bab i
DESCRIPTION
Kebutuhan Keluarga PasienTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sehat adalah suatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik jiwa,
raga (fisik dan mental), dan sosial lainnya serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan saja (WHO, 2005). Kesehatan yang baik adalah
suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi apabila seorang
individu terpapar oleh kondisi ketidakseimbangan di dalam tubuhnya baik
fisik, emosional, intelektual, maka orang tersebut masuk kedalam kondisi
sakit.
Sakit merupakan sebuah proses di mana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Jika gejala tetap ada
walaupun seseorang telah melakukan pengobatan sendiri di rumah, dan
gejala menjadi berat, atau memerlukan perawatan darurat, maka seseorang
akan termotivasi untuk mencari pelayanan kesehatan yang professional dan
membuat mereka harus bersedia untuk menerima perawatan di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan pemberi pelayanan jasa untuk meningkatkan derajat
kesehatan baik bersifat preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif.
2
Rumah sakit dalam perannya meningkatkan kesehatan masyarakat
dalam tahap kuratif memiliki rawat inap, klinik, laboratorium, fisioterapi,
radiologi, fisiologi klinis, UGD, dan ICU. Intensive Care Unit (ICU)
merupakan unit perawatan khusus di rumah sakit yang dilengkapi peralatan
khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit gawat yang perlu
penanganan dengan segera dan pemantauan intensif (Gulli et al, 2001).
Pasien di ruang perawatan intensif umumnya adalah pasien sakit berat
atau dengan kondisi medis tidak stabil yang memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Hal ini dipersepsikan oleh tim pelayanan kesehatan
bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan,
ketergantungan terhadap alat-alat medis, ketergantungan terhadap jasa
pelayanan medis, dan terjadi perubahan fisik secara tiba-tiba. Sehingga
pasien ini harus dirawat di ICU yang artinya harus dimonitor secara terus-
menerus oleh perawat atau tim kesehatan lainnya, karena pentingnya
memonitor kondisi pasien maka pasien tidak dirawat oleh keluarga dan
pihak keluarga tidak boleh berada di dalam ruang ICU selama 24 jam untuk
menemani pasien.
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004)
merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota
keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di
dalam sebuah keluarga. Keberhasilan perawatan di rumah sakit akan
menjadi sia-sia apabila tidak didukung oleh peran serta dukungan keluarga
(Taylor, 1995 dalam Ambari, 2010).
3
Menurut Friedman (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical
care patient) dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi
(high levels of emotional distress). Klien dan keluarganya harus menghadapi
berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang
dilaksanakan. Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan
hubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama
yang diharapkan dan diperlukan oleh keluarga pasien (high priority needs
for these family).
Menurut Azizahkh (2010) terdapat data peningkatan kejadian stress
(elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera
setelah pasien berada di ICU (just after the patients admission to the ICU).
Disamping itu perawatan pasien di ruang ICU menimbulkan stress karena
lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat merupakan bagian yang asing,
bahasa medis yang sulit untuk dipahami, dan terpisahnya anggota keluarga
dengan pasien. Karena kondisi stress yang dialami keluarga pasien inilah
yang membuat mereka menginginkan untuk menerima semua informasi
dengan jelas, dimengerti, dan mendapatkan informasi yang jujur tentang
kondisi pasien sebenarnya.
Penting bagi perawat untuk memperhatikan kebutuhan keluarga pasien
di ICU yang menurut CCFNI (Critical Care Family Need Inventory oleh
4
Motter & Leske, 1996) ada lima hal yaitu kebutuhan akan informasi,
dukungan mental, rasa nyaman, kedekatan dengan pasien, dan kebutuhan
terhadap jaminan pelayanan.
