bab i
DESCRIPTION
xxxTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan program KB di Indonesia telah diterima dan diakui oleh
masyarakat luas, termasuk dunia internasional. Pada awalnya,program KB adalah
hanya untuk mengatur jumlah kelahiran, namun dalam perkembangannya, pasca
ditandatanganinya InternationalConference on Population and Development
(ICPD) di Cairo Tahun 1994, telah terjadi pergeseran paradigma yang cukup
signifikan dalam pelaksanaan program KB yaitu dari pendekatan demografis
menjadi mengedepankan aspek hak-hak asasi manusia. Disamping itu pula,
Indonesia merupakan salah satu dari beberapa Negara berkembang yang
menyepakati tujuan-tujuan pembangunan global dalam Millennium Development
Goals (MDGs) untuk membuka akses kesehatan reproduksi secara universal
kepada seluruh individu yang membutuhkan.Asumsinya ialah bahwa keluarga
kecil akan dapat hidup sejahtera dan bahagia, sehingga pengaturan kelahiran
menggunakan kontrasepsi menjadi pokok intervensi dalam program KB nasional.
Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-
2014 diarahkan kepada pengendalian kualitas penduduk melalui tiga prioritas
utama: (1) Revitalisasi Program KB; (2) Penyerasian kebijakan pengendalian
penduduk; dan (3) Peningkatan ketersediaan dan kualitas data serta informasi
kependudukan yang memadai, akurat dan tepat waktu.
Selain itu yang menjadi isu strategis dalam pelayanan KB di Indonesia
diantaranya adalah karena Jumlah penduduk masih tinggi, ditandai Hasil Sensus
Penduduk (SP) tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sekitar
1
237,6 juta jiwa, melebihi 3,4 juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Di
Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup
(SDKI, 2007). Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih berada pada posisi
tertinggi di Asia untuk angka kematian ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari
target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000
kelahiran hidup. Secara nasional angka Total Fertility Rate (TFR) tahun 2002/03
sebesar 2,4 dan tahun 2007 sebesar 2,3 atau menurun 0,1 tetapi berdasarkan hasil
SDKI juga terlihat adanya peningkatan TFR pada kelompok status sosial ekonomi
menengah ke atas yaitu pada golongan menengah dari 2,7 (SDKI 2002/03)
menjadi 2,8 (SDKI 2007) dan pada golongan teratas dari 2,2 (SDKI 2002/03)
menjadi 2,7 (SDKI 2007). Cakupan pelayanan KB (Contraceptive Prevalence
Rate, CPR) meningkat sebesar 1,1 persen yang dicapai dalam waktu 5 tahun
(2002/03-2007). Masih tingginya unmet need Saat ini diperkirakan masih ada
sekitar tiga setengah juta PUS di Indonesia yang ingin menunda, menjarangkan
dan membatasi kelahiran untuk masa dua tahun berikutnya, namun tidak
menggunakan metode kontrasepsi apapun. Hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa
unmet need mencapai 9,1 persen dari jumlah PUS. Kemudian kesertaan MKJP
yang masih rendah, berdasarkan SDKI, peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) menurun dari 14,6 persen (2002/03) menjadi 10,9 persen (2007).
Oleh karena itu dalam upaya Mewujudkan keluarga kecil dalam mencapai
penduduk tumbuh seimbang 2015, peningkatan KIA dan KB menjadi salah satu
prioritas nasional di bidang kesehatan.
Di Puskesmas sendiri Pelayanan KIA dan KB merupakan salah satu dari
upaya kesehatan wajib dari Puskesmas. Berdasarkan data yang ada di Puskesmas
Kenten pada tahun 2012 jumlah PUS yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Kenten adalah sebanyak 5.505 penduduk. Jumlah peserta KB aktif sampai bulan
agustus 2012 adalah sebanyak 86%.
