bab i fix
DESCRIPTION
bimbingan konselingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3
menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi
dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling
pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing
bersama siswanya untuk mencapai kemandirian dalam keseluruhan proses
kehidupan, baik sebagai individu, anggota kelompok,keluarga atau
masyarakat pada umumnya.
Dalam proses pendidikan, semua pihak yang terkait dengan proses
tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis
saling melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Dari
peran-peran yang ada, peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat
semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran
kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku
terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya
bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-
murid semakin kaku.Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas
guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-
1
teori konsep yang begitu rumit,tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para
peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para
murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada
materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang
akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam
masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.
Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru serta pentingnya
bimbingan dan konseling bagi siswa-siswi di sekolah, maka saya bermaksud
untuk memaparkan sebuah laporan yang akan membahas dan mengupas lebih
jauh tentang peranan guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah, khususnya di SMK Negeri 1 Purworejo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
A. Apa permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran di
kelas?
B. Bagaimana peran guru mata pelajaran dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo?
C. Apa solusi yang ditawarkan oleh guru mata pelajaran di SMK Negeri 1
Purworejo untuk mengatasi permasalahan siswa di kelas?
D. Apakah guru mata pelajaran di SMK Negeri 1 Purworejo melaksanakan
perannya sebagai partner guru Bimbingan dan Konseling?
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan dilakukannya observasi di SMK Negeri 1 Purworejo,
untuk mengetahui bagaimana perkembangan bimbingan dan konseling di
sekolah, serta untuk mengetahui peran guru mata pelajaran dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
2
1.4 Manfaat Observasi
Manfaat dilaksanakanya observasi di SMK Negeri 1 Purworejo
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, penulis berharap agar
pemahaman mengenai pelaksaaan peran guru mata pelajaran dalam
Bimbingan dan Konseling di sekolah meningkat. Bagi pihak sekolah, hasil
observasi ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai peran
Bimbingan dan Konseling disekolah.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Keberhasilan penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah,
tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau
Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di
sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali
kelas. Dalam observasi ini, penulis akan membahas mengenai peran guru mata
pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling.
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Meskipun demikian, bukan berarti guru lepas
dengan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Peran serta konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru
mata pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan
pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program
pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
4
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013. Kurikulum yang berbasis pendidikan karakter sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Posis Bimbingan dan
Konseling pada kurikulum 2013 sangatlah strategis, karena pendidikan karakter
yang menjadi penekanan dalam kurikulum saat ini. Sehingga Bimbingan dan
Konseling dapat mengambil andil dalam masalah kepribadian serta sikap siswa.
Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan
Konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan Bimbingan dan Konseling, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
5
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai
orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana
dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement),
atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan
aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan
dari sudut pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran
dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
6
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang
akan menjadi pewaris masa depan; dan
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai:
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations),
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan
7
suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai
tujuan pendidikan;
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang
baik; dan
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam observasi “Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Pelayanan
Bimbingan Konseling Di SMK Negeri 1 Purworejo” penulis dalam
meyajikan hasil penelitian jenis diskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi pada saat sekarang (Sujana dan Ibrahim, 1989:65). Penelitian
deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah actual
sebagaimanan adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Dalam menarik kesimpulan, peneliti mensistesiskan semua jawaban
pertanyaan penelitian dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan
penelitian secara keseluruhan.
3.2 Subjek Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2003) penelitian
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Purworejo.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian
ini terdiri dari 3 guru mata pelajaran dan 2 guru bimbingan dan
konseling di SMK Negeri 1 Purworejo.
3.3 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penyusunan laporan ini mengggunakan
pengamatan saat guru mengajar dan wawancara kepada pihak-pihak yang
terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1
Purworejo.
