bab i iii tesis
TRANSCRIPT
0
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TEKANAN DARAH PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT
SEI GALUH KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH MAGISTER
DISUSUN OLEH :
KURSIAH WARTI NINGSIH
0905062
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI MAGISTER
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah sangat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau
penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh.
Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah
yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi maka terjadilah
gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida dan hasil metabolisme
yang lain. Masalah yang menyertai tekanan darah adalah masalah umum yang
sering terjadi ditengah tengah masyarakat kita bahkan di banyak Negara di Dunia.
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni tekanan darah tinggi yang
biasa disebut dengan hipertensi dan tekanan darah rendah yang disebut dengan
hipotensi. (Ibnu, M. 1996 dalam Fida, 2009).
Peningkatan tekanan darah di atas normal merupakan faktor yang dapat
menyebabkan penyakit lanjutan lainnya yang lebih seperti stroke (terjadi pada otak
dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi
kerusakan pada pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri
(terjadi pada otot jantung). Selain penyakit penyakit tersebut tekanan darah yang
diatas normal dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes
mellitus dan lainnya (Sugiarto, 2007).
1
2
Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari
penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh tekanan darah diatas normal / hipertensi
(Shapo L, 2003). Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hiperensi pada orang
dewasa adalah sekitar 29-31% (Yogiantoro, 2006). Penyakit kardiovaskuler menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 merupakan penyebab kematian
terbesar di Indonesia sebesar 26,3% (Yunis, 2003).
Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak
nyaman dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut International Labor
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi
dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja
dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru
setiap tahunnya (Tarwaka, dkk, 2004). Di tempat kerja dalam prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan
pekerja seperti kapasitas pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja
(Tresnaningsih, 2004).
Di Indonesia angka prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65-28,6%,
biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian
Ekowati dkk pada tahun 2009 dalam Majalah Kedokteran Indonesia Prevalensi
tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah
di Papua Barat (20,1%). Sedangkan untuk Propinsi Riau sendiri angka kejadian
hipertensi terbilang cukup tinggi (34%). Dan perlu diketahui di Provinsi Riau
3
mempunyai prevalensi hipertensi yang cukup tinggi namun cakupan pelayanan
kesehatannya hanya 24,1%. Hal ini berarti masih ada 75,9% kasus hipertensi di
masyarakat yang belum terdeteksi (Boedhi, 2001).
Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi tekanan darah diatas normal
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian episdemiologi
yang di lakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk yang berusia 20
tahun mengalami tekanan darah diatas normal. Padahal usia 20 tahun keatas
merupakan usia produktif untuk bekerja.
Agar tenaga kerja dapat memberikan produktifitas maksimal, maka
kesehatan tenaga kerja harus selalu terjaga. Dalam prinsip kesehatan kerja
terdapat tiga faktor utama untuk menyelaraskan produktifitas kerja yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Tekanan darah yang tidak normal
merupakan salah satu bentuk hasil ketidakseimbangan dalam prinsip kesehatan
kerja (Tresnaningsih, 2012).
Berdasarkan data kasus penyakit tidak menular (PTM) di RS rawat jalan
Provinsi Riau dari tahun 2008, 2009 dan 2010 terus mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2008 terlihat kejadian hipertensi yang meruapakan kelainan
tekanan darah diatas normal sebanyak 1215 kasus, pada tahun 2009 meningkat
menjadi 1327 kasus dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2414 kasus. Kasus
hipertensi mulai banyak terjadi pada umur produktif untuk bekerja Sedangkan
data lainnya menunjukkan Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM)
yang paling banyak ditemukan di RS rawat jalan di Provinsi Riau (Profil Dinas
Kesehatan Propinsi Riau, 2008, 2009, 2010).
4
Dari data Rumah Sakit Nusa Lima Pekanbaru yang merupakan rumah
sakit rujukan Perkebunan Nusantara V, dimana angka kejadian tekanan darah
diatas normal (hipertensi) dari PKS Sei Galuh terus meningkat dari tahun ketahun.
Tahun 2010 terjadi 4 kasus, pada tahun 2011 meningkat menjadi 6 kasus dan
untuk tahun 2012 ini hingga pertengahan tahun telah terjadi 5 kasus (RS Nusa
Lima, 2010, 2011, 2012).
Dan dari observasi awal saat walk trought survey pada bagian produksi
pabrik kelapa sawit perkebunan Nusantara Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun
2011 pekerja banyak yang mengeluhkan seringnya terasa sakit kepala saat bekerja
ataupun jika lama bekerja yang mana hal ini merupakan salah satu gejala awal
dari masalah dalam tekanan darah. Pada pemeriksaan awal dari 10 orang pekerja
di PTPN V 7 orang didapatkan tekanan darahnya berada di atas normal
(>140/90mmHg)
B. Rumusan Umum Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah perumusan masalah
umum penelitian yaitu : Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan Tekanan
Darah Pada Pekerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perkebunan Nusantara V Sei
Galuh Kabupaten Kampar Tahun 2012?
5
C. Tujuan Penelitian
Diketahuinya informasi mengenai Faktor Faktor yang Berhubungan
dengan Tekanan Darah Pada Pekerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perkebunan
Nusantara V Sei Galuh Kabupaten Kampar Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Signifikansi Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan untuk
menjaga kesehatan para pekerja demi kelangsungan pekerjaan yang dilakukan
para pekerja dan pekerja dapat lebih mengetahui apa saja hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan darah dalam bekerja sehingga pekerja dapat menjaga
tekanan darahnya agar tetap normal dan dapat tetap bekerja secara efektif.
2. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian sejenis tentang tekanan darah dan
dapat mengembangkan metode penelitian yang lebih baik.
E. Langkah dan Sifat Penelitian
Dilakukan penelitian kuantitatif analitik dengan menggunakan jenis desain
studi penampang analitik (analytic cross sectional study) dimana variabel
independen dan variabel dependen diukur dalam waktu tertentu secara bersamaan
(point time approach). Langkah-langkah yang dilakukan mulai dari
mengidentifikasi kepustakaan yang relevan sehingga dirumuskan kerangka teori,
6
kerangka konsep dan masalah khusus penelitian yang menjadi tujuan khusus
dalam rancangan penelitian, dengan menggunakan metode penelitian untuk
mencapai tujuan khusus tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tekanan Darah
Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang
memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal
maupun yang berada pada sektor informal. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan
rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor pekerjaaan, lingkungan kerja serta penyakit umum (Depkes RI, 1994).
Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya
perkembangan industri dan usaha, serta pembangunan secara menyeluruh.
Interaksi antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan peralatan produksi yang
semakin canggih meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Sri, 2001).
1. Pengertian
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah
(Ethel, 2003). Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer&Bare, 2001).
7
8
2. Hubungan Antara Tekanan Darah, Aliran Darah Dan Tahanan Dalam
Darah
Aliran melalui pembuluh darah melali dua faktor (Guyton, 1996):
a. Perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh.
b. Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh yang disebut tahanan
vascular
Aliran darah berbanding lurus dengan perbedaan tekanan tapi berbanding
terbalik dengan tahanan. Perbedaan tekanan anatar kedua ujung pembuluh bukan
tekanan absolute dalam pembuluh yang menentukan kecepatan aliran. Sebagai
contoh bila tekanan antara kedua segmen adalah 100mmHg dan tidak ada
perbedaan antara kedua ujung, tidak akan ada aliran meskipun terdapat tekanan
sebesar 100mmHg.
Secara sederhana aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui
suatu titik tertentu di sirkulasi dalam satuan darah satuan waktu tertentu. Aliran
darah total pada sirkulasi orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah
5000ml/menit. Aliran darah ini disebut curah jantung karena ini merupakan darah
yang dipompa oleh jantung dalam kurun waktu tertentu.
Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah
melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup
karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan
atrium kanan. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat
sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. Tekanan aorta berubah dari
9
setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan
diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding
elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan
tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40
mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di
ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5
mmHg) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan
sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg) (Ethel, 2003).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Seseorang
Faktor-faktor yang menentukan tekanan darah adalah (Ethel, 2003):
Faktor Fisiologis :
a. Kelenturan dinding arteri
b. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan
darah.
c. Kekuatan gerak jantung
d. Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap
aliran.
e. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat
f. Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka
makin tinggi tekanan darah.
10
Faktor Patologis:
a. Posisi tubuh : Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan
berusaha menstabilankan tekanan darah
b. Aktivitas fisik : Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran
yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik)
c. Temperatur : menggunakan sistem renin-angiontensin –vasokontriksi perifer
d. Usia : semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya
elastisitas pembuluh darah)
e. Jenis kelamin : Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena
komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk
pembakaran
f. Emosi : Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi
akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.
4. Pengaturan Tekanan Darah
a. Pengaturan saraf (Ethel, 2003).
Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat
kardiokselerator dan kardioinhibitor mengatur curah jantung.
1) Pusat vasomotorik
(1) Tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus
menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh. Tonus ini
mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi pembuluh.
11
(2) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari
serabut saraf vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf
simpatis pada sistem saraf otonom.
(3) Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls
vasokonstriktor. Pengecualian hanya terjadi pada pembuluh darah di
jantung dan otak. Pembuluh darah di jantung dan otak memilki
reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon epinefrin yang
bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae. Mekanisme ini
memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama
situasi menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan
vasokontriksi di suatu tempat pada tubuh. Stimulasi parasimpatis
menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;
misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.
a. Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan
karotis, yang mengatur tekanan darah melalui SSO.
1) Pengaturan kimia dan hormonal
Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut meliputi :
a. Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau
vasodilator, bergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh
darah organ.
12
b. Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari
kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokontriktor.
c. Angiotensin adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya
termasuk salah satu vasokontriktor kuat.
d. Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon,
kolesistokinin, sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah
jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.
e. Prostaglandin adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara
local dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor
i. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik Dan Diastolik
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri.
Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metoda ini sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer&Bare, 2001). Menurut
Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat timbul saat pemasangan kateter arteri
yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya
kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan
pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer dan steteskop.
Tekanan darah perorangan dinyatakan sebagai tekanan darah
sistolik/diastolik, contohnya, 120/80. Tekanan darah sistolik (angka yang diatas)
13
mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung berkontraksi dan memompa
darah kedalamnya. Tekanan puncak terjadi pada saat dinding ventrikel
berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan darah diastolik (angka yang dibawah) mewakili tekanan di arteri-
arteri ketika otot jantung mengendur (relax) setelah ia berkontraksi. Tekanan
diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat.
Tekanan darah selalu akan lebih tinggi ketika jantung sedang memompa dari pada
ketika ia sedag mengendur (relax).
Sumber: Wikipedia, 2012
Gambar 2.1.
