and refinement of principles, together with the collection and use of empirical
materials to aid in these process, is one of the highest activities of a university
and one in wich all its professors should be ngaged”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan dimuka dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya dalam kegiatan penelitian terkandung beberapa ciri
sebagai berikut :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan terhadap pengetahuan baru,
atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi
(tafsiran) baru
b. hasil penelitian boleh signifikan dan boleh tidak signifikan
c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” daripada “research”
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut dengan
penelitian ilmiah ( scientific research ). Dalam penelitian ilmiah terkandung 2
unsur penting, yaitu unsur “observasi” atau pengamatan, dan unsur “nalar” atau
reasioning. Oleh karena penelitian berkaitan dengan kegiatan untuk mencari
jawaban atas adanya pertanyaan yang muncul, maka secara rinci dapat
dijelaskan secara umum pengertian penelitian atau riset sebagai berikut.
“Penelitian merupakan suatu kegiatan berupa pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan analisis data, yang dilakukan dengan metode ilmiah secara
efisien dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu
keadaan atau persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau
untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk
menguji sebuah hipotesis”.
5
Kegiatan penelitian ilmiah yang sistematis dapat dilakukan dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara umum bisa disebutkan
sebagai berikut :
1. Memilih masalah/topik penelitian
2. Melakukan studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis
5. Memilih pendekatan
6. Menentukan variabel dan sumber data
7. Menentukan dan menyusun instrumen
8. Mengumpulkan data
9. Melakukan analisis
10.Menarik simpulan
11.Menyusun laporan
Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan dan konsisten
antara langkah satu dengan lainnya meskipun dalam praktek seringkali beberapa
langkah dapat dilakukan secara bersamaan seperti misalnya dalam memilih
pendekatan bisa dilakukan bersamaan dengan menentukan variabel dan sumber
data atau bersamaan dengan penyusunan instrument penelitian.
Urutan langkah-langkah atau prosedur penelitian ilmiah sebagaimana
yang disebutkan dimuka dapat dijelaskan dengan gambar 1 sebagaimana yang
tertera pada halaman 6 berikut ini.
6
Gambar 1
Prosedur Penelitian
Sumber : Suharsimi Arikunto ( 1998 : 18 )
Masalah/topik
Studi pendahuluan
Rumusan masalah
Anggapan dasar danhipotesis
Memilih pendekatan
Menentukan variabel Menentukan sumber data
Menyusun instrumen
Mengumpulkan data
Analisis
Menarik simpulan
Menyusun laporan
7
1.3. Jenis-Jenis Penelitian
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang berbagai jenis penelitian
yang bisa dilakukan seseorang; namun pada dasarnya penelitian dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yakni a). jenis penelitian yang
didasarkan pada alasan mengapa dilakukan penelitian, b). jenis penelitian yang
berdasar pada tempat dilakukannya penelitian, serta c). jenis-jenis penelitian
dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian. Masing-masing jenis penelitian yang
ada pada setiap kelompok akan dijelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan alasan dilakukannya penelitian, terdapat 2 jenis penelitian
yaitu penelitian dasar/murni ( basic/pure research ), dan penelitian terapan (
applied research ).
Penelitian dasar ( basic research ) adalah suatu penelitian yang
mempunyai alasan intelektual, bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, yakni penelitian yang didasarkan pada keinginan untuk
mengetahui semata-mata dan tidak mempunyai kegunaan praktis secara
langsung. Sedangkan penelitian terapan ( applied research ) adalah penelitian
yang mempunyai alasan praktis, yaitu alasan berdasarkan pada keinginan untuk
mengetahui sesuatu dengan tujuan agar bisa menjadikan sesuatu itu lebih baik,
efektif, dn efisien.
Menurut tempat dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu :
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium ( laboratory
research ), dan penelitian lapangan ( field research ).
Penelitian perpustakaan ( library research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, atau
sumber-sumber data lainnya yang ada di perpustakaan atau ditempat-tempat
tersimpannya dokumen yang bersangkutan. Penelitian laboratorium ( laboratory
research ) merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
dalam laboratorium yang biasanya bersifat eksperimen dimana dimungkinkan
untuk melakukan pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu.
Sedangkan penelitian lapangan ( field research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mendatangi obyek yang diteliti seperti misalnya rumah
8
tangga, perusahaan, dan sebagainya. Pengumpulan data pada jenis penelitian
ini adalah dengan mendatangi sumber-sumber data atau mendekat dengan
responden baik melalui kegiatan wawancara maupun dengan cara observasi.
Sedangkan jika dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis
penelitian yaitu penelitian eksplorasi ( explorative research ), penelitian
pengembangan ( development research ), dan penelitian verifikasi ( verificative
research )
Penelitian eksplorasi ( explorative research ) adalah penelitian yang
dilakukan terhadap sesuatu yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Jadi dalam
hal ini apabila ada peristiwa yang terjadi berulang-ulang bisa dilakukan penelitian
untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Penelitian
pengembangan ( development research ) merupakan penelitian yang bertujuan
untuk melakukan penyempurnaan terhadap sesuatu yang sudah ada, misalnya
suatu perusahaan melakukan uji coba pengembangan produk, mula-mula dicoba
terhadap sejumlah kecil produk, dan bila ini berhasil dapat diterapkan pada
jumlah produk yang lebih besar. Sedangkan penelitian verifikasi ( verificative
research ) merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan
pengecekan terhadap kebenaran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Selain pengelompokan jenis penelitian yang dijelaskan dimuka masih
terdapat banyak jenis penelitian sesuai dengan keterkaitan antar variabel
penelitian seperti penelitian deskriptif ( descriptive research ), penelitian
korelasional ( correlational research ), penelitian komparasi ( comparative
research ), dan sebagainya.
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan agar bisa
memecahkan masalah penelitian dan atau menguji hipotesis. Penelitian
korelasional (correlational research) adalah penelitian yang akan menguji
keterkaitan antar variabel baik dalam bentuk hubungan maupun pengaruh.
Sedangkan penelitian komparasi (comparative research) merupakan penelitian
yang akan menguji perbedaan antara dua atau lebih variabel atau fenomena
yang terjadi.
9
1.4. Rancangan Penelitian ( Research Design )
Rancangan Penelitian ( Research Design ) atau desain riset adalah
suatu pengaturan (arrangement) daripada syarat-syarat yang diperlukan untuk
mengontrol pengumpulan data sedemikian rupa dengan tujuan untuk
mengkombinasikan segala informasi yang relevan, sesuai dengan tujuan
dilaksanakannya penelitian.
Dalam arti sempit, rancangan penelitian ( research design ) bisa berarti
prosedur pengumpulan dan analisis data; sedangkan dalam arti luas desain riset
mencakup seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan dari suatu penelitian.
Dalam desain riset ini akan tercakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. mengidentifikasi dan memilih masalah/topik riset
2. merumuskan masalah
3. membuat definisi-definisi atau konsep-konsep dan cara pengukuran
variabel
4. menentukan metode sampling yang digunakan dan penentuan jumlah
sampel
5. menentukan teknik pengumpulan data
6. melakukan editing, coding, dan prosesing data
7. menentukan metode analisis
8. membuat rencana penulisan laporan penelitian
Selain itu, dalam merencanakan suatu penelitian, disamping harus
mengikuti prosedur sebagaimana yang dijelaskan dimuka, seorang peneliti juga
perlu memperhatikan segi administrasi penelitian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti berkaitan dengan administrasi penelitian
diantaranya adalah : anggaran biaya penelitian, organisasi dan alokasi
personalia penelitian ( untuk penelitian kelompok ), kerjasama dengan pihak
responden, batasan daerah dan ruang lingkup penelitian, surat ijin penelitian,
jadual waktu penelitian, dan pembuatan usulan penelitian.
10
1.5. Ringkasan bab I.
Setiap manusia memiliki sifat dasar berupa “rasa ingin tahu” yang
dibawanya sejak lahir. Rasa ingin tahu itu sebenarnya berkaitan dengan
pencarian terhadap sesuatu yaitu “kebenaran”, dimana kebenaran ini bisa
diperoleh dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan non
ilmiah.
Pencarian kebenaran melalui pendekatan ilmiah dilakukan melalui
sebuah penelitian terhadap fenomena yang terjadi dan menggunakan proses
ilmiah. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah disebut dengan
“kebenaran ilmiah”, dan kebenaran ilmiah ini bisa diterima oleh umum karena
adanya 3 sifat yakni adanya koherensi atau konsistensi dengan kebenaran
sebelumnya, adanya korespondensi atau ada hubungannya dengan obyek yang
dituju, dan adanya sifat progmatis.
Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data, pengolahan,
penyajian, dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien
dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu
keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk
membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk menguji
hipotesis. Dalam kegiatan penelitian, terkandung 3 ciri yaitu :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan (inquiry)
b. hasil penelitian isa signifikan dan bisa tidak signifikan
c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” saja daripada
“research”.
Penelitian dapat dikelopokkan kedalam beberapa aspek sebagai berikut :
1. Berdasar alasan dilakukannya penelitian, ada 2 jenis penelitian yaitu
penelitian dasar ( basic research ) dan panalitian terapan ( applied research )
2. Berdasar tempat dilakukannya penelitian ada 3 jenis penelitian yaitu
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium (
laboratory research ), dan penelitian lapangan ( field research )
11
3. Berdasar tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu
penelitian eksploratif ( explorative research ), penelitian pengembangan (
developmental research ), dan penelitian verifikasi ( verificative research )
4. Selain itu masih banyak jenis penelitian lainnya yang biasanya dilihat dari
keterkaitan antar variable atau focus analisisnya, seperti penelitian deskriptif,
penelitian korelasional, test hypothesis research, dan sebagainya.
Sebelum melakukan penelitian, disarankan peneliti membuat rancangan
penelitian ( research design ), yakni sebuah pengaturan atau aransemen dari
syarat-syarat yang diperlukan untuk mengontrol pengumpulan data sedemikian
rupa dengan tujuan untuk mengkombinasikan segala informasi yang relevan,
sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.
1.6. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan mengapa suatu “kebenaran” yang ditemukan melalui pendekatan
ilmiah bisa diterima oleh umum
2. Apakah yang dimaksud dengan “penelitian”, dan jelaskan ciri apa saja yang
terkandung kegiatan penelitian
3. Jenis-jenis penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek; sebutkan
4. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksploratif ? berikan contohnya.
5. Jelaskan mengapa dalam kegiatan penelitian pada umumnya peneliti lebih
menekankan kegiatannya pada “to search” saja daripada “research”.
6. Apakah yang disebut dengan rancangan penelitian ( research design ), dan
mengapa peneliti disarankan membuat rancangan penelitian ini.
7. Jelaskan bagaimana alur kegiatan penelitian dilakukan.
12
BAB II
MASALAH/TOPIK PENELITIAN, KONSEP, DAN HIPOTESIS
Sebagaimana dijelaskan dalam alur kegiatan penelitian pada Bab I
dimuka, suatu penelitian akan dimulai dengan adanya masalah/topik yang akan
dipecahkan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu setiap peneliti hendaknya
memiliki masalah/topik yang dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah
masalah itu dirumuskan maka peneliti bisa menentukan judul penelitian dan
kegiatan lain yang relevan dengan rumusan masalahnya.
Pada Bab II ini akan dijelaskan bagaimana peneliti memilih masalah/topik
penelitian, bagaimana membuat rumusan masalah, membuat konsep dan
definisi serta merumuskan hipotesis penelitian.
2.1. Memilih Masalah/Topik Penelitian.
Masalah timbul karena adanya tantangan, keraguan, atau kebingungan
manusia terhadap suatu fenomena, atau karena adanya celah (gap) antar
fenomena, karena adanya ambiguitas atau pengertian ganda dari suatu
fenomena, dan sebagainya. Masalah bisa muncul dari kehidupan sehari-hari,
dari membaca buku, maupun dari masalah orang lain. Masalah penelitian juga
selalu dihubungkan dengan keperluan praktis dan akademis. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa timbulnya masalah penelitian bisa berasal dari adanya
kesenjangan antara teori-teori yang dipelajari dengan keadaan nyata ( disebut
dengan teori gap ) dan dapat pula berasal dari perbedaan hasil-hasil penelitian
yang sudah dilakukan ( disebut dengan riset gap ).
Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat rumusannya agar bisa
dihubungkan dengan keperluan praktis dan keperluan akademis (teoritis). Tujuan
dari pemilihan dan perumusan masalah penelitian ini adalah :
Tujuan pembelajaran : Melalui pengenalan sumber permasalahan dan
pembuatan konsep/definisi, mahasiswa diharapkan dapat menyusun
rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
13
1. mencari sesuatu yang dapat memuaskan kepentingan akademis
seseorang
2. memuaskan perhatian dan keingintahuan seseorang akan hal-hal baru
3. meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian
sebelumnya, atau sebagai dasar untuk penelitian berikutnya
4. memenuhi kebutuhan sosial
5. menyediakan sesuatu yang bermanfaat
Dalam memilih masalah/topik penelitian, terlebih dahulu peneliti harus
mengidentifikasi masalah tersebut agar bisa merumuskannya dengan baik dan
dapat dipecahkan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu seyogianya peneliti
bisa memilih masalah/topik yang baik bagi penelitiannya. Suatu masalah
penelitian yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yakni mempunyai
kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk sesuatu kepentingan.
Dengan demikian masalah yang dipilih harus memiliki keaslian, menyatakan
suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dapat diuji, dan dapat
dirumuskan.
b. Masalah harus feasible ( dapat dipecahkan ). Fisibilitas suatu masalah
hendaknya didukung oleh tersedianya data, biaya, waktu, serta syarat-syarat
lain yang memadai
c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Selain memiliki ciri-ciri diatas, suatu masalah penelitian yang baik dapat
memungkinkan seorang peneliti mempermasalahkan fenomena atas salah satu
dari 3 hal berikut ini.
1. Permasalahan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena,
yang kemudian muncul penelitian deskriptif, atau penelitian historis, atau
penelitian filosofis
2. Permasalahan untuk membandingkan 2 fenomena atau lebih, yang kemudian
muncul penelitian komparatif yang dari penelitian itu peneliti dapat mencari
persamaan atau perbedaan antar fenomena serta manfaatnya
14
3. Permasalahan untuk mencari hubungan antara 2 fenomena atau lebih, yang
memunculkan penelitian korelasional, baik korelasi sejajar maupun korelasi
sebab akibat.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada fenomena-fenomena seperti itulah
yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan judul penelitian dan kegiatan
lain dalam pelaksanaan penelitian.
2.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan titik tolak dari penetapan tujuan
penelitian, perumusan hipotesis, serta penetapan alat analisis yang akan
digunakan. Dengan demikian akan selalu ada konsistensi antar komponen-
komponen dalam kegiatan penelitian ilmiah. Dalam membuat rumusan masalah
ilmiah peneliti tidak diperkenankan membuat rumusan yang berhubungan
dengan etika dan moral karena hal-hal itu bersifat subyektif dan tidak bisa
dipecahkan secara ilmiah.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang peneliti
dalam merumuskan masalah, yaitu :
a. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun
dalam bentuk kalimat pernyataan
b. rumusan masalah harus jelas dan padat
c. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk
memecahkan masalah tersebut
d. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
e. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
2.3. Konsep atau Definisi
Agar peneliti dapat mengorganisir data sedemikian rupa sehingga
mempermudah dalam mencari hubungannya satu dengan lainnya, maka peneliti
harus membuat konsep atau definisi secara jelas. Konsep adalah suatu abstraksi
dari kegiatan (event) yang menjadi obyek penelitian. Konsep disusun dengan
15
tujuan untuk menyederhanakan pemikiran dengan jalan menggabungkan
sejumlah kejadian dibawah suatu judul yang bersifat umum.
Dalam membuat konsep atau definisi juga perlu menentukan satuan-
satuan ukuran maupun kreteria terutama untuk informasi-informasi atau data
yang bersifat kualitatif, yang harus dipecahkan atau dianalisis secara kualitatif
pula. Jika data bersifat kuantitatif maka penentuan ukuran-ukuran dan kreteria
akan lebih mudah dilakukan; tetapi jika datanya bersifat kualitatif maka perlu
ditentukan metode kuantifikasi yang akan digunakan untuk menentukan
ukuran/kreteria.
Ukuran-ukuran atau kreteria disini tidak lain adalah konsep atau definisi.
Dengan demikian penentuan konsep atau definisi ini harus benar-benar jelas
agar tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran.
2.4. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Anggapan dasar atau asumsi sangat penting dibuat sebelum seseorang
melakukan penelitian. Anggapan dasar dan hipotesis berfungsi sebagai petunjuk
(guide) dalam pengumpulan data dan analisis. Disamping itu asumsi dan
hipotesis juga bisa digunakan sebagai alat (means) untuk menghubungkan
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dengan penyelidikan sebelumnya.
Secara kuantitatif hipotesis berarti pernyataan tentang suatu nilai
parameter. Parameter adalah nilai sesungguhnya ( true value ) yang diperoleh
jika seluruh obyek (populasi) diselidiki satu-persatu. Dalam kamus Webster,
disebutkan definisi hipotesis sebagai berikut : “Hypothesis is an unproved theory,
proposition, supposition, etc., tentatively accepted to explain certain factor or to
provide a basic for further investigation, arguments, etc.” Jadi hipotesis adalah
suatu proposisi, kondisi, stau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap
benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis
yang dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya
dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.
Hipotesis bisa berupa kemungkinan jawaban dari masalah yang diteliti.
Hipotesis merupakan dugaan atau anggapan yang bijaksana dari seorang
16
peneliti, atau bisa merupakan dugaan berdasar pengalaman-pengalaman atau
teori-teori yang dipelajari. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan
hipotesis yang diangkat, mengumpulkan data-data penting untuk menguji
hipotesis menjadi suatu “kebenaran (tesis)”. Hal yang perlu diperhatikan oleh
peneliti adalah bahwa ia tidak boleh memaksakan agar hipoitesisnya teruji
dengan mencari data-data yang kurang relevan atau bahkan memanipulasi data.
Meskipun hipotesis sangat diperlukan dalam suatu penelitian, namun
perlu diketahui bahwa tidak semua jenis penelitian harus memiliki hipotesis. Van
Dalen, Deobold menyebutkan ada 3 bentuk interrelationship studies yang
termasuk dalam penelitian berhipotesis, yaitu : studi kasus ( case study ), studi
perbandingan ( causal comparative studies ), dan studi hubungan ( correlations
studies ). Sedangkan termasuk kedalam penelitian tidak berhipotesis
diantaranya adalah studi eksplorasi, penelitian survey, dan penelitian
pengembangan.
Beberapa persyaratan yang disarankan ada dan dimiliki oleh suatu
hipotesis agar dapat menjadi pernyataan penting dalam penelitian sebagaimana
dijelaskan oleh Borg and Gall (1979) adalah :
a. hipotesis dirumuskan secara singkat tetapi jelas
b. hipotesis harus menunjukkan dengan nyata adanya hubungan 2 variabel
atau lebih
c. hhhipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikembangkan para ahli
atau didukung oleh hasil penelitian yang relevan.
Bagaimana merumuskan hipotesis ?
Dalam penelitian, terdapat 2 jenis hipotesis yang dinyatakan, yaitu :
pertama hipotesis nol ( null hypothesis ), biasa disingkat Ho, atau disebut juga
hipotesis statistik, adalah suatu pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel tidak
memiliki keterkaitan; dan kedua adalah hipotesis alternative atau hipotesis kerja,
biasa disingkat Ha, adalah pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel memiliki
keterkaitan.
17
Setiap peneliti akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak
hipotesis nol yang didasarkan atas hasil simpulan dari analisis terhadap sampel
yang kemungkinan besar mempunyai kesalahan didalam keputusan yang
diambil. Dalam pengujian hipotesis ini terdapat 2 kemungkinan kesalahan yang
dilakukan oleh peneliti, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kesalahan tipe I, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk
menolak hipotesis nol ( Ho ) yang benar, dinyatakan dengan
simbol α
Kesalahan tipe II, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk
menerima Ho yang salah, dinyatakan dengan simbol β.
