bab i

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat lima juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dengan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia. Angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Laporan WHO (2003) dikemukakan bahwa 31% kematian neonatus disebabkan oleh bayi kurang bulan (prematur) dan berat lahir rendah (BBLR), 27% oleh asfiksia, 35% penyakit infeksi di antaranya sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare serta 7% sebab lain. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI 2012), angka kematian bayi di Indonesia saat ini sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup, dimana 19 per 1000 terjadi pada masa neonatal. Dapat juga dikatakan bahwa sekitar lebih dari 80000 bayi baru lahir 1

Upload: zikra-alfa-sani

Post on 10-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

POA ASI

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat lima juta

kematian neonatus setiap tahun dengan angka kematian neonatus (kematian dalam

28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dengan 98%

kematian tersebut berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.

Laporan WHO (2003) dikemukakan bahwa 31% kematian neonatus disebabkan

oleh bayi kurang bulan (prematur) dan berat lahir rendah (BBLR), 27% oleh

asfiksia, 35% penyakit infeksi di antaranya sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare

serta 7% sebab lain. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

2012 (SDKI 2012), angka kematian bayi di Indonesia saat ini sebanyak 32 per

1000 kelahiran hidup, dimana 19 per 1000 terjadi pada masa neonatal. Dapat juga

dikatakan bahwa sekitar lebih dari 80000 bayi baru lahir meninggal dunia saat

berusia kurang dari sebulan (SDKI, 2012).

Singh et al dalam penelitiannya tahun 2010 menyebutkan bahwa bayi

berat lahir rendah (BBLR) merupakan faktor penting dalam morbiditas dan

mortalitas perinatal di negara berkembang. BBLR berisiko kematian 35 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal (Pantiawati, 2010).

Prevalensi BBLR di Indonesia tahun 2009 sebesar 25.0 % (SPSG, 2009). Hasil

penelitian riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan angka

kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11.50 % dari lima juta bayi lahir setiap

tahunnya, sedangkan di Sumatera Barat kejadian BBLR sebanyak 1.61%.

1

Page 2: BAB I

Berdasarkan data dari Puskesmas Ambacang Kuranji pada Triwulan I-III tahun

2014, jumlah kematian neonatus sebanyak 11 orang. Penyebab terbanyak adalah

BBLR yaitu 8 orang, dimana bayi prematur sebanyak 7 orang dan 1 orang cukup

bulan. Penyebab lainnya adalah aspirasi ASI sebanyak 1 orang, 1 orang

anensefalus, dan 1 orang tidak diketahui penyebabnya.

Salah satu tujuan Millenium Development Goal (MDGs) 2015 di bidang

kesehatan adalah menurunkan angka kematian anak. Sesuai deklarasi dan rencana

kerja United Nations General Assembly Special Session on Children pada 2002,

menurunkan insiden bayi berat lahir rendah (BBLR) hingga sepertiganya

merupakan salah satu tujuan utama “A World Fit for Children” (Kaban, 2014).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi

baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan

Ibu dan Anak (Buku KIA) terutama di puskesmas, Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), penyediaan fasilitas kesehatan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas, perawatan

dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah

sakit serta adanya Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) tahun 2011 yang sudah

digantikan dengan BPJS tahun 2014. Semua upaya tersebut bertujuan agar ibu dan

anak mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan ahli dan bayi lahir

sampai dengan neonatus di fasilitas kesehatan yang memadai (Depkes RI, 2014).

WHO menyarankan untuk dilakukannya kunjungan rumah langsung oleh tenaga

ahli yang dilakukan segera setelah bayi lahir dan selama satu minggu awal

2

Page 3: BAB I

kelahiran. Hal ini terutama sangat dianjurkan untuk dilakukan di negara-negara

berkembang (WHO, 2012).

Puskesmas, dengan tujuh program wajibnya, merupakan ujung tombak

dalam pelayanan kesehatan terutama pada era BPJS ini. Berdasarkan laporan

pencapaian program tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2013, pada

program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Ibu terdapat gap antara target dengan

pencapaian yaitu cakupan Kunjungan Ibu Hamil Lengkap (K4) -1,38%, cakupan

kunjungan ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas dengan komplikasi yang

ditangani -22%, dan cakupan kunjungan ibu nifas lengkap (KF 3) -8,03%.

Sedangkan pada program KIA Anak juga terdapat gap yaitu cakupan kunjungan

bayi -3,9% dan cakupan kunjungan neonatal resiko tinggi yang ditangani -28,7%.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada Plan of Action ini, yaitu :

1. Apa saja penyebab kematian neonatus di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Kuranji selama triwulan I-III tahun 2014.

2. Bagaimana penanggulangan masalah tersebut yang memungkinkan dapat

dilakukan oleh Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu mengidentifikasi masalah dan solusi pemecahan masalah

tingginya jumlah kematian neonatus di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Kuranji.

3

Page 4: BAB I

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifiksasi masalah tingginya jumlah kematian neonatus di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.

2. Mencari alternatif solusi cara pemecahan, pencegahan, dan upaya penurunan

jumlah kematian neonatus di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Ambacang Kuranji dalam

pelaksanaan program-program kesehatan yang akan datang.

1.4.2. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengidentifikasi masalah kesehatan,

menentukan prioritas masalah, serta mencari solusi dan pencegahan yang tepat di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4.3. Masyarakat

Sebagai motivasi agar masyarakat berpatisipasi dalam setiap pelaksanaan

program puskesmas demi meningkatnya status kesehatan masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan Plan of Action ini berupa tinjauan kepustakaaan yang

merujuk pada berbagai literatur, serta laporan tahun 2013, laporan triwulan I-III

tahun 2014, serta diskusi dengan beberapa penanggung jawab program Puskesmas

Ambacang Kuranji.

4