Kebutuhan akan informasi meliputi informasi tentang diagnosis,
rencana pengobatan, prognosis, perubahan tanda-tanda vital, dan tingkat
kenyamanan pasien. Kebutuhan dukungan mental berupa kesempatan untuk
berkonsultasi tentang kondisi pasien setiap hari dengan dokter atau perawat
yang merawat. Kebutuhan akan rasa nyaman berupa kenyamanan dengan
fasilitas yang ada di ruang tunggu dan sikap perawat yang tanggap akan
kebutuhan pasien. Kebutuhan kedekatan dengan pasien berupa keluarga
dapat menjenguk pasien secara teratur. Kebutuhan terhadap jaminan
pelayanan adalah adanya kepastian penilaian yang realistis tentang situasi
yang dialami pasien saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Rouf Fuadi
(2008) terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan (variabel
Profesionalism and skill, variabel accesibility and flexibility, variabel
reputation and credibility) terhadap kepuasan keluarga pasien di Rumah
Sakit Daerah Ngudi Waluyo Wlingi di Blitar; Christine Handayani Siburian
(2012) menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan harga
diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi; Prinda Kartika
Mayang Ambari (2010) bahwa ada hubungan antara antara dukungan
keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien Skizofrenia pasca
perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
5
Apabila kebutuhan keluarga pasien terpenuhi maka kecemasan
menjadi menurun yang akan membuat keluarga pasien merasa nyaman dan
percaya terhadap pelayanan di ICU. Pelayanan terbaik yang diberikan pihak
rumah sakit kepada pasien dan keluarga akan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut. Menurut Donabedian (1980,
dalam Wijoyo 1997) bahwa kualitas mutu pelayanan adalah suatu pelayanan
yang diharapkan dapat meningkatkan atau memaksimalkan kesejahteraan
pelanggan atau pasien dan keluarganya. Kotler dalam Tjiptono (2005)
menjelaskan kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan antara kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Hasil wawancara terhadap keluarga pasien di ICU Rumah Sakit Doris
Sylvanus serta hasil observasi peneliti secara langsung, fenomena yang
terjadi adalah kurangnya informasi dan penjelasan kepada keluarga tentang
sarana dan fasilitas yang diberikan kepada pasien, informasi tentang
peraturan di ICU tidak dijelaskan kepada semua anggota keluarga yang
datang menjenguk pasien, respon perawat yang lambat terhadap permintaan
keluarga seperti mengosongkan urine bag pasien, perawat yang kurang
ramah dalam menjawab pertanyaan dari keluarga, lingkungan ICU yang
kurang memadai untuk pasien seperti ruang ICU yang panas, dan ruang
tunggu keluarga yang kurang memadai seperti tidak adanya TV, kamar
mandi dan WC yang rusak, telepon yang rusak, dan lantai yang jarang
diberihkan cleaning service. Jadi, kebutuhan keluarga pasien tersebut sebisa
6
mungkin harus dapat dipenuhi oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya
agar kelak tercipta hubungan yang saling mendukung untuk kesembuhan
dan pemulihan kesehatan pasien dapat dilakukan bersama-sama dan
keluarga pasien pun akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan pihak
rumah sakit.
Berdasarkan data dan uraian tersebut diatas peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebutuhan Keluarga
Pasien dengan Kepuasan Pelayanan Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)
Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan
kebutuhan keluarga pasien dengan kepuasan pelayanan perawatan di
Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya“.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan kebutuhan keluarga pasien dengan kepuasan
pelayanan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Doris
Sylvanus Palangka Raya.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien di ruang Intensive Care
Unit (ICU) Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya.
7
2) Mengidentifikasi kepuasan keluarga pasien terhadap pelayanan
perawatan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Doris Sylvanus
Palangka Raya.
3) Mengidentifikasikan hubungan kebutuhan keluarga pasien dengan
kepuasan pelayanan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah
Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori mengenai kebutuhan
Psikososial keluarga dengan pasien kritis di ruang kritis atau ICU.
2. Manfaat Praktis
1) Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengalaman awal dan kemampuan
mengaplikasikan teori di bidang riset keperawatan dalam melakukan
penelitian di bidang keperawatan mengenai hubungan pemenuhan
kebutuhan keluarga pasien dengan tingkat kepuasan di Intensive
Care Unit (ICU).
2) Pihak Institusi STIKes Santo Borromeus Padalarang
Hasil yang didapat dalam penelitian merupakan dasar literature
dalam hal informasi dan data tambahan untuk pengembangan bagi
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
8
3) Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihak rumah sakit
tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di
ruang ICU.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah mengenai hubungan kebutuhan keluarga pasien
dengan kepuasan pelayanan perawatan. Dilakukan di ICU Rumah Sakit
Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Juni tahun 2013. Sampel dalam
penelitian ini adalah keluarga pasien. Berdasarkan fenomena yang dirasakan
keluarga pasien adalah kurangnya informasi dan penjelasan tentang sarana
dan fasilitas yang diberikan kepada pasien, informasi tentang peraturan tidak
dijelaskan kepada semua anggota keluarga, respon perawat yang lambat
terhadap permintaan keluarga seperti mengosongkan urine bag pasien,
perawat yang kurang ramah dalam menjawab pertanyaan, lingkungan ICU
yang kurang memadai untuk pasien seperti ruangan yang panas, dan ruang
tunggu yang kurang memadai seperti tidak adanya TV, kamar mandi dan
WC yang rusak, telepon yang rusak, dan lantai yang jarang dibersihkan
cleaning service. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan bentuk
checklist. Penelitian ini menggunakan metode korelasional kuantitatif dan
desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan
data dalam penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan
Chi-square.