bab i cultural center fix

8/20/2019 Bab i Cultural Center Fix

1/49

NOVITASARI RAHAYUNINGTYAS | I0212060

PUSAT KEBUDAYAAN SEBAGAI STRATEGI REVITALISASI KAWASAN WISATA ADAT SAMIN

DI KARANGPACE, BLORA 1

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 3

A.1 PENGERTIAN JUDUL ..................................................................................................................... 3

A.2 LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 3A.2.1 Potensi Komunitas Samin Karangpace ................................................................................ 3

A.2.2 Pengaruh Modernitas untuk Komunitas Samin Karangpace .............................................. 5

A.2.3 Peluang Desa Wisata untuk Kawasan Pemukiman Samin .................................................. 5

A.2.4 Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin ............ 6

A.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN ............................................................................................. 7

A.3.1 Permasalahan ....................................................................................................................... 7

A.3.2 Persoalan .............................................................................................................................. 7

A.4 TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................................................ 7

A.4.1 Tujuan ................................................................................................................................... 7

A.4.2 Sasaran .................................................................................................................................. 7

A.5 BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN ..................................................................................... 8

A.5.1 Batasan Pembahasan ........................................................................................................... 8

A.5.2 Lingkup Pembahasan ........................................................................................................... 8

A.6 SISTEMATIKA PENULISAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR......... 8

A.7 ORIGINALITAS ............................................................................................................................. 10

B. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

B.1 TINJAUAN KEBUDAYAAN ........................................................................................................... 12

B.2 TINJAUAN PARIWISATA ............................................................................................................. 12

B.3 TINJAUAN PUSAT KEBUDAYAAN ............................................................................................... 13

B.4 TINJAUAN REVITALISASI ............................................................................................................. 13

C. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ................................................................................ 14

C.1 METODE KONSTRUKSI GAGASAN .............................................................................................. 14

C.2 METODE KOLEKTIF DATA ........................................................................................................... 14

C.3 METODE ANALISIS ..................................................................................................................... 16

C.4 METODE SINTESIS ....................................................................................................................... 16

C.5 METODE TRANSFORMASI DESAIN ............................................................................................. 16

C.6 METODE STRATEGI DESAIN ........................................................................................................ 16

D. TINJAUAN EKSISTING ......................................................................................................................... 17


2/49




D.1 KABUPATEN BLORA .................................................................................................................... 17

D.2 SITE .............................................................................................................................................. 17

D.3 KEBUDAYAAN SAMIN ................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 20

LAMPIRAN TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 22

LAMPIRAN TINJAUAN EKSISTING .............................................................................................................. 40


3/49




A.

PENDAHULUAN

Pendahuluan bertujuan untuk mengetahui alasan pemilihan objek perancangan secara sitematis

serta memuat dasar-dasar untuk memulai sebuah konsep perancangan. Meliputi pengertian judul, latar

belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan,

sistematika penulisan, dan originalitas.

A.1 PENGERTIAN JUDUL

JUDUL : Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin di

Karangpace, Blora

Pusat Kebudayan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin di

Karangpace merupakan wadah untuk membina dan mengembangkan budaya Samin. Pusat

Kebudayaan merupakan strategi dalam meningkatkan dan mengembalikan vitalitas kawasan

Samin di Karangpace, yang bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah terhadap produktivitas

ekonomi, sosial, dan budaya. Wadah tersebut merupakan respon dari potensi dan nilai srategis

yang dimiliki kawasan pemukiman Samin, dimana penduduknya memiliki tradisi dan budaya yang

masih asli. Kebudayaan tersebut berupa nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan

hukum adat. Pusat Kebudayaan yang direncanakan selain menjadi wadah kegiatan budaya juga

menjadi fasilitas pendukung pariwisata untuk menambah kenyamanan para wisatawan dalam

berwisata budaya.

A.2 LATAR BELAKANG

A.2.1 Potensi Komunitas Samin Karangpace

Ada beberapa potensi yang layak diangkat dari komunitas Samin. Potensi

tersebut meliputi sejarah dan budaya.

Sejarah komunitas Samin dimulai pada tahun 1890, dimana Samin Surosentiko

mulai menyebarkan ajarannya di desa Klopoduwur. Ajaran ini merupakan ajaran

kebatinan yang didalamnya juga terdapat semangat perlawanan terhadap Belanda di luar

kekerasan. Bentuk perlawanan tersebut antara lain dengan menolak membayar pajak,

memperbaiki jalan, jaga malam, kerja rodi, serta kegiatan-kegiatan yang dicetuskan oleh

Belanda. Banyak penduduk yang tertarik dengan ajarannya, hingga pada tahun 1907

komunitas Samin berjumlah lebih dari 5000 orang. Perkembangan ajaran Samin yang

pesat membuat Belanda mulai khawatir,banyak pengikut Samin yang ditangkap dan


4/49




dipenjarakan. Hingga pada tahun 1907, Samin Surosentiko bersama 8 pengikutnya

ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa. Walaupun Samin Surosentiko telah ditangkap,

namun para pengikutnya tetap setia menyebarkan ajaran Samin. Puncak perlawanan

Samin terhadap Belanda terjadi pada tahun 1914 yang disebabkan oleh kenaikan pajak.

Warga Samin tidak lagi menghormati petugas pemerintahan seperti pamong desa dan

polisi. Sayangnya pada tahun 1930, perlawanan Samin terhenti karena tidak adanya figure

pemimpin yang tangguh. Walaupun demikian ajaran-ajaran Samin telah tersebar di

beberapa daerah yaitu Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madiun, Jember,

Banyuwangi, Purwodadi, Pati, Rembang, Kudus, Brebes, dan lain-lain.

Selain sejarah, komunitas Samin juga kaya akan budaya. Kebudayaan Samin tidak

jauh berbeda dari kebudayaan Jawa tetapi ada beberapa perbedaan. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, masyrakat Samin memiliki ajaran kebatinan yang tertulis dalamSerat Jamuskalimosodo. Ajaran inilah yang melatarbelakangi terbentuknya sikap warga

Samin. Sikap tersebut antara lain kerukunan, kejujuran, dan gotong royong, karena itulah

warga Samin lebih suka disebut dengan Sedulur Sikep yang artinya orang baik dan jujur.

Warga Samin sangat menjaga hubungan yang telah terjalin, baik dengan sesama Samin

maupun warga di luar komunitas Samin walaupun mereka mempunyai adat yang

berbeda. Komunitas Samin memiliki tata cara tersendiri dalam pernikahan serta melarang

adanya poligami. Rumah adat komunitas Samin adalah rumah adat bekok lulang yang

dalam tipilogi rumah Jawa biasa disebut dengan rumah kampung. Pakaian adat komunitas

Samin berupa baju lengan panjang tanpa kerah berwarna hitam dengan ikat kepala untuk

laki-laki yang disebut dengan iket. Kerajinan khas warga Samin adalah tikar pandan, selain

itu mereka juga membuat sendiri barang-barang kebutuhan mereka. Upacara adat juga

diadakan pada hari-hari besar mereka sebagai bentuk syukur pada Tuhan.

Diantara semua komunitas Samin di Blora, komunitas Samin di Dukuh

Karangpace, Kelurahan Klopoduwur, Kabupaten Blora adalah kelompok masyarakat

Samin yang masih cukup kental budaya aslinya. Walaupun modernitas sudah masuk ke

dalam desa mereka namun ajaran leluhur masih dipegang teguh. Hal ini terlihat dari

keseharian mereka yang sederhana dengan tata cara hidup yang masih tradisional.

Upacara adat rutin diadakan terutama pada malam Selasa kliwon dan malam Suro.

Pakaian adat juga masih dikenakan dalam upacara adat dan acara-acara penting lain.


5/49




Keaslian rumah adat dijaga dan dipertahankan, baik dari bentuk dan material yang

digunakan. Walaupun masyarakat Samin kini tidak lagi membuat barang-barangnya

sendiri, namun salah satu warga yang masih ada yang bertahan membuat tikar pandan.

Selain itu ada pula kerajinan baru yaitu batik khas Samin.

A.2.2 Pengaruh Modernitas untuk Komunitas Samin Karangpace

Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Samin sekarang ini bukan lagi

suatu kelompok masyarakat yang tertutup, keseharian mereka juga tidak berbeda dengan

masyarakat lainnya. Hal ini didukung dengan masuknya listrik ke desa mereka serta akses

yang mudah melalui Jalan Raya Blora-Randublatung. Mereka juga mulai menggunakan

traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, serta peralatan rumah tangga dari plastic,

alumunium, dll.

Sayangnya kemajuan jaman belum memiliki dampak yang baik untuk warga

Samin dalam bidang perekonomian. Keadaan warga Samin di Karangpace cukup

memprihatinkan. Perekonomian mereka berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini

disebabkan mereka belum dapat beradaptasi dengan perubahan cara hidup dari mulanya

tradisional menjadi modern. Mereka kesulitan untuk mendapatkan uang, karena uang

masih menjadi barang baru bagi mereka. Rumah-rumah sudah reyot dimakan usia.