Pengujian hipotesis atau disebut dengan tes signifikansi ( test of
significance ) dilakukan berdasar taraf nyata ( level of significance ) tertentu,
dengan menentukan tingkat kesalahan yang ditoleransi oleh peneliti atau eror
( α ) yang ditoleransi untuk kemudian membuat keputusan tentang diterima atau
ditolaknya hipotesis. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan sebagaimana
disebutkan dimuka dapat dijelaskan dalam table 1 sebagai berikut.
Tabel 1
Tipe Kesalahan Dalam keputusan Pengujian Hipotesis
Keputusan
Situasi
Menerima Ho
( menolak Ha )
Menolak Ho
( menerima Ha )
Ho benar Tidak ada kesalahan
( 100 – α )
Kesalahan tipe I
( = α )
Ha benar Kesalahan tipe II
( = β )
Tidak ada kesalahan
( 100 – β )
18
2.5. Ringkasan bab II.
Kegiatan penelitian didahului dengan adanya masalah atau topic atau
tema penelitian, dimana masalah bisa muncul dari adanya kesenjangan antara
teori-teori dengan fenomena yang terjadi secara riil ( teori gap ), dan bisa juga
muncul karena adanya perbedaan dari hasil-hasil penelitian yang sudah
dilakukan ( riset gap ). Masalah yang diteliti sebaiknya masalah yang memiliki ciri
sebagai berikut :
a. memiliki nilai penelitian
b. fisibel ( dapat dipecahkan ), dan
c. sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat “rumusan masalah”, dibuat
konsep-konsepnya atau kreteria-kreterianya, agar menjadi jelas dan terfokus,
sehingga tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran. Dalam membuat
rumusan masalah, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun
dalam bentuk kalimat pernyataan
2. rumusan masalah harus jelas dan padat
3. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk
memecahkan masalah tersebut
4. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
5. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
Berdasarkan rumusan masalah ini kemudian bisa dibuat pendugaan
(hipotesis) atas kemungkinan-kemungkinan hasil penelitian yang akan dilakukan,
dan selanjutnya peneliti akan bekerja atas dasar hipotesis tersebut.
2.6. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan darimana saja masalah penelitian timbul ?
2. Bagaimana sifat masalah yang baik untuk diteliti ?
3. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam membuat rumusan masalah ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis ?
5. Jelaska pula apa fungsi hipotesis dalam sebuah penelitian !
19
BAB III
VARIABEL DAN DATA
Suatu masalah yang diangkat menjadi tema penelitian akan dijadikan
dasar dalam membuat judul penelitian, dimana di dalam judul penelitian selalu
terkandung adanya konsep-konsep yang selanjutnya disebut dengan “variabel”
penelitian. Terhadap variabel penelitian ini kemudian akan dilakukan
pengukuran variabel, dan untuk selanjutnya variabel ini akan dinyatakan dengan
pernyataan yang disebut dengan “data”.
Bab III buku ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis variabel,
bagaimana melakukan pengukuran variabel, apa yang dinamakan data,
kegunaan data, sumber data, serta metode pengumpulan data yang bisa
digunakan oleh peneliti.
3.1. Pengertian dan Jenis Variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Konsep
menggambarkan suatu fenomena secara abstrak, yang dibentuk dengan jalan
membuat generalisasi dari sesuatu yang khas. Konsep ini dibuat dan dihasilkan
oleh para ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu.
Konsep yang demikian itu dinamakan konstruksi (construct). Konsep dapat
dirubah menjadi variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari
variabel itu sendiri. Dalam membuat model matematik/statistik, variabel biasanya
dinyatakan dalam simbol huruf tertentu.
Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa
diharapkan :
1. dapat membedakan jenis-jenis variabel yang ada dan dapat melakukan
pengukuran variabel
2. dapat menentukan jenis dan sumber data serta memilih metode
pengumpulan data yang tepat
20
Bagi suatu penelitian variabel akan mendapat perlakuan secara khusus
melalui pengukuran skala variabel dan penentuan indikator variabel. Penentuan
indikator variabel harus didasarkan pada teori dan asumsi yang berlaku, yang
kemudian dipilih indikator-indikator yang cocok bila diterapkan pada obyek yang
diteliti.
Penentuan indikator variabel sangat penting, terutama jika dalam
penelitian diperlukan data primer yang akan dikumpulkan dengan teknik
wawancara atau pemberian daftar pertanyaan. Hal itu disebabkan karena dasar
untuk membuat daftar pertanyaan adalah indikator variabel. Jadi dengan
demikian daftar pertanyaan ( sebagai instrument atau alat pengumpul data )
yang disusun hendaknya benar-benar bisa dijadikan wakil dari setiap indikator
variabel sehingga data yang terkumpul melalui daftar pertanyaan dapat dianalisis
dengan baik dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Selain itu, variabel yang digunakan oleh peneliti dapat memiliki banyak
jenis dimana peneliti akan mengoperasikan variabel yang sudah dipilih. Berbagai
jenis variabel yang dapat dipilih dan dioperasikan oleh peneliti diantaranya dapat
disebutkan seperti dibawah ini.
1. Variabel kontinyu, adalah variabel yang nilainya dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan desimal tak terbatas dengan jarak jangkau tertentu.
Contoh : Variabel : berat badan, dinyatakan dalam Kg sbb :
51,5 Kg; 55,50 Kg; 55,500 Kg; dst
2. Variabel diskrit, adalah konsep yang nilainya tidak bisa dinyatakan dalam
bentuk pecahan baik pecahan biasa maupun desimal. Ada 2 macam
variabel diskrit, yaitu :
a. Diskrit dikotomi ( jika variabel itu hanya dapat dinyatakan dengan 2
kategori yang biasanya berlawanan ).
Contoh : Variabel “jenis kelamin” : wanita dan pria;
Variabel “jarak” : dekat dan jauh
b. Diskrit politom ( jika variabel itu dapat dinyatakan dengan 2 kategori atau
lebih )
21
Contoh : Variabel “Agama” : Islam, katolik, Kristen, Hindu, Budha
Variabel “tingkat pendidikan” : SD, SMP, SMA, PT
3. Variabel dependent dan independent. Jika dalam penelitian terdapat dua
kelompok variabel yang satu mempengaruhi yang lain, maka ada
kelompok variabel tergantung/terikat ( dependent variable ) dan ada
kelompok variabel bebas ( independent variable ). Variabel
terikat/tergantung ( dependent variable ) adalah variabel yang nilainya
bisa berubah karena dipengaruhi oleh kelompok variabel lain, sedangkan
variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang nilainya
tidak dipengaruhi oleh kelompok variabel lainnya.
Misalnya suatu penelitian ingin menguji pengaruh kompensasi terhadap
kinerja karyawan, maka kompensasi merupakan variabel bebas (
independent ), dan kinerja karyawan merupakan variabel tergantung
(dependent).
Independent dependent
4. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel antara, yakni variabel yang
memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap variabel lain.
Contoh : secara logika, kompensasi mula-mula mempengaruhi semangat
kerja karyawan, dan kemudian karena ada semangat kerja
maka kinerja karyawan menjadi lebih baik. Dalam hal ini
semangat kerja merupakan variabel moderator
Variabel moderator
kompensasi kinerja karyawan
kompensasi Semangat kerja kinerja
22
5. Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah variabel lain, tetapi variabel tersebut kadang-kadang sulit
diukur.
Contoh : kompetensi seseorang dapat berpengaruh terhadap karirnya,
tetapi perlu disadari bahwa perkembangan karir juga tergantung
pada nasib seseorang. Dalam hal ini nasib menjadi variabel
intervening.
Variabel intervening
6. Variabel Random
Variabel random yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain
tetapi tidak dimasukkan kedalam model penelitian. Variabel ini menjadi
pengganggu atau error variable.
Contoh : permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh selera
konsumen, pendapatan konsumen, dan harga barang tersebut.
Jika dalam penelitian hanya memasukkan variabel pendapatan
konsumen dan harga barang, maka selera konsumen merupakan
variabel random (error variable).
kompetensi karir
nasib
23
3.2. Pengukuran Variabel
Agar hasil penelitian dapat memberikan simpulan atas analisis yang
dilakukan atau dalam rangka pengujian hipotesis, maka perlu ditetapkan teknik
pengukuran variabel yang tepat. Pengukuran variabel diperlukan untuk
membandingkan simpulan hasil penelitian dengan kondisi senyatanya.
Pada dasarnya pengukuran merupakan usaha untuk menilai sesuatu
berdasarkan satuan nilai tertentu. Dalam penelitian terdapat 2 macam desain
pengukuran variabel, yaitu yang pertama pengukuran variabel yang bertujuan
untuk memberikan nilai kuantitatif atas data kualitatif atau sebaliknya, yang
dikenal dengan istilah teknik scalling atau Scoring. Kedua, pengukuran yang
bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut, yang dikenal dengan skala
pengukuran variabel.
Dalam teknik scalling/Scoring dikenal adanya 4 macam teknik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Skala Likert’s.
Skala Likert’s digunakan untuk mengukur tanggapan responden atau respon
seseorang terhadap obyek yang diteliti, dengan merubah respon/jawaban
yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif. Skala Likert’s dimulai dengan
memberikan pertanyaan kepada responden dengan diberi alternatif jawaban
berjumlah gasal ( 3, 5, 7, 9, dst ) dimana jawaban disusun secara ordinal, dan
jawaban yang berada ditengah merupakan jawaban netral. Alternatif jawaban
itu kemudian diberi skor secara bertingkat (ordinal) dan responden diminta
memilih jawaban yang sesuai/diinginkan.
Contoh pertanyaan :
Suasana kerja pada instansi saudara sangat kondusif sehingga dapat
mendorong semangat kerja.
a. sangat setuju skor 5
b. Setuju skor 4
c. Tidak ada pendapat skor 3
d. kurang setuju skor 2
e. Tidak setuju skor 1
24
2. Skala Guttman
Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan ketegasan jawaban
responden. Dalam skala Guttman ini disediakan 2 alternatif jawaban yang
keduanya berlawanan seperti :
a. Ya Tidak
b. Baik Buruk
c. Bersedia Tidak bersedia
Jawaban responden kemudian diberi skor dengan angka nol ( 0 ) untuk
jawaban negatif (rendah/jelek) dan angka satu ( 1 ) untuk jawaban positif
(tinggi/baik).
Contoh pertanyaan :
Apakah selama masa kerja saudara pernah memperoleh tanda jasa atau
penghargaan ?
Pernah skor 1
Belum pernah skor 0
2. Skala Semantic Diferensial
Skala Semantic Diferensial digunakan untuk mengukur sikap responden
tidak dalam bentuk pilihan ganda atau check list tetapi disusun dalam
sebuah garis dengan nilai sangat negatif diujung kiri dan nilai sangat positif
diujung kanan.
Contoh pertanyaan :
Berikan penilaian tentang kondisi lingkungan tempat kerja saudara dengan
memilih angka-angka pada garis berikut.
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
sangat buruk sangat baik
25
4. Skala Rating
Pada dasarnya skala rating hampir sama dengan skala Likert’s, yang
digunakan untuk mentransformasikan data kualitatif menjadi data kuantitatif
dengan memberi nilai atau angka rating sebagai berikut ;
Rating 1 jika jawaban sangat jelek
Rating 2 jika jawaban jelek
Rating 3 jika jawaban cukup
Rating 4 jika jawaban baik
Rating 5 jika jawaban sangat baik.
Perbedaan skala rating dengan Likert’s terletak pada jumlah alternative
jawaban pada skala rating tidak harus berjumlah ganjil, dan jika jumlah
alternatif jawabannyaa ganjil maka jawaban yang ditengah tidak
menunjukkan kondisi netral.
Sedangkan dalam desain pengukuran yang ditujukan untuk memberi nilai
pada satuan atribut yang diukur terdapat 4 tingkatan skala pengukuran variabel
sebagai berikut.
1. Skala Nominal.
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberi simbol
pada kategori tertentu, sehingga pemberian nilai atau angka pada suatu
kategori tidak memiliki fungsi atau makna apa-apa. Skala Nominal
merupakan skala yang memiliki tingkatan paling rendah dalam penelitian.
Contoh : Variabel jenis kelamin
Wanita diberi simbol 1
Pria diberi simbol 2
Dalam contoh ini angka 1 dan 2 tidak berarti yang satu lebih baik dari
yang lain, tetapi hanya untuk memudahkan dalam mengukur saja
sehingga menjadi lebih tegas.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran variabel dengan cara
membuat ranking atau mengurutkan tingkatan-tingkatan obyek dari yang
26
terrendah ke yang tertinggi. Ukuran ordinal bukan merupakan nilai absolut
tetapi hanya menunjukkan ranking saja. Skala ordinal ini sering dianggap
sama dengan skala Likert’s karena kesamaan urutan pemberian skor .
Contoh :
Kelompok IPK 3,20 s/d 4,00 ranking 1 skor 5
Kelompok IPK 2,40 s/d 3,19 ranking 2 skor 4
Kelompok IPK 1,60 s/d 2,39 ranking 3 skor 3
Kelompok IPK 0,80 s/d 1,59 ranking 4 skor 2
Kelompok IPK 0,00 s/d 0,79 ranking 5 skor 1
3. Skala Interval
Skala interval merupakan skala pengukuran variabel dengan
memberi nilai/angka pada setiap set dari obyek yang mempunyai sifat
ordinal, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu adanga “jarak yang sama
(interval)” antara ranking pertama dan berikutnya.
4. Skala Rasio.
Skala rasio adalah skala pengukuran variabel yang memiliki
tingkatan paling tinggi karena mencakup ukuran nominal, ordinal, dan
interval, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu keterangan tentang nilai
absolut dari obyek yang diukur.
3.3. Pengertian, Kegunaan, dan Jenis data
Dalam kamus Webster disebutkan bahwa data adalah “things known or
assumed”, yang berarti bahwa data adalah sesuatu yang diketahui dan
dianggap/diasumsikan. Dalam pengertian yang lebih luas, data berarti
keterangan-keterangan atau informasi-informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian sebagai bahan untuk dianalisis. Dengan demikian data dapat
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan atau peristiwa.
Setelah dianalisis atau diolah, data sangat berguna sebagai dasar yang
obyektif dalam proses pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan dalam
27
rangka pemecahan masalah. Meskipun dalam penelitian diperlukan banyak
informasi atau keterangan, tetapi agar analisis dapat dilakukan dengan baik
maka harus didukung oleh informasi atau data yang baik pula. Jadi hasil akhir
dari suatu penelitian sangat tergantung pada informasi yang diperoleh,
sedangkan akurasi informasi sangat tergantung pada data yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti.
Oleh karena data yang diperoleh bisa menentukan kualitas hasil suatu
penelitian, maka diharapkan setiap peneliti dapat memperoleh data yang baik.
Sifat data yang baik dipengaruhi oleh instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan datanya. Jika data yang diperlukan merupakan sebuah estimasi
(yakni data dari sample) yang diperlukan untuk membuat keputusan terhadap
sesuatu yang bersifat universal/umum, maka data yang baik adalah data yang
memiliki standard error kecil.
Data yang dianggap baik bagi suatu penelitian adalah data yang memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. bisa dipercaya kebenarannya (reliable)
b. tepat waktu ( up to date )
c. mencakup ruang lingkup yang luas (comprehensive)
Pada tahap selanjutnya, dataakan dipergunakan sebagai alat kontrol
dalam pelaksanaan dari suatu rencana penelitian agar segera diketahui ada /
tidaknya penyimpangan-penyimpangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi
untuk segera diatasi atau diperbaiki. Dan terakhir data akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan evaluasi atas hasil kerja secara keseluruhan.
Dengan diperolehnya data yang baik bisa diharapkan adanya suatu
perencanaan yang tepat, kontrol yang efektif, serta evaluasi yang jujur. Dengan
demikian dalam suatu penelitian data memiliki beberapa manfaat/kegunaan.
Manfaat dari data dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan
2. Untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah penelitian,
sehingga data dapat digunakan :
28
a. sebagai dasar untuk menyusun perencanaan
b. sebagai alat control dalam pelaksanaan rencana
c. sebagai dasar untuk evaluasi.
Data yang diperlukan dalam suatu penelitian bisa bermacam-macam
jenisnya. Sedangkan untuk mengetahui apa saja jenis data yang ada dapat
disebutkan adanya pembagian jenis data yang didasarkan pada beberapa aspek
berikut ini.
1. Menurut sifat datanya, terdapat dua jenis data yaitu :
a. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka-angka tetapi
berupa keterangan-keterangan. Misalnya data tentang jenis
kelamin, ada wanita dan ada pria
b. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Misalnya
data tentang volume penjualan suatu perusahaan bisa 1000 unit,
1200 unit, dan seterusnya.
2. Menurut sumbernya, ada dua jenis data yaitu :
a. Data internal, yaitu data yang terjadi dalam organisasi obyek
penelitian, misalnya saja tentang gambaran umum obyek yang
diteliti seperti sejarah berdirinya perusahaaan, kapasitas produksi,
daftar kekayaan perusahaan, dan sebagainya.
b. Data eksternal, yaitu data yang terjadi diluar organisasi obyek
penelitian dan mempunyai keterkaitan dengan obyek penelitian
tersebut. Misalnya dalam mengukur pangsa pasar suatu
perusahaan selain diperlukan data penjualan dari perusahaan itu
sendiri juga diperlukan data penjualan seluruh industri, yang ini
diperoleh dari luar organisasi atau obyek penelitian
3. Menurut cara memperolehnya, terdapat dua jenis data sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber utama secara langsung. Misalnya karakteristik responden
yang disampaikan sendiri oleh responden baik melalui wawancara
maupun melalui pengisian daftar pertanyaan.
29
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi
berupa publikasi-publikasi dan sudah dikumpulkan oleh orang lain.
Misalnya untuk mengetahui data populasi penduduk, jumlah
angkatan kerja atau pendapatan perkapita disuatu daerah bisa
diketahui dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
4. Menurut waktu pengumpulannya, ada dua jenis data yaitu :
a. Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu dan terjadinya hanya sekali, yang menggambarkan
keadaan pada waktu itu saja. Data cross section juga sering
disebut dengan “at a point time data”. Misalnya besarnya laba
perusahaan pada tahun 2008 adalah Rp 5.000.000,- ( lima juta
rupiah ). Data cross section jika diolah hanya dapat digunakan
untuk menggambarkan kondisi pada saat itu saja, atau dengan kata
lain jika datanya adalah cross section, maka tidak bisa digunakan
untuk membuat prediksi atau perkiraan untuk waktu yang lain.
b. Data time series atau data runtun waktu (berkala), adalah data
yang dikumpulkan dari waktu kewaktu dengan seri waktu yang
sama, yang menggambarkan perkembangan suatu kejadian
selama periode pengamatan. Contoh data berkala tentang omset
penjualan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut :
Tahun Omset penjualan ( Kg)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
12.500
13.000
13.250
13.500
14.000
14.000
13.500
14.500
30
Berdasarkan data berkala ini peneliti dapat melakukan analisis
yang hasilnya dapat digunakan untuk membuat prediksi-prediksi
atau perkiraan pada masa yang akan datang, misalnya dengan
metode trend.
3.4. Pengumpulan Data
Peneliti bisa melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
instrument atau alat pengumpul data yang telah ditentukan, dan dengan
menggunakan cara atau metode yang sesuai. Pada dasarnya ada 3 cara yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan cara sensus, cara
sampling, dan studi kasus.
Sensus adalah cara pengumpulan data dimana peneliti mencatat seluruh
elemen yang menjadi obyek penelitian (populasi). Dengan cara pengumpulan
data seperti ini akan diperoleh nilai karakteristik sesungguhnya ( true value ) atau
parameter. Meskipun cara sensus memiliki kelebihan karena dapat
menghasilkan true value, namun jika ukuran populasi terlalu besar akan
menyebabkan diperlukan waktu yang lama, biaya mahal, dan butuh tenaga yang
banyak dalam pengumpulan data.
Sampling, adalah cara pengumpulan data dengan mencatat sebagian dari
seluruh elemen/anggota populasi untuk dijadikan sampel. Cara ini banyak
dilakukan oleh peneliti yang menghadapi populasi berukuran besar/luas. Karena
yang dicatat hanya sebagian saja dari elemen populasi, maka dalam cara
sampling ini hasilnya hanya berupa nilai perkiraan ( estimate value ) yang tentu
saja mempunyai kemungkinan kesalahan. Untuk bisa mendapatkan nilai
perkiraan yang akurat, maka jumlah sample yang ditetapkan harus benar-benar
bisa mewakili populasi (representative).
