bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh jangka panjang dari perkembangan dunia pertanian dan
industri dalam sistem petanian moderen, ternyata menghasilkan dampak
negatif yang besar terhadap ekosistim alam. Pencemaran oleh bahan-bahan
kimia beracun akibat tingginya intensitas pemakaian pupuk, pestisida dan
herbisida telah lama diketahui. Pertanian moderen juga telah mengurangi
keragaman spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem
monokultur secara besar-besaran. Hal ini bertentangan dengan konsep
pertanian berkelanjutan, yang selain memperhatikan pemenuhan kebutuhan
manusia yang selalu meningkat dan berubah, sekaligus mempertahankan
atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya
alam.
Sistem pertanian semakin tergantung pada input-input luar sebagai
berikut: kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan
pemanfaatan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Bersamaan dengan
meningkatnya kebutuhan akan produk pertanian, maka teknologi baru
untuk pengembangan varietas baru, semakin menantang. Namun
demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang,
bisa menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan
lingkungan, tetapi bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik
diantaranya dengan adanya ketergantungan pada impor peralatan, benih
serta input lainnya. (Sach, 1987 dalam Reijntjes, Haverkort, dan Bayer,
1999).
Untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan,
maka sangat dibutuhkan adanya suatu sistem pertanian yang efisien dan
berwawasan lingkungan, yang mampu memanfaatkan potensi sumberdaya
setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan.
MF51 1
1.2 Rumusan Masalah
Pengkajian kembali teknologi yang tidak hanya berorientasi kepada
penggunaan energi secara maksimal dan intensif akan tetapi juga berusaha
menerapkan pertanian berkelanjutan dengan input rendah atau low external
input and sustainable agriculture (LEISA). Jadi, bagaimana teknik
pertanian berkelanjutan dengan input rendah atau (LEISA) ?
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan permasahan teknik pertanian berkelanjutan
dengan input rendah, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas
pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas
dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.
MF51 2
BAB III
ISI
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber
daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan
yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi,
serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih
mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan
3.1 Ciri-ciri Pertanian Berkelanjutan
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-
CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang
berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang
berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
1. Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari
manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua
hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan
hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi
sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat
diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga
dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan
meminimalisasikan risiko.
3. Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi
dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang
memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk
MF51 3
berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di
masyarakat.
4. Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai
kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri,
kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas
budaya dan spiritual masyarakat.
5. Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya,
populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
3.2 Jenis Sistem Pertanian dalam Konsep Pertanian Berkelanjutan
Ada beberapa sistem pertanian yang termasuk dalam lingkup pertanian
berkelanjutan (sustaniable agriculture) yaitu:
1. Sistem pertanian berinput rendah (low input farming system)
Sistem ini bertolak dari fakta bahwa kerusakan lingkungan disebabkan
oleh banyaknya jumlah input yang digunakan petani. Juga karena
tingginya biaya produksi pertanian. Dengan sistem ini petani
menggunakan seminimal mungkin jumlah input (pupuk, pestisida, bahan
bakar, tenaga kerja, uang) sehingga biaya produksi pun dapat ditekan
sekecil mungkin. Demikian juga dengan efek negatif bahan-bahan input
tersebut ke lingkungan menjadi lebih kecil.
2. Sistem pertanian regenerative
Prinsip dalam sistem ini adalah memberikan kesempatan pada lahan untuk
meregenarasi (memperbaiki) dirinya sendiri setiap selesai panen.Cara yang
digunakan adalah dengan menambahkan pupuk kompos, pupuk kandang,
pupuk hijau ke tanah setiap selesai panen. Sistem ini mendukung sistem
pertanian low input (point 1 diatas). dengan penambahan pupuk organik
setelah panen, maka kesediaan hara tanah lebih banyak dan petani hanya
perlu memberikan input tambahan yang diperlukan saja.
MF51 4
3. Sistem Pertanian biodynamic
Sistem ini masih banyak diterapkan oleh petani-petani di Jerman.
Sepengalaman saya, sistem ini adalah sistem yang paling berat, paling
rumit, paling butuh banyak ilmu pengetahuan dan skill, namun sangat
ramah lingkungan dan produknya pun sangat sangat sehat. Tingkatannya
adalah paling tinggi diantar semua jenis pertanian ramah lingkungan
bahkan diatas sistem pertanian organik.
Prinsip dalam pertanian ini adalah memobilisasi mekanisme biologis
tanah. Petani bekerja sama dengan organisme tanah misalnya bakteri dan
cacing tanah yang bekerja memecah bahan organik menjadi unsur hara
yang berguna dan tersedia bagi tanaman.Sistem ini sama sekali tidak
menggunakan bahan kimia apapun.
4. Sistem pertanian organic.
Prinsip dalam sistem ini adalah mengharamkan penggunaan bahan kimia
apapun jenisnya mulai dari pemilihan benih sampai pasca panen. Di
Eropa, sistem pertanian organik adalah sistem yang paling cepat
pertumbuhannya dewasa ini karena sistem ini didukung oleh pemerintah
dan universitas-universitas utama Eropa. Demikian juga dengan rakyat
Eropa yang makin sadar kesehatan dan lingkungan.
