bab i fix

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing bersama siswanya untuk mencapai kemandirian dalam keseluruhan proses kehidupan, baik sebagai individu, anggota kelompok,keluarga atau masyarakat pada umumnya. Dalam proses pendidikan, semua pihak yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara 1

Upload: eliev-kurniawan

Post on 04-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bimbingan konseling

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi

dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling

pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing

bersama siswanya untuk mencapai kemandirian dalam keseluruhan proses

kehidupan, baik sebagai individu, anggota kelompok,keluarga atau

masyarakat pada umumnya.

Dalam proses pendidikan, semua pihak yang terkait dengan proses

tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang

dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis

saling melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Dari

peran-peran yang ada, peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat

berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat

semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran

kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku

terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya

bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-

murid semakin kaku.Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas

guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-

1

Page 2: BAB I fix

teori konsep yang begitu rumit,tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan

tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para

peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para

murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada

materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang

akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam

masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.

Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru serta pentingnya

bimbingan dan konseling bagi siswa-siswi di sekolah, maka saya bermaksud

untuk memaparkan sebuah laporan yang akan membahas dan mengupas lebih

jauh tentang peranan guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah, khususnya di SMK Negeri 1 Purworejo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

A. Apa permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran di

kelas?

B. Bagaimana peran guru mata pelajaran dalam pelayanan Bimbingan dan

Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo?

C. Apa solusi yang ditawarkan oleh guru mata pelajaran di SMK Negeri 1

Purworejo untuk mengatasi permasalahan siswa di kelas?

D. Apakah guru mata pelajaran di SMK Negeri 1 Purworejo melaksanakan

perannya sebagai partner guru Bimbingan dan Konseling?

1.3 Tujuan Observasi

Adapun tujuan dilakukannya observasi di SMK Negeri 1 Purworejo,

untuk mengetahui bagaimana perkembangan bimbingan dan konseling di

sekolah, serta untuk mengetahui peran guru mata pelajaran dalam pelayanan

Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2

Page 3: BAB I fix

1.4 Manfaat Observasi

Manfaat dilaksanakanya observasi di SMK Negeri 1 Purworejo

adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran guru mata

pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, penulis berharap agar

pemahaman mengenai pelaksaaan peran guru mata pelajaran dalam

Bimbingan dan Konseling di sekolah meningkat. Bagi pihak sekolah, hasil

observasi ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai peran

Bimbingan dan Konseling disekolah.

3

Page 4: BAB I fix

BAB II

LANDASAN TEORI

Keberhasilan penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau

Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di

sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali

kelas. Dalam observasi ini, penulis akan membahas mengenai peran guru mata

pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling.

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan

kegiatan pembelajaran siswa. Meskipun demikian, bukan berarti guru lepas

dengan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Peran serta konstribusi

guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan

efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas

tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru

mata pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling adalah :

1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada

siswa.

2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data

tentang siswa-siswa tersebut.

3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing/konselor

4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa

yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan

pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program

pengayaan).

5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan

hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan

pembimbingan dan konseling.

4

Page 5: BAB I fix

6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan

layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.

7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti

konferensi kasus.

8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka

penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Implementasi kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan

Kurikulum 2013. Kurikulum yang berbasis pendidikan karakter sangat

menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Posis Bimbingan dan

Konseling pada kurikulum 2013 sangatlah strategis, karena pendidikan karakter

yang menjadi penekanan dalam kurikulum saat ini. Sehingga Bimbingan dan

Konseling dapat mengambil andil dalam masalah kepribadian serta sikap siswa.

Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan

Konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan

pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam

kegiatan Bimbingan dan Konseling, yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,

laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik

maupun umum.

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal

pelajaran dan lain-lain.

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan

serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan

swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi

dinamika di dalam proses belajar-mengajar.

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam

pendidikan dan pengetahuan.

5

Page 6: BAB I fix

7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses

belajar-mengajar.

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik

dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat

menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin

dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam

proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :

1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang

akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;

2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,

memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan

belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai

orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana

dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses

berlangsung (during teaching problems).

3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,

menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement),

atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang

ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi

produknya.

Dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan

aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan

dari sudut pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran

dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :

1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;

2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa

suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;

6

Page 7: BAB I fix

3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus

diajarkannya;

4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik

melaksanakan disiplin;

5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar

pendidikan dapat berlangsung dengan baik;

6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk

mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang

akan menjadi pewaris masa depan; dan

7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan

berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan

sebagai:

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan

pelayanan kepada masyarakat;

2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara

terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;

3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap

peserta didik di sekolah;

4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus

dicontoh oleh mpara peserta didik; dan

5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan

akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :

1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang

memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;

2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations),

artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan

7

Page 8: BAB I fix

suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik

sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;

3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk

menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai

tujuan pendidikan;

4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang

mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang

baik; dan

5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru

bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

8

Page 9: BAB I fix

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam observasi “Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Pelayanan

Bimbingan Konseling Di SMK Negeri 1 Purworejo” penulis dalam

meyajikan hasil penelitian jenis diskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi pada saat sekarang (Sujana dan Ibrahim, 1989:65). Penelitian

deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah actual

sebagaimanan adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Dalam menarik kesimpulan, peneliti mensistesiskan semua jawaban

pertanyaan penelitian dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan

penelitian secara keseluruhan.

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2003) penelitian

dilaksanakan di SMK Negeri 1 Purworejo.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian

ini terdiri dari 3 guru mata pelajaran dan 2 guru bimbingan dan

konseling di SMK Negeri 1 Purworejo.

3.3 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penyusunan laporan ini mengggunakan

pengamatan saat guru mengajar dan wawancara kepada pihak-pihak yang

terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1

Purworejo.

9

Page 10: BAB I fix

10

Page 11: BAB I fix

BAB IV

HASIL OBSERVASI

4.1 Hasil Observasi

Observasi tentang “Peran Guru Mata Pelajaran dalam pelaksanaan

Bimbingan dan Konseling” penulis menggunakan metode pengamatan dan

wawancara. Penulis mengamati proses pembelajaran dalam kelas XI Teknik

Pemesinan A. Di kelas tersebut sedang berlangsung proses pembelajaran

sejarah oleh Bapak Subur, S.Pd. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis dapat

menyimpulkan beberapa poin pemberian layanan Bimbingan dan Konseling

yang diberikan oleh guru mata pelajaran saat proses pembelajaran

berlangsung, antara lain:

1. Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum proses pembelajaran

dimulai.

2. Pada proses pembelajaran, guru memberikan umpan pertanyaan kepada

siswa, agar siswa berani menyampaikan pendapatnya.

3. Guru memberikan nasihat di akhir pembelajaran.

4. Di akhir pembelajaran guru memotivasi kembali, agar siswa rajin

belajar. Metode pemberian contoh kongkrit diberikan oleh guru, guru

bercerita tentang pengalaman hidupnya, bahkan kakak-kakak angkatan

dari sekolah tersebut yang telah sukses di dunia kerja maupun yang

sedang menempuh studi di perguruan tinggi.

Narasumber 1

Sedangkan berdasarkan proses wawancara, Bapak Subur S.Pd

mengatakan bahwa peran guru untuk mewujudkan pendidikan karakter

dalam setiap pembelajaran adalah dengan memberikan contoh. “Seorang

guru jika dapat memberikan contoh yang baik, maka secara otomatis

siswa akan menirunya,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa kita ingat

pesan dari Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya

Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” maka jika guru dapat menerapkan

pesan tersebut, siswa akan memiliki karakter yang baik.

11

Page 12: BAB I fix

Mengenai permasalahan yang sering muncul dalam proses

pembelajaran adalah minat belajar siswa yang kadang turun, keengganan

siswa untuk membaca sumber ajar, mengantuk di kelas, membolos, serta

tidak mengerjakan tugas. Langkah yang ia ambil adalah menggunakan

media internet sebagai sumber pembelajaran di kelas, sehingga siswa

menjadi aktif dalam mencari pemecahan masalah dari permasalahan yang

diberikan guru. Sedangkan jika terdapat siswa yang tidak mengerjakan

tugas, maka tahap pertama yang ia ambil adalah memberikan teguran.

Namun jika membolos, maka guru akan sebisa mungkin mengatasinya,

namun jika tidak mampu akan dilimpahkan ke pada wali kelas.

Bentuk kerjasama yang ia bangun dengan wali kelas dan guru BK

adalah menginformasikan permasalahan yang dialami siswa. Sehingga,

wali kelas dapat mengetahui permasalahan yang dialami siswa. Menurut

ia, cara yang paling ampuh untuk memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling adalah saat diluar jam pelajaran. Karena saat diluar jam

pelajaran, siswa akan lebih terbuka akan permasalahan yang sedang

dialaminya.

Narasumber 2

Tak beda halnya Ibu Setyorini, S.Pd selaku guru matematika. Ia

mengatakan bahwa dalam pembelajaran, guru harus mampu

menumbuhkan sikap jujur, tanggung jawab, disiplin, berani

mengungkapkan pendapat, bekerjasama serta mampu menumbuhkan

penalaran dalam pemecahan masalah.