Fasilitas umum yang ada seperti jalan kampung dan wc umum belum memadai. Keadaan

ini mengakibatkan banyak pemuda Samin keluar dari desa untuk mencari kehidupan yang

lebih baik. Jika pemuda Samin dibiarkan terus-menerus keluar dari desa, dikawatirkan

tidak ada regenerasi dari komunitas Samin. Hal ini dapat berakibat pada kepunahan

komunitas Samin yang sekaligus berdampak pada punahnya budaya Samin.

A.2.3 Peluang Desa Wisata untuk Kawasan Pemukiman Samin

Dengan keunikan budaya dan tata cara hidup masyarakat Samin, banyak

wisatawan maupun akademisi datang ke desa ini baik dari dalam maupun luar negri.

Bahkan warga sering dibuat bingung jika banyak wisatawan yang datang karena mereka

tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk para wisatawan. Ketertarikan wisatawan

terhadap budaya Komunitas Samin mendorong Pemerintah Daerah untuk

mengembangkan Desa Klopoduwur sebagai desa wisata. Rencana ini tertulis dalam


6/49




Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Blora Tahun 2014-2028,

yang berdasar pada peraturan-peraturan berikut :

a.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

b.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya;

c.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

d.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010—2025;

e.

Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan

evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

f.

Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

g.

Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Blora Tahun 2011-2031.

A.2.4 Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin

Berdasarkan dari hal-hal yang telah disebutkan di atas maka dirancanglah Pusat

Kebudayaan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan budaya sekaligus destinasi

wisata budaya Samin di Karangpace, yang merupakan Strategi Revitalisasi yaitu upaya

untuk meningkatkan dan mengembalikan vitalitas kawasan Samin untuk mendapatkan

nilai tambah yang optimal. Lingkup revitalisasi yang digunakan adalah satuan fisik yaitu

berwujud bangunan dimana dengan adanya kegiatan revitalisasi ini, akan dapat

ditempatkan sejumlah bangunan berupa fasilitas umum yang mendukung keberadaan

kawasan Samin sebagai kawasan wisata budaya. Sasaran revitalisasi yang ingin dicapai

mengarahkan pada perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan

masa lalu, sehingga Pusat kebudayaan yang dirancang memiliki desain masa kini dengan

perpaduan unsur-unsur tradisional.


7/49




A.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

A.3.1 Permasalahan

Mewujudkan desain Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan

Wisata Budaya Samin di Karangpace, Blora.

A.3.2 Persoalan

a.

Bagaimana pemilihan site yang memenuhi kriteria untuk Pusat Kebudayaan yang

direncanakan?

b.

Bagaimana pengolahan site yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk

menunjang aktivitas di Pusat Kebudayaan yang direncanakan?

c.

Bagaimana mendesain tampilan bangunan, pola peruangan, serta aktivitas di

dalamnya?

d.

Bagaimana pemilihan material yang berkualitas serta mudah didapat atau material

lokal di daerah tersebut?

e.

Bagaimana merancang system struktur bangunan kuat dan nyaman serta tidak

mengurangi estetika dan nilai budaya Samin?

f.

Bagaimana merancang system utilitas yang memberi kenyamanan dalam

penggunaan dan efektif untuk Pusat Kebudayaan yang direncanakan?

A.4 TUJUAN DAN SASARAN

A.4.1 Tujuan

Menghasilkan desain Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan

Wisata Budaya Samin di Karangpace.

A.4.2 Sasaran

a.

Konsep pemilihan site yang memenuhi kriteria untuk Pusat Kebudayaan yang

direncanakan.

b.

Konsep pengolahan site yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk

menunjang aktivitas Pusat Kebudayaan yang direncanakan.

g.

Konsep desain tampilan bangunan, pola peruangan, serta aktivitas di Pusat

Kebudayaan yang direncanakan.


8/49




c.

Konsep pemilihan material yang berkualitas serta mudah didapat atau material lokal

di daerah tersebut .

d.

Konsep perancangan system struktur bangunan kuat dan nyaman serta tidak

mengurangi estetika dan nilai budaya Samin.

e.

Konsep perancangan system utilitas yang memberi kenyamanan dalam penggunaan

dan efektif untuk Pusat Kebudayaan yang direncanakan.

A.5 BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN

A.5.1 Batasan Pembahasan

Pembahasan ditekankan pada permasalahan perencanaan dan perancangan

Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin dengan

mempertimbangkan faktor fisik dan non fisik lingkungan site serta desain yang mampu

mewadahi kegiatan budaya Samin dan merepresentasikan budaya Samin dari tampilan

bangunan. Sedangkan hal-hal di luar lingkup disiplin ilmu arsitektur akan dilakukan

pembahasan sesuai dengan hubungan keterkaitannya.

A.5.2 Lingkup Pembahasan

Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, yaitu desain yang mampu

mewadahi kegiatan budaya Samin dan merepresentasikan budaya Samin dari tampilan

bangunan.

A.6 SISTEMATIKA PENULISAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan bertujuan untuk mengetahui alasan pemilihan objek perancangan secara

sitematis serta memuat dasar-dasar untuk memulai sebuah konsep perancangan. Meliputi

pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan danlingkup pembahasan, sistematika penulisan, dan originalitas.


9/49




BAB II : Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai

pedoman dalam perancangan sekaligus pendukung judul Pusat Kebudayaan sebagai Strategi

Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin . Teori-teori yang dipaparkan antara lain teori

kebudayaan, pusat kebudayaan, revitalisasi, dan pariwisata.

BAB III : Metode

Bab metode bertujuan untuk menyusun metode yang digunakan dalam konsep

perencanaan dan perancangan Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata

Budaya Samin dari seminar proposal hingga studio tugas akhir. Metode yang digunakan

diantaranya Metode Konstruksi Gagasan, Metode Kolektif Data, Metode Analisis, Metode

Sintesis, Transformasi Desain, dan Strategi Desain.

BAB IV : Gambaran Umum

Gambaran umum bertujuan untuk mengetahui kondisi dan keadaan site yang akan

digunakan. Gambaran umum meliputi makro, mezzo, sampai mikro yaitu wilayah Kabupaten

Blora, lokasi site di Dukuh Karangpace, dan budaya Samin itu sendiri.

BAB V : Analisa

Bab analisa bertujuan untuk menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan dengan

menganalisis permasalahan dan persoalan Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi

Kawasan Wisata Budaya Samin di Karangpace.

BAB VI : Konsep Perencanaan dan Perancangan

Bab konsep perencanaan dan perancangan bertujuan untuk memaparkan konsep

perencanaan fisik Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Budaya Samin

di Karangpace, berdasarkan hasil analisa dan merupakan jawaban atas permasalahan dan

persoalan yang telah dikemukakan sebelumya.


10/49




A.7 ORIGINALITAS

Originalitas bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari karya-karya sejenis yang

mempunyai kesamaan pembahasan baik dari segi kegiatan, objek perancangan, lokasi, maupun

pendekatan. Sekaligus mengetahui perbedaan dari karya-karya tersebut dengan karya penulis.

Agar dapat diketahui sejauh mana originalitas karya penulis.

No. Nama Penulis Judul Tahun

1. Sisca Pramudya W. Revitalisasi Bangunan Tradisional Rumah

Tinggal sebagai Homestay di Jagalan, Kotagede,

Yogyakarta dengan Pendekatan Adaptive

Reuse

2015

Keterangan :

Karya ini mempunyai kesamaan dengan karya penulis dari segi kegiatan yaitu

revitalisasi, walaupun memiliki lingkup dan sasaran yang berbeda. Penulis mengambil

beberapa teori revitalisasi dari karya ini. Jenis objek perancangan juga sejenis dimana

objek perancangan yang diambil mempunyai nilai sejarah dan budaya yang layak untuk

diangkat. Perbedaannya objek rancangan penulis berupa bangunan gedung sedangkan

pada karya ini, objek perancangan berupa rumah tradisional. Selain itu perbedaan juga

terletak pada pendekatan yang digunakan.

2. Yusmaniar Widya A. Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta denganPendekatan Arsitektur Neo Vernakular

2009

Keterangan :

Karya ini mempunyai kesamaan dengan karya penulis dari segi wujud objek

perancangan yaitu pusat kebudayaan. Perbedaannya terletak pada spesifikasi pusat

kebudayaan yang direncanakan, lokasi serta pendekatan yang digunakan.

5. Ratih Candra Kusuma Kawasan Pemukiman Suku Samin sebagai

Objek Wisata Budaya Minat Khusus di Blora.

2009

Keterangan :

Karya ini mempunyai kesamaan dengan karya penulis dari segi objek perancangan yaitu

Kawasan Pemukiman Suku Samin di Blora. Kesamaan lainnya terletak pada sub kegiatan

yaitu pariwisata. Perbedaannya adalah pariwisata menjadi point utama sedang. Tidak


11/49




ada pendekatan yang dikemukakan secara spesifik dalam karya ini. Sedangkan karya

penulis lebih menekankan pada perancangan gedung untuk fasilitas pelestarian budaya

dan pariwisata.

Kesimpulan :

Walaupun ada beberapa kesamaan dari karya-karya yang sudah ada dengan karya penulis

namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan tersebut terletak hampir di semua

segi diantaranya kegiatan, bentuk rancangan, objek perancangan, dan pendekatan yang

digunakan. Kegiatan utama penulis adalah pelestarian budaya sebagai strategi revitalisasi dengan

sub kegiatan berupa pariwisata. Bentuk rancangan adalah Cuktural Center . Sedangkan kesamaan

yang banyak digunakan adalah penggunaan teori-teori yaitu teori revitalisasi, kebudayaan, dan

pariwisata.