Studi kasus ( case study ) adalah cara pengumpulan data yang hanya
mengamati satu atau beberapa elemen yang tidak jelas populasinya untuk
diselidiki secara mendalam. Simpulan yang dihasilkan dari studi kasus ini hanya
menggambarkan karakteristik dari elemen yang diselidiki tersebut.
31
Dengan demikian akan terdapat perbedaan sifat atas hasil penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sensus, sampling, dan studi kasus
ini. Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagaimana disajikan dalam tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2Perbedaan Hasil Penelitian Dari penggunaan Sensus,
Sampling, dan Studi Kasus
Aspek Sensus Sampling Studi Kasus
Lingkup penelitian Populasi (seluruh
elemen yang ada)
Sample (sebagian
dari elemen yang
ada)
Satu atau
beberapa elemen
Hasil analisis True value ( tdk
ada kesalahan )
dan berlaku untuk
populasi
Estimate value
(ada kesalahan),
dan berlaku utk
populasi
Kondisi riil dari
elemen/obyek ybs
dan hanya berlaku
bagi obyek tsb.
Terlepas dari cara pengumpulan data apakah akan menggunakan sensus,
sampling, atau studi kasus, untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan beberapa metode/teknik sebagai
berikut.
1. Wawancara (interview).
Wawancara adalah tanya jawab antara petugas pengumpul data (data
kolektor) dengan pihak responden atau sumber data. Data kolektor yang
mewakili peneliti mentangi responden untuk dimintai informasi dengan cara
tanya jawab.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengumpul data dengan
metode wawancara ini diantaranya adalah :
a. harus mampu membina hubungan baik dengan pihak responden
b. harus menguasai masalah yang akan diteliti
c. harus memiliki kedisiplinan tinggi
32
d. menghindari pertanyaan yang bersifat memberi saran
e. menghindari pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan masalah
penelitian, terutama yang bisa menyinggung perasaan/privasi responden
2. Pengamatan (observasi).
Observasi dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, karena
biasanya observasi dilakukan bila obyek penelitain tidak bisa diajak
berkomunikasi. Tujuan dari teknik observasi ini adalah :
a. untuk membantu responden dalam menjawab pertanyaan
b. untuk mengecek jawaban responden
c. untuk mengetahui perkembangan dri obyek penelitian
3. Dokumentasi.
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam
data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik
yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.
Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang
sudah diperoleh.
4. Surat-Menyurat.
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengirim daftar pertanyaan (kuesioner)
yang dimintakan jawaban dari responden yang alamatnya jelas tetapi jauh
dari peneliti. Cara surat menyurat bisa memungkinkan peneliti membuat
pertanyaan yang mencakup hal-hal yang luas, lebih mudah, dan relatif
murah, tetapi ada bahayanya yakni kemungkinan responden tidak bersedia
menjawab, atau memberi jawaban yang tidak sebenarnya, dan responden
tidak mengembalikan kuesioner tersebut.
Dalam membuat daftar pertanyaan peneliti bisa menggunakan berbagai
tipe pertanyaan seperti pertanyaan dengan jawaban bebas (free response)
atau yang sering disebut dengan pertanyaan terbuka atau tipe pertanyaan
33
dengan pilihan ganda ( multiple choise ) atau yang sering disebut pertanyaan
tertutup, serta tipe lainnya sesuai dengan keperluan pengumpulan data.
Metode-metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh seorang
peneliti tentu akan disesuaikan dengan siapa atau dari mana sumber data dan
apa jenis datanya. Dalam kaitannya dengan sumber dari mana data yang
diperlukan dalam suatu penelitian dapat diperoleh, terdapat 3 kelompok sumber
data yang biasa disingkat dengan 3 P sebagai berikut.
1. Person ( sumber datanya adalah manusia ). Sumber data ini diperlukan jika
peneliti akan mengumpulkan data dengan cara wawancara dan memerlukan
jawaban secara lisan maupun tertulis.
2. Place ( sumber datanya perlu ada tempat ), yakni sumber data yang
menyajikan tampilan data dalam keadaan tidak bergerak.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan informasi-informasi berupa tulisan,
gambar, simbol, angka-angka, dan sebagainya. Sumber data ini yang
menyajikan data sekunder.
3.5. Obyek Penelitian, Unit Analisis, dan Sumber data.
Dalam proses pengumpulan data, sumber data selalu berkaitan dengan
obyek penelitian maupun satuan atau unit yang akan dijadikan fokus analisis
dalam penelitian. Seorang peneliti harus mengenal dengan baik tentang kaitan
antara obyek yang diteliti, unit analisis, variabel penelitiannya, serta sumber data
yang diperlukan dalam penelitian. Tanpa mengenal keterkaitan antara beberapa
hal ini peneliti akan kesulitan dalam membuat rancangan penelitian secara
keseluruhan.
Seringkali peneliti tidak bisa membedakan antara obyek penelitian dengan
unit-unit atau satuan-satuan yang akan dianalisis, yang disebabkan karena
terkadang antara obyek dan unit analisis berada dalam suatu sistem yang sama.
Oleh karena itu perlu diketahui perbedaan diantara keduanya agar bisa
memberikan gambaran kepada para mahasiswa dalam membuat rancangan
penelitiannya. Berikut ini akan diberikan contoh keterkaitan antara judul, obyek
penelitian, variabel yang digunakan, unit analisis, dan sumber datanya.
34
Misalnya seorang peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh
Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Perusahaan X”, maka dapat dijelaskan yang menjadi obyek penelitian,
variabel penelitian, unit analisis maupun sumber datanya sebagai berikut :
Obyek penelitian : Perusahaan X
Variabel penelitian : 1. Kepemimpinan
2. Budaya Organisasi
3. Kompensasi
4. Prestasi Kerja
Unit Analisis : 1. Karyawan
2. Pimpinan perusahaan
Sumber Data : Primer dan sekunder
3.6. Ringkasan bab III.
Dalam suatu penelitian bisa terdapat bermacam-macam variabel yang
bisa dioperasikan, yang kemudian terhadap variabel penelitian itu akan dilakukan
pengukuran variabel. Terdapat 2 macam desain pengukuran variabel, yaitu
pertama pengukuran yang bertujuan untuk memberikan angka-angka skor pada
data kualitatif ( dikenal dengan teknik scalling atau scoring ), dan kedua
pengukuran yang bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut ( dikenal
dengan skala pengukuran variabel ).
Teknik scoring yang bisa digunakan diantaranya adalah skala likert’s,
skala Guttman, skala Semantic Diferensial, dan skala Rating. Sedangkan skala
pengukuran variabel terdiri atas skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala rasio.
Variabel tidak bisa dipecahkan jika tidak diberi pernyataan dalam bentuk
data. Data yang baik adalah data yang memiliki sifat “reliable, up to date, dan
comprehensive”. Data sangat bermanfaat bagi suatu penelitian, baik sebagai
gambaran tentang suatu keadaan/persoalan, sebagai alat control dalam
pelaksanaan rencana, dan sebagai dasar evaluasi atas hasil penelitian.
35
Data bisa dikelompokkan kedalam beberapa aspek yang bisa dijelaskan
sebagai berikut :
a. Menurut sifat data, terdapat 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif
b. Menurut sumber datanya, ada 2 jenis data yaitu data internal dan data
eksternal
c. Menurut cara memperolehnya, ada 2 jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
d. Menurut waktu pengumpulannya, ada 2 jenis data yaitu data cross section
dan data time series.
Dalam pengumpulan data, peneliti bisa menggunakan beberapa cara
yakni cara sensus, cara sampling, dan cara studi kasus; dimana teknik yang
digunakan bisa dengan wawancara atau interview, pengamatan atau observasi,
dokumentasi, atau dengan surat menyurat.
3.7. Soal-Soal Latihan
1. Apakah yang disebut dengan variabel ?
2. Jelaskan apa saja jenis-jenis variabel yang bisa dioperasikan dalam
penelitian, dan berilah contohnya masing-masing !
3. Jelaskan perbedaan teknik scoring antara “skala Likert’s, skala Guttman,
skala Semantic Diferensial, dan skala Rating”
4. Berikan contoh pengukuran variabel dengan “skala nominal, skala ordinal,
skala interval, dan skala rasio”.
5. Apakah yang disebut dengan data ?
6. Jelaskan sifat-sifat data yang baik bagi suatu penelitian
7. Jelaskan pula apa saja manfaat data bagi suatu penelitian
8. Jelaskan perbedaan cara pengumpulan data dengan cara sensus, cara
sampling, dan cara studi kasus.
36
BAB IV
SAMPLING
Sebagaimana disebutkan dalam bab III dimuka, sampling adalah cara
pengumpulan data dimana peneliti hanya mengamati beberapa elemen populasi
untuk dijadikan sampel. Sampel yang ditentukan itulah yang diambil datanya
untuk dianalisis, yang kemudian hasil analisisnya menggambarkan atau
menyimpulkan kondisi populasi.
Populasi merupakan suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda
yang lainnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja
dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil
dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi.
Sebagai wakil dari populasi, maka jumlah sampel harus benar-benar
representative (bisa mewakili), sehingga hasil analisis yang dilakukan terhadap
sampel bisa menggambarkan kondisi dari populasinya. Dilihat dari ukurannya,
populasi dan sampel dapat diilustrasikan dengan gambar 2 berikut ini.
Tujuan pembelajaran :
1. Dengan mengenal berbagai teknik sampling, mahasiswa
diharapkan dapat memilih salah satu atau kombinasi teknik
sampling yang tepat untuk penelitiannya
2. Melalui pengenalan berbagai metode penentuan ukuran sampel,
mahasiswa diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan
dapat menentukan jumlah sampel yang representatif.
37
Gambar 2
Populasi dan Sampel
Populasi Sampel
Dalam mengumpulkan data sampel, peneliti disarankan memilih teknik
sampling yang tepat ( sesuai dengan sifat populasi penelitiannya ) dan
menentukan jumlah sample yang representatif. Oleh karena itu dalam bab ini
akan dijelaskan berbagai teknik sampling yang dapat diterapkan dalam suatu
penelitian serta metode penentuan jumlah sample ( sample size ).
4.1. Teknik Sampling
Sampling terdiri atas 2 kelompok yaitu sampling yang didasarkan pada nilai-
nilai probabilitas ( probability sampling ), atau juga sering disebut dengan
“random sampling”, dan sampling tidak berdasar nilai probabilitas ( non
probability sampling ) atau sering disebut dengan non random sampling.
Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok Probability Sampling adalah
sebagai berikut :
1. Simple Random Sampling.
Simple Random Sampling adalah suatu sample yang terdiri atas
sejumlah elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen/anggota
38
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen, sehingga
elemen manapun yang terpilih menjadi sampel dapat mewakili populasi.
Cara yang paling mudah untuk memilih secara random atau acak adalah
dengan cara undian.
Contoh : sebuah populasi beranggota 5 elemen ( X1; X2; X3; X4; X5 );
akan dipilih 2 elemen sebagai sampel, maka kemungkinan
kombinasi 2 sampel itu adalah sebagai berikut :
Kemungkinan I : X1, X2,
Kemungkinan II : X1, X3
Kemungkinan III : X1, X4
Kemungkinan IV : X1, X5
Kemungkinan V : X2, X3
Kemungkinan VI : X2, X4
Kemungkinan VII : X2, X5
Kemungkinan VIII : X3, X4
Kemungkinan IX : X3, X5
Kemungkinan X : X4, X5
2. Stratified Random Sampling.
Teknik ini digunakan jika elemen populasi tidak homogen, sehingga
perlu dibuat pengelompokan atau strata dimana anggota setiap
strata/kelas bersifat lebih homogen. Penyebaran wakil sampel dari setiap
kelompok/strata ditetapkan secara proporsional, dan dari setiap strata
(stratum) tersebut kemudian diambil sampel secara acak, sehingga setiap
strata atau kelompok populasi terwakili oleh sample yang proporsional.
Contoh :
Dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengukur kinerja
pegawai diketahui bahwa populasinya adalah pegawai sebuah instansi
yang berjumlah 100 orang, dan menempati bagian-bagian sbb :
39
staf administrasi 50 orang
staf bagian keuangan 10 orang
staf bagian kepegawaian 20 orang
staf umum dan keamanan 20 orang
Jika dari populasi sebanyak 100 pegawai itu akan diambil sampel
sebanyak 20 orang, maka wakil sampel dari setiap bagian dihitung secara
proporsional sebagai berikut :
Staf administrasi 50/100 x 20 = 10 orang
Staf bagian keuangan 10/100 x 20 = 2 orang
Staf bagian kepegawaian 20/100 x 20 = 4 orang
Staf umum dan keamanan 20/100 x 20 = 4 orang
Junlah 20 orang
3. Systematic Random Sampling.
Systematic Random Sampling.adalah pengambilan sampel dimana
sampel pertama diambil secara acak, kemudian sampel kedua, ketiga,
dan seterusnya ditentukan dengan menetapkan jarak atau interval tertentu
yang ditambahkan dari nomor sampel pertama. Penggunaan teknik ini
dapat dibenarkan jika elemen populasi bersifat homogen.
Contoh : dalam sebuah penelitian terdapat 10 perusahaan pada suatu
industri pengolahan ikan, yang akan diambil 3 perusahaan sebagai
sampel, maka pertama kali ditetapkan interval yang besarnya kurang/lebih
= N / n , dimana N adalah ukuran populasi, dan n adalah ukuran
sample. Dengan demikian diperoleh interval sebesar ± 10 / 3 = 3
(dibulatkan). Kemudian kita mengundi (mengacak) kesepuluh perusahaan
itu untuk dijadikan sampel pertama. Misalnya saja sampel pertama jatuh
pada nomor perusahaan 2, maka sampel kedua adalah perusahaan
nomor 2 + 3 = nomor 5, dan sampel ketiga adalah perusahaan nomor 5 +
3 = nomor 8.
40
4. Cluster Sampling.
Cluster sampling pada dasarnya adalah hampir sama dengan
stratified random. Perbedaannya adalah bahwa anggota populasi dalam
setiap klaster tidak harus homogen. Dalam teknik ini dilakukan jika lingkup
penelitian cukup luas sehingga paneliti akan memilih klaster-klaster
tertentu untuk dijadikan obyek penelitian, dan sampel diambil dari setiap
klaster dengan jumlah yang sudah ditetapkan lebih dulu.
Contoh : penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan
usaha pengolahan ikan di Jawa Tengah yang memiliki 35
Kabupaten/Kota, dipilih Kabupaten/Kota penghasil ikan dalam jumlah
besar saja yang dijadikan klaster. Misalnya pilihan secara acak jatuh pada
Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Dari masing-masing klaster wilayah ini ditentukan jumlah sampel pengolah
ikan yang akan diteliti lebih dalam masing-masing sebanyak 10
pengusaha.
Setiap teknik sampling yang termasuk dalam probability sampling ini akan
dipilih oleh peneliti dalam pengumpulan data sampel, teknik mana yang paling
sesuai dengan sifat populasinya. Kadang-kadanga peneliti tidak hanya
menggunakan salah satu teknik saja tetapi bisa juga mengkombinasikan
beberapa teknik sampling yang ada untuk keperluan pengumpulan data. Namun
demikian, yang lebih penting bagi para mahasiswa adalah mereka diharapkan
bisa memilih teknik yang benar-benar tepat sesuai dengan sifat dari populasi
penelitiannya. Kesalahan dalam memilih teknik sampling bisa berakibat data
yang terkumpul tidak representative, dan tidak seperti yang diharapkan sehingga
akan mempersulit atau bahkan tidak bisa diolah.
Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik yang termasuk
dalam kelompok probability sampling dapat dijelaskan dalam tabel 3 yang
disajikan pada halaman 41 berikut ini.
41
Tabel 3Kelebihan dan Kekurangan Setiap Teknik
Dalam Kelompok Probability Sampling
No Teknik Sampling Kelebihan Kekurangan
1 Simple Random * mudah diterapkan * butuh daftar anggota
populasi
* butuh waktu lama
* mahal
2 Stratified Random *ukuran sampel dlm strata
terkontrol
* efisien
* menyediakan data utk
analisis tiap strata
* biaya mahal
* kesalahan makin
besar jika grup dipilih
pd tingkat berbeda
3 Systematic Random * lebih mudah dan lebih
murah dr pd sampel
random
* butuh daftar anggota
populasi
4 Cluster Sampling * lebih efisien dr pada
simple random
* biaya per sampel lebih
murah
* mudah digunakan tanpa
daftar populasi
* jika karakteristik di
antara kluster tidak
homogen bisa me-
nyebabkan hasil
menjadi bias.
Sedangkan berbagai teknik sampling yang termasuk dalam kelompok Non
Probability Sampling adalah sebagai berikut :
1. Accidental Sampling ( atau sering disebut dengan Convenience
Sampling), adalah teknik sampling dimana cara memilih sampel
ditentukan secara subyektif ( untuk kemudahan ), yakni setiap elemen
populasi yang dijumpai bisa diambil/dijadikan sampel.
42
Contoh : penelitian untuk menilai kepuasan nasabah sebuah perbankan
menetapkan 100 orang nasabah sebagai sampel. Untuk
kemudahan dalam pengumpulan data, peneliti bisa mengambil
data ( dengan kuesioner ) dari setiap nasabah yang ia jumpai
ketika peneliti itu datang ke bank yang dijadikan obyek
penelitian.
2. Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan
pada karakteristik populasi yang telah ditetapkan lebih dulu jumlahnya
( ditentukan kuota sampel lebih dulu ).
3. Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel berdasar kreteria
tertentu untuk bisa memberikan informasi secara optimal. Kreteria
yang ditetapkan dalam teknik ini disesuaikan dengan keperluan
peneliti.
Contoh : Penelitian tentang kepuasan nasabah perbankan dimuka
ditetapkan kreteria nasabah yang akan dijadikan sampel.
Kreteria itu misalnya :
a. minimal datang ke bank 1 kali sebulan
b. telah menggunakan semua layanan produk perbankan
yang ada
c. sudah menjadi nasabah minimal 1 tahun.
4. Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dimulai
dengan jumlah kecil dan makin lama makin besar, kemudian
berhenti jika informasi yang dibutuhkan sudah terpenuhi.
Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
penggemar motor gede disebuah Kabupaten dimana mula-mula
peneliti hanya mengenal seorang penggemar (misalnya A),
kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan A diketahui
ada beberapa klub motor gede yakni untuk 1000 cc keatas yang
43
diketuai oleh B, dan untuk yang kurang dari 1000 cc yang
diketuai oleh C. Secara bertahap dari B dan C diperoleh
informasi adanya sejumlah anggota di masing-masing klub yang
bisa ditambahkan dalam sample. Penambahan sampel akan
dihentikan jika dirasa informasinya sudah cukup untuk
keperluan analisis.
Ilustrasi dari Snowball sampling dapat disajikan pada gambar 3
berikut ini.
Gambar 3
Snowball Sampling
B1
B
B2
B3
A
C1
C C2
Sampel tahap I C3
Sampel tahap II
Sampel tahap III
44
4.2. Penentuan Ukuran Sampel ( Sample Size )
Secara logika dapat dikatakan bahwa penggunaan sampel dalam
jumlah yang semakin besar bisa memberikan data yang semakin lengkap,
sehingga hasil analisis dan keputusan yang dibuat juga semakin baik (
mendekati kenyataan ). Jadi dengan kata lain, semakin banyak jumlah sampel
akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian
peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah sampel sebanyak-banyaknya
untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja tanpa aturan yang
jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi
(representative) akan membingungkan bagi peneliti untuk menentukan ukuran
sampel.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel
minimal bagi sebuah penelitian, dimana masing-masing metode digunakan untuk
sifat dan ukuran populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal diantaranya adalah :
1. Metode Slovin.
Metodenya Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni
jumlah anggota populasi dapat diketahui ( sering dikatakan sebagai populasi
yang teridentifikasi ), menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana n adalah jumlah sampel minimal
N adalah jumlah anggota populasi
e adalah sampling error
Contoh : penelitian yang akan mengukur kinerja karyawan sebuah organisasi
memiliki populasi berupa jumlah karyawan sebanyak 400 orang.