9
10
BAB IV
HASIL OBSERVASI
4.1 Hasil Observasi
Observasi tentang “Peran Guru Mata Pelajaran dalam pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling” penulis menggunakan metode pengamatan dan
wawancara. Penulis mengamati proses pembelajaran dalam kelas XI Teknik
Pemesinan A. Di kelas tersebut sedang berlangsung proses pembelajaran
sejarah oleh Bapak Subur, S.Pd. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis dapat
menyimpulkan beberapa poin pemberian layanan Bimbingan dan Konseling
yang diberikan oleh guru mata pelajaran saat proses pembelajaran
berlangsung, antara lain:
1. Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum proses pembelajaran
dimulai.
2. Pada proses pembelajaran, guru memberikan umpan pertanyaan kepada
siswa, agar siswa berani menyampaikan pendapatnya.
3. Guru memberikan nasihat di akhir pembelajaran.
4. Di akhir pembelajaran guru memotivasi kembali, agar siswa rajin
belajar. Metode pemberian contoh kongkrit diberikan oleh guru, guru
bercerita tentang pengalaman hidupnya, bahkan kakak-kakak angkatan
dari sekolah tersebut yang telah sukses di dunia kerja maupun yang
sedang menempuh studi di perguruan tinggi.
Narasumber 1
Sedangkan berdasarkan proses wawancara, Bapak Subur S.Pd
mengatakan bahwa peran guru untuk mewujudkan pendidikan karakter
dalam setiap pembelajaran adalah dengan memberikan contoh. “Seorang
guru jika dapat memberikan contoh yang baik, maka secara otomatis
siswa akan menirunya,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa kita ingat
pesan dari Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” maka jika guru dapat menerapkan
pesan tersebut, siswa akan memiliki karakter yang baik.
11
Mengenai permasalahan yang sering muncul dalam proses
pembelajaran adalah minat belajar siswa yang kadang turun, keengganan
siswa untuk membaca sumber ajar, mengantuk di kelas, membolos, serta
tidak mengerjakan tugas. Langkah yang ia ambil adalah menggunakan
media internet sebagai sumber pembelajaran di kelas, sehingga siswa
menjadi aktif dalam mencari pemecahan masalah dari permasalahan yang
diberikan guru. Sedangkan jika terdapat siswa yang tidak mengerjakan
tugas, maka tahap pertama yang ia ambil adalah memberikan teguran.
Namun jika membolos, maka guru akan sebisa mungkin mengatasinya,
namun jika tidak mampu akan dilimpahkan ke pada wali kelas.
Bentuk kerjasama yang ia bangun dengan wali kelas dan guru BK
adalah menginformasikan permasalahan yang dialami siswa. Sehingga,
wali kelas dapat mengetahui permasalahan yang dialami siswa. Menurut
ia, cara yang paling ampuh untuk memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling adalah saat diluar jam pelajaran. Karena saat diluar jam
pelajaran, siswa akan lebih terbuka akan permasalahan yang sedang
dialaminya.
Narasumber 2
Tak beda halnya Ibu Setyorini, S.Pd selaku guru matematika. Ia
mengatakan bahwa dalam pembelajaran, guru harus mampu
menumbuhkan sikap jujur, tanggung jawab, disiplin, berani
mengungkapkan pendapat, bekerjasama serta mampu menumbuhkan
penalaran dalam pemecahan masalah.
Proses mengidentifikasi siswa yang sedang mengalami masalah,
menurutnya dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
1. Dilihat dari nilai, anak yang biasanya mendapatkan nilai bagus tiba-
tiba nilainya jelek.
2. Dilihat dari perilaku dikelas, anak yang biasa aktif bertanya, tiba-tiba
menjadi pendiam.
3. Dilihat dalam proses pembelajaran, anak yang terlihat
memperhatikan tetapi pandangan mata kosong atau melamun.
12
Berdasar permasalahan tersebut, solusi yang ia tawarkan adalah
dengan proses pendekatan kepada siswa. Siswa dipanggil diluar jam
pelajaran, diajak ngobrol santai agar siswa merasa nyaman untuk
menceritakan permasalahannya. Dan guru berusaha memberikan nasihat,
serta masukan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Selama ia menjadi guru, permasalahan yang muncul adalah siswa
malas belajar, tidak mengerjakan tugas, ada masalah keluarga yang
membuat siswa membolos, serta banyak kasus siswa murung dikelas
karena putus atau ada masalah dengan pacar.