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH TIDAK LANGSUNG
Pengukuran tekanan secara tidak langsung dapat menggunakan
sphygmomanometer terdiri atas manset yang bisa dikembangkan dan alat
pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringan dalam manset. Alat ini
dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang tertera pada manometer air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer&Bare, 2001).
Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama
14
(Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolic (angka bawah)
diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi
(Korotkoff V).
ii. Jenis Tekanan Darah
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dari
pada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan
paling rendah pada saat tidur malam hari.
Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan ukuran normal tekanan darah pada
orang dewasa. Tabel tersebut juga menunjukkan kapan dikatakan bahwa anda
memiliki resiko terkena tekanan darah tinggi atau gangguan kesehatan lainnya.
Tekanan darah sering turun atau naik, bahkan pada orang yang memiliki tekanan
darah normal.
Tabel 2.1.
KATEGORI TEKANAN DARAH TINGGI PADA ORANG DEWASA (DALAM
MMHG, ATAU MILIMETER MERKURI) :
Category Systolic
(angka atas)
Diastolic
(angka bawah)
Hipotensi < 90 atau < 60
Normal 90 – 120 dan 61 – 80
Prahipertensi 120 –139 atau 81 – 89
Tekanan Darah Tinggi
Tahap 1 140 – 159 atau 90–99
Tahap 2 160 – 180 atau 100 – 109
15
Krisis Hipertensi >181 atau >110
Sumber: JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
Ukuran pertahapan diatas adalah untuk kebanyakan orang dewasa (umur
18 atau lebih) yang tidak memiliki penyakit serius. Tekanan darah diatas 120/80
mmHg sangat beresiko, dan resiko terus bertambah mengikuti naiknya tekanan
darah. “PraHipertensi” berarti tahap mendekati seseorang mengalami penyakit
tekanan darah tinggi, kecuali dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Masalah dalam tekanan darah umum yang terjadi adalah tekanan darah rendah dan
tekanan darah tinggi.
a. Tekanan Darah Rendah
Tekanan darah rendah atau yang disebut Hipotensi adalah suatu keadaa
dimana tekanan darah lebih rendah atau turun dibawah angka normal hingga
mencapai 90/60 mmhk dimana nilai normal tekanan darah seseorang pada orang
sehat secara umum berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah merupakan hadil kerja
jantung yang memompa darah untuk bersikulasi di dalam tubuh melalui pembuluh
darah.
Tekanan darah rendah (hypotension) adalah tekanan begitu rendah yang
menyebabkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang disebabkan oleh aliran darah
yang rendah melalui arteri-arteri dan vena-vena. Ketika aliran darah terlalu rendah
untuk menyerahkan oksigen dan nutrisi-nutrisi yang cukup pada organ-organ vital
seperti otak, jantung dan ginjal, organ-organ tidak berfungsi secara normal dan
mungkin rusak secara permanen.
16
Untuk mengetahui seseorang dalam kondisi tekana darah rendah maupun
tekanan darah tinggi seseorang harus melakukan pemeriksaan tensi darah dengan
menggunakan alat pengukur tekanan darah dengan memperhatikan angka systolic
(bagian atas) dan angka bawah (diastolic).
Pada orang yang mengalami tekanan darah rendah biasanya ditandai
dengan gejala seperti berikut:
1) Sering pusing dan keringat dingin
2) Mudah merasa kantuk dan sering menguap
3) Mata sering terasa berkunang kunang dan penglihatan kurang jelas
terutama setelah duduk lama lalu berjalan
4) Wajah terlihat pucat karena suplai darah keseluruh jaringan tubuh
tidak maksimal
Terjadinya tekanan darah rendah berkaitan dengan adanya gangguan
jantung dalam memompa darah, untuk lebih jelasnya seperti dibawah ini:
1) Melemahnya otot jantung yang berakibat volume darah yang
dipompa oleh jantung sedikit sehingga tekanan darah menurun.
2) Terjadinya peradangan pada kantong yang mengelilingi jantung
(pericardium) yang biasa dikenal sebagai pericarditis yang
menyebabkan cairan menumpuk di dalam pericardium dan
menekan jantung sehingga membatasi kemampuan jantung untuk
mengisi dan memompa darah keseluruh tubuh.
3) Adanya bekuan darah dalam pembuluh vena (pulmonaly elbolism)
dimana bekuan darah ini dapat menghalangi aliran darah ke dalam
17
bilik kiri (left ventrikel) dari paru paru dan akibatnya akan
mengurangi darah yang kembali ke jantung untuk dipompa.
4) Bradycardia atau denyut jantung yang lambat yang dapat
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung. Angka detak
jantung untuk orang dewasa sehat adalah antara 60 sampai 100
detak permenit, hal ini berpengaruh dengan hearth rate yaitu berapa
kali jantung berdenyut dalam satu menitnya. Semakin tinggi hearth
rate semakin tinggi pula tekanan darah.
5) Tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah.
Pembuluh darah yang kaku akan semakin tingginya tekanan darah,
begitu juga sebaliknya.
Banyak orang menderita tekanan darah rendah. Tak hanya orang tua, usia
muda pun sering terkena. Bagi pekerja, gangguan tekanan darah ini sangat
mempengaruhi semangat dan produktivitas kerja. Serangan pusing yang terjadi
tiba-tiba, muka pucat, tangan dan kaki yang dingin dapat dikatagorikan karena
tekanan darah yang rendah.
Terjadinya tekanan darah rendah dipengaruhi 3 hal, apabila salah satu atau
ketiganya mengalami ganguan penurunan maka tekanan darah akan turun.
Pertama adalah stroke volume, yakni kekuatan otot jantung untuk menguncup
mengeluarkan darah dari rongga otot jantung ke seluruh tubuh. Makin baik otot
jantung maka makin banyak volume darah yang dipompakan. Sebaliknya jika
18
fungsi otot jantung kurang baik maka volume darah yang dipompakan sedikit
sehingga tekanan darah menurun.
Kedua, heart rate yaitu berapa kali jantung berdenyut dalam satu menitnya.
Semakin tinggi heart rate, semakin tinggi pula tekanan darah. Yang terakhir
adalah tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah. Makin kaku
pembuluh darah, maka makin tinggi tekanan darah. Demikian juga sebaliknya,
makin lembek pembuluh darah maka tekanan darah akan makin rendah.
Terdapat beberapa hal lain yang bisa menyebabkan tekanan darah rendah,
seperti diare. Diare hebat membuat kondisi seseorang kekurangan cairan sehingga
tidak bertenaga. Kondisi ini membuat otot jantung lemah dalam memompakan
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah menjadi menurun.
Berdiri terlalu lama terlebih dalam kondisi yang misalnya, belum sarapan pagi
atau malam harinya yang kurang tidur bisa juga menyebabkan tekanan darah
rendah. Hal ini disebabkan pada posisi berdiri darah cukup sulit sampai di kepala.
Dibutuhkan tekanan cukup besar agar darah sampai kepala. Kurangnya darah
sampai di kepala membuat tekanan darah rendah dan jatuh pingsan. Tekanan
darah menurun juga bisa terjadi karena seseorang mengalami pendarahan akibat
luka terbuka atau luka di bagian dalam. Bisa juga akibat pelebaran pembuluh
darah karena infeksi berat. Penyebab lainnya ialah kondisi lemah jantung,
serangan jantung dan alergi obat.
Tekanan darah rendah baru menimbulkan gejala bila suplai darah ke otak
terganggu. Kondisi ini akan membuat seseorang merasa pusing, sering menguap,
19
penglihatan kurang jelas, keringat dingin, merasa cepat lelah, muka pucat, tangan
dan nkaki dingin, keseimbangan terganggu dan bisa pingsan. Pada pemeriksaan
secara umum denyut nadi teraba lemah.
Bagi orang yang memiliki riwayat tekanan darah rendah harus
memperhatikan diri, sebab gangguan ini mudah sekali kambuh. Dampak tekanan
darah rendah tergantung penyebabnya. Celakanya bila kambuh penyakit ini sering
membuat seseorang pingsan. Jika hal ini terjadi, baringkan penderita, dengan
posisi berbaring aliran darah ke otak akan lancar sehingga penderita akan segera
sadar. Obat-obatan tidak perlu diberikan, kecuali tekanan darah rendah itu benar-
benar mengganggu aktivitas keseharian. Bila tidak ada gangguan serius paling
obat yang diberikan hanya vitamin.
b. Tekanan Darah Tinggi/ Hipertensi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan
keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Seringkali
tidak ada penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diidentifikasi, tapi kadang-
kadang terjadi sebagai akibat dari yang mendasari gangguan ginjal atau gangguan
hormon. Obesitas, gaya hidup, stres, merokok dan alkohol atau garam dalam
makanan berlebihan semua bisa memainkan peranan terjadinya tekanan darah
tinggi pada orang yang memiliki keturunan hipertensi. Hampir pada semua orang,
hipertensi tidak mempunyai gejala.
20
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat
alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat
meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor
keturunan dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang
dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan
reaktivitas vaskular (terhadap vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi
garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan obesitas diyakini sebagai penyebab
hipertensi yang berasal dari lingkungan.
Sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala dapat terjadi secara bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi ( hipertensi ) namun bisa saja bukan
merupakan gejala hipertensi. Dalam hal ini gejala yang dimaksud seperti sakit
kepala, pendarahan dari hidung (mimisan), pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan. Gejala diatas adalah gejala umum tapi tidak dapat dijadikan sebagai
patokan bahwa seseorang yang mengalami gejala tersebut menderita penyakit
darah tinggi karena kenyataannya gejala yang telah disebutkan tadi juga dapat
dialami pada seseorang yang memilik tekanan darah normal. Sebagian besar
penderita hipertensi tidak merasakan gejala kenaikan tekanan darah karena
memang sifat tekanan darah itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam.
21
Pada orang normal, perubahan itu berada pada kisaran normal yaitu sekitar
120/80 mm Hg. Sedangkan perubahan pada penderita hipertensi yang belum
menjalankan pengobatan dan perawatan sering tidak menentu sehingga tekanan
darahnya terkadang normal dan terkadang tinggi sekali. Pada penderita hipertensi
yang berkategori berat , menahun dan belum menjalani pengobatan dan perawatan
maka bisa timbul gejala sebagai berikut. Diantaranya sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, sesak nafas dan gelisah. selain itu gejala lainnya adalah pandangan
mata menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Terkadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensi yang memerlukan penanganan segera.
2) Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh
i. Gambaran Umum Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten
Kampar
PT Perkebunan Nusantara V (persero) adalah sebuah badan usaha milik
negara, yang didirikan pada tanggal 14 Februari 1996 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 10 tahun 1996 da disahkan oleh Notaris Hukum Kamil SH,
melalui Akta No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Mentri Kehakiman
Republik Indonesia no. C2-8333.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996.