Program yang tersedia di puskesmas Kenten ini termasuk lengkap, mulai
dari pil KB,suntik, IUD, implant, dan kondom. Untuk kontrasepsi mantap seperti
MOP/MOW puskemas Kenten menggunakan sistem rujukan ke Rumah Sakit Siti
2
Khodijah ataupun Muhammadiyah. Pada makalah ini akan diuraikan lebih dalam
mengenai kondisi pelayanan kesehatan KB di Puskesmas Kenten.
1.2 Pertanyaan Kritis
Dapat dirumuskan beberapa pertanyaan kritis yang terkait dengan kondisi
yankes KB di Puskesmas Kenten :
1.2.1 Bagaimana input (masukan) dalam pelaksanaan yankes KB di
Puskesmas Kenten ?
1.2.2 Bagaimana proses penyelenggaraan yankes KB di Puskesmas
Kenten ?
1.2.3 Bagaimana output (keluaran) dalam pencapaian program yankes
KB di Puskesmas Kenten?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui kondisi input pelayanan yankes KB di Puskesmas
Kenten.
1.3.2 Mengetahui kondisi proses pelayanan yankes KB di Puskesmas
Kenten.
1.3.3 Mengetahui kondisi output pelayanan yankes KB di Puskesmas
Kenten.
3
BAB II
ANALISIS INPUT
2.1 Analisis Man (Ketenagaan)
Petunjuk Indikator Pelayanan KB tahun 2009 di tingkat Puskesmas terdiri
dari :
1. Dokter umum terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB
2. Bidan dan perawat terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB
3. Bidan di desa yang terlatih standardisasi KB bertugas di Pilindes/Poskesdes.
Di Puskesmas Kenten Program yankes Kb di ketuai oleh Kepala Puskesmas
dan penyelenggara program merupakan bidan yang bertugas di KIA dan KB
terdiri dari koordinator penyelenggara program KIA dan KB serta petugas di
bidang KIA dan KB. Kepala Puskesmas yang berperan sebagai ketua berperan
sebagai pemeriksa terhadap hasil pekerjaan pengelola program yankes KB
tersebut. Pada dasarnya, pekerjaan pengelola program hanyalah menuangkan
kembali apa yang telah disepakati dalam lokakarya mini ke dalam suatu POA
(Plan of Action) yang kemudian diajukan kepada Dinas Kesehatan.
Ditinjau dari aspek kuantitas jumlah bidan yang terlibat dalam
penyelengaraan program KB sebanyak 4 orang yang terdiri dari ketua program
KB 1 orang dan yang lain merupakan petugas KIA dan KB juga turut terlibat
dalam program yankes KB.
Ditinjau dari aspek kualifikasi pengelola program serta koordinator
program KB merupakan bidan yang sudah memiliki standar kompetensi yang
telah ditetapkan serta menguasai baik teori maupun praktek dari teknik dan
prosedur dalam program pelayanan KB, serta telah memiliki pengalaman selama
puluhan tahun dalam mengelola program KIA dan KB. Oleh karena itu
kompetensi untuk para bidan di Puskesmas Kenten ini dalam penyelanggaraan
program tidak diragukan lagi, selain itu mereka juga mendapatkan pelatihan dari
Dinas Kesehatan Kota Palembang. Akan tetapi belum seluruh petugas pelayanan
4
Kb mendapatkan pelatihan mengenai metode kontrasepsi jangka panjang dari
dinas kesehatan hanya baru 2 petugas yang pernah mendapat pelatihan, sedangkan
yang lain belum mendapatkan pelatihan mengenai MKJP.
Dari kedua aspek tersebut, diketahui bahwa faktor ketenagaan (man)
dalam mengelola program yankes KB di Puskesmas Kenten sudah cukup baik
hanya saja perlu diadakannya pelatihan-pelatihan terhadap petugas yankes KB
secara menyeluruh sehingga setiap petugas yankes KB mengetahui semua metode
kontrasepsi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2 Analisis Money (Pendanaan)
Semua penduduk di wilayah kerja puskesmas Kenten mendapatkan
pelayanan KB secara gratis dengan menggunakan jamkesmas atau
jamsoskes.