Jika peneliti menetapkan sampling error sebesar 10 %, maka
jumlah sampel minimal dapat dihitung sbb :
N n = ----------
1 + N.e²
45
400n = --------------------- = 80 1 + 400 (0,10)²
Jadi jumlah sampel minimal adalah 80 orang karyawan.
2. Metode Interval taksiran.
Metode interval taksiran ini merupakan metodenya Slovin yang kedua, yang
digunakan jika populasi penelitian tidak teridentifikasi atau sering juga disebut
populasi tak terhingga, yakni ukuran populasi yang tidak bisa diketahui jumlah
anggotanya secara jelas/pasti. Penentuan ukuran sanpel dengan metode
interval taksiran ini dilakukan dengan menggunakan rumus :
dimana n adalah jumlah sampel minimal
Z adalah luas daerah pada kurva normal
a adalah standar deviasi ( simpangan baku ) dari populasi. Dalam
hal ini karena ukuran populasinya tidak jelas, maka simpangan
baku diasumsikan sebesar 50 %, sehingga a = 0,50
e adalah sampling error
Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengukur kepuasan konsumen
pengguna Handphone merk Nokia di Kota Pekalongan, memiliki
populasi pengguna Nokia yang jumlahnya tidak jelas. Dengan
demikian jika sampling error ditetapkan 5 %, maka sampel minimal
dihitung dengan metode interval taksiran ini sbb :
1,65 ( 0,50 )n = { ------------------ }² = 273
0,05
Jadi jumlah sampel minimal adalah 273 orang.
Za n = { ----- }² e
46
3. Metode yang dikembangkan oleh Paul Leedy.
Metode Paul Leedy digunakan jika populasi penelitian merupakan sebuah
proporsi atau bagian dari kelompok populasi lain yang lebih besar
ukurannya, seperti misalnya populasi berupa jumlah keluarga miskin disuatu
daerah, dimana keluarga miskin merupakan bagian dari jumlah KK yang ada
didaerah tersebut. Rumus yang digunakan adalah :
dimana n adalah jumlah sampel minimal
Z adalah luas daerah pada kurva normal
p adalah proporsi pertama dari populasi
q adalah proporsi sisa ( besarnya q = 1 – p )
e adalah sampling error
Contoh : suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan prestasi
akademis mahasiswa Fakultas Ekonomi.Universitas X. Jumlah
seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas X adalah 2000
orang, sedangkan pengamatan dilakukan pada mahasiswa
semester V yang berjumlah 400 orang.
Jika digunakan sampling error 10 %, maka
p = 20 % dan q = 1 – 20 % = 80 %.
1,65Jumlah sampel minimal = { -----------}² ( 20 %) ( 80 % ) = 44
0,10
Jadi jumlah sampel minimal = 44 orang mahasiswa semester V.
Z n = { ------ }² . p . q
e
47
4. Metode Gay.
Gay memberikan aturan penentuan jumlah sampel berdasarkan desain
penelitian yang dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Untuk penelitian deskriptif, jika populasi berukuran besar dapat
menetapkan sampel minimal 10 % dari populasi; dan jika populasi
berukuran kecil maka sampel minimalnya 20 % dari populasi.
Sebuah populasi dikatakan berukuran besar jika memiliki jumlah
elemen/anggota sebanyak 1000 elemen atau lebih, dan dikatakan
berukuran kecil jika populasi itu memiliki elemen/anggota kurang
dari 1000.
b. Untuk desain penelitian korelasional ditetapkan oleh Gay jumlah
sampel minimalnya adalah sebanyak 30 subyek
c. Untuk penelitian expost vacto atau penelitian yang bersifat kausal
komparatif, ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15 subyek
d. Untuk penelitian eksperimental ditetapkan jumlah sampel minimal
sebanyak 15 subyek.
5. Metode Kracjie.
Berbeda dengan metode-metode penentuan jumlah sampel minimal yang
diuraikan dimuka, Kracjie menawarkan sebuah metode penentuan jumlah
sampel dengan sebuah tabel. Tabel yang disusun oleh Kracjie hanya untuk
tingkat toleransi kesalahan atau sampling error sebesar 5 %.
Dengan tabel yang disajikan oleh Kracjie seorang peneliti dengan
mudah bisa mengetahui berapa jumlah sampel minimalnya tanpa harus
menghitung dengan rumus. Hanya saja kelemahan dari metodenya Kracjie ini
selain hanya untuk sampling error 5 % juga ukuran populasi mungkin tidak
sama persis dengan populasi seorang peneliti, sehingga penentuan jumlah
sampelnya juga terkadang tidak persis tepat sesuai dengan tabel yang
disajikan. Tabel ukuran populasi dan sampel dari Kracjie disajikan pada tabel
4 berikut ini.
48
Tabel 4
Ukuran Populasi dan Sampel pada α 5 %
N S N S N S N S N S
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
10
14
19
24
28
32
36
40
44
48
52
56
59
63
66
70
73
76
80
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
86
92
97
103
108
113
117
123
127
132
136
140
144
148
152
155
159
162
165
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
169
175
181
186
191
196
201
205
210
214
217
226
234
242
248
254
260
265
269
950
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3500
4000
274
278
285
291
297
302
306
310
313
317
320
322
327
331
335
338
341
346
351
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
100000
354
357
361
364
367
368
370
375
377
379
380
381
384
Keterangan : N adalah ukuran populasi
S adalah jumlah sampel
4.3. Ringkasan bab IV.
Sampling adalah salah satu cara pengumpulan data yang biasanya
dipilih oleh peneliti untuk menghindari besarnya kebutuhan anggaran penelitian
jika pengumpulan data dilakukan dengan cara sensus. Oleh karena itu peneliti
49
hanya mengambil sebagian dari elemen atau anggota populasi untuk dijadikan
contoh atau sampel dan diselidiki lebih lanjut secara mendalam. Dalam hal ini,
peneliti bisa memilih salah satu teknik sampling atau kombinasi beberapa teknik
sepanjang sesuai dengan sifat populasi penelitiannya, baik yang termasuk dalam
kelompok probability sampling maupun non probability sampling.
Karena dalam cara sampling ini yang diselidiki hanya contoh dari
sebagian anggota populasi, maka agar hasilnya bisa benar-benar
menggambarkan kondisi populasi, jumlah sampel harus reperentatif, dalam arti
jumlahnya mewakili. Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang
representative, peneliti bisa menggunakan salah satu metode penentuan jumlah
sampel dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan sifat dan ukuran
populasinya. Penggunaan berbagai metode penentuan sampel pada kelompok
populasi yang tepat dapat diringkas sebagaimana tampak pada tabel 5 berikut
ini.
Tabel 5
Metode Penentuan Sampel dan Sifat Populasi
No Metode Sifat Populasi
1 Slovin Anggota populasi homogen dan jumlahnya
teridentifikasi
2 Interval taksiran Jumlah anggota populasi tidak teridentifikasi
3 Paul Leedy Populasi penelitian merupakan sebuah
proporsi atau bagian dari kelompok populasi
lain yang lebih besar ukurannya
4 Gay Jumlah sampel ditentukan sesuai dengan
desain penelitiannya
5 Kracjie Anggota populasi homogen, jumlahnya
teridentifikasi, dan disajikan dalam tabel
khusus dengan sampling error 5 %
50
4.4. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang disebut dengan probability sampling dan non
probability sampling !
2. Jelaskan apa alasan bagi seorang peneliti yang memilih teknik non
probability sampling !
3. Metode apa saja yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran sampel (
sample size ), dan apa kaitan masing-masing metode dengan sifat
populasi penelitian.
4. jika suatu penelitian memiliki populasi berukuran 300 anggota dan peneliti
menggunakan sampling error sebesar 5 %, tentukan berapa jumlah
sampel minimalnya.
5. Populasi penelitian berupa pasien rawat inap di sebuah Rumah Sakit yang
menempati ruang perawatan dengan jumlah masing-masing sebagai
berikut :
Ruang perawatan Jumlah pasien
V I P 30 orang
Kelas utama 50 orang
Kelas I 80 orang
Kelas II 40 orang
Jumlah 200 orang
a. berdasar data tersebut tentukan jumlah sampel minimal dengan
metode Gay.
b. Hitunglah berapa wakil sampel pada setiap strata ruang perawatan.
51
BAB V
USULAN PENELITIAN ( Prpoposal Skripsi )
Sebelum kegiatan penelitian ilmiah dilaksanakan, biasanya didahului
dengan pembuatan usulan penelitian atau yang biasa dikenal dengan proposal
penelitian. Usulan penelitian berfungsi untuk meyakinkan atau memastikan
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian mulai dari
perencanaan, penetapan rumusan masalah, kesesuaian tujuan penelitian
dengan hipotesis dan alat analisis, data yang diperlukan dan metode
pengumpulannya, instrument penelitian, sampai alat uji hipotesis benar-benar
sudah sesuai dan siap dioperaikan.
Dari usulan penelitian ini orang bisa melakukan penilaian apakah
penelitian yang diajukan memang layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga
usulan penelitian ini perlu dikaji oleh penelaah yang memiliki kepakaran relevan
untuk memperoeh masukan-masukan guna memperbaiki atau menyempurnakan
rencana penelitian. Penyusunan usulan penelitian mengikuti sistematika yang
memiliki komponen-komponen tertentu, dimana setiap komponen memiliki fungsi
dan peranan masing-masing, serta memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Bab ini akan menjelaskan bagaimana mengembangkan sistematika
dari usulan penelitian, apa fungsi masing-masing komponen dan bagaimana
logika penyusunan setiap komponen, sampai membuat rancangan instrument
penelitian.
Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini
mahasiswa diharapkan
1. dapat menyusun Usulan Penelitian (UP) dalam rangka
rencananya untuk melakukan penelitian guna menyususn Skripsi.
2. dapat menyusun instrumen penelitian atau daftar pertanyaan
dengan benar
52
5.1. Mengembangkan Sistematika
Pengembangan sistematika penulisan merupakan kebutuhan yang
mutlak dari setiap penyusunan karya ilmiah. Sistematika ini merupakan
rangkuman dari berbagai komponen/unsur yang satu dengan lainnya saling
berkaitan, saling menunjang, saling mengisi, atau saling melengkapi sesuai
dengan fungsi dan kedudukan masing-masing komponen dalam sistematika.
Oleh karena itu, tidak berfungsinya atau terganggunya salah satu komponen
dalam sistematika dapat menyebabkan terhentinya proses secara keseluruhan,
atau setidaknya dapat menimbulkan ketidak-seimbangan atau ketidak-serasian
penyajian karya ilmiah sebagai suatu kesatuan.
Meskipun setiap komponen memiliki perbedaan tingkat vitalitas atau
kontribusinya terhadap sistematika secara keseluruhan, namun sangat penting
artinya bagi pengembangan sistematika itu sendiri. Sebagai suatu kerangka,
sistematika merupakan struktur yang menata dan mengelola berbagai komponen
atau kelompok komponen berdasarkan peranan atau fungsinya. Hal ini tidak
terlepas dari urutan logika dalam mengemukakan materi secara benar sesuai
dengaan relevansinya, sehingga merupakan serentetan sajian yang berangkai
dan meluncur dengan tetap memelihara kejelasan serta ketegasan setiap
komponen serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sistematika yang akan disajikan dalam buku ini adalah sebuah
sistematika yang didasarkan pada kebutuhan untuk mencapai tujuan penulisan
karya ilmiah ( dalam bentuk skripsi ) dan tidak ada pretensi bahwa sistematika ini
adalah yang terbaik, tetapi sebuah sistematika yang dianggap bisa mencapai
tujuan penulisan secara optimal.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang disusun berdasarkan
hasil penelitian akan didahului dengan penyusunan Usulan Penelitian (UP), atau
sering disebut dengan Proposal Skripsi. Sistematika yang dikembangkan dalam
menyusun Usulan Penelitian terdiri atas komponen-komponen yang masing-
masing mempunyai fungsi dan peranan berbeda, namun semuanya tetap
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
53
5.2. Komponen-Komponen Usulan Penelitian
Secara garis besar, komponen-komponen Usulan Penelitian (UP) yang
akan dibuat oleh mahasiswa terdiri atas beberapa hal yang menunjukkan urut-
urutan sebagai berikut :
1. Judul Penelitian
2. Pendahuluan
2.1. Latar Belakang Masalah
2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
2.3. Tujuan Penelitian
2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian
3. Tinjauan Pustaka
3.1. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan
3.2. Landasan teori
3.3. Kerangka Pemikiran
3.4. Hipotesis ( kalau ada )
4. Metode Penelitian
4.1. Jenis dan Obyek Penelitian
4.2. Operasionalisasi Variabel
4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.5. Teknik Analisis
5. Daftar Pustaka (sementara)
6. Daftar Pertanyaan (kalau ada)
Setiap komponen dalam UP tersebut mempunyai fungsi dan peranan, dan
penyusunan setiap komponen harus mengikuti logika penyusunan yang benar.
Berikut ini dijelaskan apa fungsi komponen-komponen yang ada dalam UP dan
bagaimana logika penyusunan yang benar.
54
5.3. Fungsi dan Logika Penyusunan Komponen-Komponen UP
1. Judul Penelitian
Judul merupakan identitas atau cerminan jiwa secara keseluruhan dari suatu
karya tulis atau karya ilmiah. Oleh karena itu judul hendaknya mempunyai
sifat “menjelaskan diri dan menarik”. Melalui judul pembaca dapat langsung
menduga apa materi atau masalahnya serta kaitan aspek-aspek atau
variabel-variabel dalam karya ilmiah.
Agar suatu judul bisa mencerminkan kaitan dari aspek-aspek dalam
karya ilmiah, maka sebaiknya judul penelitian minimal terdiri atas 2 aspek
atau variabel yang akan dikaitkan, yang dapat mencerminkan interaksi, yakni
dapat saling mempengaruhi, saling berhubungan, saling bertentangan, dan
sebagainya. Perhatikan 3 contoh judul berikut ini.
Contoh 1, Judul yang bersifat mengambang :
“ Pengusaha Kecil”
Contoh 2, judul yang verbalistik :
“Pengusaha Kecil dan Peraturan Baru”
Contoh 3, judul yang berkaitan dan menjelaskan :
“Respon Pengusaha Kecil terhadap Peraturan Baru”, atau
“Pengaruh Peraturan Baru terhadap Pangsa Pasar Pengusaha
Kecil”
2. Pendahuluan.
2.1. Latar belakang Masalah
Faktor pendorong yang menggerakkan seseorang untuk melakukan
penelitian antara lain didasarkan pada suatu permasalahan yang diangkat
oleh peneliti, dimana ia melihat bahwa permasalahan tersebut akan ada
kaitannya dengan suatu proses yang sedang atau akan berlangsung,
sehingga dapat menimbulkan pengaruh terhadap proses tersebut. Faktor-
faktor penggerak ini merupakan suatu dorongan yang melatar-belakangi
mengapa suatu permasalahan dipilih dan diambil oleh seorang peneliti.
Latar Belakang Masalah berisi “justifikasi” terhadap permasalahan
yang diteliti dan yang ditinjau dari segala aspek dalam kaitannya dengan
55
tujuan penelitian yang hendak dicapai. Latar Belakang perlu disusun
secara sistematis, terarah, sesuai dengan urutan logika dalam suatu
kerangka sebagai satu kesatuan. Urutan logika itu akan dimulai dari aspek-
aspek yang bersifat umum dan luas ke aspek-aspek yang lebih
khusus/sempit dan bersifat khas.
Agar Latar belakang Masalah bisa menunjukkan justifikasi yang
mengarah pada tujuan penelitian, maka dalam justifikasi yang dikemukakan
hendaknya dilandasi oleh penguasaan materi/teori-teori, permasalahan,
serta metode pendekatan yang mantap.
2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
Identifikasi dan perumusan masalah mempunyai konsekuensi
terhadap relevansi maksud atau tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka pemikiran, dan metode pendekatan yang digunakan. Apabila
identifikasi permasalahan dilakukan secara cermat dan rinci, kadang-
kadang dapat menjadikan aspek-aspek yang terkait dengan permasalahan
tersebut menjadi sangat luas dan panjang.
Jika dari masalah yang teridentifikasi secara luas tersebut tidak
akan menganalisis semua aspek tetapi hanya mengambil beberapa aspek
saja yang dianggap cukup besar peranannya dalam suatu penelitian saja,
maka peneliti hendaknya membuat pembatasan masalah sesuai dengan
permasalahan yang benar-benar akan diteliti. Kemudian berdasarkan
permasalahan yang sudah dibatasi inilah peneliti membuar rumusan
masalah.
Rumusan masalah harus disusun oleh peneliti agar dalam
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan mempunyai dasar pijak yang jelas,
karena komponen lain dalam sistematika bisa disusun relevan dengan
rumusan masalahnya. Dalam membuat rumusan masalah peneliti dapat
mempertimbangkan beberapa hal sebagaimana telah dijelaskan dalam bab
II dimuka.
56
2.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan tindak lanjut dari rumusan
masalah, yang menunjukkan pentingnya suatu penelitian dilakukan. Oleh
karena itu logika penyusunan tujuan penelitian harus mengikuti
konsistensi seperti pada rumusan masalah. Meskipun tujuan penelitian
mencerminkan apa yang menjadi sikap atau perlakuan yang hendak
diambil oleh peneliti , tetapi dalam tujuan ini belum tercermin secara
eksplisit apa manfaat langsung maupun tidak langsung dari penelitian.
2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian menjelaskan sampai seberapa jauh hasil
suatu penelitian dapat diharapkan mempunyai nilai baik nilai guna ilmu
maupun guna laksana. Hal ini penting dilakukan terutama bagi pihak
penyedia dana untuk memperkirakan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil penelitian yang dilakukan.
Kegunaan atau manfaat penelitian disusun dengan mengikuti
logika penulisan yang bisa mencerminkan adanya 2 kelompok manfaat
tersebut, yaitu berupa manfaat/kegunaan akademis (guna ilmu) dan
manfaat/kegunaan praktis.
3. Tinjauan Pustaka.
3.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Seorang peneliti perlu mereview hasil penelitian terdahulu untuk
melihat apakah ada aspek yang memberikan kontribusi terhadap penelitian
yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena secara logika, referensi terbaik
bagi sutu penelitian adalah hasil penelitian. Disamping digunakan sebagai
acuan bagi peneliti, hasil penelitian terdahulu perlu disajikan untuk
menghindari adanya dugaan bahwa peneliti melakukan penelitian plagiat atau
duplikasi. Oleh karena itu dalam mencantumkan hasil penelitian terdahulu ini
peneliti disarankan untuk mengemukakan apa persamaan dan perbedaan
57
dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan oleh orang lain.
3.2. Landasan Teori.
Selain menggunakan referensi hasil penelitian terdahulu,
penyusunan karya ilmiah juga wajib menggunakan referensi yang
berasal dari buku-buku teks yang memuat berbagai teori yang relevan
dengan pemecahan masalah. Dengan demikian karya ilmiah yang
disusun bisa memenuhi kaidah akademis, yakni pernyataan-pernyataan
yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada ilmu/teori yang sudab berlaku
secara umum.
Yang perlu diingat oleh peneliti adalah bahwa peneliti hendaknya
hanya menuliskan teori-teori yang relevan dan bermanfaat untuk
memecahkan masalah penelitian saja.
3.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan justifikasi ilmiah terhadap
penelitian yang dilakukan, yang pada hakekatnya merupakan landasan
yang kuat bagi judul yang diambil, yang relevan dengan rumusan
masalahnya, dan relevan dengan metode pendekatan secara global
dalam memperoleh data yang dibutuhkan dan dianalisis sehingga dapat
mendukung tujuan serta kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian.
Kerangka pemikiran berfungsi sebagai tulang punggung penelitian
secara keseleuruhan. Untuk bisa menjadi tulang punggung yang kuat
maka kerangka pemikiran harus didukung oleh teori yang kuat, ditunjang
oleh data yang diperoleh dari berbagai sumber, didukung oleh hasil
penelitian terdahulu, didukung pula oleh saran-sarang dari sumber yang
berkompeten, sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran baru dalam
pendekatannya.