12/49




B.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka bertujuan untuk memaparkan teori-teori yang digunakan untuk mendapatkan

ragam kegiatan dan pedoman desain dalam perancangan Pusat Kebudayaan sebagai Strategi Revitalisasi

Kawasan Wisata Budaya Samin di Karangpace yang direncanakan. Teori-teori yang dipaparkan antara lain

teori kebudayaan, pusat kebudayaan, revitalisasi, dan pariwisata yang diperoleh dari sumber-sumber

pustaka.

B 1 TINJAUAN KEBUDAYAAN

Teori-teori kebudayaan diambil dari dua pustaka yaitu Pengantar Anthropologi oleh

Koentjaraningrat dan Pokok-Pokok Antropologi Budaya oleh T.O. Ihromi yang bertujuan sebagai

pedoman pengelompokan jenis kegiatan dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-teori

tersebut meliputi :

Definisi kebudayaan

Tiga wujud kebudayaan

Tujuh unsur kebudayaan universal

Sifat kebudayaan

B.2 TINJAUAN PARIWISATA

Teori-teori pariwisata diambil dari pustaka Framework of Tourism Research oleh Douglas

G. Pearce, Peraturan Pembangunan Destinasi Wisata oleh Sunaryo, dan UU No. 10 tahun 2009

yang bertujuan sebagai pedoman dalam menentukan fasilitas-fasilitas pendukung wisata serta

jenis pariwisata yang diwadahi dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-teori tersebut

meliputi :

Definisi Pariwisata

Morfologi Kepariwisataan

Agen-Agen Pembangunan Pariwisata

Jenis-jenis Pariwisata

Unsur-unsur yang Terlibat Dalam Industri Pariwisata

Klasifikasi Destinasi Wisata


13/49




B.3 TINJAUAN PUSAT KEBUDAYAAN

Tidak ada ketentuan spesifik tentang perancangan Pusat Kebudayaan, maka dari itu teori

tentang Pusat Kebudayaan diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mendapatkan arti

kata Pusat Kebudayaan berikut fungsinya dan preseden untuk mendapatkan gambaran kegiatan,

peruangan, dan tampilan bangunan baik eksterior maupun interior. Preseden yang digunakan

antara lain :

Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia (id.korea-culture.org) dan Chicago Cultural Center

(www.cityofchicago.org) untuk memperoleh gambaran kegiatan dan peruangan.

Cultural Center in Landvetter dan Cree Cultural Institute in Quebec (www.archdaily.com)

untuk memperoleh gambaran tampilan bangunan baik eksterior maupun interior, material

yang digunakan, dan karakteristik bangunan yang mencerminkan kebudayaan suatu daerah.

B.4 TINJAUAN REVITALISASI

Teori-teori revitalisasi diambil dari beberapa pustaka, diantaranya Revitalisasi Bangunan

Cagar Budaya : Konservasi, Nilai Ekonomi, dan Manfaat bagi Masyarakat Luas oleh Danang

Priatmodjo, Revitalisasi Bangunan Tradisional Rumah Tinggal sebagai Homestay di Jagalan,

Kotagede, Yogyakarta dengan Pendekatan Adaptive Reuse oleh Sisca Pramudya, dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 8/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, yang

bertujuan sebagai pedoman dalam mendesain fisik Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-

teori tersebut meliputi :

Pemahaman Revitalisasi

Tujuan Revitalisasi

Sasaran Revitalisasi

Lingkup Revitalisasi

Kriteria Revitalisasi

Pendekatan Revitalisasi

Kebijakan dan Strategi Revitalisasi yang berkaitan

Pedoman Teknis Revitalisasi Kawasan


14/49




C.

METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab metode bertujuan untuk menyusun metode yang digunakan dalam konsep perencanaan dan

perancangan Cultural Center sebagai Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata Adat Samin di Karangpace dari

seminar proposal hingga studio tugas akhir. Metode yang digunakan diantaranya Metode Konstruksi

Gagasan, Metode Kolektif Data, Metode Analisis, Metode Sintesis, Transformasi Desain, dan Strategi

Desain.

C.1 METODE KONSTRUKSI GAGASAN

Metode ini bertujuan untuk membangun gagasan tentang objek rancangan apakah yang

akan direncanakan. Ada beberapa tahapan dalam metode ini, yaitu :

a.

membaca fenomena yang terjadi di Kabupaten Blora, memperkenalkan kota Blora memalui

sector pariwisata

b.

Fenomena-fenomena tersebut dipilah untuk mendapatkan hal apakah yang mempunyai daya

tarik di Kabupaten Blora sekaligus menjadi identitas atau ciri khas Kabupaten Blora. Dalam hal

ini lebih difokuskan pada kebudayaan Blora.

c.

Akhirnya terpilihlah budaya Samin yang merupakan budaya asli Blora. tetapi sebenarnya

mereka belum mengetahui secara benar apa itu budaya Samin.

d.

Maka dari itulah gagasan yang terbentuk adalah mengangkat budaya Samin untuk

diperkenalkan dan dilestarikan ke masyarakat luas.

C.2 METODE KOLEKTIF DATA

Setelah gagasan terbangun, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah metode kolektif

data. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan gagasan

perencanaan dan perancangan yang telah terbentuk. Gagasan yang terbentuk adalah pengenalan

dan pelestarian budaya Samin, maka data yang diperlukan adalah data-data tentang yang

berkaitan budaya dan kehidupan masyarakat Samin serta adakah rencana pemerintah untuk

melestarikan budaya Samin.


15/49




Data-data tersebut diantaranya :

1.

Data Primer

a.

Survey Lapangan/Observasi

Observasi dilakukan di kawasan pemukiman Samin dengan mengamati segala hal

yang terdapat disana. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data-data eksisting.

b.

Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau data dengan cara

bertanya langsung kepada responden atau narasumber. Pada kesempaan ini penulis

mewawancarai dua orang yaitu tokoh masyarakat Samin untuk mendapatkan informasi

tentang budaya Samin dan perwakilan pemerintah daerah setempat untuk mengetahui

rencana pemerintah terkait budaya Samin.

Dari data primer yang diperoleh, terdapat gagasan untuk mengembalikan dan

meningkatkan vitalitas kawsan Samin untuk meningkatkan kesejahteraan warga Samin.

Strateginya adalah dengan merencanakan sebuah wadah kegiatan kebudayaan Samin yang selain

sebagai langkah pelestarian budaya juga sebagai fasilitas pariwisata bagi para turis. Wadah

kegiatan budaya iyang dipilih adalah Pusat Kebudayaan yang merupakan tempat untuk membina

dan mengembangkan kebudayaan.

2.

Data Sekunder

a.

Studi literature

Studi literature merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaah literature. Studi

litelature dilakukan dengan mencari informasi dari buku dan internet. Informasi yang

dicari berupa teori-teori yang digunakan sebagai dasar dari perancangan. Teori-teori yang

dicari antara lain :

1.

Buku : teori kebudayaan, pusat kebudayaan, revitalisasi, dan pariwisata.

2.

Internet : preseden yang digunakan, informasi-informasi lain yang diperlukan.

b.

Referensi

Referensi didapat dari Rencana Induk Pengembangan Pariwsata Daerah

Kabupaten Blora tahun 2014-2018, tentang perencaan kawasan pemukiman Samin dan

peraturan perundang-undang yang terkait.


16/49




C.3 METODE ANALISIS

Setelah mendapatkan data-data pustaka dan eksisting langkah selanjutnya adalah

metode analisis yaitu menganalisis data-data yang diperoleh dengan teori-teori. Data-data primer

terkait kebudayaan Samin dianalisis menggunakan data sekunder berupa teori-teori untuk

mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan diinterpretasikan dalam

desain. Ada 2 metode analisis yaitu analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif Pada

perancangan ini analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisa terhadap aspek pelaku

kegiatan, kebutuhan ruang, penataan ruang dan sirkulasi dan dianalisa secara kuantitatif yaitu

menganalisa terhadap kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi dan

tapak.

C.4 METODE SINTESIS

Setelah tahap analisis langkah selanjutnya adalah metode sitesis yaitu mengumpulkan

hasil analisis data dan mengerucutkannya menjadi suatu kesimpulan yaitu sebuah konsep

perencanaan dan perancangan Pusat Kebudayaan sebagi Strategi Revitalisasi Kawasan Wisata

Adat Samin di Karangpace yang digunakan sebagai panduan dalam proses selanjutnya yaitu

desain.

C.5 METODE TRANSFORMASI DESAIN

Pada metode ini terjadi proses perwujudan dari konsep menjadi desain serta eksplorasi

desain. Kategori yang di gunakan dalam perancangan Pusat Kebudayaan ini adalah desain

pragmatic yang di dasari oleh penggunaan material-material alam yaitu kayu dan batu alam serta

desain typologic yang didasari oleh bentukan yang sudah ada, seperti aliran arsitektur vernakular

yang mengambil desain-desain rumah tradisonal Samin.