Bentuk kerjasama yang dibangun adalah melaporkan permasalahan
siswa yang tidak bisa diatasi kepada wali kelas, dan wali kelas akan
melaporkan kepada BK jika sudah tidak mampu untuk mengatasinya.
Menurutnya, untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa adalah
memanggil siswa yang bersangkutan di waktu luang, tidak dihadapan
teman-temannya. Karena jika dihadapan teman-temannya maka siswa
akan tersebut menjadi malu unuk mengungkapkan permasalahannya.
Narasumber 3
Tak beda jauh dari 2 narsumber sebelumnya, Sugiarto, B.Sc selaku
guru matematika mengatakan permasalahan yang muncul dari siswa
adalah:
1. Siswa sering mengantuk pada proses pembelajaran, terutama anak
pondok. Menurutnya hal itu terjadi karena di pondok anak tersebut
sudah banyak kegiatan sehingga kurang istirahat.
2. Siswa membolos, hal itu terjadi biasanya karena pergaulan serta
konflik keluarga. Ia mengatakan bahwa kasus yang sering terjadi
adalah kurangnya perhatian dari orang tua yang menyebabkan anak
menjadi seperti itu.
3. Malas belajar.
Dari permasalahan tersebut, ia mengambil solusi yaitu memberikan
arahan kepada anak yang bermasalahan melalui pendekatan, agar siswa
mau bercerita permasalahannya. Setelah permasalahan diketahui, maka
13
guru akan menjadi mediator untuk menyelesaikan permasalahan. Guru
akan bekerjasama dengan wali kelas serta guru BK dalam menyelesaikan
permasalahan yang cukup berat.
Narasumber 4
Menurut Dra. Anastasia Susilowati sebagai coordinator BK di SMk
Negeri 1 Purworejo mengatakan bahwa saat ini BK berperan untuk
mengoptimalkan program peminatan yang telah dipilih siswa. “Kita
SMK agak berbeda dari SMA, dari dulu siswa saat masuk langsung
memilih program peminatannya,” ujarnya. Usaha untuk mengoptimalkan
program peminatan tersebut adalah dengan cara :
1. Melakukan kerjasama dengan sekolah umpan (SMP).
2. Memberikan informasi tentang dunia SMK ke calon peserta didik.
3. Bekerjasama dengan BK sekolah asal siswa untuk mendapatkan
referensi kepribadian siswa yang bersangkutan.
4. Memantapkan kembali minat siswa untuk program peminatan
yang telah dipilihnya.
5. Berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, dengan perusahaan-
perusahaan untuk membekali siswa untuk terjun ke dunia kerja,
serta dari beberapa alumni yang melanjutkan studi di perguruan
tinggi untuk memotivasi adik kelasnya yang ingin melanjutkan ke
perguruan tinggi.
Di SMK Negeri 1 Purworejo, ia mengakui memang siswa masih
enggan untuk masuk ke ruang BK atas kesadaran sendiri apabila ada
permasalahan pembelajaran. Namun, dalam hal untuk bimbingan karir
dan melanjutkan ke perguruan tinggi, siswa sudah aktif untuk
berkonsultasi ke BK apa yang sebaiknya ia lakukan.