Sebagai tulang punggung penelitian, kerangka pemikiran juga
merupakan bangun konstuksi secara logis ( logical construct ) yang
58
menunjukkan kuat/lemahnya penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
kerangka pemikiran yang dikemukakan oleh peneliti dapat memberikan
implikasi penilaian orang lain (pembaca) terhadap peneliti, terutama dari
segi :
a. penguasaan materi dan masalah
b. kekuatan landasan teori dan sikap terhadap informasi
penunjang lainnya
c. relevansi aktualitas permasalahan terhadap perkembangan
tuntutan dan tantangan kebutuhan
d. orisinalitas karya ilmiah
Berkaitan dengan orisinalitas suatu karya ilmiah, akan sangat sulit
ditentukan kreterianya untuk mengatakan suatu karya ilmiah itu orisinal
atau tidak, terutama kreteria orisinalitas secara murni. Oleh karena itu
dalam menilai orisinalitas suatu karya ilmiah dapat menggunakan salah
satu dari beberapa kreteria sebagai berikut :
1. kemampuan menganalisis atau meramu berbagai teori dan informasi
penunjang lainnya menjadi sebuah pemikiran baru, implisit dengan
metode pendekatananya
2. responsif terhadap komentar atu saran yang bersifat penyempurnaan
atas kemampuan diri
3. mampu menciptakan sumbangan baru bagi pengembangan IPTEK
4. mampu menciptakan tambahan atau penyempurnaan terhadap
istilah-istilah yang lebih tepat
5. memberikan jembatan untuk merangsang penelitian lanjutan
berdasar masalah baru yang timbul dari implikasi hasil penelitiannya.
Sebagai justifikasi ilmiah, kerangka pemikiran disusun dengan
mengacu pada teori-teori yang relevan dan hasil penelitian terdahulu
yang kemudian dikemukakan konsep-konsep pemikiran sesuai dengan
kemampuan berfikir peneliti. Dengan demikian kerangka pemikiran bisa
diturunkan dari teori dan informasi pendukung lainnya ( termasuk hasil
59
penelitian yang relevan ) menjadi urutan logika seperti yang disajikan
pada bagan berikut.
Gambar 4
Menurunkan Logika Berpikir
3.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan pendugaan terhadap suatu pengaruh atau
keterkaitan yang timbul dari permasalahan yang diteliti, yang merupakan
konsep pemikiran atau prakiraan yang secara tentatif dianggap benar.
Oleh karena itu dugaan yang sifatnya masih sementara/tentatif itu perlu
diuji untuk mengetahui apakah dugaan itu diterima atau ditolak. Dalam
pengujian hipotesis peneliti menetapkan tingkat keyakinan atau taraf
nyata ( level of significance ) tertentu. Dengan taraf nyata yang
ditetapkan berarti peneliti mempunyai toleransi kesalahan ( α ) yang
digunakan untuk melakukan pengujian.
Hasil penelitianTerdahulu
Landasan Teori
Kerangka pemikiran
Hipotesis
60
4. Metode Penelitian
4.1. Jenis dan Obyek Penelitian
Dalam menyusun karya ilmiah peneliti akan menentukan apa yang
menjadi obyek penelitiannya, termasuk unit yang akan dianalisis. Disini
perlu disebutkan nama obyek, lokasi, dan tingkat unit yang akan
dianalisis. Selain itu berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian, bisa disebutkaqn jenis penelitian yang
digunakan.
4.2.Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang akan dikaitkan dan yang tercermin dalam
permasalahan penelitian kemudian akan dioperasikan atau diterapkan.
Dalam operasionalisasi variabel ini akan diuraikan nama, konsep,
indikator, dan pengukuran variabel. Berdasarkan indikator variabel
kemudian peneliti bisa menyusun instrumen penelitian ( daftar
pertanyaan ). Jadi dengan demikian daftar pertanyaan yang disusun
harus benar-benar mewakili indikator variabel penelitian.
Contoh :
Nama variabel : kinerja karyawan
Konsep variabel : kinerja karyawan adalah nilai atas sesuatu pekerjaan
yang sudah dilakukan oleh karyawan.
Indikator variabel : 1. kualitas hasil pekerjaan
2. tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan
3. kerjasama dengan sesama karyawan
4. inisiatif karyawan dalam bekerja
Skala pengukuran : ordinal
Seringkali peneliti menyajikan dalam sebuah tabel dari variabel-variabel
operasional, dengan tujuan lebih sistematis dan mudah dibaca. Jika variabel
operasional akan disajikan dalam tabel, bisa mengikuti format tabel sebagai
berikut.
61
Tabel 6
Contoh Penyusunan Konsep dan Indikator Variabel
No Nama
Variabel
Konsep variabel Indikator variabel Skala
pengukuran
1 Produktivitas
kerja
Rasio antara output
pekerjaan seseorang
dibandingkan dengan
input yang digunakan
- jumlah jam kerja
yg digunakan
- jumlah hasil
pekerjaan
Rasio
2 Kualitas
pelayanan
Tingkat pelayanan yg
bisa memuaskan
pengguna jasa
- Tangible
- Reliability
-Responsiveness
-Empathy
-Assurance
Ordinal
4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.
Populasi adalah suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan
kemudian ditarik simpulannya. Jadi populasi bukan hanya berupa orang,
tetapi juga bisa berupa benda yang lain. Sedangkan sampel merupakan
sebagian dari elemen/anggota populasi yang akan didata, diamati, dan
kemudian dianalisis untuk memecahkan masalah penelitian.
Pada bab IV telah dijelaskan tentang sampel dan teknik sampling
yang bisa digunakan oleh peneliti, termasuk metode penentuan jumlah
sampelnya. Oleh karena itu disini peneliti tinggal menuliskan saja apa
populasi penelitiannya dan bagaimana sifatnya. Setelah itu peneliti bisa
memilih salah satu metode penentuan jumlah sampel dan teknik
samplingnya.
62
4.4. Metode Pengumpulan Data.
Sudah cukup jelas, bahwa dalam penelitian akan digunakan satu
atau beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Disini
peneliti tinggal menuliskan saja, metode pengumpulan data yang dipilih
dari beberapa metode yang telah dijelaskan dalam bab III buku ini.
4.5. Teknik Analisis
Tuliskan teknik atau metode analisis atau pengolahan data yang
akan digunakan, yang dipilih sesuai dengan rumusan masalahnya,
termasuk pengujian hipotesis yang akan dilakukan.
5. Daftar Pustaka ( cukup jelas )
6. Daftar Pertanyaan ( cukup jelas )
5.3. Menyusun Daftar Pertanyaan ( Instrumen Penelitian )
Daftar pertanyaan (questionnaire) atau yang dibakukan dalam bahasa
Indonesia menjadi kuesioner merupakan suatu alat atau instrumen yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data primer yang bersumber dari
responden yang dijadikan sampel atau unit analisis.
Dalam membuat daftar pertanyaan ini banyak tipe pertanyaan yang bisa
digunakan seperti dicontohkan dibawah ini.
1. Pertanyaan dengan jawaban bebas ( free response ), atau biasa dikenal
dengan istilah pertanyaan terbuka yang biasanya berbentuk esay.
Pertanyaan tipe ini sangat baik digunakan untuk menggali jawaban seluas-
luasnya dari responden, tetapi data yang terkumpul akan sulit diolah.
Contoh : Bagaimana pendapat saudara tentang berlakunya Undang-Undang
tentang Guru dan Dosen ?
2. Pertanyaan dengan jawaban ganda ( multiple choise ), disini responden
diminta memilih salah satu jawaban yang paling tepat. Pertanyaan seperti ini
biasanya digunakan untuk mengekspresikan keperluan untuk memperoleh
data ordinal ( misalnya dengan skala Likerts )
63
Contoh : Apakah saudara setuju jika subsidi BBM ditiadakan ?
a. sangat setuju d. kurang setuju
b. setuju e. tidak setuju
c. tidak berpendapat
3. Pertanyaan bertingkat (Open-end question ), yakni suatu pertanyaan
diberikan sebagai lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya.
Contoh :
Pertanyaan 1 : Apakah anda setuju dengan kebijakan penghapusan subsidi
BBM ?
Pertanyaan 2 : Berikan alasan dari jawaban anda untuk pertanyaan 1.
Sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab terdahulu bahwa pertanyaan
dapat disusun dengan dasar indikator dari variabel-variabel penelitian, maka
dalam menyusun daftar pertanyaan akan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut ini.
1. menentukan variabel
2. menentukan indikator atau sub indikator setiap variabel
3. membuat pertanyaan dengan dasar indikator atau sub indikator
tersebut.
Sebagai ilustrasi dari langkah-langkah tersebut, dibawah ini diberikan
contoh dalam menyusun pertanyaan sebagai instrumen penelitian yang disajikan
dalam sebuah tabel sebagai berikut.
64
Tabel 7
Menurunkan Pertanyaan dari Indikator Variabel
Variabel Indikator Sub Indikator PertanyaanPrestasi kerja
1. Produktivitas
2. Kemandirian
1.1. jam kerja
1.2. hasil kerja
2.1. petunjuk atasan
2.2. bantuan teman
Berapa jam anda bekerja dalam 1 hari?
Berapa output yang anda hasilkan dalam 1 hari ?
Apakah anda selalu menunggu petunjuk atasan dlm bekerja ?
Apakah anda selalu minta bantuan teman sekerja dalam melakukan pekerjaan anda ?
Sebuah instrumen penelitian perlu diuji apakah alat pengumpul data
tersebut bisa diandalkan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
keandalan instrumen, yang menurut Sevilla ada 5 kreteria keandalan instrumen
yaitu : validitas, reliabilitas, sensitivitas, obyektivitas, dan fisibilitas. Akan tetapi
kreteria yang umum digunakan adalah validitas dan reliabilitas, karena kreteria
yang lain akan terwakili atau terpenuhi dengan teknis membuat pertanyaan yang
baik, valid, dan reliabel. Oleh karena itu hanya pengujian validitas dan reliabilitas
saja yang akan dibahas dalam buku ini.
Validitas
Sebuah instrumen pengumpul data dikatakan valid apabila instrumen
tersebut memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Agar suatu penelitian dapat menghasilkan simpulan yang benar, maka instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data perlu diuji validitasnya lebih dahulu.
Pengujian validitas instrumen dapat berupa :
a. pengujian validitas eksternal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika
data yang dikumpulkan dengan instrumen tersebut sesuai dengan
65
informasi lain mengenai variabel yang dimaksud. Alat uji validitas
eksternal adalah dengan menghitung koefisien korelasi parsial ( korelasi
product moment ).
Contoh :
Jika selama ini orang beranggapan bahwa untuk mengukur kemampuan
berhitung mahasiswa dilihat dari nilai Matematika, maka diantara nilai
ujian Matematika, Statistik, Penganggaran, dan Manajemen Operasional,
manakah yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dalam berhitung.
Data nilai ujian 10 orang mahasiswa untuk keempat mata kuliah diatas
adalah sebagai berikut :
Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Opersnl
123456789
10
958748768
10
8678497598
7576567685
6776566789
Dengan menggunakan alat uji korelasi product moment diperoleh nilai
koefisien korelasi sbb :
Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Operasl
Matematika 1,000
Statistik 0,803 1,000
Penganggaran 0,392 0,504 1,000
M. Operasnl 0,560 0,363 0,056 1,000
66
Berdasarkan tabel hasil perhitungan nilai koefisien korelasi diatas
diketahui bahwa nilai korelasi Statistik dengan Matematika adalah yang
paling tinggi ( 0,803 ), dengan demikian Statistik merupakan instrumen
yang paling valid untuk mengukur kemampuan berhitung mahasiswa.
b. Pengujian validitas internal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika
terdapat konsistensi diantara bagian-bagian dalam instrumen dengan
instrumen itu sendiri secara keseluruhan. Alat uji validitas internal bisa
menggunakan :
b.1. analisis factor, yang dilakukan dengan cara mengelompokkan item-
item pertanyaan menjadi beberapa variabel dengan menggunakan
alat analisis factor
b.2. analisis butir, yang dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap
butir pertanyaan dengan jumlah seluruh butir yang ada dengan alat uji
korelasi product moment.
Hasil pengujian dikatakan valid apabila nilai korelasi setiap butir
pertanyaan terhadap totalitas lebih besar daripada α yang ditetapkan.
5.4.2. Reliabilitas.
Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, dalam arti jika instrumen itu digunakan berulang-ulang maka hasil
pengukurannya akan konsisten. Beberapa alat uji reliabilitas diantaranya adalah
dengan rumus Alpha Cronbach dan rumus Spearman-Brown.
Beda dengan uji validitas yang digunakan untuk butir-butir pertanyaan, uji
reliabilitas dilakukan terhadap variabel atau sub atau indicator variabel. Suatu
variabel atau indikatornya dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach atau
Spearman-Brown yang dihitung lebih besar dari α yang ditetapkan. Berikut ini
sebuah contoh ilustrasi pengujian validitas dan reliabilitas suatu variabel yang
memiliki 10 butir pertanyaan.
67
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,728
0,654
0,694
0,518
0,720
0,643
0,563
0,661
0,642
0,728
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
valid
Koefisien Alpha
Nilai r tabel
0,8495
0,254
Reliabel
5.4. Ringkasan bab V.
Sebelum seseorang melakukan penelitian, akan didahului dengan
penyusunan sebuah Usulan Penelitian (UP) yang terdiri atas berbagai komponen
dan disusun dengan mengikuti sebuah sistematikaa tertentu. Masing-masing
komponen dalam sistematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, saling
menunjang, saling mengisi, dan salaing melengkapi sesuai dengan fungsi dan
kedudukan masing-masing.
Sebagai pelengkap dari Usulan Penelitian, peneliti bisa menyusun daftar
pertanyaan yang berfungsi sebagai instrument penelitian, yaitu alat untuk
mengumpulkan data. Sebagai instrument panelitian, daftar pertanyaan yang
disusun peneliti harus bisa diandalkan. Sebuah instrument penelitian yang
handal adalah yang memenuhi kreteria validitas, reliabilitas, sensitivitas,
obyektivitas, dan fisibilitas. Namun demikian dalam menguji instrumen peneliti
biasanya hanya menguji validitas dan reliabilitas, karena kreteria yang lain bisa
terpenuhi dengan teknik membuat pertanyaan.
68
5.5. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan komponen apa saja yang harus ada dalam Usulan Penelitian
untuk Skripsi
2. “Kerangka Pemikiran” merupakan salah satu komponen penting dalam
UP, yang merupakan landasan ilmiah (logical construct) dan sekaligus
sebagai alat bagi pembaca untuk menilai orisinalitas karya ilmiah.
Jelaskan makna orisinalitas karya ilmiah.
3. Jelaskan bagaimana menurunkan logika berfikir dalam karya ilmiah.
4. Sebagai instrumen penelitian, daftar pertanyaan harus memenuhi syarat
keandalan instrument. Jelaskan bagaimana cara menguji keandalan
instrumen tersebut.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “pertanyaan terbuka” dan
“pertanyaan tertutup”.
69
BAB VI
ANALISIS ATAU PENGOLAHAN DATA
Kegiatan utama dan yang sangat menentukan hasil suatu penelitian
berupa analisis atau pengolahan data. Pengolahan data dimaksudkan agar data-
data yang sudah dikumpulkan bisa bermanfaat baik untuk mengambil keputusan
dalam rangka pemecahan masalah maupun untuk pengujian hipotesis. Peneliti
bisa melakukan pengolahan data dengan program-program komputerisasi yang
sesuai dengan rumusan masalah dan model penelitiannya.
Bab ini menjelaskan bagaimana data-data dianalisis sedemikian rupa,
mulai dari tujuan analisis, langkah-langkahnya, sampai dengan pemilihan model
pendekatan dalam pengolahan data, termasuk pemilihan alat uji hipotesis.
6.1. Tujuan Analisis atau Pengolahan Data
Pengolahan data atau analisis merupakan hal terpenting dalam suatu
penelitian karena dengan melakukan analisis inilah data yang sudah terkumpul
dapat memiliki makna yang sangat bermanfaat bagi pemecahan masalah
penelitian. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari kegiatan
pengolahan data atau analisis adalah agar data bisa bermakna bagi pemecahan
masalah penelitian dan/atau pengujian hipotesis.
Dalam kegiatan analisis ini, data mentah yang sudah dikumpulkan dengan
metode-metode tertentu kemudian disusun dalam kelompok-kelompok, diadakan
kategorisasi, dan disaring sedemikian rupa sehingga data tersebut siap untuk
Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini
mahasiswa diharapkan :
1. mengenal langkah-langkah analisis atau pengolahan data
2. dapat memilih alat analisis dan/atau alat uji hipotesis yang tepat
3. dapat melakukan pengolahan data
70
diolah agar bisa mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian
dan/atau untuk menguji hipotesis yang diangkat.
6.2. Langkah-Langkah Analisis
Proses pengolahan data akan dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan
efisien dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara garis
besar terdiri atas 3 langkah utama yaitu : pertama persiapan atau ceking data,
kedua tabulasi, dan ketiga adalah menerapkan data sesuai dengan pendekatan
analisis yang digunakan untuk tujuan penarikan simpulan hasil penelitian. Ketiga
langkah utama tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci berikut ini.
a. Persiapan atau ceking data.
Sebelum data diolah lebih lanjut, pertama-tama perlu dilakukan
pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran data. Apabila terjadi
kekurang-lengkapan data untuk keperluan analisis, perlu diselidiki lagi
kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan untuk menambah kelengkapan
data, baik dalam arti banyaknya data maupun jenis datanya.
Demikian juga sebelum melakukan pengolahan data perlu diteliti terlebih
dahulu kebenaran dari setiap data yang terkumpul. Kebenaran data menyangkut
kesesuaiannya dalam mendukung kegiatan analisis dalam rangka pengambilan
keputusan tentang pemecahan masalah penelitian maupun dalam rangka
pengujian hipotesis.
Dengan demikian dalam tahap persiapan atau ceking data ini akan
dilakukan kegiatan penyortiran dan penyaringan data sedemikian rupa sehingga
hanya tinggal data-data yang akan terpakai saja yang disiapkan lebih lanjut
untuk diolah dengan metode pendekatan atau alat analisis yang sudah
ditentukan.
b. Tabulasi.
Tabulasi merupakan kegiatan untuk menyiapkan data kedalam tabel-tabel
yang diperlukan untuk mempermudah penerapan metode dalam proses analisis.
Dalam kegiatan tabulasi ini akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
71
1). Melakukan editing atau mengedit data. Kegiatan mengedit data hamper sama
dengan penyortiran data, tetapi kegiatan editing sifatnya lebih spesifik karena
sealing mengecek data, editing juga meliputi kegiatan untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi data.
2). Melakukan coding, yakni pemberian nomor-nomor atau angka-angka yang
berfungsi sebagai kode terhadap kelompok-kelompok data sehingga
memungkinkan bisa memasukkan data yang homogen kedalah kolom yang
sesuai.
3). Verifying, yakni kegiatan untuk mengecek kebenaran dari program-program
yang akan digunakan atau kebenaran dari instruksi-instruksi yang diperlukan
dalam mengoperasikan program tersebut.
4). Membuat worksheet atau lembar kerja, yakni merupakan kegiatan
penyusunan rencana-rencana tabel sebelum diperoleh tabel final.
Tabel-tabel yang dapat disusun oleh peneliti bisa memiliki
beberapa jenis, yaitu :
b) Tabel induk ( master table ), yaitu tabel yang berisi ringkasan semua data
yang bisa ditabelkan, yang digunakan sebagai dasar penyusunan tabel-tabel
lain yang lebih ringkas. Tabel induk ini biasanya berupa lembar kerja (
worksheet ) yang merupakan kegiatan tabulasi tahap pertama.
c) Tabel teks ( text table ), yaitu tabel yang sudah diringkas untuk suatu
keperluan tertentu yang biasanya menyertai keterangan-keterangan atau teks
tentang sesuatu hal. Tabel teks merupakan bagian dari tabel induk yang
isinya singkat/ringkas dan padat.
d) Tabel frekuensi, adalah tabel yang menyajikan tentang banyaknya kejadian
dari sesuatu hal. Tabel frekuensi bisa disajikan dengan angka-angkaa
prosentase (%) yang kemudian disebut “tabel frekuensi relatif”, dan bisa juga
disajikan dengan angka-angka secara kumulatif yang kemudian dikenal
dengan nama “tabel frekuensi kumulatif”.