Dana berasal dari BKKBN dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan )
yang dikeluarkan dari APBN serta dana retribusi.
Tabel dibawah berikut memunjukkan kegiatan yang dilakukan dalam
yankes KB dengan sistem pembiayaaannya.
Tabel 1. Sistem pembiayaan yankes KB di Puskesmas Kenten
No Jenis Kegiatan Sistem Pembiayaan
1. Pelayanan KB BKKBN
2. Konseling KB BKKBN
3. Pelayanan Kespro BOK
4. Penyuluhan Kespro BOK
5. Kunjungan Rumah DO KB BOK
6. Pertemuan Pengelola KB di Dinas Kesehatan Retribusi
7. Transport pertemuan di dinas Retribusi
8. Transport Kader ke Posyandu BOK
Untuk proses pelayanan dan konseling KB semuanya berasal dari BKKBN
diberikan secara gratis mulai dari obat-obatan dan alat-alat kontrasepsi diberikan
5
secara lengkap sesuai dengan jumlah kebutuhan. Tetapi dari kegiatan yang lain
seperti untuk penyuluhan dan kunjungan rumah, pertemuan, transportasi ke
posyandu ataupun ke dinas kesehatan menggunakan dana BOK dan retribusi.
Proses pendanaan bermula dari penyusunan RUK dan RPK tahunan, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan POA bulanan. POA tersebut kemudian diajukan
ke Dinas Kesehatan untuk diverifikasi. Jika telah disetujui, dana dapat dicairkan
ketika pengelola program telah memberikan bukti pelaksanaan program.
Dari pemaparan di atas, pendanaan (money) untuk menyelenggarakan
program yankes KB tidak terdapat kendala berupa kesulitan dana dalam proses
pengelolaan yankes KB di Puskesmas Kenten.
2.3 Analisis Material
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan yankes KB
di Puskesmas Kenten meliputi inventaris Puskesmas, berupa :
- Ruangan KIA dan KB : 1 ruangan
- Lampu periksa : 1 buah
- IUD kit : 1 buah
- Implant Kit : 1 buah
- Obat-obatan suntik dan pil KB : Lengkap
- SOP : Lengkap
- Kartu peserta akseptor KB : Ada
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petugas Puskesmas,
inventaris Puskesmas terbilang cukup lengkap sehingga dapat menunjang
pelaksanaan program yankes KB dengan cukup baik. Namun, ada satu hal yang
dikeluhkan oleh petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kenten ini adalah
kurangnya sarana ruangan, bahwa ruangan untuk yankes KB masih digabung
dengan ruangan KIA, dan ukuran ruangan juga sangat sempit sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan baik kepada pasien maupun dari petugas yang
akan melakukan prosedur tindakan. Dalam pelaksanaannya, kekurangan tersebut
6
menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan yankes KB ddi puskesmas
Kenten.
2.4 Analisis Metode
Di puskesmas Kenten telah memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang telah baku pada masing-masing jenis tindakan KB yang
dilakukan secara lengkap. Petugas pelayanan kesehatan melakukan
tindakan dalam pelayanan sudah sesuai dengan SOP. Dari segi metode
dalam pelaksanaan yankes Kb tidak ada kendala.
7
BAB III
ANALISIS PROSES
3.1 Proses Perencanaan
Perencanaan program yankes KB di Puskesmas Kenten dimaksudkan agar
pelaksanaan program yankes KB ini dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Puskesmas Kenten memiliki jumlah PUS sebanyak 5.505 dari jumlah total
penduduk di wilayah kerjanya sebanyak 39.539. Jumlah akseptor KB aktif
sebanyak. Dari jumlah tersebut menjukkan masih banyak PUS yang belum
mengikuti pelayanan KB.Beberapa isu yang masih menjadi masalah di Puskesmas
Kenten Palembang adalah:
a. Masih rendahnya kesadaran PUS untuk ber-KB
b. Masih rendahnya tingkat pengetahuan mengenai KB
c. Rendahnya minat akseptor KB terhadap MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang)
d. Rendahnya akseptor KB pria
e. Rendahnya akseptor KB pasca persalinan
Prioritas masalah pada Puskesmas Kenten adalah : Banyak akseptor Kb
lebih banyak memilih metode KB jangka pendek diandingkan jangka
panjang
Tujuan program yankes KB di Puskesmas Kenten adalah:
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan KB yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas
kesehatan dalam rangka upaya Mewujudkan keluarga kecil dalam
mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015.