Perkebunan Nusantara V Propinsi Riau Berpusat di Jalan Rambutan Nomor 43
Pekanbaru, Riau. PTPN V (Persero) mengelola kebun inti kelapa sawit seluas
65.831 hektar dan kebun karet 11.506 hektar. PTPN V (Persero) juga mengelola
kebun plasam sawit seluas 56.665 hektar dan karet 17.861 hektar. Produksi PTPN
22
V (Persero) didukung oleh 12 unit Pabrik Kelapa Sawit yang memproduksi Crude
Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel serta 2 unit Pabrik Crumb Rubber dan 2 unit
Pabrik Sheet yang memproduksi RSS dan SIR.
Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh berdiri pada tahun 1989 dan mulai
beroperasi pada bulan Agustus 1990 yang berlokasi di Desa Pantai Cermin,
Kecamata Tapung Kabupaten Kampar. Pabrik Kelapa Sawit Sei galuh mempunyai
luas wilayah 19Ha yang terdiri dari perkantoran 1Ha, Gudang 0,5 Ha, bangunan
sosial 0,5 Ha, bahan limbah 4 Ha, tangki timbun 1 Ha, jalan diperkeras diaspal 0,5
Ha dan pekarangan/ tanah lapang 5,5 Ha. Pabrik Kelapa Sawit ini mempunyai
kapasitas produksi 60 ton TBS/ jam yang mengolah dari bahan baku dari kebun
inti Sei Galuh, kebun plasma dan menerima titip olah. Jumlah karyawan tetap
PKS ini hingga Juli 2012 sebanyak 165 orang dan pada sistem pengolahan
diberlakukan sistem 2 shiff.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V
memiliki fasilitas penunjang untuk mendukung kesehatan para pekerja yaitu
dengan adaya sebuah poliklinik kebun yang dipimpin 1 orang dokter perusahaan
yang memeriksa kesehatan pekerja. Paramedis selalu siap menangani jika ada
pekerja yang mengalami keluhan penyakit dan jika membutuhkan tindakan medis
lebih lanjut atau perawatan inap, maka pekerja akan dirujuk ke RS Nusa Lima di
Pekanbaru. PKS Sei Galuh mengadopsi isi dari peraturan perundang undangan
maupun standar standar Internasional.
ii. Proses Kerja Bagian Pengolahan Kelapa Sawit
23
Pabrik kelapa sawit merupakan satu kesatuan dari beberapa mesin-mesin
instalasi yang bekerja berkaitan satu dengan lainnya dalam satu kesatuan proses
untuk mengolah bahan baku yang berupa buah kelapa sawit dan hasil olah berupa
minyak kelapa sawit (CPO) dan Inti sawit (kernel). Berikut tahapan proses
produksi di pabrik kelapa sawit serta proses produksi yang menimbulkan panas di
pabrik kelapa sawit (Ossiris, 2011):
a. Stasiun Penerimaan Buah
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang
di jembatan timbang dan ditampung sementara di penampungan buah.
b. Stasiun Perebusan/Sterilisasi
1) Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat
tercapai. Sistem perebusan yang lazim dikenal di PKS adalah single
peak, double peak dan triple peak. Sistem perebusan Triple Peak
(SPTP) banyak digunakan, selain berfungsi sebagai tindakan fisika
juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan yang
disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. Keberhasilan SPTP
dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel perebusan,
bahan baku dan lama perebusan. Tekanan uap inilah yang
mempengaruhi suhu ruangan kerja dalam pabrik di bagian perebusan.
24
Gambar 2.2.
REBUSAN (STERILLIZER)
2) Pemipilan (Thressing) dengan menggunakan alat pemipil yang
digunakan berupa tromol pemipil dengan dinding berbentuk silinder
berdiameter sekitar 2 m dan panjang 4-5 m dengan kapasitas per
unitnya 25-35 ton TBS per jam.
c. Stasiun Kempa
Stasiun ini bertujuan untuk mengeluarkan minyak dari massa eks Digester.
Dimana pada stasiun ini akan melewati dua tahap yaitu :
1) Pengadukan (Digestion) adalah alat untuk melumatkan brondolan,
sehingga daging buah terlepas dari biji.
2) Pengepressan (Pressing) dilakukan untuk mengambil minyak dari
massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan.
3) Balance Tank adalah tangki penampungan minyak yang dipompakan
dari bak RO sebelum dimasukkan ke CST. Fungsi dari tangki ini
adalah untuk mengurangi tekanan cairan yang dipompakan ke CST
sehingga cairan di CST tenang.dengan kondisi seperti ini pemisahan
minyak dapat berlangsung lebih sempurna.
25
4) Continous Settling Tank (CST), pada clarifier tank terjadi pemisahan
minyak dan kotoran berdasarkan perbedaan spesifik grafitasi. Minyak
akan naik ke atas sedangkan sludge akan turun ke bagian bawah.
5) Sludge Tank dan oil Tank . Sludge dari underflow clarifier tank masuk
ke sludge tank setelah diayak di vibrating sludge. Pada ST, temperatur
tetap dijaga 90 – 95 oC dengan steam injeksi.
6) Self Cleaning Strainer adalah alat-alat yang digunakan untuk
memisahkan serabut yang masih ada dalam sludge sebelum diolah di
sludge separator.
7) Desanding Cyclone, Sludge dari sludge tank dipompakan ke sludge
balance tank melalui sand cyclone.
8) Sludge Separator berfungsi mengutip minyak yang masih terkandung
dalam sludge. Pemisahan ini dilakukan dengan gaya sentrifugal.
9) Oil Purifier berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air dan
kotoran yang masih ada didalam minyak.
10) Vacum Drier berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak.
Selain itu terdapat beberapa peralatan dalam produksi kelapa sawit yang
mengeluarkan panas berupa Water treatment yaitu pemurnian air untuk air pengisi
pada ketel uap (boiler) pada Pabrik Kelapa Sawit, dan Boiler berupa ketel uap
berasal dari kata ”boil” yang artinya mendidih dan menguap. Dengan demikian
boiler dapat diartikan sebagai suatu peralatan pembangkit/ pembentuk uap atau
disebut juga sebagai suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversikan
energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas pembentukan uap. Serta
26
kamar mesin yang terdiri dari Turbin Uap, Back Pressure Vessel (BPV) dan
Genset dan Alternator.
3) Faktor Faktor dalam Prinsip Kesehatan Kerja yang
mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vony, dkk (2009) di tinjau dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) faktor lingkungan kerja dan beban kerja dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan seperti kelelahan, kecelakaan dan gangguan kesehatan. Salah
satu indikasi awal untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan yakni dengan
timbulnya peningkatan tekanan darah.
Dalam prinsip kesehatan kerja terdapat 3 (tiga) prinsip utama dalam
menyeimbangkan kesehatan pekerja untuk meningkatkan kinerja sehingga
produktifitas juga meningkat yaitu faktor pekerja, beban kerja dan lingkungan
kerja seperti terlihat pada gambar 2.3.
Faktor Pekerja
Produktifitas
Beban Kerja q Lingkungan kerja
Kinerja
27
Gambar 2.3
SKEMA PRINSIP KESEHATAN KERJA
Sumber: Tresnaningsih, 2012
Jika pekerja dapat menjaga kesehatannya terutama tekanan darahnya tetap
normal maka pekerja dapat tetap bekerja secara efektif sehingga produktifitas
perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh) tetap tinggi.
i. Faktor Pekerja/ Personal
Dari hasil penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor
resiko hipertensi mempunyai hubungan erat dengan timbulnya manifestasi
penyakit tidak terkecuali pada para pekerja. Hipertensi yang umumnya terjadi dan
tidak diketahui penyebabnya adalah hipertensi esensial yang dipengaruhi oleh
faktor umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang
meliputi obesitas, stress, konsumsi garam, gaya hidup, merokok, konsumsi
alhokol, kafein dan stess.
a. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin
tua seseorang semakin besar terjadi resiko meningkatnya tekanan darah. Hal ini
disebabkan karena usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk
memompakan sejumlah darah ke otak dan alat vital lainnya. Pada usia tua
pembuluh darah dan organ vital lainnya sudah mulai melemah dan dinding
28
pembuluh darah sudah menebal, arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya (Kiangdo, 1977 dalam Sugiharto 2007).
Menurut Garry, (2002) baik pria maupun wanita yang berumur di atas 60
tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
160/90mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenarsi yang terjadi pada orang
yang bertambah usia. Sedangkan menurut Armilawati (2007) penyakit hipertensi
dominan terjadi pada umur 31-55 tahun. Berikut tabel hipertensi menurut
golongan umur.
Tabel 2.5.
HIPERTENSI MENURUT KELOMPOK UMUR
Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)
Bayi
Anak < 11 tahun
Remaja 12-17
Dewasa 20-45
Dewasa > 65
80/40
100/60
115/70
120/70
135-145/85
90/60
120/80
130/80
135/90
140/90
160/96
Sumber: Guidness WHO, 2005
Sedangkan Susalit (2001) menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi
esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% yang di bawah 20 tahun.
Boedhi, Darmdjo (2001) dalam naskah ilmiahnya menyebutkan bahwa 1,8 –
17,8% penduduk Indonesia berumur diatas 20 tahun menderita hipertensi. Dalam
penelitian ini juga menyebutkan bahwa umur setelah 45 tahun proporsi hipertensi
naik, terutama pada wanita.
Menurut Gray (2005) 50% dari pria dan wanita yang berusia diatas 60
tahun menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160mmHg dan diastolic
90mmHg).
29
b. Riwayat Keluarga/ Faktor Genetik
Adanya faktor genetic dalam keluarga akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium
individu dengan orang tua hipertensi dari pada orang yang tidak memunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Beberapa peneliti mengatakan terdapat
kelainan pada gen angiotensinnogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat
poligenik (Ibnu, 1996 dalam Fida, 2009).
Peran riwayat keluarga terhadap hipertensi dapat dilihat pada kejadian
hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) dari pada
heterozygote (berbeda sel telur). Seseorang penderita yang mempunyai sifat
genetic hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dalam waktu 30-50 tahun tanpa tanda dan gejala (Sugiharto, 2007)
Susalit (2001), menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh
beberapa faktor yang saling mempengaruhi, diantara faktor yang saling
mempengauhi, dimana faktor utama berperan dalam patofisologi hipertensi adalah
faktor genetic, dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan gizi, garam,
stess dan obesitas.