C.6 METODE STRATEGI DESAIN

Pada metode ini hasil pengumpulan data, analisis, dan kesimpulan di korelasikan satu

sama lain dan di refleksikan dengan tujuan dan sasaran perancangan agar tercipta desain Pusat

Kebudayaan yang sesuai dengan konsep dan kriteria.


17/49




D.

TINJAUAN EKSISTING

Tinjauan eksisting bertujuan untuk mengetahui kondisi dan keadaan site yang akan digunakan

dan mempunyai pengaruh langsung terhadap perancangan. Tinjauan eksisting meliputi makro, mezzo,

sampai mikro yaitu keadaan eksisting Kabupaten Blora, site yang akan digunakan dalam konsep

perencanaan dan perancangan, dan kebudayaan Samin.

D.1 KABUPATEN BLORA

Tinjauan eksisting Kabupaten Blora diambil dari Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Blora tahun 2014-2018 yang bertujuan untuk mengetahui kondisi Kabupaten Blora

yang nantinya akan berpengaruh langsung terhadap proses perencanaan dan perancangan.

Tinjauan eksisting Kabupaten Blora meliputi :

Letak Kabupaten Blora dan jarak dengan kota-kota besar di sekitarnya yang bertujuan

mendapatkan pencapaian dari luar Blora.

Klimatologi Kabupaten Blora yang berpengaruh dalam pertimbangan desain Pusat

Kebudayaan terutama elemen-elemen eksterior dan material yang tahan terhadap ikim.

Kebijakan Pemerintah terkait Tata Guna Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Blora yang bertujuan untuk mengetahui peraturan penggunaan lahan untuk Pusat

Kebudayaan yang direncanakan.

Topografi wilayah Kabupaten Blora yang bertujuan untuk mengetahui ketinggian tanah site

Pusat Kebudayaan yang direncanakan.

Angka Peningkatan Kunjungan Wisata Kabupaten Blora dalam bebeberapa tahun terakhir

yang bertujuan untuk memprediksi volume kegiatan wisata.

D.2 SITE

Site terletak di Dukuh Karangpace, Kelurahan Klopoduwur, Kabupaten Blora. Tinjauan

eksisting site diambil berdasarkan survey lapangan dan wawancara dengan pejabat BAPPEDA

Kabupaten Blora yang bertujuan untuk mengetahui kondisi site, pengaruhnya terhadap

perancangan Pusat Kebudayaan yang direncanakan, serta peraturan dan status terkait site

tersebut. Tinjauan eksisting site meliputi :

Pencapaian ke menuju site yang berpengaruh dalam peletakan main entrance dan site

entrance.


18/49




Kondisi alam site meliputi matahari, angin, akustik, dan view yang berpengaruh dalam

peletakan bukaan, penggunaan material, dan orientasi bangunan.

Lingkungan sekitar yang berpegaruh dalam desain Pusat Kebudayaan yang direncanakan agar

menyatu dengan lingkunga sekitar.

Sarana dan prasarana dalam site yang berpengaruh dalam pengadaan sarana dan prasarana

di dalam maupun pendukung Pusat Kebudayaan yang direncanakan.

Berikut letak site Pusat Kebudayaan yang direncanakan :

Dukuh Karangpace

Sumber : google maps

Site Cultural Center yang direncanakan


Pemukiman

Samin

Jalan

karangpace 1 Gerbang

Parkir

Cultural Center

Resort

Jalan

karangpace 2

Jalan Raya Blora-

Randunblatung


19/49




D.3 KEBUDAYAAN SAMIN

Tinjauan kebudayaan Samin diperoleh dari survey lapangan, wawancara, video

dukumenter, dan pustaka Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa

Tengah oleh Dra Titi Mumfangati, dkk yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan kegiatan

budaya Samin yang nantinya kan diwadahi dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan serta

arsitektur tradisional Samin yang akan berpengaruh pada desain bangunan. Tinjauan kebudayaan

Samin meliputi :

Ide : Sejarah, Ajaran, dan Kepercayaan.

Sistem : Penyebaran. Kekerabatan, Bahasa, Pernikahan, Sikap Tehadap Lingkungan, Upacara

dan Tradisi, Kesenian, serta Kerajinan.

Artefak : Pakaian Adat, Pola Pemukiman, dan Rumah Adat.


20/49




DAFTAR PUSTAKA

Sumber Pustaka :

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropoliogi . Jakarta:Rineka Cipta.

Ihromi, T.O. 1981. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.

Dra Titi Mumfangati, dkk. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa

Tengah. Yogyakarta: Penerbit Jarahnitra.

Pramudya, Sisca. 2015. Revitalisasi Bangunan Tradisional Rumah Tinggal sebagai Homestay di Jagalan,

Kotagede, Yogyakarta dengan Pendekatan Adaptive Reuse. Tugas Akhir Program Sarjana Fakultas Tehnik,

Prodi Arsitektur, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Aji W, Crustasia. 2015. Revitalisasi Pasar Ikan Rejomulyo sebagai Destinasi Wisata Kota Semarang

dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku. Tugas Akhir Program Sarjana Fakultas Tehnik, Prodi Arsitektur,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Laporan Akhir - Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Blora Tahun

2014 – 2018

Data Infrastruktur Sistem Informasi Pembangunan Derah Kabupaten Blora Tahun 2014

Peraturan terkait :

Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Blora Tahun 2011-2031

Perturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Sumber internert :

www.blorakab.go.id/sejarah samin. Diakses pada tanggal 29 November 2015.

Kamusbahasaindonesia.org/pusat kebudayaan. Diakses pada tanggal 29 November 2015.

www.kompasiana.com/wong samin penganut agama Nabi Adam yang anti poligami. Diakses pada tanggal

29 November 2015.

Id.korea-culture.org

www.cityofchicago.com


21/49




www.archdaily.com

www.youtube.com/watch?v=UZfEY0hJirM/ Suku Samin Desa Klopoduwur

www.youtube.com/watch?v=qKnqGqhzEnA/ Malam Suro Suku Samin


22/49




LAMPIRAN TINJAUAN PUSTAKA

A.

TINJAUAN KEBUDAYAAN

Teori-teori kebudayaan diambil dari dua pustaka yaitu Pengantar Anthropologi oleh

Koentjaraningrat dan Pokok-Pokok Antropologi Budaya oleh T.O. Ihromi yang bertujuan sebagai

pedoman pengelompokan jenis kegiatan dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-teori

tersebut meliputi :

A.1 Definisi Kebudayaan

“ Menurut imu antropologi , kebudayaan adalah : keseluruhan sistem gagasan ,

tindakan , hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan belajar”.(Koentjaraningrat : 1981 : Hal 180)

“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak

hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih

tinggi atau lebih diinginkan. (Ralph Linton. The Cultural Background of Personality : 1945 : hal 30)

Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Kata itu meliputi cara-cara

berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas

untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. (Pokok-Pokok Antropologi Budaya :

1986 : hal 18)

A.2 Tiga Wujud Kebudayaan

Tiga Wujud Kebudayaan ( Koentjaraningrat : 1981 : Hal 186 )

1.

Sebagai suatu kompleks dari ide-ide , gagasan , nilai, norma , peraturan , dan sebagainya

2.

Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

3.

Sebagai benda hasil karya manusia.

Wujud yang pertama bisa dikatan sebagai wujud dari sistem kebudayaan atau Cultural

system. Sedangkan wujud yang kedua adalah sebagai wujud dari Sistem sosial atau Social System

. Wujud yang ketiga adalah bisa dikatakan sebagai kebudayaan fisik.


23/49




A.3 Tujuh Unsur Kebudayaan Universal

7 Unsur kebudayaan Universal menurut Koentjaraningrat:

1.

Bahasa

2.

Sistem pengetahuan

3.

Organisasi social

4.

Sistem peralatan hidup dan teknologi

5.

Sistem mata pencaharian

6.

Sistem religi

7.

Kesenian

A.4 Sifat Kebudayaan

Kebudayaan tidaklah bersifat statis ia selalu berubah. Tanpa adanya gangguan yang

disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat

tertentu pasti akan berubah dengan berlalunya waktu. Dalam kebudayaan selalu ada suatu

kebebasan tertentu pada para individu dan kebebasan individu memperkenalkan variasi dalam

cara-cara berlaku dan variasi itu yang pada akhirnya menjadi milik bersama dan dengan demikian

di kemudian hari menjadi bagian dari kebudayaan. (Pokok-Pokok Antropologi Budaya : 1986 : hal

32)

B.

TINJAUAN PARIWISATA

Teori-teori pariwisata diambil dari pustaka Framework of Tourism Research oleh Douglas

G. Pearce, Peraturan Pembangunan Destinasi Wisata oleh Sunaryo, dan UU No. 10 tahun 2009

yang bertujuan sebagai pedoman dalam menentukan fasilitas-fasilitas pendukung wisata serta

jenis pariwisata yang diwadahi dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-teori tersebut

meliputi :

B.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah segala seuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata. (UU No. 9 Tahun 1990)


24/49




Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat

multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara

serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah

Daerah dan pengusaha. (UU no.10/2009 tentang Kepariwisataan)

B.2 Morfologi Kepariwisataan

Reime dan Hawkins mengajukan sejumlah kriteria untuk menyeleksi alternatif

perkembangan yang diinginkan yaitu :

1.