8
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
dalam ber-KB
b. Meningkatnya jumlah akseptor Kb aktif
c. Meningkatnya jumlah akseptor KB aktif yang memakai
MKJP
d. Meningkatkan jumlah akspetor KB baru
e. Meningkatnya cakupan pelayanan:
KB pada pria
Keluarga Berencana pasca persalinan.
f. Meningkatnya SDM pelayanan KB yang berkualitas
g. Meningkatnya sarana-prasarana yang menunjang yankes
KB
Target yang akan dicapai melalui program yankes KB ini antara lain:
Kinerja Program berupa Cakupan jumlah peserta KB aktif sebesar 72 %
Strategi atau kegiatan yang akan dilakukan:
1. Melaksanakan penyuluhan KB baik secara perorangan pada waktu pasien
melakukan kunjungan ke puskesmas Kenten dan melakukan penyuluhan
secara berkelompok yaitu yang di posyandu
2. Melakukan kunjungan rumah untuk ibu nifas untuk konseling KB nya.
3. Melakukan kunjungan untuk PUS dengan DO KB.
4. Melakukan kunjungan kepada PUS dengan 4 T.
5. Melakukan pelatihan MKJP bagi petugas pelayanan kesehatan KB.
6. Penyediaan sarana ruangan yang memadai untuk pelayanan kesehatan KB
Seluruh unsur tersebut dituangkan dalam suatu Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP). PTP berlaku untuk satu tahun ke depan dan menjadi pedoman
mengenai apa yang akan dilakukan Puskesmas dalam kurun waktu tersebut. Di
9
dalam PTP juga dibuat rincian biaya yang akan dikeluarkan dan sumber biaya
tersebut.
Tahap perencanaan yankes KB di Puskesmas Kenten dilakukan di awal tahun
melalui serangkaian pertemuan yang membahas salah satunya mengenai yankes
KB. Kegiatan tersebut menghasilkan PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas) yang
didalamnya terdapat RUK (Rencana Usulan Kegiatan) dan RPK (Rencana
Pelaksanaan Kegiatan). Setelah dibuat perencanaan, maka tahap berikuntya adalah
menyusun Plan of Action untuk dibahas dalam minilokakarya bulanan/tribulanan.
Pada tahap ini, tampak bahwa proses perencanaan yankes KB di
Puskesmas Kenten sudah berjalan dengan baik.
3.2 Proses Penggorganisasian
Pengorganisasian kegiatan yankes KB dimaksudkan
agar pelaksanaan manajemen kegiatan Yankes KB dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Pengorganisasian yankes KB di
tingkat puskesmas Kenten terdiri dari Pelindung, Koordinator program KIA
dan KB, Ketua yankes KB, serta Anggota. Struktur Tim Koordinasi yankes
KB Di tingkat puskesmas Kenten, terdiri dari:
a) Pelindung : kepala puskesmas Kenten ( Dr.Hj. Agustini)
b) Koordinator : ketua program KIA dan KB (Maroyah,AM.Keb)
c) Ketua yankes KB : Yulisa
d) Anggota :
Nurwilis
Kurniawati
3.3 Proses Pelaksanaan
Pada proses penggerakan pelaksanaan, Kepala Puskesmas Kenten dapat
melakukan monitoring dan supervisi terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
dilakukan oleh petugas puskesmas. Pada akhir/awal bulan berikutnya sebelum
10
mengajukan perencanaan untuk bulan berikutnya, Puskesmas melakukan
rekapitulasi pencatatan dan menyusun laporan serta melakukan evaluasi. Hasil
evaluasi kegiatan dibahas dalam minilokakarya Puskesmas untuk menilai
keberhasilan kegiatan, mengetahui berbagai permasalahan dan mencari solusi
serta menyusun kegiatan (POA) pada bulan berikutnya.