72
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis.
Pada dasarnya, analisis atau pengolahan data merupakan kegiatan untuk
menguraikan atau menjelaskan data dengan menggunakan model pendekatan
tertentu agar data bisa memberikan makna dan manfaat dalam penelitian.
Dengan begitu peneliti dapat menarik simpulan untuk menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan.
Secara rinci, kegiatan pengolahan data akan berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan untuk :
1). Membandingkan atau mengkomparasikan, yang berarti membandingkan dua
hal/variabel atau lebih untuk mengetahui selisih atau rasio.
2). Menguraikan atau mendeskripsikan, yakni memecah suatu totalitas menjadi
bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil agar bisa
mengetahui komponen yang menonjol atau ekstrim, membandingkan satu
komponen dengan yang lain, serta membandingkan satu atau beberapa
komponen terhadap totalitas.
3). Memperkirakan pengaruh secara kuantitatif atas perubahan satu atau
beberapa kejadian terhadap satu atau beberapa kejadian yang lain serta
memprediksikan kejadian-kejadian berikutnya.
6.3. Desain atau Rancangan Analisis
Sebelum peneliti melangkah lebih lanjut dalam kegiatan pengolahan data,
terlebih dahulu perlu dibuat rancangan atau desain analisis sebagai panduan
dalam kegiatan analisis. Oleh karena terdapat berbagai jenis penelitian yang
bisa dilakukan oleh seorang peneliti, maka rancangan analisis yang disusun juga
berlainan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan.
a. Untuk Penelitian Deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsi atau menerangkan/menjelaskan cirri atau sifat masalah penelitian
agar bisa ditarik simpulan. Karena penelitian deskriptif termasuk dalam jenis
penelitian yang tidak berhipotesis, maka rancangan analisis dapat dilakukan
dengan cara :
73
1). Memisahkan data menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif.
2). Data kualitatif dijelaskan melalui kalimat-kalimat uraian yang menjelaskan
masalah berdasarkan data yang ada sampai memperoleh simpulan,
sedangkan data kuantitatif diolah lebih lanjut dengan menggunakan
model pendekatan atau alat analisis yang ditentukan
b. Untuk Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif bertujuan untuk menemukan perbedaan dan/atau
persamaan dari 2 atau lebih variabel dalam penelitian serta untuk mengetahui
sebab-sebab perbedaan tersebut.
Jika penelitian komparatif tidak berhiptesis, maka rancangan analisis yang
disusun adalah sebagai berikut.
1). Menetapkan standar-standar atau asumsi-asumsi sebagai alat banding
dalam mengambil keputusan tentang simpulan hasil penelitian
2). Menguji sejauhmana fenomena-fenomena yang ada bisa mencapai
standar yang ditetapkan
3). Menarik simpulan dari pembandingan fenomena terhadap standar atau
asumsi.
Sedangkan jika penelitian komparatif berhipotesis, maka rancangan
analisisnya akan difokuskan pada pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah
dugaan yang dibuat benar atau salah. Hasil pengujian hipotesis inilah yang
digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan atau simpulan hasil
penelitian.
c. Untuk Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat
keterkaitan antar variabel penelitian, baik dalam arti hubungan maupun dalam
arti pengaruh, dan kemudian peneliti akan menilai makna dari keterkaitan
tersebut. Penelitian korelasional termasuk dalam kelompok penelitian
berhipotesis, sehingga rancangan analisis difokuskan pada pengujian hipotesis
penelitian.
74
Dalam menguji keterkaitan antar variabel penelitian pada penelitian
korelasional ini bisa digunakan beberapa alat analisis yang berupa analisis
regresi ( untuk menguji pengaruh satu kelompok variabel terhadap kelompok
variabel lain), dan analisis korelasi ( untuk menguji hubungan antar variabel ).
6.4. Teknik-Teknik Statistik dalam Analisis
Statistik memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian, baik
dalam kaitannya dengan penyusunan model, perumusan hipotesis, pengujian
instrumen penelitian, penentuan sampel, maupun dalam kaitannya dengan
analisis data. Statistik juga merupakan bidang ilmu yang akan membantu
meringkas informasi dari data numerik dan pembuatan inferensi tentang suatu
populasi dari informasi yang terdapat dalam sebuah sampel.
Statistik terbagi menjadi 2 yaitu statistik desktiptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menyajikan secara
ringkas informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif data
mentah diubah kedalam suatu bentuk yang dapat memberikan informasi untuk
menggambarkan serangkaian faktor dalam suatu keadaan tertentu seperti
frekuensi, pengukuran tendensi sentral ( mean, median, modus ), pengukuran
disperse ( range, varians, standar deviasi ), serta trend.
Stataistik inferensial dimaksudkan untuk membuat inferensi ( prediksi atau
keputusan ) mengenai sebuah populasi berdasarkan informasi yang terdapat
dalam sebuah sampel. Statistik inferensial dikelompokkan kedalam statistik
parametrik dan statistik non parametrik. Statistik parametrik terbagi lagi kedalam
statistic univariat dan statistik multivariate. Statistik parametrik digunakan jika
memenuhi asumsi bahwa populasi asal sampel didistribusikan secara normal
dari data yang memenuhi skala interval atau skala rasio.
Beberapa teknik statistik inferensial baik parametrik maupun non
parametrik dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut.
75
Tabel 8
Alat Uji Statistik
Statistik non parametrik Statistik parametrik
univariat
Statostik parametric
multivariat
1. sign test
2. Mann-Whitney U test
3. Korelasi Spearman
4. Chi Square
1. t test
2. Z test
3. Korelasi Pearson
4. ANOVA
1. MANOVA
2. Regresi berganda
3. Analisis Faktor
4. Analisis Cluster
5. Analisis Diskriminan
6. LISREL atau SEM *
7. Multi Dimensional
Scalling (MDS)
Keterangan : * LISREL : Linear Structural Relationship
SEM : Structural Equation Models
6.5. Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis Regresi dan Korelasi merupakan teknik statistik yang paling
banyak digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
peneliti akan melihat keterkaitan antar variabel yang diteliti. Seorang peneliti
harus bisa memilih teknik yang paling sesuai dengan rumusan masalah atau
rumusan hipotesis penelitiannya. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa teknik
regresi dan korelasi yang biasa digunakan dalam penelitian. Khusus untuk
teknik-teknik korelasi akan disajikan baik untuk kelompok statistik parametrik
maupun statistik non parametrik.
6.5.1. Teknik-Teknik Korelasi
1. Statistik Parametrik
Sebagaimana disebutkan dimuka, statistik parametrik digunakan jika data
berbentuk interval atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal.
76
Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik ini
diantaranya disebutkan dibawah ini.
a. Korelasi Product Moment
Korelasi Product Moment dikembangkan oleh ahli statistic bernama
Pearson, sehingga korelasi product moment juga sering dikenal dengan korelasi
Pearson, Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan/atau
menguji hipotesis hubungan dua variabel bila kedua variabel tersebut berskala
interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.
Bentuk umum rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut.
Dimana :
r adalah korelasi antara variabel X dan Y _
x adalah = ( Xi – X ) _
y adalah = ( Yi – Y )
Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi product moment, perlu diuji
apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan atau
tidak, dengan menggunakan uji t ( t test ) yang kemudian nilai t hitung ini
dibandingkan dengan nilai t pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus
untuk nilai t hitung adalah :
Σ xyr = ---------------- √ ( Σ x² y² )
r √ n – 2t = ------------- √ 1 - r²
77
b. Korelasi Parsial
Korelasi parsial digunakan jika peneliti bermaksud menganalisis
hubungan atau pengaruh antara variabel independent terhadap variabel
dependen. Korelasi parsial adalah angka atau nilai yang menunjukkan arah dan
kuatnya hubungan antara dua variabel. Jika dalam penelitian terdapat beberapa
variabel independent maka korelasi parsial mengukur kuatnya hubungan antara
setiap variabel independent secara parsial dengan variabel dependennya.
Nilai korelasi parsial dapat ditentukan atau dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi product moment sebagaimana dijelaskan pada poin a diatas.
c. Korelasi Ganda
Korelasi ganda ( multiple correlation ) merupakan angka atau nilai
yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih
secara bersama-sama atau secara simultan dengan variabel lain. Jika misalnya
dalam sebuah penelitian terdapat 2 variabel bebas ( X1 dan X2 ) serta 1 variabel
terikat Y, maka rumus korelasi ganda adalah :
Dimana Ryx1x2 adalah korelasi antara X1 dan X2 secara bersama dengan Y
ryx1 adalah korelasi parsial antara X1 dengan Y
ryx2 adalah korelasi parsial antara X2 dengan Y
r x1x2 adalah korelasi antara X1 dengan X2
2. Statistik Non Parametrik
Berbeda dengan statistik parametrik yang digunakan jika data berbentuk
interval atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal, dalam
statistik non parametrik datanya tidak harus interval atau rasio tetapi bisa data
r² yx1 + r² yx2 – 2ryx1 ryx2 rx1x2Ryx1x2 = 1 - r² x1x2
78
nominal atau ordinal. Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik
non parametrik ini diantaranya adalah :
a. Koefisien kontingensi
Koefisien kontingensi digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel
bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini memiliki kaitan erat dengan teknik Chi
Square atau Chi kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
lebih dari 2 sampel yang independent. Oleh karena itu rumus yang digunakan
mengandung unsur Chi kuadrat, yaitu :
Sedangkan harga dari X² dihitung dengan rumus :
r k ( OPij + Eij )²X² = Σ Σ -----------------
I=1 j=1 EPij
b. Korelasi Rank (Jenjang) Spearman
Pada korelasi product moment sumber data untuk variabel yang
dikorelasikan adalah sama dan berbentuk interval atau rasio serta variabel-
variabel tersebut membentuk distribusi normal, maka pada korelasi Rank dari
Spearman ini sumber data dari variabel yang akan dikorelasikan bisa berasal
dari sumber yang berbeda dengan jenis data adalah ordinal dan variabel-variabel
itu tidak harus berdistribusi normal. Jadi korelasi Rank (jenjang) dari Spearman
ini bekerja dengan data ordinal dan bebas distribusi.
Untuk menghitung nilai atau koefisien korelasi Spearman dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
X² C = ------------ N + X²
79
Dimana ρ (rho) adalah koefisien korelasi Rank Spearman
Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi Rank dari Spearman ini,
perlu diuji apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan
atau tidak, dengan menggunakan uji Z ( Z test ) yang kemudian nilai Z hitung ini
dibandingkan dengan nilai Z pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus
untuk nilai Z hitung adalah :
6.5.2. Teknik-Teknik Regresi
Dalam memecahkan masalah penelitian, antara korelasi dan regresi
mempunyai hubungan atau keterkaitan yang sangat erat karena setiap regresi
pasti ada korelasinya. Oleh karena itu dalam penelitian yang menggunakan
teknik analisis regresi biasanya akan dilanjutkan dengan menghitung
korelasinya.
Analisis regresi digunakan jika peneliti akan mengetahui apakah variabel
dependen dapat diprediksi melalui variabel independent, atau dengan kata lain
jika peneliti ingin melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen maka teknik analisis yang tepat adalah dengan analisis regresi ini.
Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan, dan
menggunakan persamaan tersebut untuk membuat prediksi atau perkiraan. Sifat
6 Σ bi²ρ = 1 - -------------- n ( n² - 1 )
ρ Zh = ------------- 1 ------------- √ n – 1
80
hubungan antar variable dalam persamaan regeresi merupakan hubungan
sebab-akibat ( causal relationship ), sehingga sebelum menggunakan
persamaan regresi perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secarateoritis dua atau
lebih variable memiliki hubungan sebab-akibat. Beberapa teknik regresi akan
dijelaskan dibawah ini.
a. Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana didasarkan pada adanya hubungan atau
keterkaitan secara fungsional maupun kausan antara satu variabel independent
dengan satu variabel dependen. Regresi sederhana memiliki bentuk persamaan
sebagai berikut.
Dimana : Y adalah variabel dependen yang akan diprediksi
a adalah bilangan konstan ( nilai Y bila X = 0 )
b adalah koefisien arah atau koefisien regresi
X adalah variabel independent
Dengan persamaan regresi sederhana yang dituliskan dimuka maka
model penelitian yang akan menggunakan teknik analisis regresi sederhana
dapat digambarkan seperti berikut ini.
Kemudian untuk mencari nilai a dan b dari persamaan regresi dimuka
dapat digunakan bantuan rumus-rumus berikut ini.
Y = a + b X
( Σ Yi )( Σ Xi² ) – ( Σ Xi )( Σ Xi Yi )a = --------------------------------------------- n Σ Xi² - ( Σ Xi )²
X Y
81
b. Regresi Linier Berganda
Jika pada regresi sederhana variabel prediktor (independen) hanya terdiri
atas satu variabel saja, dalam regresi berganda variabel prediktor terdiri atas dua
atau lebih variabel. Dengan demikian prediksi yang dilakukan dapat berupa
pengaruh dari setiap variabel independen secara sendiri-sendiri (parsial) dan
bisa pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependen secara
bersama (simultan).
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa ( ordinary
least square ) merupakan model regresi yang bisa menghasilkan estimator linier
yang tidak bias dan terbaik, atau dengan kata lain sebuah model regresi
seharusnya memenuhi kreteria “BLUE estimate” ( Best Linier Unbias
Estimator ). Kondisi BLUE estimate ini akan terjadi jika dapat dipenuhi
beberapa asumsi yang dikenal dengan “asumsi klasik regresi”, yang terdiri atas :
a. Data berdistribusi normal (normalitas)
Cara mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan “histogram regression” yang sudah
distandarkan, atau menggunakan analisis “chi kuadrat” kolmogorov-
smirnov”. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai kolmogorov-
smirnov Z < Z tabel; atau nilai Asymp. Sig. ( 2- tailed ) > α.
b. Tidak terjadi multikolinier antar variabel (multikolinearitas)
Cara mendeteksi apakan dalam model regresi terdapat gejala multikolinier
atau tidak dapat dilakukan dengan melihat nilai dari “Variance Inflation
Factor (VIF)” dari masing-masing variabel bebas terhadap variable
terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari ( VIF ≤ 10 ), maka model regresi
tidak mengandung unsur multikolinearitas. Selain menggunakan nilai VIF,
n Σ Xi Yi - ( Σ Xi )( Σ Yi )b = ------------------------------------- n Σ Xi² - ( Σ Xi )²
82
juga bisa dilihat dari nilai koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika
koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas ≥ 0,5 maka model
tersebut tidak mengandung multikolinearitas.
c. Tidak ada gejala heteroskedastis (heteroskedastisitas)
Heteroskedastis menunjukkan adanya varians variabel dalam model yang
tidak konstan. Untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitaas
dalam model regresi bisa digunakan metode Park Gleyser, dimana
apabila nilai probabilitas koefisien regresi masing-masing variabel bebas >
dari nilai α maka didalam model tersebut tidak mengandung unsur
heteroskedastis.
d. Tidak ada gejala autokorelasi
Cara mendeteksi apakah ada gejala autokorelasi diantara variabel
penelitian dapat digunakan metode Durbin-Waston ( uji D-W ).
Analisis data dengan regresi berganda bisa dilakukan secara manual
maupun dengan program komputer yakni SPSS for Windows. Bentuk
persamaan umum regresi berganda adalah :
Dimana : n adalah banyaknya variabel bebas
ε adalah nilai residu
Dengan memperhatikan bentuk hubungan yang tergambarkan dalam
persamaan regresi berganda dimuka maka model penelitian yang dikembangkan
dapat terlihat seperti dibawah ini.
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ……. + bn Xn + ε
83
Untuk penyelesaian secara manual, mencari nilai-nilai a, b1, b2, …., bn dapat
digunakan bantuan persamaan-persamaan dibawah ini.
Sedangkan untuk menguji apakah pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat itu berarti atau tidak, dilakukan pengujian dengan menggunakan
tingkat signifikansi tertentu agar variabel bebas dapat memprediksi secara
signifikan atau tidak terhadap variabel terikatnya. Oleh karena dalam regresi
berganda ini terdapat dua bentuk pengaruh atau hubungan yaitu secara parsial
dan secara simultan maka pengujian keberartian pengaruh juga dilakukan untuk
menguji secara parsial dan secara simultan.
Menguji pengaruh secara parsial atau secara individu dari setiap variabel
bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji t ( t test ), sedangkan untuk
menguji pengaruh bersama atau simultan dilakukan dengan uji F ( F test ). Nilai t
dan F hitung dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut.
Σ Y = an + b1 Σ X1 + b2 X2 + bn Xn
Σ X1Y = a Σ X1 + b1 Σ X1² + b2 Σ X1X2 + bn Σ X1Xn
Σ X2Y = a Σ X2 + b1 Σ X1X2 + b2 Σ X2² + bn Σ X2Xn
Σ XnY = a Σ Xn + b1 Σ X1Xn + b2X2Xn + bn Σ Xn²
X1
X2
X3
Y
84
S adalah simpangan baku ( standar deviasi )
R² adalah koefisien determinasi yang bisa dihitung sebagai berikut :
Apabila penyelesaian model regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan program SPSS maka tampilan hasil pengolahan data dengan
program komputer adalah sebagai berikut.
Misalnya suatu penelitian berjudul “Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran
terhadap pangsa Pasar Produk ABC pada Perusahaan DEF”. Hasil
pengolahan analisis regresi berganda dengan program SPSS
menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1). Koefisien :
Coefficientª
Model Unstandarized Standarized t Sig.
coefficient coefficient
β Std error Beta
(constant) - 13,90 2,315 -6,045 ,000
X1 ,583 ,119 ,404 4,884 ,000
X2 ,498 ,147 ,282 3,376 ,001
X3 ,569 ,098 ,482 5,799 ,000
X4 ,261 ,142 ,153 1,842 ,070
bt hit = ------ Sb
R² / (k-1)F hit = ------------------ 1 - R² / (n-k)
_S = 1/(n-1) Σ ( Xi - X )²
Σ ( Y – Ŷ )²R² = 1 - ----------------- Σ ( Y – Ý )²
85
Dari tabel koefisien tersebut dapat diketahui bahwa persamaan regresinya
adalah : Y = - 13,90 + 0,583 X1 + 0,489 X2 + 0,569 X3 + 0,261 X4
Dari 4 variabel bauran pemasaran ( bauran produk, bauran harga, bauran
distribusi, dan bauran promosi ) semuanya memberikan pengaruh positif
terhadap pangsa pasar ( semua koefisien regresi bertanda positif ). Selain itu
dilihat dari tingkat signifikansi (Sig) menunjukkan bahwa bauran produk (X1),
bauran harga (X2), dan bauran distribusi (X3) secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap pangsa pasar (Y) pada α 5 %; sedangkan variabel bauran
promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap pangsa pasar karena tingkat
signifikansinya lebih besar dari 5 %.
2). Tabel ANOVA
ANOVA
Model Sum of Square df Mean Square F Sig
Regression
Residual
Total
232,406
181,808
414,213
4
65
69
58,101
2,797
20,772 ,001
Tabel ini menunjukkan pengujian pengaruh secara simultan dari 4 variabel
bauran pemasaran terhadap pangsa pasar adalah signifikan ( nilai Sig. dibawah
α yang ditentukan yakni 5 % ).
3). Tabel Summary
Model R R Square Ajusted
R square
Std error of
estimate
Durbin -
Watson
1 ,749 ,561 ,534 1,6724 2,053
86
Tabel ini menunjukkan :
a. R square = 0,561, berarti bahwa 4 variabel bauran pemasaran dapat
memprediksi atau menentukan pangsa pasar sebesar 56,1 % dan sisanya
adalah variabel error, yakni variabel yang tidak dimasukkan dalam
penelitian seperti : tingkat persaingan, daya beli konsumen, pertumbuhan
industri, permintaan, dan sebagainya.
b. Harga Durbin-Watson berada disekitar nilai 2 berarti tidak terdapat
multikolinieritas ganda diantara 4 variabel bauran pemasaran.
c. Analisis jalur ( Path Analysis )
Analisis jalur merupakan sebuah teknik statistik yang menggambarkan
adanya hubungan atau pengaruh sebab-akibat dari sekelompok variabel bebas
(penyebab) terhadap variabel terikat (akibat). Bentuk hubungan antara variabel
penyebab dan variabel akibat digambarkan dalam sebuah diagram jalur.