Narasumber 5
Sedangkan menurut Dra. Endang Isnaeni selaku guru BK ia
mengatakan bahwa permaslahan yang sering muncul adalah kesulitan
belajar yang dialami siswa, tidak percaya diri untuk mengeluarkan
14
pendapat, kebingungan untuk melanjutkan studi atau bekerja. Dalam hal
ini, BK akan membantu dengan memberikan saran dan memberikan jalan
keluar bagi siswa. Di SMK Negeri 1 Purworejo, BK mempunyai 1 jam
pelajaran untuk masuk ke kelas guna memberikan bimbingan kelompok,
dan BK buka hingga pukul 17.00 WIB guna melayani siswa yang ingin
berkonsultasi. “Kendala yang kami hadapi dlam memberikan bimbingan
dan konseling kepada siswa adalah kekurangan waktu, karena siswa
masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00,” tuturnya.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo
Dilihat dari hasil observasi berupa pengamatan dan wawancara,
penulis dapat menyimpulkan bahwa guru mata pelajaran di SMK Negeri
1 Purworejo sudah melaksanakan perannya dalam memberikan
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jika mengacu pada Sardiman
(2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
Bimbingan dan Konseling, yaitu:
1. Informator, guru memberikan informasi tentang tentang kegiatan
akademik, serta telah menerapkan cara pembelajaran yang
informatif, mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan
menumbuhkan budaya diskusi serta penyampaian pendapat siswa.
2. Organisator, guru telah membuat suasana kelas tidak lagi
menakutkan, sehingga siswa merasa nyaman untuk mengeluarkan
pendapatnya.
3. Motivator, guru telah memberikan motivasi dan contoh kehidupan di
awal maupun diakhir pertemuan.
4. Director, guru telah mampu memimpin proses pembelajaran di
dalam kelas menjadi sangat nyaman.
5. Inisiator, guru telah mampu memunculkan ide metode pembelajaran
yang tepat untuk siswa.
15
6. Transmitter, guru telah menginformasikan tentang kebijakan
sekolah, serta informasi mengenai dunia kerja dan perguruan tingi.
7. Fasilitator, guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
permasalahan yang belum terpecahkan kepada siswa.
8. Mediator, dalam suasana diskusi, guru sebagai penengah saat siswa
mengalami perbedaan pendapat.
9. Evaluator, guru mempunyai catatan pribadi tentang kepribadian
individu siswa untuk dikonsultasikan kepada wali kelas dan BK.
4.2.2 Peran Serta Kerjasama BK dengan Guru Mata Pelajaran Dalam
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo
Berdasarkan hasil observasi diatas, penulis menyimpulkan bahwa
BK d SMK Negeri 1 Purworejo telah melaksanakan perannya melakukan
pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa. Bentuk kerjasama
dengan guru mata pelajaran pun sudah baik, karena setiap dua minggu
sekali guru BK akan meminta data dari guru mata pelajaran tentang
perkembangan anak, sehingga BK akan mampu menentukan strategi
yang akan digunakan sebagai Bimbingan dan Konseling terhadap siswa.
Jumlah guru BK di SMK Negeri 1 Purworejo sudah memadai, serta
untuk layanan bimbingan karir pun sangat menonjol di program kerja BK
SMK Negeri 1 Purworejo. Karena BK bekerjasama dengan BKK SMK
Negeri 1 Purworejo untuk menyalurkan anak didik yang telah lulus ke
dunia kerja, serta BK juga bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait
untuk memudahkan peserta didik yang ingin memperoleh informasi
mengenai perguruan tinggi.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 1 Purworejo, penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan layanan
Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Purworejo sudah sesuai dengan
peran, tugas, dan tanggungjawab yang dimiliki oleh setiap guru mata pelajaran
terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Dari kelima narasumber terlihat bahwa keberhasilan pelayanan
Bimbingan dan Konseling disekolah tak lepas dari berbagai pihak. Semua
pihak baik kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, serta guru BK
mempunyai peran masing-masing. Kerjasama yang terjalin diantara semua
komponen sekolah menentukan masa depan anak didik dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, maka penulis berharap
agar:
1. Semua guru mata pelajaran dapat menjalankan perannya dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling.
2. Peningkatan kerjasama antar komponen di sekolah bisa ditingkatkan
untuk mengoptimalkan pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap
siswa.
3. Hasil observasi bisa menjadi bahan evaluasi bagi pihak sekolah guna
meningkatkan Pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa.
17