Proses mengidentifikasi siswa yang sedang mengalami masalah,

menurutnya dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

1. Dilihat dari nilai, anak yang biasanya mendapatkan nilai bagus tiba-

tiba nilainya jelek.

2. Dilihat dari perilaku dikelas, anak yang biasa aktif bertanya, tiba-tiba

menjadi pendiam.

3. Dilihat dalam proses pembelajaran, anak yang terlihat

memperhatikan tetapi pandangan mata kosong atau melamun.

12

Page 13: BAB I fix

Berdasar permasalahan tersebut, solusi yang ia tawarkan adalah

dengan proses pendekatan kepada siswa. Siswa dipanggil diluar jam

pelajaran, diajak ngobrol santai agar siswa merasa nyaman untuk

menceritakan permasalahannya. Dan guru berusaha memberikan nasihat,

serta masukan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Selama ia menjadi guru, permasalahan yang muncul adalah siswa

malas belajar, tidak mengerjakan tugas, ada masalah keluarga yang

membuat siswa membolos, serta banyak kasus siswa murung dikelas

karena putus atau ada masalah dengan pacar.

Bentuk kerjasama yang dibangun adalah melaporkan permasalahan

siswa yang tidak bisa diatasi kepada wali kelas, dan wali kelas akan

melaporkan kepada BK jika sudah tidak mampu untuk mengatasinya.

Menurutnya, untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa adalah

memanggil siswa yang bersangkutan di waktu luang, tidak dihadapan

teman-temannya. Karena jika dihadapan teman-temannya maka siswa

akan tersebut menjadi malu unuk mengungkapkan permasalahannya.

Narasumber 3

Tak beda jauh dari 2 narsumber sebelumnya, Sugiarto, B.Sc selaku

guru matematika mengatakan permasalahan yang muncul dari siswa

adalah:

1. Siswa sering mengantuk pada proses pembelajaran, terutama anak

pondok. Menurutnya hal itu terjadi karena di pondok anak tersebut

sudah banyak kegiatan sehingga kurang istirahat.

2. Siswa membolos, hal itu terjadi biasanya karena pergaulan serta

konflik keluarga. Ia mengatakan bahwa kasus yang sering terjadi

adalah kurangnya perhatian dari orang tua yang menyebabkan anak

menjadi seperti itu.

3. Malas belajar.

Dari permasalahan tersebut, ia mengambil solusi yaitu memberikan

arahan kepada anak yang bermasalahan melalui pendekatan, agar siswa

mau bercerita permasalahannya. Setelah permasalahan diketahui, maka

13

Page 14: BAB I fix

guru akan menjadi mediator untuk menyelesaikan permasalahan. Guru

akan bekerjasama dengan wali kelas serta guru BK dalam menyelesaikan

permasalahan yang cukup berat.

Narasumber 4

Menurut Dra. Anastasia Susilowati sebagai coordinator BK di SMk

Negeri 1 Purworejo mengatakan bahwa saat ini BK berperan untuk

mengoptimalkan program peminatan yang telah dipilih siswa. “Kita

SMK agak berbeda dari SMA, dari dulu siswa saat masuk langsung

memilih program peminatannya,” ujarnya. Usaha untuk mengoptimalkan

program peminatan tersebut adalah dengan cara :

1. Melakukan kerjasama dengan sekolah umpan (SMP).

2. Memberikan informasi tentang dunia SMK ke calon peserta didik.

3. Bekerjasama dengan BK sekolah asal siswa untuk mendapatkan

referensi kepribadian siswa yang bersangkutan.

4. Memantapkan kembali minat siswa untuk program peminatan

yang telah dipilihnya.

5. Berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, dengan perusahaan-

perusahaan untuk membekali siswa untuk terjun ke dunia kerja,

serta dari beberapa alumni yang melanjutkan studi di perguruan

tinggi untuk memotivasi adik kelasnya yang ingin melanjutkan ke

perguruan tinggi.

Di SMK Negeri 1 Purworejo, ia mengakui memang siswa masih

enggan untuk masuk ke ruang BK atas kesadaran sendiri apabila ada

permasalahan pembelajaran. Namun, dalam hal untuk bimbingan karir

dan melanjutkan ke perguruan tinggi, siswa sudah aktif untuk

berkonsultasi ke BK apa yang sebaiknya ia lakukan.