Apakah dapat berjalan secara ekonomis ?

2.

Apakah cocok secara sosial ?

3.

Apakah secara fisik menarik?

4.

Apakah dapat dukungan secara politis ?

5.

Apakah saling melengkapi ?

6.

Apakah dapat dipasarkan ?

B.3 Agen-Agen Pembangunan

Pembangunan kepariwisataan dapat dilakukan oleh,

Sektor Swasta (private sector)

Sektor publik (public sector)

Partisipasi publik dan swasta

Negara

Pemerintah Daerah dan Regional

B.4 Unsur-unsur yang Terlibat Dalam Industri Pariwisata

Unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata merupakan unsur yang harus dicapai

oleh sebuah pariwisata, beberapa sektor yang telah disebutkan dalam unsur-unsur tersebut akan

dijadikan acuan dalam mendesain destinasi wisata kota dalam objek rancang bangun. Sektor

tersebut adalah :


25/49




Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara.

Jasa Boga dan Restoran, industri jasa di bidang penyelenggaraan makanan dan minuman yang

dikelola secara komersial.

Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di bidang angkutan darat,

laut dan udara.

Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau pengunjung.

Cinderamata (Souvenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk dibawa oleh wistawan

pada saat kembali ke tempat asal.

Biro Perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari berangkat hingga

kembali.

B.5 Klasifikasi Destinasi Wisata


26/49


27/49




1.

Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia

a.

Tujuan pendirian Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia adalah :

Memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan Korea di Indonesia

Meningkatkan persahabatan antara kedua 27elevi melalui pertukaran kebudayaan

dan sumber daya manusia

Meningkatkan pemahaman antar dua Negara

b.

Kebudayaan Korea yang diwadahi dalam Pusat Kebudayaan ini adalah :

Style Bangsa Han

Festival dan Permainan Rakyat

Kesenian Tradisional

Warisan Dunia di Korea

Hallyu

Kesusastraan

c.

Kegiatan dalam Pusat Kebudayaan ini adalah :

Pameran

Seminar

Kelas Bahasa Korea

Pemutaran Film Korea

Kalender Budaya

Ada beberapa peruangan di dalam Pusat Kebudayan Korea di Indonesia, ruangan-ruangan

tersebut antara lain :

a.

Multifunction Hall (Han in Sil)

Multifunction hall yang diberi nama Han In Sil merupakan tempat untuk

mengadakan acara kebudayaan Korea-Indonesia. Dengan luas 200 meter persegi,

ruangan ini berkapasitas ± 180 kursi dapat digunakan unutk pameran serta pertunjukan

sepanjang tahunnya. Bagi yang ingin mengadakan acara kebudayaan yang berhubungan

dengan Korea-Indonesia, dapat menyewa ruangan ini tanpa dipungut biaya.


28/49




b.

IT Show Room

IT Show Room adalah ruangan untuk merasakan kecanggihan teknologi modern

Korea. Pada IT room terdapat TV berukuran besar untuk menyaksikan siaran Korea

secara langsung serta TV 3D untuk dapat menyaksikan penampilan para superstar Hallyu

secara 3 dimensi dan juga 3 buah monitor besar untuk PC yang dilengkapi dengan game

online Korea. Sehingga kita dapat merasakan kemajuan teknologi informasi Negara

Korea.

c.

Ruang Kelas (Sejong Sil, Hunmin Sil, Jeongeum Sil, Hag I Sil)

Pusat Kebudayaan Korea memiliki 4 ruangan kelas yang akan digunakan sebagai

kelas kursus bahasa Korea dan kursus kebudayaan lainnya.

Multifunction Hall (Han in Sil)

Sumber : id.korean-culture.org

IT Show Room



29/49




d.

Perpustakaan (Jib Hyeon Jeon)

Jib Hyeon Jeon adalah nama yang diberikan untuk perpustakaan yang didalamnya

terdapat koleksi buku dalam bahasa Inggris dan Korea beserta DVD film dan drama, CD

music, dan lain lain. Selain itu juga memberikan one-stop service bagi siapa saja yang

ingin mengetahui Korea seperti pariwisata, pendidikan dan lainnya.

e.

Ruang Istirahat

Pusat Kebudayaan Korea menyediakan tempat yang nyaman untuk mengobrol,

sambil menikmati secangkir teh. Dengan 29elevise berukuran besar yang disediakan,

pengunjung dapat menikmati program Korea serta tersedia pula PC dengan fasilitas

internet. Bagi pengunjung yang membawa notebook pribadi, dapat pula menggunakan

fasilitas hotspot. Ruangan ini menyuguhkan suasana yang nyaman bagi para pengunjung.

Ruang Kelas (Sejong Sil, Hunmin Sil, Jeongeum Sil, Hag I Sil)


Perpustakaan (Jib Hyeon Jeon)



30/49




2.

Chicago Cultural Center

Chicago Cultural Center adalah salah satu dari sepuluh atraksi kota yang paling

populer dan dianggap sebagai salah satu tempat pertunjukan seni yang paling komprehensif

di Amerika Serikat, yang menyajikan lebih dari 700 program gratis setahun dan kemegahan

arsitektur yang luar biasa. Kegiatan dalam Chicago Cultural Center meliputi pameran seni,

pertunjukan, ceramah dan pemutaran film yang tersedia secara gratis dan terdapat di bawah

satu atap.

Ruang-ruang dan fasilitas yang terdapat di Chicago Cultural Center antara lain :

Pusat Informasi Pengunjung

Theater

Art Exhibitions

Music Room

Ruang Istirahat


Eksterior Chicago Cultural Center

Sumber : www.cityofchicago.org


31/49




Multifungtion Room

Library

Dikenal sebagai “Istana Rakyat,” gedung ini dirancang dalam gaya klasik Revival,

mengambil inspirasi dari struktur monumental Yunani kuno dan Roma dan detail bangunan

dari Renaissance Italia, serta dilengkapi dengan kubah kaca Tiffany berwarna, mozaik Mother

of Pearl dan marmer Carrara.

3.

Cultural Center in Landvetter

Cultural Center in Landvetter merupakan pusat budaya untuk kotamadya

Harryda, dekat Landvetter Airport. Berupa bangunan mixed-use yang di dalamnya

terdapat perpustakaan, ruang pendidikan musik dan seni, serta auditorium.

“Kami ingin bangunan yang mencerminkan dualitas isinya. Di satu sisi, adalah

perpustakaan masyarakat dan ruang pendidikan yang memerlukan ruang pragmatis dan

kuat. Di sisi lain, auditorium didesain meriah dan menarik. Hal ini diwujudkan oleh

perbedaan baik dalam bentuk dan material antara dua lantai pertama dan volume atap.

"-Per Uhlin, arsitek.

Kubah kaca Tiffany berwarna


Mozaik Mother of Pearl


Marmer Carrara



32/49




Bangunan ini terletak di pusat kota Landvetter, di seberang jalan dari hub bus dan

secara fisik terhubung ke gimnasium yang ada dari tahun 1970-an. Perpustakaan

membentang sepanjang lantai dasar dan terhubung ke ruang persegi yang letaknya

berdekatan. Pintu masuk utama dari utara mengarah ke atrium yang merupakan pusat

dari tiga lantai dengan skylight kubah, menghubungkan semua fungsi dalam ruangan

persegi. Inti dari ruang ini adalah tangga beton untuk pertemuan spontan, sedangkan

dindingnya dilapisi dengan kayu lapis pinus.

Material eksterior terdiri dari batu kapur pada area entrance, warna putih pada

lantai dua, dan lembar kuningan di lantai dan atap. Kuningan ini adalah campuran khusus

aluminium yang dipadu dengan tembaga dan seng. Hal ini dilakukan untuk memastikan

warna emas dapat bertahan dari proses oksidasi logam. Permukaan lantai atas ditutupi

dengan rumput sedum.

Eksterior Cultural Center di Landvetter

Sumber : www.archdaily.com

Tangga Beton

Sumber : www.archdaily.comRumput Sedum

Sumber : www.archdaily.com


33/49




4.

Cree Cultural Institute in Quebec.

Di desa Kanada utara, telah dIrancang sebuah pusat budaya dengan arsitektur

vernakular di kawasan itu yaitu rumah panjang tradisional. Selain sebagai lembaga

budaya, terdapat pula ruang pameran yang dibangun sesuai dengan standar

internasional, untuk memastikan dua fungsi bangunan baik sebagai museum dan tempat

pertemuan untuk berbagai macam pengunjung.

Kegiatan pementasan budaya masyarakat terletak pada lantai dasar, dengan

tarian dan musik. Lantai yang lebih rendah digunakan sebagai kantor asosiasi yang terlibat

dalam pelestarian bahasa Cree asli, metode berburu local, seni dan kerajinan, serta

pariwisata. Sebagian besar material bangunan menggunakan kayu sebagai representasi

pentingnya hutan bagi penduduk local, sementara unsur simbolik yang

merepresentasikan habitat tradisional telah diwujudkan dalam desain.

Tampak Depan Cree Cultural Institute in Quebec.