Penelitian Sigariaki (2000) yang dilakukan di RSUD FK-UKI Jakarta
menemukan bahwa orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi
mempunyai risiko hampir 6 kali untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
30
tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Penelitian ini mengahsilkan OR
=5,575 dengan CI 95%= 2,47-12,03. Hasil temuan ini diperkuat oleh Suarthana
(2001) bahwa tingginya hipertensi di daerah Utan Kayu Jakarta dipengaruhi oleh
tingginya persentase riwayat hipertensi dalam keluarga. Dalam penelitiannya
didapatkan 28,3% berusia < 45 tahun dan 54,7% memiliki riwayat hipertensi
dalam keluarganya.
c. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
ateroskleridosis. Efek pelindunf estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita usia premonopause. Pada premenopause wanita akan kehilangan
sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Ibnu, M. 1996 dikutip oleh Fida,
2009).
Berdasarkan penelitian hipertensi Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas)
2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Penyakit
sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu meduduki
31
peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan
26,4%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di
Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90
mmHg masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1%
(2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan
12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun
berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali menemukan prevalensi pria
sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita.
d. Etnis/ ras
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun
pada orang kulit hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan sensitifitas
terhadap vasopressin yang lebih besar.
Dari hasil penelitian Margaret, 2002 yang berjudul Assosiation of Fat
Distribution and Obesity with Hipertension In Bi-Ethnic Population Deskriptif,
dari 15.063 kulit hitam dan kulit putih amerika umur 45-64 tahun dari tahun 1987-
1989 didapatkan hasil wanita da pria kulit hitam yang obes beresiko 2,7 kali dan
3,06 kali menderita hipertensi dibandingkan yang tidak obes, sedangkan wanita
dan pria kulit putih yang obes berisioko 5,4 kali dan 4,06 kali menderita
hipertensi dibandingkan yang tidak obes.
32
e. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat nadan mencapai indeks masa tubuh
> 25 (berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m)) merupakan faktor
resiko yang sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi/ hipertensi. Berat badan
merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok
etnik disemua umur. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari pada penderita hipertensi yang tidak
obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktifitas
saraf simpatis meninggi dengan aktifitas rennin plasma yang rendah.
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
karena beberapa sebab. Makin besar masa tubuh, makin banyak darah yang
dialirkan untuk memasuk oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding arteri. Keleihan berat badan
juga meningkatkan frekwensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. (Sugiharto,
2007).
National Institute for Health USA (NIH, 1998) prevalensi tekanan darah
tinggi pada orang dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas) adalah 38%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17 % bagi
wanita yang memiliki IMT < 25 (status gizi normal menurut standar interntional).
33
Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki resiko hipertensi 3-8 kali
lebih tnggi dibandingkan dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa obesitas dapat diukur dengan BMI (Body Mass
Indeks) yang digunakan dalam penentuan status gizi orang dewasa dengan
indicator berat nadan normal < 25, kelebihan berat badan >25 dan obesitas > 30).
f. Merokok
Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan
tembakau cenderung meningkat resiko hipertensi, hal ini disebabkan karena
adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau. Perokok berat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maglima dan resiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami arteriosklerosis.
Menurut Dorah M (2011), merokok adalah kebiasaan yang harus
dihentikan, dalam asap rokok yang membara karena dihisap, tembakau terbakar
kurang sempurna sehingga menghasilkan karbonmonoksida yang menyebabkan
sesak nafas, batuk batuk. Nikotin juga dapat merangsang meningkatkanya tekanan
darah. Penelitian Wasdiyanto dan Yuwono (1996) menyatakan bahwa orang yang
merokok mempunyai resiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,9 kali dengan
orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Penelitian lain yang dilakukan
Lee (2001) mendapatkan bahwa orang yang merokok yang diikuti selama 3 tahun
mempunyai resiko hipertensi sebesar 3,5 kali dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok.
34
Zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran daraharteri dan mengakibatkan proses
arterikleosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab
meingkatkanya tekanan darah segera setelah isapana pertama. Seperti zat kimia
lainnya dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh darah amat kecil di
dalam paru paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik
nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi pada nikotin dengan memberikan
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang
kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
leih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah dua batang rokok saja maka
tekanan sistolik maupun diastolic akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan
tetap pada ketimggian ini hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok.
Namun pada perokok berat tekanan arah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari (Sugiharto, 2007).
Dalam penelitian kohort prosfectife oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmas and Women Hospital, Massachussettts terhadap 28.236 subjek yang
awalnya tidak ada riwayat penyakit hipertensi, 51% subjek tidak merokok, 36%
merupakan perokok pemula, 5% subjek merokok 1-14 batang perhari dan 8%
subjek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subjek terus diteliti dan dalam
media waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terdapat pada kelompok subjek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari.
35
g. Konsumsi Alkohol
Mengkonsumsi alcohol secara berlebihan tidak hanya akan meningkatkan
tekanan darah, tapi juga meningkatkan berat badan. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alcohol dan diantaranya
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru tampak apabila
mengkonsumsi alcohol 2-3 gelas perharinya (Kardiaydi, 2002).
Alkohol dihubungkan dengan hipertensi, karena peminum alcohol akan
cenderung hipertensi, meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti. Namun diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume
sel darah merah serta kekentalan darah berperan menaikkan tekanan darah.
Alcohol juga diduga mempunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah,
karena alcohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan
natrium intrasel yang menghambat pertukaran natrium dan kalium seluler yang
akan memudahkan kontraksi sel otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih
sensitive terhadap zat zat pressor seperti angiotensi dan katekolamin (Sugiharto,
2007).
Hasil penelitian Saverio (2004) menunjukkan peminum alcohol
mempunyai resiko 2,31 kali menderita hipertensi dibadingkan dengan yang tidak
meminum alcohol. Pada suatu penelitian yang dilakukan terhadap peminum
alcohol selama 4 tahun, didaptkan insiden hipertensi 4 kali lebih tinggi peminum
alcohol berat atau >60gr/ hari dibandingkan dengan bukan peminum dan
peminum alcohol yang ringan (McMahon 1984, dalam Fida, 2009).
36
Allison (1996) dalam Erlani (2007) menyatakan, seseorang yang
mengkonsumsi alcohol mempunyai resiko sangat tinggi menderita hipertensi
dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alcohol. Mengkonsumsi alcohol
dapat menyebabkan dinding arteri mengerut dan akhirnya mengalami pengerasan
arteri dan akan mengganggu sirkulasi darah karena elastisitas arteri berkurang.
Karena efek alcohol akan menekan system syaraf dan memperlebar pembuluh
darah sehingga orang kelihaan rilexs akibat tekanan darah menurun, tetapi selang
beberapa lama kemudian tekanan darah akan naik secara drastic dari tekanan
darah sebelum meminum lakohol.
h. Konsumsi minuman yang mengandung kafein
Kafein adalah senyawa kimia yang dapat ditemui secara alami pada
makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola, guarana, dan mate. Ia
terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang system syaraf
pusat, jantung dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretic (yang dapat
dikeluarkan melalui kencing). Minuman yang mengandung kafein sudah sejak
dulu dianggap merupakan minuman yang tidak menguntungkan bagi kesehatan
tubuh. Kafein sebagai salah satu bahan kimia yang banyak terkandung dalam
minuman dan makanan yang akrab dikonsumsi sehari hari seperti kopi, the,
minuman cola, minuman supplement dan oba obatan. Padahal kafein merupakan
zat yang berbahaya bagi kesehatan dan sudah dibuktikan dari berbagai macam
penelitian (jika dikonsumsi berlebihan).
37
William (2004) dalam jurnal penelitiannya menyebutkan bahwa kafein
meningatkan tekanan darah secara akut. Efek klinis yang terjadi tergantung pada
respon tekanan darah responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap
hari. Siswono (2001) mengatakan efek langsung dari kafein terhadap kesehatan
sebetulnya tidak ada. Yang ada adalah efek tidak langsungnya yang bias
mempercepat denyut jantung. Efek tidak langsung ini disebabkan karena kafein
mengandung zat aditif. Zat ini akan berbahaya bagi penderita tekanan darah
tinggi, karena zat ini akan memacu naiknya tekanan darah.
Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosine
dalam sel syaraf yang akan mengacu produksi hormone adrenalin yang
menyebabkan meningkatnya tekanan darah, sekresi asam lambung dan aktifitas
otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula untuk menghasilkan
energy ekstra. Dalam berbagai produk kandungan kafein dalam 150 ml kopi
seduhan sebanyak 100-150mg, kopi instan 40-108 mg, decaffeinate (kopi dengan
kadar kafein rendah) 1-5 mg, sementara dalam teh berkisar 9-50 mg teh seduhan,
teh instan 12-28 mg, dan minuman teh ringan 22-36 mg. pada minuman cola
mencapai 40-60 mg. minuman energy/ suplemen 50-80 mg, coklat 5-35 mg dan
obat obatan 100-200 mg, 32-65 mg (analgesic/ pereda sakit) dan 10-30 mg (obat
demam).
Meski belum ada keputusan mutlak tentang bahaya mengkonsumsi kafein
bagi kesehatan orang dewasa di kalangan ahli, dapat dipastikan kafein memang
bisa mengakibatkan kecanduan jika mengkonsumsi kafein sebanyak 600 mg
(sekitar 5-6 cangkir kopi perhari) selama 10-15 hari berturut turut.
38
i. Stress
Stress menurut Greenberg (2002) adalah interaksi antara seseorang dengan
lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan
kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan ini diikuti
respon secara psikologis, fisiologis dan perilaku. Respon secara psikologis berupa
emosi, kecemasan, depresi dan perasaan stess. Sedangkan respon secara fisiologis
dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mules, badan berkeringat, jantung
berdebar debar. Respon secara perilaku dapat berupa mudah marah, mudah lupa,
susah berkonsentrasi.
Hubungan Stress dan kelainan tekanan darah yang umumnya berupa
penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) diduga melalui aktifitas saraf simpatis,
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stess menjadi
berepanjangan dapa berakibar tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara
pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang dberikan paparan
terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Menurut
Sarafino (2007) yang dikutip oleh Bart Smet, stress adalah suatu kondisi yang
disebabkan oleh transaksi anatar individu dengan lingkungan yang menyebabkan
persepsi jarak anatar tuntutan tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber
daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang (Sugiharto, 2007).
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila
sress sudah hilang tekanan darah bias normal kembali. Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
39
aktifitas saraf simpatis. Adapun stess dapat berhubungan dengan pekerjaan, beban
kerja, kelas social, ekonomi dan karakteristik personal.