X1
X2 Y
X3 ε
X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogenus
Y adalah variabel endogenus
ε adalah variabel residu
Selanjutnya prosedur penyelesaian dengan teknik analisis jalur ini akan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
87
1). Menghitung korelasi antar variabel
2). Menghitung korelasi antar variabel bebas
3). Menghitung Matriks Inferst korelasi antar variabel bebas
4). Menghitung koefisien jalur
PYX1 C11 C12 C13 C1i RYX1
PYX2 = C21 C22 C23 C2i x RYX2
PYX3 C31 C32 C33 C3i RYX3
PY Ci1 Ci2 Ci3 Cii RYXi
X1 X2 X3 Xi Y
1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi rX1Y
Ri = 1 rX2X3 rX2Xi rX2Y
1 rX3Xi rX3Y
1 RxIy
X1 X2 X3 Xi
1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi
Ri = 1 rX2X3 rX3Xi
1 rX3Xi
1
X1 X2 X3 Xi
C11 C12 C13 C1i
R1ˉ¹ = C21 C22 C23 C2i
C31 C32 C33 C3i
88
5). Menghitung koefisien determinasi
rYX1
rYX2
R²Y (X1, X2, X3, Xi) = { PYX1 PYX2 PYX3 PYXi } x rYX3
rYXi
6). Menghitung koefisien pengaruh dari variabel lain
PYεi = 1 - R²Y ( X1, X2, X3, Xi )
7). Menguji pengaruh secara simultan, dengan menentukan F hitung :
( n – k – 1 ) R²Y ( X1, X2, X3, Xi )F = ------------------------------------------------
k ( 1 - R²Y ) ( X1, X2, X3, Xi )
8). Menguji pengaruh secara parsial dengan menentukan t hitung :
PYXit = --------------------------------
( 1 - R²YXi ) Cii--------------------- ( n – k – 1 )
9). Menghitung pengaruh secara proporsional
a) Pengaruh X1 terhadap Y
Pengaruh X1 langsung : PYX1 . PYX1
Pengaruh X1 melalui X2 : PYX1 . rX1X2 . PYX2
Pengaruh X1 melalui X3 : PYX1 . rX1X3 . PYX3
Total pengaruh X1 -----------------------------
89
b) Pengaruh X2 terhadap Y
Pengaruh X2 langsung : PYX2. PYX1
Pengaruh X2 melalui X1 : PYX2 . rX1X2 . PYX1
Pengaruh X2 melalui X3 : PYX2 . rX2X3 . PYX3
Total pengaruh X2 : -----------------------------
c) Pengaruh X3 terhadap Y
Pengaruh X3 langsung : PYX3 . PYX3
Pengaruh X3 melalui X1 : PYX3 . rX1X3 . PYX1
Pengaruh X3 melalui X2 : PYX3 . rX2X3 . PYX2
Pengaruh X3 total : -----------------------------
d. Regresi Intervening dan Regresi moderating
Seringkali dijumpai pada suatu penelitian bahwa dalam hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat bisa muncul variabel lain yang ikut
mempengaruhi hubungan tersebut. Dalam bab III sudah dijelaskan tentang
adanya variabel intervening dan variabel moderating.
Model regresi intervening dan regresi moderating ini dapat diselesaikan
dengan program SPSS yang akan menghasilkan output berupa pengaruh
langsung dan pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening atau variabel
moderating tersebut.
1). Regresi Moderating
Bentuk umum dari persamaan regresi moderating dapat dituliskan sebagai
berikut :
Pengaruh total X1 + pengaruh total X2 + pengaruh total X3 = koefisien
determinasi
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1X2 + ε
90
Dimana b3 merupakan koefisien variabel moderasi.
Untuk penyelesaian dengan program SPSS dilakukan dengan membuka
file untuk regresi moderasi ( moderating regression ). Langkah-langkah
penyelesaian selanjutnya hamper sama dengan regresi berganda.
Contoh : Sebuah penelitian berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Rumah
Makan X terhadap Loyalitas Pelanggan, dengan Kepuasan Sebagai
Variabel Moderating”.
Hipotesis : 1. kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
2. Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
3. Kepuasan memoderasi antara kualitas pelayanan dengan loyalitas
Contoh ini bisa diselesaikan dengan 3 metode yang akan digunakan, yaitu :
a). Uji Interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis
(MRA), yang merupakan aplikasi dari regresi linier yang mengandung
unsure interaksi ( perkalian 2 atau lebih variabel independent )
Uji interaksi dilakukan dengan cara mengalikan data untuk variabel
kualitas pelayanan dengan kepuasan. Jika hasil pengujian terhadap
perkalian tersebut signifikan maka variabel kepuasan memoderasi antara
kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan.
b). Uji Selisih Nilai Mutlak
Uji nilai selisih mutlak dilakukan dengan cara mencari selisih nilai mutlak
terstandarisasi diantara kedua variabel bebas ( kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan ). Jika selisih nilai mutlak tersebut signifikan maka
variabel kepuasan memoderasi hubungan antara variabel kualitas
pelayanan dengan loyalitas pelanggan.
c). Uji Residual
Uji residual difokuskan pada adanya ketidakcocokan ( lack of fit ) yang
dihasilkan dari deviasi hubungan linier antara variabel kualitas pelayanan
dan kepuasan. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual dalam regresi.
Jika variabel terikat ( loyalitas pelanggan ) diregresikan terhadap nilai
91
absolut residual dan hasilnya ternyata signifikan dan negative, maka
dapat disimpulkan terjadi moderasi dalam persamaan regresi tersebut.
2). Regresi Intervening
Dalam sebuah penelitian akan diuji apakah kompetensi seseorang dapat
berpengaruh terhadap karirnya dengan nasib sebagai variabel intervening.
Untuk melihat besarnya pengaruh kompetensi terhadap karir dilihat dari koefisien
regresi terstandarisasi.
Langkah pertama, regresikan kompetensi terhadap karir
Langkah kedua, regresikan kompetensi dan nasib terhadap karir
Langkah ketiga, ujilah hasil kedua langkah regresi tersebut untuk mengetahui
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.
e. Regresi Logit ( Logistic Regression )
Model keterkaitan diantara variabel-variabel penelitian bisa saja terjadi
bahwa variabel yang diprediksikan atau variabel independennya merupakan
sebuah variabel dichotomous, sedangkan variabel prediktornya atau variabel
dependennya bersifat kuantitatif, kategorisasi, atau kombinasi keduanya. Jika
model keterkaitan yang terjadi seperti ini maka model-model regresi diatas tidak
tepat lagi digunakan, tetapi akan lebih tepat menggunakan model regresi logit
atau regresi logistik ( logctic regression ).
Sebagai contoh, misalnya sebuah penelitian berjudul “Pengaruh tingkat
pendidikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur
(PUS)”. Dalam contoh ini maka :
Variabel prediktor atau independent adalah tingkat pendidikan ( berbentuk
kategori ), dan variabel yang diprediksi atau variabel dependennya adalah
pemakaian kontrasepsi ( variabel diskrit dikhotomi ).
Untuk yang memakai kontrasepsi diberi simbol 1
Untuk yang tidak memakai kontrasepsi diberi simbol 0
92
Model regresi logit diawali dengan adanya sebuah persamaan atau fungsi
logistik untuk regresi linier sebagai berikut :
Dimana : P adalah estimasi probabilitas
Z adalah variabel predictor
e adalah logaritma dasar ( e = 2,71828…)
Berdasarkan regresi logit awal tersebut maka persamaan regresi logit berganda
dapat dituliskan sebagai berikut.
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan fungsi-fungsi determinan sebagai
berikut.
atau
f. Analisis Faktor (Factor Analysis )
Analisis faktor adalah sebuah statistik yang digunakan untuk menentukan
beberapa dimensi dasar dari suatu kumpulan besar variabel yang saling
berhubungan. Analisis faktor digunakan apabila antara faktor yang satu dengan
1P = ------------- -z 1 + e
1P = -------------------------------------------------------
- ( a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn ) 1 + e
Logit P = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn
PLog -------- = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn 1 - P
93
yang lainnya terdapat kesamaan, kesinambungan, atau tumpang tindih. Dalam
hal ini akan diuji dengan cara mengkorelasikan jumlah skor pada masing-masing
faktor dengan jumlah skor total. Jika ada seperangkat variabel yang telah
dikorelasikan, maka dengan analisis faktor variabel-variabel tersebut dapat diatur
dan dikurangi sehingga terjadi penyederhanaan jumlah variabel.
Model atau persamaan umum yang digunakan dalam analisis faktor
dapat dirumuskan sebagai berikut.
Xi adalah variabel standar ke i
Aij adalah factor loading atau koefisien regresi berganda dari variabel I
pada factor j
F adalah faktor umum
Vi adalah koefisien standar regresi variabel I pada faktor khusus atau
uniq i
Ui adalah faktor khusus dari variabel i
m adalah jumlah faktor umum
Dalam analisis faktor akan digunakan beberapa konsep sehubungan
dengan proses penyelesaiannya, yang meliputi :
1. Correlation Matrix, digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel
yang hampir tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain sehingga bisa
dikeluarkan dari analisis.
2. Barlett’s Test of Spericity, yakni tes statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bahwa antara variabel-variabel yang ada dalam populasi tidak
saling berhubungan
3. Kaiser-Meijer Olkin, merupakan indeks yang digunakan untuk menguji
ketepatan analisis faktor, dengan nilai-nilai yang tinggi (antara 0,5 s/d 1,0)
menunjukkan bahwa analisis itu tepat
Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ………… + AimFm + Vi Ui
94
4. Eigen Value, adalah nilai yang mewakili total varians yang dijelaskan oleh
setiap faktor.
5. Loading factor, adalah korelasi sederhana antar variabel dan antar faktor.
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut, analisis faktor dapat
diselesaikan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini.
a. Menyusun matriks korelasi, yang diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang sudah diprediksi tetapi hampir tidak ada korelasinya dengan
faktor lainnya dalam model penelitian untuk dikeluarkan. Dengan matriks
korelasi ini sekaligus dapat diketahui faktor-faktor atau variabel yang bisa
menimbulkan masalah multikolinier, kemudian disatukan dan dipilih salah
satu untuk dianalisis.
b. Menyususn matriks ekstrasi faktor yang digunakan untuk menentukan jumlah
faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Dengan melakukan ekstrasi
faktor ini akan diketahui faktor-faktor yang secara empiris dapat mewakili
seperangkat variabel dengan melihat eigen value dari setiap faktor. Semakin
besar eigen value menunjukkan semakin representatif faktor tersebut untuk
mewakili variabel. Nilai eigen value yang baik memiliki batas minimum = 1,00.
c. Melakukan rotasi faktor, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
baru yang lebih mudah diinterpretasikan, yakni dengan memilih faktor yang
memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5.
d. Melakukan uji Mann Whitney, digunakan untuk menguji apakah dua
kelompok variabel yang independent telah ditarik dari populasi yang sama,
misalnya antara kelompok pria dan wanita, antara kelompok dengan tingkat
pendidikan yang berbeda, dan sebagainya. Uji Mann Whitney dilakukan
dengan menggunakan rumus :
n2 ( n2 + 1 )Mean : µ = ------------------ 2
95
(n1) (n2) ( n1 + n2 + 1 )Dengan deviasi standar σµ = ---------------------------------
12
Dan nilai Z hitung dapat dicari sebagai berikut :
n1 adalah jumlah sampel pertama
n2 adalah jumlah sampel kedua
6.6. Pemilihan Alat Uji Hipotesis.
Sebelum seorang peneliti memilih alat uji hipotesis, terlebih dulu perlu
dipersiapkan langkah apa saja yang akan dilakukan dalam rangka pengujian
hipotesis ini. Secara garis besar kegiatan dalam menguji hipotesis akan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tuliskan hipotesis penelitian
b. Buat rumusan hipotesis
c. Tentukan level of significance atau tingkat kesalahan yang ditoleransi ( α )
d. Pilih alat uji yang sesuai dan lakukan perhitungan dengan alat uji itu
e. Periksa hasil pengujian dan bandingkan dengan α yang ditetapkan
f. Buat simpulan, dengan acuan :
Hipotesis teruji secara signifikan jika Ho salah (ditolak) atau Ha benar
(diterima); dan sebaliknya hipotesis tidak teruji secara signifikan jika Ho
benar (diterima) atau Ha salah (ditolak).
Dalam menguji hipotesis, tentu saja peneliti harus bisa memilih alat uji
statistik yang paling tepat, sesuai dengan rancangan penelitiannya. Oleh karena
secara umum rancangan penelitian berkaitan dengan penelitian deskriptif,
U - UµZ = ------------ σµ
96
penelitian komparatif, dan penelitian asosiatif, maka alat uji hipotesis juga
dikaitkan dengan ketiga bentuk hipotesis yang muncul.
Pemilihan alat uji statistik tentu saja disesuaikan dengan bentuk
keterkaitan antar variabel penelitian serta tingkatan data yang akan diuji, apakah
datanya memiliki gejala nominal, ordinal, interval, atau rasio. Berikut ini akan
dijelaskan dengan disertai contoh hipotesisnya dengan penggunaan alat uji
statistik yang sesuai untuk setiap jenis hipotesis.
1. Hipotesis Deskriptif.
Hipotesis deskriptif merupakan sebuah pendugaan tentang nilai suatu
variabel secara mandiri, tidak dikaitkan dengan variabel yang lain.
Contoh : Sebuah lembaga bimbingan belajar membuat pernyataan bahwa
sebanyak 75 % lebih siswa lulusan lembaga tersebut dapat
diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
Langkah penyelesaian :
a. Hipotesis : diduga bahwa 75 % lebih siswa lulusan lembaga bimbingan
belajar diterima di perguruan Tinggi Negeri.
b. Rumusan hipotesis :
Ho : U < 0,75
Ha : U ≥ 0,75
c. Tentukan α
d. Pilih alat uji yang sesuai dengan pedoman sebagai berikut :
Tingkatan Data Alat Uji Statistik
Nominal 1. Tes Binomial
2. Chi Square ( 1 sampel )
Ordinal Run test
Interval / Rasio t test ( 1 sampel )
97
2. Hipotesis komparatif.
Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan suatu pendugaan
tentang perbedaan nilai dalam dua atau lebih variabel pada sampel yang
berbeda. Dalam hipotesis komparasi ini harus diingat bahwa dua atau lebih
variabel yang akan dikomparasikan itu bisa berkorelasi dan bisa independent.
Contoh : Diduga ada perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh
fasilitas kendaraan dinas dengan karyawan yang tidak
,memperoleh fasilitas kendaraan dinas.
Penyelesaian :
a. Hipotesis : terdapat perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh
fasilitas kendaraan dan karyawan yang tidak memperoleh fasilitas
kendaraan
b. Rumusan hipotesis :
Ho : U1 = U2
Ha : U1 ≠ U2
c. Tentukan α
d. Pilih alat uji statistik yang sesuai untuk tingkatan data, jumlah variabel
yang dikomparasikan, dan bentuk keterkaitan antar variabel, dengan
mengikuti pedoman sebagai berikut.
Tingkatan data
Sampel Interval / Rasio Nominal Ordinal
2 sampel a. berkorelasi
b. independen
t test ( 2 sampel )
t test ( 2 sampel )
Mc. Nemar
F testChi Square
Sign testWilcoxonMedian testMann Whitney testKolmogorov Smirnov
K sampela. berkorelasi
b. independen
Anova
Anova
Chi SquareChohran QChi Square
FriedmanAnovaMedian ExtentionKruskal Walls Anova
98
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan sebuah pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara dua atau lebih variabel.
Contoh : Diduga ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
efektivitas kerja karyawan.
Penyelesaian :
a. Hipotesis : terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan
dengan efektivitas kerja karyawan.
b. Rumusan hipotesis
Ho : r = 0
Ha : r ≠ 0
c. Tentukan α
d. Pilih alat Uji Statistik yang sesuai dengan tingkatan data sebagai berikut.
Tingkatan data Alat Uji Statistik
Nominal Koefisien Kontingensi
Ordinal 1. Rank Spearman
2. Kendal tau
Interval / Rasio 1. Pearson product moment
2. korelasi ganda
3. korelasi parsial
Kreteria Pengujian
Setelah melakukan pengujian hipotesis sampai didapat simpulan hasil
pengujiannya, biasanya peneliti akan melengkapi laporannya dengan
menunjukkan simpulan hasil pengujian hipotesis tersebut pada kurva kreteria
hasil pengujian.
Pada intinya, menentukan kreteria pengujian dilakukan dengan cara
menggambarkan pada sebuah kurva normal sebagai alat penunjuk kreteria
99
dengan menggunakan toleransi kesalahan tertentu. Dengan menggunakan kurva
normal, terdapat 2 macam kreteria pengujian hipotesis, yaitu :
1). Uji satu sisi ( one tail test )
Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis menunjukkan adanya
ketegasan perbedaan dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian
diletakkan pada salah satu ujung dari kurva normal.
Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :
Ho : µ = 0
Ha : µ > 0
Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji satu sisi sebelah kanan
sebagai berikut :
daerah terima Ho
daerah tolak Ho
α
Tetapi jika rumusan hipotesisnya adalah :
H0 : µ = 0
Ha : µ < 0
Maka akan digunakan kreteria uji satu sisi pada ujung kiri kurva sebagai berikut
daerah terima Ho
daerah tolak Ho
α
100
2). Uji dua sisi (two tail test )
Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis tidak menyatakan dengan tegas
dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian menggunakan dua ujung dari
kurva normal ( ujung kiri dan ujung kanan sekaligus ).
Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :
Ho : r = 0
Ha : r ≠ 0
Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji dua sisi, dan α disebar ke
ujung kiri dan ujung kanan kurva masing-masing ½ α. Perhatikan gambar
kreteria pengujian dibawah ini.
daerah
terima Ho
½α ½α
daerah tolak Ho
6.7. Ringkasan bab VI.
Bagian terpenting dalan suatu penelitian adalah analisis atau pengolahan
data, karena tanpa pengolahan data yang sudah terkumpul tidak bisa bermakna
baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam pemecahan masalah penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan 3 langkah utama, yaitu ceking data, tabulasi,
dan penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis. Dalam mengolah data
perlu disusun rancangan analisis (analysis design), baik untuk penelitian
deskriptif, penelitian komparatif, maupun penelitian korelasional.
101
Untuk penelitian-penelitian social-ekonomi, banyak digunakan teknik atau
model analisis dengan regresi dan korelasi dengan berbagai bentuk yang sesuai
dengan model penelitiannya. Model-model regresi dan korelasi yang biasa
digunakan dalam penelitian sosial ekonomi dapat disebutkan sebagai berikut.
Model korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik :
a. korelasi product moment
b. korelasi parsial
c. korelasi ganda
Model korelasi yang termasuk dalam statistik non parametrik :
a. koefisien kontingensi
b. korelasi jenjang (rank) Spearman
Beberapa model regresi :
a. regresi linier sederhana
b. regresi linier berganda
c. analisis jalur ( path analysis )
d. regresi intervening
e. regresi moderating
f. regresi logit ( logistic regression )
g. analisis factor
Khusus untuk penggunaan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu
harus dilakukanpengujian apakah model regresi yang digunakan itu memenuhi
kreteria “BLUE estimate” atau tidak. Sebuah regresi yang baik adalah yang bisa
memenuhi kreteria BLUE estimate, sehingga perlu dilakukan pengujian asumsi
regresi (asumsi klasik) yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Kemudian setelah melakukan analisis dengan model yang sesuai, peneliti
juga harus memilih alat uji hipotesis ( jika penelitiannya berhipotesis ) sesuai
dengan rancangan penelitiannya, apakah termasuk dalam hipotesis deskriptif,
hipotesis komparatif, atau hipotesis asosiatif. Dalam pengujian hipotesis juga
perlu memperhatikan kreteria pengujian yang dipilih sebagai dasar untuk
membuat simpulan hasil pengujian hipotesis.