Sumber : www.designboom.com

Arsitektur Vernakular pada Cree Cultural Institute

in Quebec.


Penggunaan material kayu pada Cree Cultural Institute in Quebec.



34/49




D.

TINJAUAN REVITALISASI

Teori-teori revitalisasi diambil dari beberapa pustaka, diantaranya Revitalisasi Bangunan

Cagar Budaya : Konservasi, Nilai Ekonomi, dan Manfaat bagi Masyarakat Luas oleh Danang

Priatmodjo, Revitalisasi Bangunan Tradisional Rumah Tinggal sebagai Homestay di Jagalan,

Kotagede, Yogyakarta dengan Pendekatan Adaptive Reuse oleh Sisca Pramudya, dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 8/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, yang

bertujuan sebagai pedoman dalam mendesain fisik Pusat Kebudayaan yang direncanakan. Teori-

teori tersebut meliputi :

D.1 Pemahaman Revitalisasi

a.

Upaya untuk meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu

kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 8/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan)

b.

Upaya untuk menghidupkan kembali kawasan, bangunan-bangunan, jalan-jalan dan

lingkungan kuno dengan menerapkan fungsi baru dalam penetapan Arsitektural aslinya untuk

meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial, pariwisata dan budaya. (Perda Kota Semarang

Tentang RTBL Kawasan Kota Lama Semarang, 1997)

c.

Upaya untuk menghidupkan kembali distrik atau kawasan kota yang telah mengalami

degradasi lingkungan, baik dalam lingkup ekonomi, sosial budaya, makna dan citra kawasan

hingga tampilan visual, sehingga untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut perlu

dilakukan kegiatan melalui intervensi yang bersifat fisik dan non fisik. (Widjaja Martokusumo,

2001)

d.

Upaya menghidupkan dan menggiatkan kembali faktor-faktor bangunan (tanah, tenaga kerja,

modal, ketrampilan, kewirausahaan, kelembagaan keuangan, birokrasi serta dukungan

prasarana dan sarana fisik) dan para pelaku pembangunan (masyarakat dan seluruh

stakeholder) untuk mengakomodasikan secara struktural dan fungsional disesuaikan

tantangan yang ada, potensi, permasalahan dan kebutuhan baru pada daerah setempat. (Sri

Edi Swasono, 2002)


35/49




D.2 Tujuan Revitalisasi

Tujuan revitalisasi kawasan adalah meningkatkan vitalitas kawasan terbangun melalui

interfensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi local,

terintegrasi dengan system kota, layak huni, berkeadilan social, berwawasan budaya dan

lingkungan.

D.3 Sasaran Revitalisasi

Upaya revitalisasi tidak lepas dari perlindungan dan penataan serta tujuan perencanaan

kota yang bukan hanya secara fisik saja, tetapi juga stabilitas penduduk dan gaya hidup yang

serasi, yakni pencegahan perubahan sosial. Sasaran dari revitalisasi yang akan diterapkan di

kawasan adalah :

a.

Memanfaatkan peninggalan obyek pelestarian yang ada untuk menunjang kehidupan masa

kini. Dalam hal ini areal / kawasan yang di revitalisasi di kembalikan fungsinya sesuai struktur

kawasan semula.

b.

Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu

yang tercermin dalam obyek pelestarian. Dalam hal ini banyak sekali kawasan perumahan dan

permukiman di Indonesia yang konsep penataannya berdasarkan konsep tradisional yang ada

di sekitarnya, sehingga tidak akan muncul bentuk-bentuk baru yang tidak dikenali oleh

kawasan setempat, yang akan menghilangkan citra yang sudah ada.c.

Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan dalam wujud fisik tiga dimensi. Kondisi ini

akan ditampilkan kembali melalui bentuk-bentuk fisik bangunan dan detail-detail ornamen

yang mengikutinya, yang mengaplikasikan bentuk-bentuk kultural dan legenda yang pernah

hidup sebelumnya.

D.4 Lingkup Revitalisasi

a.

Satuan Areal

Satuan Areal lingkup Revitalisasi, dimaksudkan areal obyek revitalisasi masih menjadi

bagian dari wilayah kota atau sub kota yang dipandang mempunyai ciri-ciri atau nilai khas

kota bersangkutan atau daerah dimana kota itu berada, dan diharapkan makna kultural,

legenda atau sejarah yang pernah hidup di sekitar lokasi setempat tidak hanya dikenal di

lokasi setempat saja, tetapi juga dikenal di beberapa wilayah disekitarnya.


36/49




b.

Satuan Visual Lansekap

Lingkup satuan visual atau lansekap yang ditentukan dalam lingkup Revitalisasi ini dapat

berupa aspek visual yang dapat memberi bayangan citra atau image yang khas tentang suatu

lingkungan. Termasuk dalam hal ini adalah jaringan fungsional rute sejarah atau jalur

angkutan tradisional. Diharapkan dengan konsep revitalisasi yang diterapkan, keberadaan

eksisting kawasan atau lingkungan tidak hanya akan terjaga kondisinya, tetapi keberadaannya

juga akan bertambah indah dengan sentuhan arsitektur lansekap yang menyatu dengan

kondisi alam setempat.

c.

Satuan Fisik

Satuan fisik yang disyaratkan dalam lingkup revitalisasi ini adalah sesuatu yang berujud

bangunan, kelompok atau daerah bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang

membentuk suatu ruang umum. Apabila dikehendaki lebih jauh, hal ini bisa diperinci sampaikepada unsur-unsur bangunan, baik fungsional, struktur atau estetis ornamen. Sedangkan

secara umum, bentuk revitalisasi meliputi kota dan desa, distrik lingkungan perumahan dan

permukiman. Diharapkan dengan adanya kegiatan revitalisasi ini, akan dapat ditempatkan

sejumlah bangunan berupa fasilitas umum yang mendukung keberadaan kawasan sebagai

fungsi tertentu. Beberapa konsep kultural dan tradisional yang pernah hidup atau dikenal

masyarakat setempat akan coba diaplikasikan ke dalam bentuk-bentuk fisik bangunan dan

detail ornamen yang ada.

D.5 Kriteria Revitalisasi

a.

Estetika : Kondisi eksisting yang sudah ada di sekitar kawasan dimanfaatkan potensinya

sebagai komponen estetis alamiah.

b.

Kejamakan : Bentuk bangunan yang ada di sekitar kawasan menjadi tolok ukur yang mewakili

ragam atau citra kawasan setempat.

c.

Kelangkaan : Kelangkaan ini dicapai dari potensi sumber daya alam yang mungkin tidak

terdapat di daearah atau kawasan yang lain.

d.

Peranan Sejarah : Secara tidak langsung kondisi ini menjadi ikatan simbolis antara masa lalu

dan kondisi sekarang.

e.

Memperkuat citra kawasan di dekatnya : Pengembangan kawasan untuk fungsi-fungsi

tertentu yang memiliki motivasi ekonomi untuk dapat dijual ke luar wilayah / kawasan, secara


37/49




tidak langsung berdampat terhadap perkembangan wilayah di sekitarnya, terutama terhadap

peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan nilai ekonomi setempat.

f.

Keistimewaan : Wilayah kawasan yang direvitalisasi selain memiliki keunikan dan

keistimewaan tertentu, juga menjadi tumpuan hidup masyarakat di sekitarnya.

D.6 Pendekatan Revitalisasi

a.

Bertumpu Pada Tempat

Gentrification : Perbaikan dan peningkatan vitalitas kawasan

Incumbent Upgrading : Perbaikan sistem kelembagaan

Adaptive re-use : Pemanfaatan kembali kawasan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan

setempat.

b.

Bertumpu Pada Individual

Social Development : Pengembangan dan Pembangunan Sosial

Program Driven Economic Development : Program pengelolaan pengembangan ekonomi

Trickled Down Economic Growth : Aliran pertumbuhan ekonomi yang seimbang

D.7 Kebijakan dan Strategi Revitalisasi yang terkait

Isu Masalah Sasaran Kebijakan Strategi

E

K

O

NO

M

I

Kemerosotan

vitalitas/produksi

kawasan

Sedikitnya lapangan

kerja

Kurangnya jumlah

usaha

Sedikitnya variasi

usaha

Tidak stabilnya

kegiatan ekonomi

Penurunan laju

pertumbuhan

Penurunan

produktivitas

ekonomi

Meningkatnya kegiatan

melalui intervensi yang

mampu menciptakan

lapangan kerja,

peningkatan jumlah dan

variasi usaha, serta

produktivitas kawasan.