Peristiwa mendadak menyebabkan stress dapt meningkatkan tekanan
darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan. Penelitian Supargo (1989) dalam Fida (2009) menyatakan
bahwa orang yang mengalami stress mempunyai resiko untuk menderita
hipertesni 2,5 ali dibandingkan dengan orang yang tidak stress. Penelitian Manwar
(2004) juga menyatakan bahwa stress dapat meningkatkan hipertensi dengan
OR=4,22 dengan CI 95%= 1,105-16,122.
ii. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Setiap pekerjaan apapun jenisnya baik memerlukan kekuatan otot
atau pikiran adalah merupakan beban bagi yang melakukannya. Dengan demikian
beban ini dapat berupa beban beban fisik dan mental sesuai dengan jenis
pekerjaan tenaga kerja (Notoadmodjo, 2003).
a. Beban Kerja Fisik
Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria
fisik manusia. Seperti halnya mesin, jika beban yang diterima melebihi
kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin tersebut, bahkan menjadi
rusak. Begitu pula manusia, jika ia diberikan beban kerja yang berlebihan, maka
akan menurunkan kualitas hidup (kelelahan, dsb) dan kualitas kerja orang tersebut
40
(tingginya error rate dsb), dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja. Beban kerja fisik terdiri dari:
1) Mengangkat
Mengangkat benda dengan tidak sehat dapat memicu stress dan
kelelahan. Stres merupakan salah satu faktor resiko yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Untuk itu dalam mengangkat benda
diperlukan teknik agar tidak menambah beban pekerja saat bekerja. Ada
beberapa teknik mengakat benda, teknik terbaik dalam mengangkat adalah
pengangkatan secara diagonal. Kaki anda memisah, dengan satu kaki
sedikit ke depan dari kaki yang lain. Ini memberikan basis penyangga
yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk lutut anda
dan berjongkok; jaga punggung anda tetap lurus dan kepala anda juga
lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih
untuk otot-otot tungkai yang lelih luas dan menjaga keseimbangan
punggung anda.
Gambar 2.4 Gambar 2.5
TEKNIK MENGAMBIL FILE DI LACI TEKNIK MENGANGKAT
BARANG
2) Membawa benda
Membawa benda dalam bekerja juga dapat mengakibatkan kelehan
secara fisik dan stres secara emosional yang dapat meningkatkan tekanan
41
darah. Untuk itu perlu teknik dalam membawa benda yaitu, pastikan benda
selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan membawanya.
Semakin jauh anda membawa suatu benda dari tubuh anda, semakin
beresiko untuk punggung anda. Ketika membawa suatu benda, gunakan
postur yang tepat yaitu berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika
berjalan. Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh, tetapi
ketika membawa dengan jarak yang jauh, bawalan benda dengan
menggunakan bahu anda, dan jika benda terlalu berat, carilah bantuan.
Gambar 2.6 TEKNIK MEMBAWA BARANG
3) Lama Kerja
Lama Kerja/ jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan,
dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para
pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk
melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur
dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:
a) 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu; atau
42
b) 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam
kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi
dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap
masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas
upah lembur. Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU
no.13/2003 mengenai Ketenagakerjaan.
Pengoperasian alat alat industry secara terus menerus selama 24
jam serta meningkatnya kebutuhan akan layanan jasa menyebabkan kerja
bergilir mutlak diperlukan. Dampak yang diakibatkan dari giliran kerja
tersebut tidak dapat dihindarkan yang menmungkinkan timbulnya dampak
negative pada kesehatan pekerja. Astrand dan Rodahl (1989); Phoon
(1998) dan Pulat (1992) menyatakan bahwa banyak keluhan akibat giliran
kerja seperti; tidak dapat tidur siang, selera makan menurun, gangguan
pencernaan, pusing dan kelelahan selama atau setelah giliran kerja malam.
Pusing merupakan salah satu gejala dari kelaian tekanan darah baik tinggi
maupun rendah (Iwan, 2007).
Dalam penelitian Fida (2009) menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara tekanan darah supir truck dan lama kerjanya. Penelitian
serupa tentang lama kerja Yang (2006) juga menunjukkan ada hubungan
antara jam kerja dan kejadian hipertensi. Penelitian dengan studi cross
sectional dan bedasarkan populasi ini menunjukkan bahwa lama jam kerja
43
mempengaruhi pada kejadian hipertensi yang disebabkan stress kerja. Hal
tersebut juga dipengaruhi lingkungan tempat bekerja, seperti paparan
panas, debu ataupun asap, sehingga jika terpapar dalam waktu yang lama
akan dapat mengakibatkan stress kerja, sedangkan stress merupakan salah
satu faktor resiko penyakit hipertensi. Penelitian tersebut menghasilkan
OR = 1,29 pada CI 95% = 1,10-1,52 pada orang yang bekerja > 51 jam
perminggu.
Secara fisiologis, respon terhadap stress dipegaruhi oleh system
neuroendokrin. System neuroendokrin terdiri dari kelenjar endokrin yang
dikontrol oleh system syaraf. Stressor yang dirasakan akan membuat saraf
simpatik mengaktifkan medula adrenal yang mengahasilkan kartekolamin
(adrenalin dan noradrenalin yang disebut juga epineprhin dan
norephineprin). Hal itu menyebabkan perubahan pada tekanan darah, detak
jantung dan berkeringat, pemebsaran pupil mata. Respon ini sama dengan
fiht or flight response yang dikemukan Canon (1932). Kartekolamin
memiliki efek pada jaringan tubuh dan dapat menyebabkan perubahan
system imun tubuh (Fida, 2009).
4) Masa Kerja
Masa kerja diwakili dengan menghitung lama kerja berdasarkan
jumlah tahun mulai bekerja hingga tahun saat penelitian dilaksanakan.
Dalam hasil penelitian Fida (2009) menunjukkan ada hubungan antara
masa kerja dengan tekanan darah. Hubungan antara masa kerja
44
ditunjukkan dengan analisis inferensi atau uji beda dengan Man-Whitney.
Hasil uji ini menunjukkan ada perbedaan.
Dari hasil penelitian Erlani (2007), menunjukkan semakin lama
masa kerja karyawan SPBU akan diikuti dengan naiknya tekanan
darahnya, karena nilai rhitung 0,323 > rtable 0,320 maka terdapat hubungan
antara masa kerja dan tekanan darah. Dan dari penelitian Niryani (2002),
bahwa terjadinya hipertensi ataupuperubahan tekanan darah harus
mempertimbangkan lama/ masa kerja tersebut.
Seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan kerja yang tidak
mendukung, maka suatu saat apakah kronis atau akut akan berdampak
kelainan perubahan metabolism dalam tubuhnya. Perubahan metabolism
akan memicu perubahan tekanan darah (Erlani, 2007).
b. Beban Kerja Mental
Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan
mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Mental yang dirasakan oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya baik karena penghasilan dalam bekerja,
hubungan kerja terhadap atasan maupun rekan sekerja. Beban kerja yang tidak
sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya. Beban kerja mental
secara langsung mempengaruhi stress pekerja, dimana stress merupakan salah satu
faktor resiko tekanan darah tinggi. Pendapatan atau gaji juga dapat mempengaruhi
hasil kerja seorang pekerja (Hermawati, 2006).
45
iii. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pada pekerja yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kelainan tekanan darah baik tinggi maupun rendah
merupakan salah satu gangguan kesehatan pada pekrja yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja dan atau yang berhubungan dengan pekerja yang disebabkan
oleh pemajanan di lingkungan. Lingkungan kerja adalah lingkungan di sekitar
tempat kerja yang dapat menjadi beban tambahan bagi pekerja seperti bising,
cahaya, suhu panas, debu, alat kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh,
lama kerja yang terlalu tinggi atau rendah, massa kerja. Bahaya di lingkungan
kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi pengaruh
yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan.
Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika,
Fisiologi dan Psikologi (Hardi, 2007).
Pengertian yang lain dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di
lingkungan tempat kerja tersebut yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pekerja. Faktor-faktor tersebut antara lain.
a. Faktor Kimia
Bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara seperti
pernapasan (inhalation), kulit (skin absorption), dan tertelan (ingestion). Racun
dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya. Bahaya
46
Bahan Kimia terhadap pekerja seperti korosi, iritasi, reaksi alergi, alfiksiasi,
kanker, berefek pada reproduksi dan sebagai racun sistemik.
b. Faktor Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
c. Faktor fisika
1) Kebisingan di tempat kerja
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan
dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul
udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis
47
dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan salah satunya peningkatan tekanan darah.
2) Getaran ditempat kerja
Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan
di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu
getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Getaran
mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.
3) Suhu Ruang Kerja
Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Tekanan panas disuatu
lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban,
radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari
seseorang. Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut (Sugeng,
2003):
a) Efek panas pada manusia dapat berupa heat cramps, heat exchaustion,dan
heat stroke.
b) Gangguan Kesehatan Akibat Tekanan Panas
48
Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan
mekanisme pengatur suhu dibagi atas (Tarwaka, 2004):
(1) Gangguan perilaku dan performasi kerja sepeti terjadi kelelahan, sering
mengambil waktu istirahat.
(2) Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang
disebabkan baik oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun
karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5%
gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulai
kering.
(3) Heat Rash
Keadaan seperti biang keringat atau keringat bantat, gatal kulit akibat
kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu
beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak
penghilang keringat.
(4) Millaria Rubra, sering dijumpai di kalangan militer atau pekerja fisik
lainnya yang tinggal di daerah beriklim panas. Tampak adanya
bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila
kepanasan.
(5) Heat Crams atau Kejang Panas dapat terjadi sebagai kelainan sendiri
atau bersama dengan kelelahan panas, kejang otot timbul secara
mendadak terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot-otot
ekstrimitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah karena defisiensi
garam karena minum air terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
49
(6) Heat Exhausion atau kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps
sirkulasi darah periferkarena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam
usaha untuk menurunkan panas aliran darah ke perifer bertambah,
yang mengakibatkan pola produksi keringat terhambat dan
penimbunan darah perifer yang dipompa dari jantung ke organ-organ
lain tidak lancar sehingga timbul gangguan. Gejalanya mulut kering,
sangat haus, lemah dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak
dialami pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
(7) Heat Stroke atau Sengatan Panas adalah suatu keadaan darurat
mendekati dengan angka kematian yang tinggi, terlibat berupa suhu
tinggi pada penderita mencapai 410C atau lebih atau berhenti
berkeringat, disertai rasa bingung dan pingsan. Gejala-gejala ini timbul
karena pengaturan suhu oleh sel sel syaraf otak terganggu dan tidak
lagi merangsang kelenjar keringat. Pada kelelahan panas mekanisme
pengaturan suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi sedangkan
pada sengatan panas mekanisme pengaturan suhu tubuh tidak
berfungsi disertai pula dengan bertambahnya prosesevaporasi secara
total.