102
6.8. Soal-Soal Latihan.
1. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam melakukan analisis atau
pengolahan data
2. Jelaskan pula tujuan dari analisis atau pengolahan data
3. Bagaimana rancangan penelitian yang harus dibuat untuk penelitian
deskriptif, untuk penelitian komparatif, dan untuk penelitian korelasional
4. Statistika memiliki peran yang sangat besar dalam penelitian, terutama
berkaitan dengan pengujian instrument dan hipotesis. Statistika sendiri
terdiri atas dua kelompok yaitu statistik parametrik dan statistik non
parametrik. Jelaskan perbedaan dari ke dua kelompok statistic tersebut.
5. Salah satu alat analisis untuk penelitian korelasional adalah regresi linier
berganda. Jelaskan bagaimana rumus umum untuk model regresi linier
berganda, dan gambarkan modelnya.
6. Jika alat analisis yang digunakan adalah regresi, maka secara teori
regresi tersebut harus memenuhi “BLUE estimate” atau asumsi klasik
regresi. Jelaskan apa yang dimaksud dengan BLUE estimate itu.
7. Apa perbedaan anta regresi linier berganda dengan analisis jalur,
jelaskan.
8. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam pengujian hipotesis
9. Dalam menguji hipotesis, ada pengujian secara parsial dan pengujian
secara simultan. Jelaskan makna dari ke dua jenis pengujian hipotesis
tersebut
10. Untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis, digunakan 2 macam kreteria
pengujian, yaitu yang dinamakan dengan “one tail test” dan “two tail test”.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan one tail test dan two tail test
tersebut.
11. Jika pengolahan data menggunakan program atau software, jelaskan apa
yang harus dipersiapkan oleh peneliti sebelum menggunakan program
12. Salah satu program yang faforit digunakan adalah “Program SPSS”.
Jelaskan kepanjangan dari SPSS dan apa saja yang bisa diselesaikan
dengan SPSS tersebut.
103
BAB VII
PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh seorang peneliti adalah menulis
laporan hasil penelitian. Berbeda dengan penulisan secara umum, penulisan
hasil penelitian ilmiah dilakukan dengan metode ilmiah. Artinya penulisannya
mengikuti sistematika dan aturan penulisan yang memenuhi kaidah keilmuan,
dalam arti bahasa penulisannya menggunakan bahasa ilmiah, dan substansi
yang ditulis bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Berikut ini akan dijelaskan teknik menulis laporan hasil penelitian dalam
bentuk “skripsi”, sebagai tugas akhir yang harus disusun oleh setiap mahasiswa
yang menempuh program pendidikan Strata Satu (S1). Dalam penulisan skripsi
terdapat sistematika dan teknik penulisan yang biasanya dijadikan pedoman
pada suatu perguruan tinggi.
7.1. Beberapa Acuan Tentang Bahasa Penulisan
Dalam menulis karya ilmiah, unsur bahasa penulisan harus mendapat
perhatian yang cukup agar tidak mengurangi nilai akademis dari karya ilmiah itu
sendiri. Sebuah karya ilmiah yang baik adalah yang memenuhi kaidah efisiensi
dan efektivitas penulisan. Efisiensi berkaitan dengan kehematan penggunaan
kata atau kalimat, dalam arti tidak perlu menulis suatu hal berulang-ulang dan
dengan kalimat yang panjang lebar tetapi justru mengurangi esensi dari karya
ilmiah itu sendiri. Sedangkan efektivitas berkaitan dengan kejelasan makna yang
terkandung dari setiap kalimat yang disusun.
Penulisan dengan bahasa Indonesia yang benar bisa mengacu pada
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini
mahasiswa diharapkan dapat memilih kata atau kalimat yang tepat untuk
melakukan penyusunan skripsi berdasarkan sistematika yang benar.
104
Beberapa cuplikan dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, yang dianggap penting untuk diperhatikan dalam penulisan
ilmiah diantaranya adalah :
a. Pemakaian huruf miring
1) Untuk menuliskan judul buku, jurnal, majalah dan sebagainya yang
menjadi sumber kutipan.
Misalnya : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Buku Metode Penelitian Bisnis
2). Untuk menulis kata-kata asing ( kecuali yang sudah di “Indonesia” kan )
atau kata/nama ilmiah.
Misalnya : Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling
Pemanfaatan e-commerce dalam dunia bisnis
3). Untuk penegasan atau mengkhususkan huruf, suku kata, atau kelompok
kata.
Misalnya : Huruf pertama kata abad adalah a
Bab ini tidak membahas kajian pustaka
Responden minta kerahasiaan data pribadi
b. Pemakaian kata depan ( di, ke, dari )
Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam
penggabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti : kepada,
daripada, barangkali.
Misalnya : Komputer itu ditaruh di sini
Di mana ada semut, di situ ada gula
Ramalan penjualan satu tahun ke depan
Anggaran disusun lebih besar dari semestinya
Perhatikan : Masyarakat percaya sepenuhnya kepadanya
Manajer baru keluar sebentar
IPK Mawar lebih baik daripada Melati
105
c. Penulisan kata serapan
Banyak kata Indonesia yang berasal dari serapan kata asing dan
kemudian sudah dijadikan kata baku Indonesia. Perhatikan contoh-contoh
berikut.
* Kata diakhiri huruf ief atau ive menjadi -if
Effective, effectief, menjadi efektif
Objective, objectief, menjadi objektif
* Kata diakhiri huruf ic, ics, ica, ique menjadi -ik, -ika
Public menjadi publik
Logic, logica menjadi logika
Technique menjadi teknik
* Kata diakhiri isch, ic, menjadi -ik
Mechanisch menjadi mekanik
Electronic menjadi elektronik
* Kata diakhiri ical, menjadi –is
Economical menjadi ekonomis
Practical menjadi praktis
Logical menjadi logis
d. Tanda Baca
* Tanda titik (.) dipakai pada akhir dari singkatan gelar, pangkat, jabatan, dan
sapaan.
Misalnya : Dr. (Doktor)
dr. (Dokter)
Ir. (Insinyur)
M.S / M.Si ( Magister Sains atau Master of Science )
M.B.A. ( Master of Business Administration )
Prof. (Profesor)
Yth. ( Yang terhormat )
Sdr. (Saudara)
106
* Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan
kalimat setara berikutnya yang didahului kata : tetapi, melainkan.
Misalnya : - Inflasi diprediksi akan turun, tetapi yang terjadi justru naik
- Penelitian ini bukan penelitian deskriptif, melainkan penelitian
eksploratif.
Selain beberapa cuplikan dari buku pedoman tersebut, dalam menulis
karya ilmiah juga harus memperhatikan etika penulisan, dimana sebagai warga
Negara yang baik kita harus menghormati bahasa kita yaitu Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu dalam menuliskan istilah-istilah asing atau berbahasa asing,
harus dituliskan istilah dalam bahasa Indonesia lebih dulu, baru istilah asing
didalam tanda kurung.
Misalnya dalam skripsi yang disusun, mahasiswa akan menulis kalimat
“liquidity ratio digunakan untuk mengukur …………………”
Penulisan yang etis adalah :
“Rasio likuiditas ( liquidity ratio ) digunakan untuk mengukur …………………. “.
7.2. Sistematika Skripsi
Meskipun masalah menulis berkaitan dengan “selera”, namun dalam
menulis karya ilmiah perlu dibuat sistematika yang secara umum dianggap
memenuhi kaidak akademis. Demikian pula dalam penulisan skripsi, perlu
dikembangkan suatu sistematika agar mahasiswa mempunyai panduan dalam
menulis skripsi.
Secara garis besar skripsi terdiri atas 3 bagian utama yaitu : bagian awal
skripsi ( front matter ), bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), dan bagian
akhir skripsi ( reference section ). Sistematika skripsi merupakan penjabaran dari
ketiga bagian tersebut dan akan dijelaskan lebih lanjut pada bab ini.
Bagian awal skripsi ( front matter ) berisi segala sesuatu yang diperlukan
untuk bisa mengantarkan pembaca kepada isi skripsi, biasanya memuat :
1. Halaman Judul
107
2. Halaman pengesahan ( Tanda Persetujuan Skripsi )
3. Surat Pernyataan Keaslian Skripsi (bermeterai)
4. Abstraksi
5. Halaman motto atau Kata Persembahan ( kalau ada )
6. Kata Pengantar
7. Daftar Isi
8. Daftar Tabel ( kalau ada )
9. Daftar Gambar ( kalau ada )
10.Daftar Lampiran ( kalau ada )
Bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), terdiri atas bab-bab yang perlu
disajikan dalam laporan penelitian berbentuk skripsi, yang terdiri atas 6 bab
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi Latar belakang Masalah; Identifikasi,
Pembatasan, dan Perumusan Masalah; Tujuan penelitian; dan
Kegunaan atau Manfaat Penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini memuat Penelitian terdahulu yang relevan;
Teori-Teori yang melandasi; Kerangka Pemikiran Teoritis; dan Hipotesis
( kalau ada )
Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi Jenis dan Obyek Penelitian;
Operasionalisasi variabel; Populasi dan sampel; Metode Pengumpulan
Data; Teknik Analisis ( termasuk pengujian hipotesis )
Bab IV Gambaran Umum Obyek Penelitian, memuat identitas dari obyek yang
diteliti seperti sejarah perkembangan obyek, lokasi, organisasi,
personalia, aspek produksi, aspek pemasaran, dan sebagainya.
Bab V Analisis dan Pembahasan. Bab ini memuat uraian secara rinci tentang
proses dan prosedur pemecahan masalah atau pengolahan data dan
pengujian hipotesis hingga diketahui hasilnya.
Bab VI Simpulan dan Saran. Simpulan hasil penelitian bisa berupa simpulan
secara umum dari hasil pengamatan pada obyek, dan simpulan khusus
dari hasil analisis atau pengujian hipotesis. Sedangkan saran dibuat
108
sebagai tindak lanjut dari simpulan; artinya saran boleh diberikan
terhadap sesuatu yang sudah disimpulkan lebih dulu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam
membuat simpulan ini diantaranya adalah :
a. Simpulan harus merupakan jawaban dari hipotesis.
Jika hipotesis merupakan dugaan pembenar sementara atas
rumusan masalah penelitian, maka simpulan yang dibuat harus
menunjukkan adanya relevansi dengan rumusan masalah dan
hipotesis. Jika penelitian tidak berhipotesis maka simpulan
seharusnya menunjukkan intisari hasil pemecahan masalah.
b. Simpulan dibuat secara jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda dari pembaca
c. Simpulan hendaknya dinyatakan dengan singkat tetapi padat, dalam
arti tidak terjadi pengulangan kalimat-kalimat yang sudah dituliskan
dalam analisis atau pembahasan.
d. Simpulan yang disusun harus didasarkan pada data yang akurat dan
telah diolah dengan metode yang tepat sehingga tidak mengandung
unsur subyektivitas.
e. Dalam membuat simpulan sebaiknya dihindari penulisan angka-
angka statistik karena hal itu sudah dituliskan dalam bab analisis.
Dengan demikian dalam simpulan ini hanya menuliskan hasil ujinya
saja.
f. Sebaiknya menghindari simpulan yang berupa pesanan baik dari
pihak sponsor maupun dari pemilik obyek yang diteliti.
Bagian akhir skripsi ( reference Section ), merupakan bagian yang
diperlukan sebagai penjelas atau pelengkap yang diperlukan sehubungan
dengan penyusunan skripsi, yang bisa berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-
Lampiran yang perlu.
109
7.3. Penulisan Sumber Pustaka
Menuliskan sumber pustaka merupakan suatu keharusan dalam menulis
karya ilmiah karena berkaitan dengan etika penulisan dimana penulis harus
menghormati orang lain yang karyanya telah dikutip atau diacu dalam menyusun
skripsi. Penulisan sumber pustaka terdiri atas 2 kelompok yaitu menulis sumber
kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang ada kutipannya; dan dalam bentuk
daftar pustaka.
Jika menuliskan sumber kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang
memuat kutipan, yang kita tuliskan adalah nama penuis, tahun, dan halaman
yang dikutip. Sumber kutipan bisa diletakkan di awal kalimat, di tengah, atau di
belakang kalimat kutipan. Tata cara penulisan sumber pustaka akan dijelaskan
lebih rinci disertai dengan contoh pada bagian teknik penulisan secara umum
berikut ini.
7.4. Teknik Penulisan Umum
Dalam menulis karya ilmiah (skripsi), penulis diharuskan mengikuti
petunjuk atau pedoman umum penulisan yang ditentukan oleh lembaga atau
Perguruan Tinggi tempat penulis berada. Meskipun demikian dalam bab ini akan
dijelaskan teknik penulisan karya ilmiah yang secara umum digunakan oleh
perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Beberapa pedoman umum dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) adalah
sebagai berikut :
1. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas putih bersih jenis HVS dengan
tebal 70 atau 80 gram, berukuran kuarto ( A4 ). Pemakaian kertas diluar
ketentuan ini diperbolehkan untuk keperluan-keperluan khusus seperti
pembuatan tabel, gambar, dan sebagainya.
2. Tipe huruf yang digunakan adalah huruf standar ( ukuran font : 12 )
dengan model huruf Roman atau sejenisnya berwarna hitam.
3. Jarak baris menggunakan spasi ganda ( 2 spasi ) dengan pengaturan
ruang ketikan dibatasi oleh marjin tepi kertas sebagai berikut :
marjin kiri dan atas kertas masing-masing 4 Cm
110
marjin kanan dan bawah masing-masing 3 Cm
4. Pemberian nomor halaman menggunakan ketentuan sebagai berikut :
a. Bagian awal skripsi diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil
( i; ii; iii; dan seterusnya )
b. Bagian isi skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab ( 1; 2; 3;
dan seterusnya )
c. Bagian akhir skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab dan
meneruskan nomor halaman bagian isi skripsi.
d. Nomor halaman diletakkan di ruas kanan atas ruang ketikan sejajar
dengan marjin kanan, sedangkan untuk halaman-halaman yang ada
judul bab nya, nomor halaman diketakkan di tengah-bawah ruang
ketikan, sejajar dengan marjin bawah.
5. Pemberian nomor bab, sub bab, bagian, sub bagian, dan seterusnya
mengikuti aturan sebagai berikut :
Bab dan Bagiannya Penomoran
Bab I; II; III; dst
Sub Bab 1.1.’ 1.2.; 1.3.; dst
Bagian 1.; 2.; 3.; dst
Sub Bagian a.; b.; c.; dst
Seksi 1).; 2).; 3). Dst
Sub Seksi a).; b).; c). dst
6. Judul bab ditulis dengan huruf capital, diletakkan ditengah-tengah ruang
ketikan, dan dicetak tebal (bold). Sedangkan sub judul ditulis dengan
huruf besar pada setiap inisial atau huruf awal setiap kata dan dicetak
tebal.
7. Pengetikan judul tabel atau judul gambar diletakkan ditengah atas tabel
atau gambar dan diberi nonor tabel atau gambar yang menunjuk bab nya.
Dibawah tabel atau gambar dicantumkan sumber nya, kecuali untuk tabel
olahan atau analisis.
111
Contoh : untuk menuliskan tabel pertama yang ada pada bab IV,
dituliskan sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Data Personalia Perusahaan
Nomor Bagian Jumlah orang
1
2
3
4
Administrasi umum
Keuangan
Produksi
Supervisi
20
5
80
10
J u m l a h 115
Sumber : data primer
8. Penulisan sumber kutipan dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Jika nama penulis diletakkan di awal kalimat
“Menurut Suharsimi Arikunto ( 1997 : 8 ) terdapat banyak ragam
penelitian ,……………………… “
b. jika nama penulis diletakkan di tengah kalimat
“……............ Ditemukan oleh Diers ( 1963 : 45 ) , di dalam
………………… “
c. Jika nama penulis diletakkan di akhir kalimat
“ Strategi penetapan harga ……………… ( Cravens, 2003 : 52 )”
d. Jika penulis dua orang, maka dua-duanya dituliskan
e. Jika penulis lebih dari 2 orang :
“Rosen, et al, 1994 : 15 ) ……… menyebutkan bahwa ………….. “
“Ridwan, dkk, 2004 : 42 ) menyatakan bahwa pengujian ………… “
f. Jika mengacu dari sumber ke dua :
“Menurut Keynes ( dalam Sudiono, 1995 : 22 ) pengeluaran konsumsi
merupakan ……….. “
112
9. Penulisan daftar pustaka mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. penulisan berurutan mulai dari nama pengarang, tahun, judul buku atau
tulisan, penerbit, dan kota terbit. Judul buku atau karangan dicetak
miring ( model italic )
b. daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama pengarang
dengan ketentuan :
1). untuk nama asing ditulis nama belakang ( last name ) lebih dulu,
baru nama depan atau nama diri ( first name )
2). untuk nama Indonesia jika tahu persis ada nama marga
dibelakang nama diri, maka penulisannya nama belakang lebih
dulu, tetapi jika tidak ada nama marga, penulisannya tidak
dibalik
3). gelar atau tiel tidak perlu ditulis
4). jika penulisan tidak cukup dalam satu baris, maka baris kedua
dan seterusnya ditulis masuk kedalam 7 ketukan untuk
menegaskan beda antara satu pustaka dengan pustaka yang
lain
5). daftar pustaka tidak perlu diberi nomor urut
6). daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal
7). jika bahan pustaka tidak ada nama pengarangnya ( misalnya
berupa Undang-Undang atau peraturan ) bisa dituliskan paling
akhir dengan cara mengganti nama penulis dengan tanda
………….. , atau boleh dituliskan pertama dengan mengganti
nama dengan “Anonim”.
Contoh penulisan daftar pustaka :
Ariff, mohammed and Lester, W. Johnson, 1990. Securities
Market and Stock Pricing; Evidence form a Developing
Capital Market in ASIA, Singapore; longmaan
113
Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis ; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan
ketiga.
Husein Umar,2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen;
PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta
Sekaran, Uma, 2000. Research Method for Business, a Skill
Building Approach ; John Willey and Sons Inc. third
edition.
…………., 2003. Complete List Of test. (On-Line). Available
http://www. Psychotests.com
10.Abstraksi ditulis dengan spasi tunggal dengan panjang tulisan maksimum
200 kata ( setara dengan 1 halaman kuarto ), dan diutamakan dengan
menggunakan bahasa Inggris jika karya ilmiah ditulis dalam bahasa
Indonesia.
11.Sampul skripsi atau cover menggunakan kertas karton tebal (hard cover)
dengan warna sampul dan warna tulisan yang ditetapkan oleh program
studi atau perguruan tinggi yang bersangkutan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Budi Purwadi, 2000. Riset Pemasaran, Aplikasinya dalam Bauran Pemasaran;
PT. Grasindo, Jakarta
Djarwanto, PS dan Pangestu Subagyo, 1998. Statistik Induktif; penerbit BPFE
Yogyakarta
Fandi Tjiptono, dkk, 2004. Marketing Scales, Andi Offset, Yogyakarta
Gujarati, Damodar, 1995. Basic Econometrics; Prentice Hall. New Jersey,
International Edition
Harun Al-Rasyid, Analisis Jalur ( Path Analysis ); LP3E Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran, bandung
Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis; PT.
Grafindo, Jakarta
Husein Umar, 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa; Ghalia Indonesia,
Jakarta
Imam Ghozali, 2001. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS; Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
J. Supranto, 1986. Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran; Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
J. Supranto, 1997. Pengukuran Kepuasan Pelanggan; Rineka Cipta, Jakarta
J. Supranto, 2001. Teknik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan; Rineka
Cipta, Jakarta, cetakan kedua
Moh. Nazir, 1988. Metode Penelitian; Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ketiga
M. Sudradjat, SW, 1985. Statistika Non Parametrik; penerbit Armico, Bandung
Retherford,Robert D. and Kim Choe, Minja, 1993. Statistical Models for Causal
analysis; john Wiley & Sons Inc. Singapore
Sekaran, Uma; 2000. Research Method for Business; John Willey and Sons.
Inc., Singapore
Sidney Siegel, 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial; PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
115
Sri Sularso, 2003. Metode penelitian Akuntansi, Sebuah Pendekatan Replikasi,
BPFE Yogyakarta
Sugiyono dan Ari Wibowo, 2001. Statistika Penelitian dan Aplikasinya Dengan
SPSS for Window; Alfabeta, Bandung
Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian; Alfabeta, bandung
Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian; Rineka Cipta, Jakarta
Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis; Andi Offset, Yogyakarta.
_______; Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
KEP/25/M.PAN/2/2004; tentang Pedoman Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.