Menstimulasi factor-

faktor yang mendorong

peningkatan

produktivitas kawasan

Mengurangi jumlah

modal bergerak keluar

awasan dan

maningkatkan investasi

yang masuk ke dalam

Revitalisasi dilakukan

pada kawasan-kawasan

strategis/potensial

yangmenurunproduktivitas ekonomi

dan terdegradasi

lingkungan fisiknya

Kawasan yang direvitalisasi

diarahkan pada :

Kawasan yang menurun

produktifitas ekonominya

terdegradasi

lingkungannya, penuruna

kerusakaan warisan

Lokasi yang mempunya

bilai investasi/potensi

Kawasan strategis yang

berpotensi di sector

pariwisata, perdagangn,

pemukiman, industry,

pasar, budaya, pendidika

, ekologi, warisan budaya

Kota-kota strategis

menurut UU Penataan

Ruang

Kawasan dengan

komitmen pemda yang

tinggi

Kawasan dengan

kepemilikan tanah yang

tidak bermasalah

Pentingnya

peningkatan

ekonomi lokal

Dis-ekonomi kawasan Megembangkan penciptaan

iklim yang kondusif bagi

kontinuitas dan kepastian

usaha


38/49




L

I

N

G

K

U

N

GA

N

Degradasi

kualitas

lingkungan

kawasan

Prasarana sarana kurang

memadai

Meningkatnya kuantitas dan

kualitas prasarana

lingkungan seperti jalan

danjembatan, air bersih,

drainase, sanitasi dan

persampahan, serta sarana

kawasan seperti pasar,

ruang industry, ruangekonomi formal dan

informal, fasilitas social

budaya, transportasi

Peningkatan kualitas

penataan lingkungan

dan bangunan yang

mampu

memberdayakan

aktifitas eksosbud

kawasan

Menciptakan kualitas

lingkungan yang kreatif

dan inovatif

Meningkatkan

aksesibilitas, keterkaitan

dan fasilitas kawasan

Memenuhi standar

minimal prasarana

sarana

Memperbesar deliniasi

luas kawasan

S

O

S

B

U

D

Pentingnya

kebinekaan

budaya

terbangun bagi

persatuan dan

kesatuan bangsa

Tradisi sosia budaya

setempat dan kesadaran

public pudar

Terciptanya konservasi aset

warisan budaya,

mengkonservasi tipologi dan

morfologi kawasan,

mendorong kesinambungan

dan tumbuhnya tradisi social

dan budaya lokal

Mengkonservasi ruang

dan bentuk yang

signifikan secara kultur

dan sejarah

P

E

M

D

A

Pergeseran

peran dan

tanggung jawab

pusat ke daerah

Kurangnya kompetensi

dan komitmen pemda

dalam mengembangkan

kawasan

Membangun kesadaran dan

meningkatkan kompetensi

pemda agar tidak hanya

focus membangun kawasan

baru

Pengelolaan kawasan

revitalisasi

berkelanjutan

Mengembangkan kapasitas

pemda untuk mengelola

Kawasan Revitalisasi dan

pemda sebagai pengemban

D.8 Pedoman Teknis Revitalisasi Kawasan

1.

Identifikasi Lokasi Kawasan

a.

Menentukan kriteria pemilihan lokasi

b.

Menentukan nilai lokasi

c.

Komitmen Pemda

d.

Kawasan masuk dalam kawasan strategis menurut UU Penataan Ruang

e.

Kepemilikan tanah

f.

Kepadatan fisik

2.

Memberikan Nilai Pemilihan Lokasi

3.

Potensi Keberhasilan Pemilihan Lokasi

4.

Pengelompokan Kegiatan, Kompleksitas, Luas Kawasan

Tabel Matriks Sistem Tujuan Revitalisasi Kawasan

Sumber : Perturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan


39/49




Detail Pelaksanaan

1.

Studi Revitalisasi

a.

Persiapan

b.

Pendataan, Analisis, Justifikasi

c.

Skenareio Revitalisasi Kawasan

2.

Rencana Revitalisasi Berdasarkan RTBL

3.

Master Plan

4.

Rancangan Tapak


40/49




LAMPIRAN TINJAUAN EKSISTING

A.

KABUPATEN BLORA

Tinjauan eksisting Kabupaten Blora diambil dari Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Blora tahun 2014-2018 yang bertujuan untuk mengetahui kondisi Kabupaten Blora

yang nantinya akan berpengaruh langsung terhadap proses perencanaan dan perancangan.

Tinjauan eksisting Kabupaten Blora meliputi :

A.1 Letak Kabupaten Blora dan jarak dengan kota-kota besar di sekitarnya

Kabupaten Blora terletak di sisi utara Pulau Jawa tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Karena letaknya yang berada di perbatasan, jarak Kabupaten Blora ke

kedua ibukota provinsi relatif sama. Jarak Blora-Semarang adalah 148 km dan Jarak Blora-

Surabaya adalah 181 km keduanya memiliki jarak tempuh ± 3 jam menggunakan mobil pribadi.

Selain mobil pribadi transportasi yang dapat digunakan untuk menuju Kabupaten Blora adalah

bus dan kereta api.

A.2 Klimatologi Kabupaten Blora

Banyaknya hari hujan di Kabupaten Blora selama tahun 2011 tercatat lebih rendah

dibanding dengan tahun 2010 tetapi meningkat dibandingkan dengan tahun 2009. Sedang hari

hujan terbanyak tercatat pada bulan Nopember (12 hari), Januari (14 hari), Maret (14 hari) dan

April (14 hari). Untuk rata-rata curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kradenan yaitu

sebanyak 2.495 mm selama setahun. Sedangkan rata-rata banyaknya curah hujan tertinggi

tercatat di bulan Pebruari yaitu sebanyak 368 mm.

A.3 Kebijakan Pemerintah terkait Tata Guna Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Blora

Separuh dari luas wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di

bagian Utara, Timur, dan Selatan. yaitu sebesar 49,66 persen, lahan sawah sebesar 25,30 persen

dan tegalan sebesar 14,40 persen. Luas wilayah Kabupaten Blora sebesar 182.058,797 Ha

digunakan untuk lahan sawah seluas 46.069,239 Ha, Bangunan dan pekarangan 16.913,162 Ha,

Tegalan 26.215,234 Ha, Waduk 56.962 Ha, Hutan 90.416,520 Ha, Perkebunan rakyat 4.000 Ha,

dan Lain-lain 2.390,680 Ha.


41/49




Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Blora

Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 huruf b berupa kawasan lingkungan permukiman yang memiliki

karakteristik tertentu perlu dilestarikan keberadaannya atau kawasan lingkungan Permukiman

sedulur sikep berada di:

a. Kecamatan Banjarejo;

b. Kecamatan Sambong;

c. Kecamatan Kradenan;

d. Kecamatan Randublatung; dan

e. Kawasan alun – alun perkotaan Blora.

A.3 Topografi wilayah Kabupaten Blora

Topografi Kabupaten Blora datar sampai bergelombang, pada bagian Utara membujur

Pegunungan Kendeng Utara dari arah Barat ke Timur, sedangkan di sebelah Selatan membujur

Pegunungan Kendeng Selatan yang juga membujur dari Barat ke Timur. Ditinjau dari

ketinggiannya Kabupaten Blora terbagi dalam:

Ketinggian 25 - 40 m dari permukaan laut, terdapat di daerah Kradenan, Kedungtuban danCepu.

Ketinggian 40 - 100 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Jati, Randublatung,

Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Tunjugan, Banjarejo, Japah,

Ngawen, Kunduran dan Todanan.

Ketinggian 100 - 500 m dari permukaan air laut, terdapat di derah Jati, Randublatung

Kradenan, Kedungtuban, Sambong, Jiken, Bogorejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran,

dan Todanan


42/49




A.4 Angka Peningkatan Kunjungan Wisata Kabupaten Blora dalam bebeberapa tahun terakhir

Wisatawan 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan Ketersediaan Sumber

Asing 356 370 328 - - Jiwa Ada DPPKI

Domestik 86.501 137.000 138.500 135.432 380 Jiwa Ada DPPKI

B.

SITE

Site terletak di Dukuh Karangpace, Kelurahan Klopoduwur, Kabupaten Blora. Tinjauan

eksisting site diambil berdasarkan survey lapangan dan wawancara dengan pejabat BAPPEDA

Kabupaten Blora yang bertujuan untuk mengetahui kondisi site, pengaruhnya terhadap

perancangan Pusat Kebudayaan yang direncanakan, serta peraturan dan status terkait site

tersebut. Tinjauan eksisting site meliputi :

B.1 Pencapaian ke menuju site

Site terletak tidak jauh dari pusat Kota Blora, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dari pusat

Kota Blora menggunakan sepeda motor. Site dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi

maupun kendaraan umum (bus dan angkot). Prosentase kendaraan terbesar dari arah timur yaitu

dari arah pusat Kota Blora.

B.2 Kondisi alam site

Sebagian besar wilayah pemukiman Samin adalah hutan jati dan sawah penduduk. Udara

masih segar namun sayangnya air sulit didapat. Tanahnya memiliki kontur menurun, makin turun

mkenuju pemukiman warga.

B.3 Lingkungan sekitar

Pola pemukiman penduduk berkelompok. Rumah-rumah penduduk adalah rumah

kampung dengan material utama kayu jati. Hanya ada dua tipe bangunan yaitu rumah penduduk

dan pendopo yang berfungsi sebagai balai warga.

B.4 Sarana dan prasarana

Jalan utama sudah menggunakan aspal. Jalan kampung ada yang sudah menggunakan

paving ada yang masih berupa tanah dan bebatuan. Sudah terdapat listrik di daerah ini, namun

Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan tahun 2010-2014

Sumber : Data Infrastruktur Sistem Informasi Pembangunan Derah Kabupaten Blora Tahun 2014


43/49




belum banyak penerangan. Ada wc umum namun sayangnya jarang digunakan karena tidak

tersedianya air.

