bab i

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting dan perlu perhatian serius, karena pada masa ini berlangsung proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan psikomotorik, dan perkembangan sosial (Depkes RI, 2000). Pertumbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dariwaktu ke waktu, seperti seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar atau perubahan tinggi badan dari pendek menjadi tinggi. Perkembangan diartikan sebagai bertambah matangnya fungsi tubuh, yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab, seperti seorang anak dari belum mampu bicara menjadi mampu bicara. Tumbuh kembang optimal dapat tercapai apabila ada interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan orang tua sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sejak dini (Soetjiningsih, 2003). Dalam pemantauan perkembangan anak ada empat aspek yang dapat dinilai, 1

Upload: jeane-inggrid

Post on 16-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting dan perlu perhatian serius, karena pada masa ini berlangsung proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan psikomotorik, dan perkembangan sosial (Depkes RI, 2000). Pertumbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dariwaktu ke waktu, seperti seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar atau perubahan tinggi badan dari pendek menjadi tinggi. Perkembangan diartikan sebagai bertambah matangnya fungsi tubuh, yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab, seperti seorang anak dari belum mampu bicara menjadi mampu bicara. Tumbuh kembang optimal dapat tercapai apabila ada interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan orang tua sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sejak dini (Soetjiningsih, 2003). Dalam pemantauan perkembangan anak ada empat aspek yang dapat dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa (Hartanto, 2011).Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.Kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak (Soetjiningsih, 2003).Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak dengan keterlambatanbicara (speech delay) cukup tinggi.Gangguan komunikasi dan gangguan kognitif merupakan bagian dari gangguan perkembangan anak, terjadi pada sekitar 8%.Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran dan celah pada palatum) angka kejadiannya 0,9 % pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1,94% pada anak usia 5 sampai dengan 14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hal ini diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4%sampai dengan 5% (Soetjiningsih, 2003). Berdasarkan data kunjungan pasien di ruang poli tumbuh kembang RSDr. Kariadi Semarang selama bulan Juni sampai November 2004dimana 100 dari 250 jumlah kunjungan melakukan pemeriksaan Denver Developmental Screening Test(DDST)dan dari 100 ditemukan gangguan bahasa sebanyak 75% kasus lain antara lain malnutrisi, retardasi mental dan ADHD (hiperaktif dan autisme).Hartanto (2011), menerangkan selama tahun 2007 di poliklinik tumbuh kembang anak RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan 22,9% dari 436 kunjungan baru datang dengan keluhan terlambat bicara, 13 (2,98%) di antaranya didapatkan gangguan perkembangan bahasa.Kemampuan bahasa anak harus ditingkatkan dengan menjaga hubungan sehat antara orang tua dengan anak.Hubungan yang sehat (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua), memfasilitasi perkembangan anak yang optimal sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya (Yusuf, 2004).Yulie (2010),gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5% sampai 8% dari anak-anak prasekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara 3% dan gagap 1%.Untuk menghindari hal ini, ayah dan ibu perlu saling mendukung memenuhistimulasi bayi.Berdasarkan hasil penelitian Subinarto (2004) menunjukkan bahwa anak - anak yang orang tuanya seringmengajaknya bicara saat mereka bayi ternyata memiliki tingkat IQ yang jauh lebih tinggi.Disamping itu, kosakata mereka juga jauh lebih kaya dibanding dengan anak - anak yang jarang sekali mendapatkan stimulasi verbal sewaktu mereka masih bayi.Di Indonesia masalah keterlambatan perkembangan masih sangat banyak padahal program peningkatan kualitas anak di Indonesia menjadi salah satu prioritas pemerintah.Sampai saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah anak Indonesia yang mengalami keterlambatan perkembangan. Anak Indonesia yang kurang dari dua tahun, 6,5% mengalami keterlambatan perkembangan bahasa (Alisjahbana, 2003). Apabila masalah tersebut tidak segera ditangani, maka anak tersebut akanmengalami ganggguan dalam berkomunikasi dengan keluarga, dan orang lain disekitar lingkungannya. Hal ini juga dapat menimbulkan terjadinya kekerasan fisik kepada temannya untuk mengungkapkan ketidak mampuan berbahasanya (Hidayatullah, 2004).

Anak yang mengalami kelainan bahasa pada prasekolah 40% hingga 60% akan mengalami kesulitan belajar dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran akademik.Sidiarto (2002) menyebutkan bahwa anak yang dirujuk dengankesulitan belajar spesifik, lebih dari 60% mempunyai keterlambatan bicara.Rice (2007) menyebutkan, apabila disfasia perkembangan tidak diatasi secara dini, 40% sampai dengan 75% anak akan mengalami kesulitan untuk membaca.Adanya hambatan dalam perkembangan bahasa akan membuat anak merasa tidak diterima oleh teman-temannya, tidak percaya diri dan tidak memiliki keberanian untuk berbuat. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dikemudian hari.

Menurut SKRT 1992 kematian bayi dan anak balita pada tahun 1992 adalah sekitar 30 % dari seluruh kematian. Dari 30 % kematian ini, 10% atau 1/3 nya terjadi pada neonatus, 7,5 % terjadi pada bayi usia 7 hari. Data tersebut memberikan gambaran bahwasannya golongan bayi dan anak anak benar benar rentan terhadap penyakit dan gizi kurang yang seringkali menyebabkan kematian.Asi dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas anak karena disamping nilai gizinya tinggi juga menganndung zat imunologis yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi,Menurut Departemen Kesehatan RI 1995, pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan bayi yang paling baik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada saat awal.Tetapi pemberiab asi yang benar antara lain pemberian asi ekslusif hanya ditemui pada 47 % populasi dan menyusui dini pada jam pertama ditemui hanya pada 8 % populasi saja. Fenomena inilah yang pada akhirnya mendorong pemerintah untuk menggalakkan program asi ekslusif. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain atau toddler (1-2,5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Perkembangan berarti bertambahnya kemampuan, struktur, dan fungsi yang lebih kompleks. Rentang perkembangan seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda mengingat perbedaan latar belakang setiap anak. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Proses perkembangan anak ditandai dengan perkembangan kognitif, konsep diri, pola koping, dan perilaku sosial (Hidayat, 2005). Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak dilihat dari berbagai aspek, antara lain misalnya pada aspek fisik (motorik). Perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan spinal cord. Salah satu perkembangan yang penting adalah 2 motorik kasar yaitu gerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Feiby, 2004). Perkembangan motorik memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu yang terkandung dalam jiwanya dengan sewajarnya. Perkembangan motorik anak yang baik aka makin memperkaya tingkah laku sehingga memungkinkan anak memperkaya perbendaharaan mainannya bahkan memungkinkan anak memindahkan aktivitas bermainnya, kreativitas belajar dan bekerja memungkinkan anak dapat melakukan perintah, memungkinkan anak melakukan kewajiban, tugas-tugas bahkan keinginan-keinginannya sendiri (Soejanto,2005). Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan oleh anak, semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus. Permasalahan yang sering terjadi pada anak TK adalah anak masih labil atau sulit menggerakkan bagian tubuh secara harmonis. Misalnya: berjalan, berlari, menangkap, melempar. Selain itu juga elum sempurnanya kordinasi dalam mengontrol motorik kasar, misalnya jika ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh temannya (Hayati, 2010). Jumlah siswa Taman Kanak-Kanak Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2014 sebanyak 55 siswa dengan siswa laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak 29 orang (TU Sentosa Bhakti, 2015). Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus dan1