Menurut Sutarman dalam Fida (2009), ada 3 cara tubuh dalam
menghadapi panas:
a. Pengaturan peredaran darah
Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam tapi
50
dilingkungan dingin akan terjadi vasokontraksi pembuluh darah tepi
dan vasodilatasi pembuluh darah dalam.
b. Dengan memproduksi keringat dan mekanisme penguapan sehingga
menyebabkan penurunan suhu tubuh.
c. Dengan Mengigil suhu udara yang dingin akan menyebabkan
metabolisme dan produksi panas akan menurunkan laju metabolisme
tubuh.
Pengeluaran keringat oleh tubuh bukan untuk mendinginkan tubuh tapi
untuk mengeluarkan cairan dari kulit melalui proses evaporasi. Pada
kondisi kelembaban yang tinggi, proses evaporasi keringat dari kulit akan
menurun dan upaya tubuh untuk menjaga temperatur tubuh pada batas
yang bisa diterima akan menjadi terganggu. Kondisi ini akan dapat
mengganggu kemampuan kerja individu yang bekerja di lingkungan yang
panas. Dengan banyaknya darah yang mengalir ke permukaan tubuh
bagian luar, akan menyebabkan penurunan aktivitas otot, otak, organ
internal, penurunan kekuatan, dan fatigue yang terjadi lebih cepat.
Pengaruh perubahan temperature terhadap tekanan darah (Ethel, 2003):
Jika temperatur suhu tubuh panas atau tinggi, ketika suhu tubuh meningkat
dideteksi oleh thermoreseptor di kulit dan membran mukosa kemudian
impuls ini akan disampaikan ke pusat pengaturan di preotic area yaitu di
hipotalamus anterior sebagai pusat penurun suhu. Lalu hipotalamus akan
menyampaikan impuls saraf yang menstimulasi sistem saraf parasimpatis
untuk vasodilatasi pembuluh darah kulit di seluruh tubuh.Vasodilatasi ini
51
menyebabkan aliran darah menjadi lambat tetapi banyak, curah jantung
menurun, tekanan darah menurun tetapi volume dan aliran darah hangat
kekulit meningkat sehingga panas tubuh bisa berkurang dan suhu kembali
normal.
Gambar 2.7
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN TEKANAN DARAH
Saat tekanan darah turun karena proses penyesuain tubuh tehadap
panas, rennin akan mempengaruhi gen angiotensinogen. Gen
angitensinogen berperan penting dalam memproduksi zat penekan
angiotensin, yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah.
Terjadinya perubahan dalam angiotensinogen menjadi angiotensin I dan di
dalam sirkulasi pulmonal angiotensi I diubah menjadi angiotensi II dan
selanjutnya bahan angiotensin inilah yang berperan merangsang beberapa
pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan
darah. Dalam mekanismenya, bahan angiotensi II merangsang dan
mempengauhi pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di dalam
52
otak. Sehingga menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air
dan selain itu juga merangsang syaraf simpatis kepada arteriola,
myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan tekanan darah tinggi
atau hipertensi (Ibnu, 1996, dalam Fida, 2009).
Jika suhu ruang kerja terlalu tinggi yang disebut lingkungan kerja
panas, selain mengganggu kenyamanan juga mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Berkurangnya cairan dan garam dalam tubuh
(termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang keluar
ketika melakukan aktifitas fisik bagi mereka pekerja manual dapat secara
tiba-tiba memberikan efek rasa nyeri dan kram pada tangan, betis dan kaki,
selanjutnya otot menjadi keras dan tegang. Jika jumlah cairan dan
elektrolit yang keluar melalui keringat sangat banyak sedangkan cairan
yang masuk tidak mencukupi, dengan kata lain pengeluaran keringat yang
tidak diiringi dengan masukan air minum yang cukup akan mempengaruhi
tekanan darah. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong
mengalirnya darah dalam arteri, arteriola, kapiler dan system vena,
sehingga terbentuklah suatu aliran yang menetap (Ibnu, M. 1996).
Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel –sel otot
sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat –zat makanan
dari darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka
semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan
meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan
aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekwensi
53
denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Selain
itu iklim kerja yang panas juga meningkatkan kinerja jantung untuk untuk
mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam
rangka mempertahankan suhu tubuh.
Suma’mur (1996) melaporkan bahwa pengujian pada 6 (enam)
perusahaan dengan pemeriksaan pada 48 tenaga kerja (27 %) sampel,
sebanyak 60 % dari tenaga kerja yang pada tekanan panas ISBB 28,8-29,2
0C menyatakan perasaan panas. Seluruh tenaga kerja pada ISBB dari
30,20C menyatakan bahwa keadaan panas tidak tertahankan. Sedangkan
pada ISBB yang kurang dari 27,65 0C , mereka tidak merasakan sesuatu
efek panas (Fida, 2009).
Menurut Suma’mur (1996), bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan
dengan hampir menetap (homoeoterms) oleh suatu pegaturan suhu
(thermoregulatory system). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat
keseimbangan di antara panas yang dihasilkan metabolism tubuh dan
pertukaran panas di tubuh dengan lingkungan sekitarnya.sedangkan
produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh,
makanan dan gangguan system pengaturan panas seperti dalam kondisi
demam. Selanjutanya faktor faktor yang menyebabkan pertukaran panas di
anatar tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas
konveksi, panas radiasi dan panas evavorasi (Tarwaka, dkk. 2004).
Salah satu penelitian yang dilakukan Hobbesland, Kjuus and Thelle,
yang mengidentifikasi reaksi tubuh terhadap paparan panas terutama
54
dampak yang terjadi pada para pekerja. Mereka menginvestigasi penyebab
peningkatan mortalitas dari insidensi kematian mendadak pada 12 warga Norwegia
yangmerupakan pekerja pabrik logam besi. Hipertensi yang terkait dengan
penyakit yang diderita oleh para pekerja ditemukan berhubungan dengan
keadaan kondisi tempat mereka bekerja, yaitu pada tempat tungku
perapian (paparan panas yang tinggi, psikososial stress, kerja shift, bising
suara, dan asap dari pabrik-karbonmonoksida) yang pada umumnya juga
banyak ditemukan pada pabrik-pabrik industri lainnya. Penelitian yang
lain yang dilakukan oleh Saini et al, yang mengidentifikasiproses adaptasi
tubuh terhadap paparan panas yang kronis dengan menggunakan serial
nocturnal blood collections. Pengumpulan darah yang diambil menilai
kadar growth hormone, prolaktin, tirotropin, dan aktivitas renin dalam
plasma dari 12 laki-laki selama 11 hari dengan mendapat paparan panas
yang terkontrol. Tercatat setelah 5 hari, mereka yang terpapar dengan suhu
panas, aktivitas renin dalam plasma menjadi terstimulasi. Sedangkan
hormon-hormon pituitari hanya mengalami sedikit perubahan akibat
respon terhadap paparan panas tersebut. Mereka yang terpapar pada suhu
yang lebih rendah tidak mengalami perubahan pada profil hormonnya.
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa sistem endokrin
utama yang terlibat dalam respon terhadap paparan panas kronis yaitu
sistem reninangiotensin yang bekerja kounteraktif melawan hilangnya
cairan dan garam dalam tubuh yang meningkatkan tekanan darah (Iwan, 2007).
55
Berdasarkan hasil penelitian Fida (2009) tentang Hubungan Tekanan
Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM) di Pelabuhan Belawan, ada hubungan antara beban bekerja,
tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.
Sedangkan berdasarkan hasil peneliian Subagiao (2007) tentang Perbedaan
Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada
Pekerja Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang
terdapat perbedaan tekanan darah sistole dan tekanan darah arteri rata-rata
pada pekerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas, dan tekanan
darah sesudah terpapar tekanan panas cenderung menurun dari pada
sebelum terpapar tekanan panas, sedangkan tekanan darah diastole tidak
ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas
pada pekerja.
Menurut hasil penelitian Saridewi (2002) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja
sebelum dan sesudah terpapar panas.
4) Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,
inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi
radio).
5) Pencahayaan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan adalah memberi kenyamanan dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang aman.
56
d. Faktor Faal ergonomic
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
sosial ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 –
40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8
jam sehari.
e. Faktor Psikososial
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu
berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. Stress merupakan salah satu
faktor yang mempengruhi tekanan darah.
4) Kerangka Teori
Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan kepustakaan, maka
dibuat kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan
darah pekerja yang diambil dari prinsip kesehatan kerja yaitu faktor
pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja (Tresnaningsih, 2004) dan
dimodifikasi teori lainnya seperi faktor pekerja yang menjelaskan umur
(Garry 2002, Armilawati 2007), riwayat keluarga (Ibnu 1996, Susalit
2001, Sugiarto 2007), jenis kelamin (Ibnu 1996), suku (Margaret, 2002),
obesitas (NIH 1998, Kodyat 1999, Dorah 2011), alcohol (Kardianyati
2002), konsumsi kafein (William 2004), stress (Sugiharto 2007), faktor
57
beban kerja (UU no 13 tentang ketenagakerjaan) dan lingkungan kerja
(Hardi, 2007) dengan gambaran sebagai berikut :
Gambar 2.8
KERANGKA TEORI
5) Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, maka variabel yang tidak dapat
dioperasionalkan adalah; pada faktor pekerja (obesitas, suku/ ras dan stess),
pada beban kerja (beban kerja fisik; mengangkat dan membawa barang dan
beban kerja mental) dan pada lingkungan kerja (fisik; {kebisingan ditempat
kerja dan getaran ditempat kerja}, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial)
sedangkan variabel yang dapat dioperasionalkan yaitu :
Gambar 2.9
KERANGKA KONSEP
VariabelIndependen
FAKTOR PEKERJA
A. UMUR (Garry, 2002, Armilawati, 2007)
B. RIWAYAT KELUARGA (Ibnu, 1996, Susalit, 2001, Sugiarto, 2007)
C. JENIS KELAMIN (Ibnu, 1996) D. SUKU/ RAS (Margaret, 2002) E. OBESITAS (NIH, 1998, Kodyat
1996, Suarthanan, 2001) F. KEBIASAAN MEROKOK (WHO,
1999, Dorah, 2011) G. ALKOHOL (Kardiayadi, 2002) H. KONSUMSI KAFEIN (KOPI
DLL) (William, 2004,) I. STRESS (Sugiharto, 2007)
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
BEBAN KERJA (Ditto, 2012, UU no 13 tentang Ketenagakerjaan)
A. FISIK - MENGANGKAT - MEMBAWA BARANG - LAMA KERJA PERHARI - MASA KERJA -
B. MENTAL - GAJI - HUBUNGAN DENGAN
ATASAN - HUBUNGAN DENGAN
REKAN SEKERJA
LINGKUNGAN KERJA (Hardi, 2007)
A. FISIK - KEBISINGAN DI
TEMPAT KERJA - GETARAN DI
TEMPAT KERJA - SUHU RUANG
KERJA B. KIMIA C. BILOGI D. ERGONOMI E. PSIKOSOSIAL
FAKTOR PEKERJA
a. UMUR b. RIWAYAT KELUARGA c. JENIS KELAMIN d. KEBIASAAN MEROKOK e. ALKOHOL f. KONSUMSI KAFEIN (KOPI
DLL)
BEBAN KERJA a. BEBAN KERJA FISIK - LAMA KERJA PERHARI - MASA KERJA
LINGKUNGAN KERJA
a. FISIK - SUHU RUANG
KERJA
Tekanan Darah
58
Varibale Dependen
6) Perumusan Masalah Khusus Penelitian
Dari kerangka konsep tersebut, dirumuskan masalah penelitian
khusus yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara umur dengan tekanan darah pekerja Pabrik
Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
2. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah pekerja
Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
3. Bagaimana hubungan antara riwayat keluarga dengan tekanan darah
pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
4. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah
pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
5. Bagaimana hubungan antara konsumsi alkohol dengan tekanan darah
pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
6. Bagaimana hubungan antara konsumsi kafein dengan tekanan darah
pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
7. Bagaimana hubungan antara lama kerja perhari dengan tekanan darah
pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
Tekanan Darah
59
8. Bagaimana hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pekerja
Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?