Berikut letak site Pusat Kebudayaan yang direncanakan :

Dukuh Karangpace


Site Cultural Center yang direncanakan


Pemukiman

Samin

Jalan

karangpace 1 Gerbang

Parkir

Cultural Center

Resort

Jalan

karangpace 2

Jalan Raya Blora-

Randunblatung


44/49




C.

BUDAYA SAMIN

Tinjauan kebudayaan Samin diperoleh dari survey lapangan, wawancara, video

dukumenter, dan pustaka Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa

Tengah oleh Dra Titi Mumfangati, dkk yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan kegiatan

budaya Samin yang nantinya kan diwadahi dalam Pusat Kebudayaan yang direncanakan serta

arsitektur tradisional Samin yang akan berpengaruh pada desain bangunan. Tinjauan kebudayaan

Samin meliputi :

C.1 Ide

a.

Sejarah Komunitas Samin

Komunitas Samin merupakan pengikut ajaran Samin yang disebarkan oleh Samin

Surosentiko. Ajaran ini merupakan ajaran kebatinan yang didalamnya juga terdapat semangat

perlawanan terhadap Belanda di luar kekerasan. Bentuk perlawanan tersebut antara lain

dengan menolak membayar pajak, memperbaiki jalan, jaga malam, kerja rodi, serta kegiatan-

kegiatan yang dicetuskan oleh Belanda.

Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859 di Desa Ploso Kediren, Randhublatung, Blora,

Jawa Tengah. Beliau lahir dengan nama Raden Kohar. Namanya diubah menjadi Samin agar

lebih bernafaskan rakyat kecil.

Sejarah komunitas Samin dimulai pada tahun 1890, dimana Samin Surosentiko mulai

menyebarkan ajarannya di desa Klopoduwur. Banyak penduduk yang tertarik denganajarannya. Pada tahun 1903 residen Rembang melaporkan ada 722 pengikut Samin yang

tersebar di 34 desa di Blora bagian selatan dan Bojonegoro. Kala itu Belanda belum khawatir

karena ajaran Samin hanya dianggap sebagai ajaran kebatinan biasa. Pada tahun 1907

komunitas Samin berjumlah lebih dari 5000 orang. Perkembangan ajaran Samin yang pesat

membuat Belanda mulai khawatir,banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.

Hingga pada tahun 1907, Samin Surosentiko bersama 8 pengikutnya ditangkap dan diasingkan

ke luar Jawa. Walaupun Samin Surosentiko telah ditangkap, namun para pengikutnya tetap

setia menyebarkan ajaran Samin. Puncak perlawanan Samin terhadap Belanda terjadi pada

tahun 1914 yang disebabkan oleh kenaikan pajak. Warga Samin tidak lagi menghormati

petugas pemerintahan seperti pamong desa dan polisi. Sayangnya pada tahun 1930,

perlawanan Samin terhenti karena tidak adanya figure pemimpin yang tangguh. Walaupun

demikian ajaran-ajaran Samin telah tersebar di beberapa daerah yaitu Blora, Bojonegoro,


45/49




Tuban, Lamongan, Madiun, Jember, Banyuwangi, Purwodadi, Pati, Rembang, Kudus, Brebes,

dan lain-lain.

b.

Ajaran Samin

Ajaran Samin pada dasarnya merupakan ajaran kebatinan dengan sedikit unsur politik.

Ajaran-ajaran tersebut dimuat dalam Serat Jamuskalimosodo karya Samin Surosentiko. Ada

beberapa buku dalam Serat Jamuskalimosodo.

Buku pertama adalah Serat Uri-Uri Pambudi yaitu buku tentang pemeliharaan tingkah

laku manusia yang berbudi. Buku ini menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya serta

bagaimana sebaiknya manusia bersikap. Semua yang dialami manusia di dunia adalah

kehendak Tuhan. Manusia wajib mematuhi hukum Tuhan dan selalu ingat pada Tuhan. Ada 3

nilai kebenaran yang diajarkan. Pertama, ojo drengki srei, tukar padu, dahwen kemiren, kutil

jumput, lan mbedog colong. Artinya, jangan berhati jahat, bertengkar, iri hati, dan mencuri.Kedua, pangucap budhelane ono pitu, lan pangucap saka sanga bundhelane ana pitu. Artinya,

perkataan dari angka lima ikatannya ada tujuh, dan perkataan dari angka sembilan ikatannya

ada tujuh. Maksud dari simbol tersebut adalah agar manusia memelihara mulut dari tutur kata

tak berguna dan menyakitkan hati. Ketiga, lakonana sabar trokal, sabare dieling-eling. trokale

dilakoni artinya jalani hidup dengan sabar.

Buku kedua adalah Serat Pikukuh Kasajaten yaitu buku tentang pengukuhan kehidupan

yang sejati. Buku ini ditulis dalam bentuk puisi tembang. Di dalamnya terdapat ajaran tentang

pentingnya perkawinan, dimana perkawinan merupakan alat untuk meraih keluhuran budi

untuk menciptakan atmaja tama atau anak yang mulia. Selain itu dalam buku ini juga terdapat

ajaran kenegaraan yaitu sebuah Negara akan terkenal dan disegani orang serta dapat

digunakan sebagai tempat berlindung rakyatnya apabila para warganya selalu memperhatikan

ilmu pengetahuan dan hidup dalam perdamaian.

c.

Kepercayaan

Kepercayaan yang pertama kali dianut warga Samin disebut agama Nabi Adam. Sekarang

masyarakat Samin menganut agama Islam namun tetap melaksanakan tradisi yang sudah ada.


46/49




C.2 Sistem

a.

Penyebaran

Tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan

Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Blora, Jawa Tengah. Gerakan

ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai

ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan, atau di sekitar

perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.

b.

Kekerabatan

Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan kekerabatan Jawa

pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak

terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih ke atas setelah Kakek atau Nenek.

Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin maupun masyarakat di luar Samin terjalin

dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat Samin

memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat

sekalipun tempat tinggalnya jauh.

c.

Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, namun mereka tidak mengenal tingkatan

bahasa Jawa. Bagi masyarakat Samin menghormati orang lain tidak dari bahasa yang

digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan

d.

Pernikahan

Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu

merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan “Atmaja

Tama” (anak yang mulia).

Dalam ajaran Samin, dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan

mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian: “ Sejak Nabi Adam pekerjaan

saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama…… Saya berjanji setia

kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.”

Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang menikahkan hanya

orang tua pengantin.


47/49




e.

Sikap Tehadap Lingkungan

Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan

alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Hal ini

sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa

adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada

mereka. Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya. Dalam

pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja

yaitu penghujan dan kemarau. Masyarakat Samin menyadari isi dan kekayaan alam habis

atau tidak tergantung pada pemakainya.

f.

Upacara dan Tradisi

Upacara adat rutin diadakan pada malam selasa kliwon dan malam satu suro. Selain itu

dilakukan pula tradisi selamatan seperti orang Jawa pada umumnya yang berkaitan dengandaur hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian. Mereka

melakukan tradisi tersebut secara sederhana.

g.

Kesenian

Masyarakat Samin tidak memiliki kesenian khas, namun mereka suka mengundang

kesenian dari luar wilayah klopoduwur seperti tari tayub dan wayang krucil yang merupakan

kesenian khas Blora.

h.

Kerajinan

Ada dua kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat Samin yaitu batik dan tiker pandan.

Batik merupakan kerajinan baru yang disosialisasikan oleh pemerintah. Sedangkan tikar

pandan merupakan kerajinan lama. Dulu masyarakat Samin membuat sendiri barang-barang

mereka. Sekarang mereka sudah membeli barang jadi. Walaupun begitu masih ada pembuat

tikar pandan di Desa Karangpace meski hanya seorang.


48/49




C.3 Artefak Komunitas Samin

a.

Pakaian

Pakaian adat orang Samin berupa baju lengan panjang tanpa kerah, berwarna hitam. Laki-

laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain

sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki. Pakaian ini hanya digunakan saat

upacara adat dan acara-acara penting lain bukan untuk sehari-hari.

b.

Pola Pemukiman

Pemukiman masyarakat Samin mengelompok dalam cluster perumahan untuk

memudahkan komunikasi.

Gambar 3. Komunitas Samin

Sumber : https://istijabsangel.files.wordpress.com

Gambar 3. Pola Pemukiman Samin

Sumber : googlemaps.com


49/49


c.

Rumah Adat

Rumah Adat Samin berbentuk bekok lulang yang dalam tipologi rumah Jawa disebut

dengan rumah kampung. Rumah tersebut terbuat dari kayu terutama kayu jati dan juga

bambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah relatif luas. Penataan

ruang sangat sederhana dan masih tradisional, tidak ada aturan tertentu dalam peruangan.

Ruangan terdiri dari ruang tamu yang cukup luas, kamar tidur, dan dapur. Kamar mandi dan

sumur terletak agak jauh dan biasanya digunakan oleh beberapa keluarga. Kandang ternak

berada di luar, di samping rumah. Rumah-rumah ini juga tidak menggunakan pagar untuk lebih

mempererat hubungan antar warga.

Rumah Adat Bekok Lulang

Sumber : be

bab i cultural center fix

Documents