3.4 Proses Pengawasan (controlling)
Monitoring dan evaluasi :
A. Pengertian dan Perbedaan
1. Pengertian :
Monitoring adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang
memantau, mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan program, proyek dan
kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya agar efisien dan efektif.
Evaluasi adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang
secara sistematis mengumpulkan serta menganalisis data dan informasi untuk
menilai kelayakan, serta pencapaian sasaran dan tujuan program proyek dan
kegiatan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan.
B. Indikator monitoring dan evaluasi
11
Indikator merupakan alat ukur untuk menentukan keberhasilan atau
kemajuan suatu pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang telah dicapai. Dengan
kata lain ukuran untuk kinerja suatu program atau proyek.
C. Tujuan dan Manfaat Monitoring dan Evaluasi
1. Memperoleh informasi tentang masalah dan kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan yankes KB
2. Mengatasi masalah dan kendala sedini mungkin sehingga tidak sampai
meluas.
3. Memperbaiki tujuan dan pelaksanaan kegiatan yankes KB
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan yankes KB yang akan
datang.
5. Memperoleh informasi tentang praktik terbaik dari pengalaman yang
diperoleh.
6. Mengukur dan menilai kemajuan dan keberhasilan kegiatan yankes KB dan
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.
7. Memperoleh masukan untuk perencanaan ulang atau rancangan lebih
lanjut.
Monitoring perlu dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai kesesuaian antara rencana dan
pelaksanaan di lapangan, sedangkan evaluasi bertujuan
menilai pencapaian indikator keberhasilan.
Ruang lingkup monitoring meliputi :
a. Data sasaran, pencatatan, pelaporan dan penanganan
keluhan
12
b. Pelaksanaan yankes KB meliputi jumlah akseptor KB
aktif dan KB baru
c. Kualitas pelaksanaan pelayanan KB
d. Pelaksanaan verifikasi penggunaan dan
pertanggungjawaban dana
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala baik dalam rapat bulanan
puskesmas ataupun setiap triwulan. Kegiatannya dapat berupa pertemuan,
pengolahan dan analisis data. Dalam setiap pertemuannya dibahas keluhan
mengenai kendala atau kesulitan yang ditemui dari tim pengelola yankes KB di
puskesmas Kenten. Keluhan tersebut harus direspon secara cepat dan tepat.
13
BAB IV
ANALISIS OUTPUT
Keberhasilan program KB dapat dilihat dari beberapa indikator
Berdasarkan Target Pelayanan KB Kemenkes 2010-2014
1. Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
KB sesuai standar sebesar 100%
2. Persentase PUS yang menjadi peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate) sebesar 65%
3. Pencapaian cakupan peserta KB pasca persalinan sebesar 60%
1. Pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan
Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB sesuai
standar yang ditetapkan adalah 100%. Di Puskesmas Kenten fasilitas pelayanan
KB telah sesuai dengan standar, memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga
kesehatan sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP.
2. Pencapaian peserta KB Aktif
Pencapaian target nasional yang harus dicapai untuk jumlah peserta KB aktif
adalah sebesar 65%. Dari jumlah PUS sebanyak 5055, angka cakupan peserta KB
aktif sampai dengan bulan Agustus 2012 di puskesmas Kenten Tahun tercatat
sebanyak 4731 peserta dengan cakupan 1737 peserta memakai pil, 1780 peserta
memakai suntik, 334 peserta menggunakan IUD, 267 menggunakan implant, 443
14
peserta menggunakan kondom, perserta yang memakai MOW sebanyak 169 dan
MOP sebanyak 3 peserta.