9. Bagaimana hubungan antara suhu udara ruangan kerja dengan tekanan
darah pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun
2012?
60
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian
1. Diketahuinya hubungan umur terhadap tekanan darah karyawan Pabrik
Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh tahun 2012.
2. Diketahuinya hubungan jenis kelamin pekerja terhadap tekanan darah
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh
tahun 2012
3. Diketahuinya hubungan riwayat keluarga pekerja terhadap tekanan
darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei
Galuh tahun 2012
4. Diketahuinya hubungan kebiasaan merokok pekerja terhadap tekanan
darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei
Galuh tahun 2012
5. Diketahuinya hubungan kebiasaan konsumsi alkohol pekerja terhadap
tekanan darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V
Sei Galuh tahun 2012
6. Diketahuinya hubungan kebiasaan konsumsi kafein pekerja terhadap
tekanan darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V
Sei Galuh tahun 2012
66
61
7. Diketahuinya hubungan lama kerja perhari terhadap tekanan darah
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh
tahun 2012
8. Diketahuinya hubungan masa bekerja terhadap tekanan darah
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh
tahun 2012
9. Diketahuinya hubungan suhu udara ruang kerja terhadap tekanan darah
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh
tahun 2012
B. Hipotesis
1. Pernyataan hipotesis dan sub hipotesis
a. Pernyataan hipotesis
Y = f(X1, X2, X3………….. X9)
Y = Tekanan Darah
X1 = Suhu Udara Ruang Kerja
X2 = Lama Kerja Perhari
X3 = Masa Kerja
X4 = Kebiasaan Merokok
X5 = Konsumsi Alcohol
X6 = Konsumsi Kafein
X7 = Umur
X8 = Jenis Kelamin
62
X9 = Riwayat Keluarga
b. Pernyataan Sub Hipotesis
1) Semakin tinggi suhu udara ruangan kerja semakin tinggi tekanan
darah pekerja.
2) Pekerja yang lama kerja perharinya melebihi jam kerja normal (8
jam sehari atau 40 jam seminggu) rata rata tekanan darahnya lebih
tinggi dibandingkan dengan pekerja yang jadwal kerjanya sesuai
jam kerja normal atau dibawahnya.
3) Semakin lama masa kerja pekerja semakin tinggi tekanan
darahnya.
4) Semakin banyak batang rokok yang dihisap pekerja dalam
seharinya semakin tinggi tekanan darah pekerja.
5) Pekerja yang sering mengkonsumsi alkohol rata rata tekanan
darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang tidak
menkonsumsi alkohol.
6) Semakin tinggi kafein yang dikonsumsi setiap hari, semakin tinggi
tekanan darah pekerja.
7) Semakin tua umur pekerja semakin tinggi tekanan darahnya.
8) Pekerja laki laki rata rata tekanan darahnya lebih tinggi
dibandingkan dengan pekerja perempuan.
63
9) Pekerja yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi (genetic) rata
rata tekanan darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja
yang tidak mempunya riwayat keluarga hipertensi.
2. Sokongan Hipotesis
Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini terdapat dalam
sumber-sumber yang digunakan dan dilakukan penelitian oleh peneliti
sebelumnya pada tempat yang berbeda dengan penelitian ini. Sokongan
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
SOKONGAN HIPOTESIS TERHADAP HUBUNGAN BEBERAPA
VARIABEL INDEPENDEN DENGAN VARIABEL DEPENDEN: TEKANAN
DARAH
No Variabel Independen Sumber
1 Suhu Ruang Kerja Sugeng (2003), Hardi (2007), Niryani (2002),
Erlani (2007)
2 Lama Kerja Perhari UU No.13 tahun 2003, Iwan (2007), Fida
(2009), Yang (2006)
3 Masa Kerja Fida (2009)
4 Kebiasaan merokok pekerja WHO (1999), Dorah (2011), Sugiharto (2007)
5 Kebiasaan konsumsi alcohol
pekerja
Kardiaydi (2002), Sidabutar (1990), William
(2004), Sugharto (2007), Saverio (2004), Erlani
(2007)
6 Keiasaan konsumsi kafein
pekerja
William (2004), Siswono (2001),
7 Umur Pekerja Gary (2002), Armilawati (2007), Sugiharto
(2007), Susalit (2001), Gray (2005)
8 Jenis Kelamin Pekerja Ibnu (1996), Susalit (2001), Fida (2009)
9 Riwayat Keluarga Pekerja Ibnu (1996), Sugiharto (2007), Fida (2009),
Sugiharto (2007), Sigariaki (2000)
C. Defenisi Operasional
Tabel. 3.2
DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL DEPENDEN
Variable Defenisi Operaional Skala
Ukur
Kategori
64
Tekanan
darah
sistolik
Nilai tekanan atas saat pengukuran
tekanan darah, dimana jantung
berkontraksi dan memponpakan darah
keluar melalui arteri, ditandai dengan titik
pertama pulsasi yang terdengar (bunyi
korotkoff pertama). Tekanan darah
sistolik diukur pada kondisi responden
telah istirahat selama 5 menit.
Rasio -
Tekanan
darah
diastolic
Nilai tekanan bawah saat saat pengukuran
tekanan darah, saat jantung berelaksasi
dan mengisi darah kembali, ditandai
dengan titik dimana pulsasi menghilang
(bunyi korokoff ke-5). Tekanan darah
sistolik diukur pada kondisi responden
telah istirahat selama 5 menit.
Rasio -
Tabel. 3.3
DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL INDEPENDEN
Variable Defenisi Operaional Skala
Ukur
Kategori
Suhu Ruang
Kerja
Suhu udara ruang kerja responden selama
bekerja (dalam 0C)
Rasio -
Lama kerja
perhari
Waktu pekerja bekerja efektif dalam
setiap harinya (dalam jam perhari)
Ordinal 1 : >8 jam
0 : < 8 jam
Masa Kerja Waktu yang dilalui pekerja sejak masuk
ke pabrik kelapa sawit sei galuh hingga
saat ini (dalam tahun)
Rasio
-
Kebiasaan
Merokok
Kecenderungan seseorang untuk selalu
menghisap rokok setiap harinya (batang
rokok perharinya)
Rasio -
Kebiasaan
konsumsi
alkohol
Kecenderungan seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi minuman yang
mengandung alcohol
Ordinal 1 : minum alkohol
0 : tidak minum alcohol
Kebiasaan
konsumsi
Minuman
berkafein
Kecenderungan seseorang yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
minuman yang mengandung kafein
seperti kopi (137mg/gelas), teh
(57mg/gelas), coklat
(5mg/kemasan),minuman ringan,
minuman energy dan minuman cola
(50mg/kemasan)
Rasio 5 : kopi
4; minuman penambah
tenaga
3 : minuman cola,
minuman ringan,
2 : teh
1 : coklat
0 : air putih
Umur Umur responden sejak ia dilahirkan
hingga ulang tahun terakhirnya saat
diberikan kuesioner (dalam tahun)
Rasio -
Jenis
Kelamin
Sifat Jasmani/ Jenis kelamin responden Nominal 1 : laki laki
0 : perempuan
Riwayat
Keluarga/
Genetik
Riwayat keluarga responden yang
mempunyai hipertensi
Nominal 1: ada
0: tidak ada
D. Jenis Desain Peneitian
65
Metode Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional dengan
jenis desain penelitian studi penampang analitik (analitik cross sectional) dimana
variabel independen dan variabel dependen diukur dalam waktu tertentu secara
bersamaan (point time approach).
Analytic cross sectional study dapat menganalisis adanya hubungan
beberapa variabel (dependen dan independen) dan lebih praktis dilaksanakan,
yang dapat digunakan untuk bidang kesehatan, karena dapat mengamati hubungan
suatu penyakit dengan variable independen tertentu (Murti, 2003 ; Lapau, 2010).
E. Metoda Penelitian
1. Populasi dan Sample
a. Populasi
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh pekerja di Pabrik
Kelapa sawit Nusantara V Sei Galuh sebanyak 165 orang.
b. Sampel
1) Penentuan ukuran sampel yang berskala rasio atau numerik
Informasi yang diperlukan :
a) Nilai Koefisien korelasi Product momen (r): berdasarkan
penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 50 orang
responden.
b) Tingkat signifikansi (alpha) 5 %.
c) Kekuaatan Uji 90 % atau beta 10%.