Narasumber 5

Sedangkan menurut Dra. Endang Isnaeni selaku guru BK ia

mengatakan bahwa permaslahan yang sering muncul adalah kesulitan

belajar yang dialami siswa, tidak percaya diri untuk mengeluarkan

14

Page 15: BAB I fix

pendapat, kebingungan untuk melanjutkan studi atau bekerja. Dalam hal

ini, BK akan membantu dengan memberikan saran dan memberikan jalan

keluar bagi siswa. Di SMK Negeri 1 Purworejo, BK mempunyai 1 jam

pelajaran untuk masuk ke kelas guna memberikan bimbingan kelompok,

dan BK buka hingga pukul 17.00 WIB guna melayani siswa yang ingin

berkonsultasi. “Kendala yang kami hadapi dlam memberikan bimbingan

dan konseling kepada siswa adalah kekurangan waktu, karena siswa

masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00,” tuturnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Pelayanan Bimbingan dan

Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo

Dilihat dari hasil observasi berupa pengamatan dan wawancara,

penulis dapat menyimpulkan bahwa guru mata pelajaran di SMK Negeri

1 Purworejo sudah melaksanakan perannya dalam memberikan

pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jika mengacu pada Sardiman

(2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan

Bimbingan dan Konseling, yaitu:

1. Informator, guru memberikan informasi tentang tentang kegiatan

akademik, serta telah menerapkan cara pembelajaran yang

informatif, mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan

menumbuhkan budaya diskusi serta penyampaian pendapat siswa.

2. Organisator, guru telah membuat suasana kelas tidak lagi

menakutkan, sehingga siswa merasa nyaman untuk mengeluarkan

pendapatnya.

3. Motivator, guru telah memberikan motivasi dan contoh kehidupan di

awal maupun diakhir pertemuan.

4. Director, guru telah mampu memimpin proses pembelajaran di

dalam kelas menjadi sangat nyaman.

5. Inisiator, guru telah mampu memunculkan ide metode pembelajaran

yang tepat untuk siswa.

15

Page 16: BAB I fix

6. Transmitter, guru telah menginformasikan tentang kebijakan

sekolah, serta informasi mengenai dunia kerja dan perguruan tingi.

7. Fasilitator, guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan

permasalahan yang belum terpecahkan kepada siswa.

8. Mediator, dalam suasana diskusi, guru sebagai penengah saat siswa

mengalami perbedaan pendapat.

9. Evaluator, guru mempunyai catatan pribadi tentang kepribadian

individu siswa untuk dikonsultasikan kepada wali kelas dan BK.

4.2.2 Peran Serta Kerjasama BK dengan Guru Mata Pelajaran Dalam

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo

Berdasarkan hasil observasi diatas, penulis menyimpulkan bahwa

BK d SMK Negeri 1 Purworejo telah melaksanakan perannya melakukan

pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa. Bentuk kerjasama

dengan guru mata pelajaran pun sudah baik, karena setiap dua minggu

sekali guru BK akan meminta data dari guru mata pelajaran tentang

perkembangan anak, sehingga BK akan mampu menentukan strategi

yang akan digunakan sebagai Bimbingan dan Konseling terhadap siswa.

Jumlah guru BK di SMK Negeri 1 Purworejo sudah memadai, serta

untuk layanan bimbingan karir pun sangat menonjol di program kerja BK

SMK Negeri 1 Purworejo. Karena BK bekerjasama dengan BKK SMK

Negeri 1 Purworejo untuk menyalurkan anak didik yang telah lulus ke

dunia kerja, serta BK juga bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait

untuk memudahkan peserta didik yang ingin memperoleh informasi

mengenai perguruan tinggi.

16

Page 17: BAB I fix

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 1 Purworejo, penulis dapat

menyimpulkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan layanan

Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo sudah sesuai dengan

peran, tugas, dan tanggungjawab yang dimiliki oleh setiap guru mata pelajaran

terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Dari kelima narasumber terlihat bahwa keberhasilan pelayanan

Bimbingan dan Konseling disekolah tak lepas dari berbagai pihak. Semua

pihak baik kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, serta guru BK

mempunyai peran masing-masing. Kerjasama yang terjalin diantara semua

komponen sekolah menentukan masa depan anak didik dalam mengikuti proses

pembelajaran di sekolah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, maka penulis berharap

agar:

1. Semua guru mata pelajaran dapat menjalankan perannya dalam pelayanan

Bimbingan dan Konseling.

2. Peningkatan kerjasama antar komponen di sekolah bisa ditingkatkan

untuk mengoptimalkan pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap

siswa.

3. Hasil observasi bisa menjadi bahan evaluasi bagi pihak sekolah guna

meningkatkan Pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa.

17