Cakupan Peserta KB Aktif (Contraceptive Prevalance Rate/CPR):
Persentase peserta KB aktif terhadap total PUS, di suatu wilayah kerja
tertentu
Jumlah Peserta KB Aktif
Jumlah PUS
4731
5505
= 86 %
Jadi, capaian peserta KB aktif di puskesmas Kenten mencapai 86% dan sudah
melebihi dari target yang ditetapkan.
3. Pencapaian KB pasca persalinan
Pencapaian KB pasca persalinan yang harus dicapai sebesar 60%. Di Puskesmas
Kenten angka tersebut belum tercapai dari 741 jumlah ibu bersalin hanya 8 orang
yang memakai KB pasca persalinan.
Cakupan Ibu paska persalinan ber-KB
Persentase ibu paska persalinan ber-KB terhadap jumlah sasaran ibu
persalinan dalam 1 tahun :
Jumlah ibu paska persalinan ber-KB
15
X 100%
X 100%
X 100%
Jumlah sasaran ibu bersalin
(1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk)
8
1,05x 0,019x 39.539
= 1,01 %
Hasil yang dicapai masih jauh dari target yang ditargetkan yaitu >60%,
hal ini kemungkinan dikarenakan program utama yang diadakan oleh
puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinannya adalah Metode
kontrasepsi alamiah, yaitu metode amenore laktasi (MAL)
16
X 100%
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dilihat dari sisi input (masukan) di Puskesmas Kenten, beberapa unsur
masukan seperti man (ketenagaan), money (dana), material, dan method (metode),
memiliki kontribusi tersendiri bagi terlaksananya program KB. Namun, masih
dirasakan beberapa kekurangan, yaitu dari sisi man (ketenagaan) dan material.
Dari pembahasan pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa Puskesmas
Kenten masih kekurangan dalam hal kuantitas dan kualitas pada kedua sisi
tersebut.
Dilihat dari sisi proses terlaksananya program KB di Puskesmas Kenten,
masih terdapat kekurangan pada proses perencanaan program yang tidak sesuai
dengan permasalahan yang ada di Puskesmas kenten.
Dari sisi output (keluaran), dapat disimpulkan bahwa program KB belum
tercapai sesuai target di Puskesmas Kenten dari pencapaian KB pasca persalinan .
Hal ini tercermin dari jumlah peserta KB aktif 86% tetapi jumlah KB pasca
persalinan hanya 1%.
5.2 Saran
1. Diperlukannya program untuk meningkatkan jumlah peserta KB pasca
persalinan.
17
2. Untuk tenaga medis, diperlukannya pelatihan terkait pelayanan KB sehingga
diharapkan tenaga medis pemberi layanan KB sepenuhnya terlatih.
3. Untuk tenaga lini lapangan diperlukan refreshing berkala, pelatihan
pendataan (pencataan dan pelaporan) termasuk operasionalisasi computer.
4. Diperlukan pembaharuan metode promosi dan KIE yang lebih inovatif
dalam rangka meningkatkan pemahaman akseptor terhadap KB, alokon, efek
samping, dan cara mengatasi efek samping yang ditimbulkan untuk
meningkatkan angka kesertaan ber‐KB dan menurunkan tingkat putus pakai
alokon
5. Perlu disusun beberapa pedoman baku untuk meningkatkan efektifitas
pelayanan KB bagi masyarakat miskin, yaitu (1) pedoman kerja bagi SKPD
KB kabupaten/kota dalam mendistribusikan alokon sampai ke
klinik/puskesmas serta ketersediaan biaya operasional pendukungnya, (2)
pedoman baku pelayanan KB serta (3) pedoman baku pelaksanaan
monitoring dan evaluasi pelayanan KB.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.Muryanta Andang. Menggapai target MDGs dalam program KB
nasional.
2. Tim Penyusun PTP. Perencanaan Tingkat Puskesmas, Puskesmas Kenten
Tahun 2012
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Target pelayanan KB 2010-
2014.
4. Tim Penyusun. Profil Puskesmas Kenten 2012.
19