Tabel 3.4
66
PERHITUNGAN BESAR SAMPEL DENGAN VARIABEL
DEPENDEN DAN INDEPENDEN SKALA RASIO DALAM
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA No Variabel Independen r α ß N
1 Umur 0,537 5% 10% 38
2 Kebiasaan merokok 0,597 5% 10% 25
3 Kebiasaan konsumsi kafein 0,488 5% 10% 38
4 Masa kerja 0,400 5% 10% 62
5 Suhu udara ruangan kerja 0,604 5% 10% 25
2) Penentuan Ukuran Sampel berskala ordinal
Informasi yang diperlukan adalah :
a) 2 Nilai rata-rata dari populasi ( kelompok ) independen
x1dan x2, diperoleh dari penelitian pendahuluan dengan 50
0rang responden.
b) Standar Deviasi pada kelompok 1 dan 2 yakni S1 dan S2,
masing-masing diperoleh dari penelitian pendahuluan
dengan 50 orang responden
c) Tingkat signifikansi (alpha ) 5 %.
d) Kekuaatan Uji 90 % atau beta 10%.
e) Dengan Menggunakan rumus :
Sp² = [( n1 – 1)S² 1 + ( n2 – 1)S² 2]
( n1 – 1 ) + ( n 2 – 1 )
Tabel 3.5
PERHITUNGAN BESAR SAMPEL DENGAN VARIABEL
DEPENDEN SKALA RASIO DAN VARIABEL
INDEPENDEN SKALA ORDINAL/NOMINAL DALAM
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA No Variabel
Independen
_
x1
_
x2
s1
s2
α
5%
ß
10%
n
1 Jenis kelamin 46,14 47,25 5,759 5,674 1,96 1,28 97
2 Riwayat keluarga 45,00 46,80 5,734 5,342 1,96 1,28 31
3 Kebiasaan
konsumsi alkohol
45,57 47,62 5,095 6,008 1,96 1,28 17
4 Lama kerja perhari 43,26 50,87 4,110 4,383 1,96 1,28 1
67
Atas dasar tabel 3.4 dan tabel 3.5 tersebut, maka sampel minimal
yang diperlukan adalah sebesar 97 orang responden, yang jatuh
pada variabel independen jenis kelamin.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu
himpunan bagian dari populasi. Menurut Sutanto (2007)
persyaratan dalam analisis multivariate, jumlah sampel sangat
penting diperhatikan, sehingga setiap variable diperlukan minimal
10-15 responden sehingga dapat didapatkan sampel minimal 10
(variable) x 10 (orang responden minimal) jadi sampel yang akan
diambil adalah pekerja sebanyak minimal 100 orang.
Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan
Nusantara V Sei Galuh pada dari bulan Oktober tahun 2012
dengan criteria sampel dalam penelitian ini:
a) Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar
b) Bersedia diwawancarai
c) Bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah
d) Sehat dan berada di tempat
3) Prosedur pengambilan sampel
Jumlah populasi pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh adalah
165 orang, sedangkan besar sampel yang akan diambil adalah
68
100. Sampling fraction atau interval yaitu 165 dibagi 100
diperoleh hasil 1,65 digenapkan menjadi 2. Prosedur
pengambilan sampel sebesar 100 dilakukan dengan systematic
random sampling. Kemudian ditentukan satu nomor secara
random misalkan didapatkan nomor 005, nomor berikutnya
007, 009...dst sampai sampel berjumlah 100.
2. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang langsung
didapatkan dari responden.
a. Tekanan darah systole dan diastole
Cara untuk menentukan tekanan darah adalah dengan melakukan
pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dengan menggunakan
tensimeter set. Tekanan darah systole dan diastole diukur secara
bersamaan. Pengukuran dimulai dengan manset dipasangkan di lengan
responden dan denyut nadi diraba pada pergelangan tangan. Stetoskop
diletakkan di atas denyut arteri brakialis pada fosa kubiti. Tekanan pada
manset dinaikkan hingga denyut nadi tidak terasa kemudian tekanan pada
maset karet diturunkan perlahan dengan melongkarkan katupnya. Ketika
tekanan diturunkan dan mencapai tekanan darah sistolik terdengar suara
ketukan pada stetoskop (Korotkoff fase I). saat itu tinggi air raksa dalam
69
manometer di catat, tekanan dalam manset dturunkan , suara semakin
keras sampai tekanan darah diastolic dicapai, karakter bunyi tersebut
berubah dan meredup (Korotkoff fase V).
b. Suhu udara ruang kerja
Pemeriksaan suhu udara ruanga kerja di lakukan pada tiap ruang kerja
yang dikunjungi saat melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengisian
kuesioner. Selama pemeriksaan dilakukan, thermometer digital diaktifkan
sehingga setelah selesai pemeriksaan didapatkan hasil suhu udara ruangan
kerja responden yang telah dilakukan pemeriksaan dan pengisian
kuesioner.
c. Umur responden
Umur responden ditanyakan dalam kuesioner yang diberikan. Responden
akan menuliskan berapa umur (usia responden hingga saat ini) dalam
tahun.
d. Jenis kelamin responden
Jenis kelamin responden ditanyakan dalam kuesioner, responden dapat
mencoret pilihan yang bukan merupakan jenis kelaminnya.
e. Riwayat Keluarga/ genetik
Riwayat keluarga didapatkan dari jawaban responden tentang riwayat
keluarga langsung dengan tekanan darah tinggi/ hipertensi yaitu ayah dan
ibu dan tidak langsung yaitu kakek, nenek (kandung).
f. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok ditanyakan pada responden dalam kuesioner.
70
g. Kebiasaan konsumsi alcohol
Kebiasaan konsumsi alkohol ditanyakan pada responden dalam kuesioner.
h. Kebiasaan konsumsi kafein
Kebiasaan konsumsi kafein ditanyakan pada responden dalam kuesioner.
i. Lama kerja perhari
Lama kerja perhari ditanyakan pada responden dalam kuesioner
j. Massa kerja
Masa kerja ditanyakan pada responden dalam kuesioner
F. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
computer dengan tahap tahap sebagai berikut:
1. Editing dengan memeriksa validitas data yang masuk seperti memeriksa
kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar
jawaban, relevansi jawaban dan hasil pengukuran tekanan darah dan suhu
ruangan kerja.
2. Coding dengan mengklarifiksi data dan jawaban menurut kategori masing
masing sehingga memudahkan dalam pengelompokan data baik dalam
bentuk angka ataupun bilangan, guna mempermudah saat analisis data.
3. Entry yaitu memasukkan data yang telah disiapkan keadalam program
computer
4. Tabulasi yaitu meringkaskan data yang masuk (data mentah) ke dalam
table tabel yang telah disiapkan.
71
5. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Analisis Data
Setelah data diolah kemudian dianalisis. Analisis berguna untuk
menyederhanakan, sehingga mudah untuk ditafsirkan. Dalam penelitian ini
analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan
menggunakan komputer . Secara bertahap dilakukan sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
a. Data Numerik
Bila variable independen aau variable dependen numeric, maka
dihitung mean, standar deviasi (SD), nilai minmal, nilai maksimal
dan jumlah minimal dan maksimal persamaan garis 95% CI
(Convident Interval)
b. Data Kaegorik
Untuk analisis data kategorik dapat diketahui proporsi kategori
yang negartif atau beresiko dari variabel dependen dan independen,
sehingga diketahui besar situasi masalah dan potensi risiko dan
dapat pula menunjukkan data homogen yang salah satu kategorinya
kurang dari 15%.
2. Analisis Bivariat
72
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui signifikansi
hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel
dependen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel yang
menggunakan data numerik dengan data kategorik digunakan uji t
Independen sedangkan untuk mengetahui hubungan varibale data numerik
dengan data numerik digunakan uji Regresi Linier Sederhana. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang bertujuan untuk mengetahui variabel
yang paling dominan. Analisis yang digunakan adalah regresi linier
ganda. Pada analisis ini dapat dilihat hubungan antara beberapa variabel
independen dengan satu variabel dependen. Dalam regresi liner ganda
variabel dependennya harus numerik sedangkan pada variabel independen
boleh semuanya numerik dan kategorik (Sutanto, 2007).
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen numerik yaitu
tekanan darah sistole dan diastole. Analisis regresi linier ganda dipilih
dalam menganalisis data bertujuan untuk menemukan model regresi yang
paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
variabel dependen (Hastono,2007).
Ada 2 (dua) manfaat dari regresi linier ganda yaitu
(Murti,1997)
73
a) Meramalkan varibel dependen dengan menggunakan informasi
yang ada pada sebuah atau set variabel independen.
b) Mengkuantifikasi hubungan sebuah atau lebih variabel independen
dan sebuah variabel dependen. Disini ditekankan tujuan
mengidentifikasi determinan–determinan penyakit dan mengukur
besarnya pengaruh determinan tersebut, baik pengaruh buruknya
ataupun pengruh protektifnya, setelah memperhitungkan pengaruh
variabel independen lainnya.
Secara matematik, model regresi linier ganda di ekspresikan sebagai
berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+…….+ bkXk+ e
Keterangan :
Y = Variabel dependen
X = Variabel Independen
b = Koefisien regresi adalah taksiran besarnya rata-rata perubahan yang
dialami variabel Y untuk setiap unit perubahan variabel x. Besarnya
koefisien regresi ini mencerminkan besar pengaruh ( efek ) dari
variable X terhadap terjadinya variabel Y.
a = Konstanta adalah taksiran besarnya rata-rata variabel Y ketika nilai
variabel X1, X2,….X9 = 0 . Dengan kata lain meskipun tanpa pengaruh
suatu variabel Y sudah memiliki suatu nilai tertentu yang konstanta
sifatnya.
74
e = Komponen kesalahan ( error)
k = Banyaknya variabel independen.
Langkah – langkah dalam permodelan regresi linier ganda (Hastono,
2007):
a) Melakukan analisis bivariat untuk menentukan variabel yang menjadi
kandidat model. Masing-masing variabel independen dihubungkan dengan
variabel dependen (bivariat), bila hasil uji bivariat mempunyai p value <
0,25 maka variabel tersebut masuk dalam model multivariat . Untuk
variabel yang p valuenya > 0,25 namun secara substansi penting, maka
variabel tersebut dapat masuk kedalam multivariat.
b) Lakukan analisis secara bersamaan, lakukan pemilihan variabel yang
masuk dalam model. Ketika kita sudah masuk dalam model multivariate,
seharusnya hanya variable independen dengan variable dependen dengan
p value ≤ 0,05. Untuk variabel yang p value > 0,05 dilakukan pengeluaran
dari model satu-persatu, mulai dari variabel yang p valuenya paling besar.
Bila variabel tersebut setelah dikeluarkan dari model mengakibatkan
koefisien dari variabel yang masih dalam model (Koefisien B) dan nilai r
Square berubah besar (lebih dari 10 % ) maka variabel tersebut tidak jadi
di keluarkan tapi dimasukkan kembali dalam model karena dianggap
sebagai variabel yang p value-nya > 0,05 dicoba dikeluarkan dari model
dan akhirnya jadilah model multivariat terakhir. Dalam
75
pemilihan/penentuan variabel independen yang masuk model digunakan
metode ENTER.
c) Melakukan diagnostik regresi linier
(1) Melakukan pengujian terhadap kelima asumsi, yaitu asumsi ekstensi
(variabel random), asumsi independensi, asumsi linieritas,asumsi
homoscedascity dan asumsi normalitas.
(2) Melakukan pengujian adanya kolinearitas.
Kolinearitas terjadi bila antar variabel independen terjadi saling
hubungan yang kuat. Untuk mengetahui adanya kolinearitas dapat
dilihat dari koefisien korelasi, bila r lebih tinggi dari 0,8 maka terjadi
kolinearitas. Selain itu dapat diketahui dari nilai VIF atau tolerance ,
bila nilai VIF > 10, atau tolerance sekitar 1 (satu) maka model terjadi
kolinearitas.