Di Indonesia sendiri, dalam pengamatan saya sistem ini sangat lambat
pertumbuhannya. Sikap pemerintah yang menganaktirikan pertanian
adalah faktor utamanya selain kemampuan daya beli masyarakat yang
masih tergolong rendah. Namun faktanya sejumlah supermarket besar
mengimpor produk organik dari negara luar seperti australia, jepang, dll.
Ini menunjukkan bukti bahwa pasar organik Indonesia masih terbuka.
5. Sistem pertanian Konservasi
Prinsipnya adalah mengkonservasi sumberdaya yang telah tersedia di
lahan pertanian misalnya peningkatan sumber daya saluran air, sudut
kemiringan tanah, kontur, ketebalan topsoil agar senantiasa ditingkatkan
kualitasnya.
MF51 5
6. Hidroponic
Yaitu sistem pertanian yang memisahkan tanah dari tanaman. Sistem ini
mengontrol sepenuhnya pertumbuhan tanaman baik dari segi hara, suhu,
cahaya dll. Hidroponik bukan sistem pertanian yang alami, karenanya
sistem ini diharamkan dalam sistem pertanian organik. Keuntungan sistem
ini adalah penghematan dalam luas lahan dan penggunaan pestisida.
Namun dibutuhkan lebih banyak nutrient, tenaga kerja, energi dan biaya.
Sistem ini adalah penyumbang kerusakan lingkungan terbesar dibanding
sistem pertanian lainnya karena penggunaan energy untuk
menghangatkan/ mendinginkan ruangan.
7. Polikultur (polycultures)
Polikultur adalah lawan dari sistem pertanian monokultur. sistem ini
muncul karena akibat negatif penerapan monokultur misalnya meledaknya
hama dan penyakit hingga menyebakan kegagalan panen total. Dalam
sistem polikultur, petani mengusahakan banyak jenis dan varitas baik
tanaman maupun ternak.
3.3 Pendekatan Kegiatan Yang Menunjang Pertanian Berkelanjutan dengan
Input Rendah
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam
jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan
kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk
mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode
biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan biaya,
kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui :
a. Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk
mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti
MF51 6
Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva
hama tanaman.
b. Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi
sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman
utama.
c. Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk
menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan
terhadap fungsida sintetis.
d. Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan
hama setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok
yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat
menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula
untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal
peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat
memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk
kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi
atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang
baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat
meliputi:
a. Menciptakan jalur-jalur konservasi.
b. Menggunakan dam penahan erosi.
c. Melakukan penterasan.
d. Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting
dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah
dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah
MF51 7
berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk
anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk
menjaga kualitas air, antara lain;
a. Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah
bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah
(water table).
b. Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
c. Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
d. Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah
peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat
pada peternakan intensif.
5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir
musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa
manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian
erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian
dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman,
dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain
seperti pohonpohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan
kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan
populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang
dilakukan;
a. Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan
bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan
serangga dan insek.
b. Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan
pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari
kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
MF51 8
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi
tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan
sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman
kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi
biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk
organik yang bisa digunakan antara lain:
a. Pengomposan dan Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
b. Penggunaan kascing
c. Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen,
dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau
dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif
untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan
memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa
keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem
agroforestri ini antara lain:
a. Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman
musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
b. Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering
terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
c. Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri
memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang
secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk
seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena
energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-
lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang
jatuh bebas.
3.4 Sistem LEISA
LEISA menurut Reijntjes et al. (1999) dan Plucknert dan
Winkelmann (1995) tidak bertujuan untuk mencapai produksi maksimal
dalam jangka pendek, melainkan untuk mencapai tingkat produksi yang
MF51 9
stabil dan memadai dalam jangka panjang. Sistem ini mengacu pada ciri-
ciri:
1. Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen sistem usaha tani (tanaman,
hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan
memberikan efek sinergi yang besar,
2. Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan
untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan
meningkatkan sumber daya biologi, fisik dan manusia. Dalam
memanfaatkan input luar ditekankan pada maksimalisasi daur ulang dan
minimalisasi kerusakan lingkungan.
Prinsip-prinsip dasar ekologi pada LEISA berdasarkan Reijntjes et
al. (1999) dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman,
khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan
kehidupan dalam tanah
2. Mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan arus unsur hara,
khususnya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, dan
pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap
3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air
dengan pengelolaan iklim mikro, pengeloaan air dan pengendalian erosi
4. Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan
hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman
5. Saling melengkapi dan sinergis dalam penggunaan sumber daya genetik
yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan
tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.
MF51 10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)
dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses
produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin dikenal dengan pertanian berkelanjutan.
Ciri-ciri pertanian berkelanjutan yaitu mantap secara ekologis, dapat
berlanjut secara ekonomis, adil, manusiawi dan luwes. Dan sistem pertanian
yang termasuk dalam lingkup pertanian berkelanjutan yaitu: sistem pertanian
berinput rendah, sistem pertanian regenerative, sistem Pertanian biodynamic,
sistem pertanian organic, sistem pertanian Konservasi, hidroponic, dan
polikultur (polycultures)
Guna mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian
sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, maka pengelolaan sumberdaya
secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi mutlak dilakukan.
Teknik pertanian berkelanjutan dengan input rendah menggunakan
sistem LEISA yaitu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen sistem usaha tani.
4.2 Saran
Berbagai pendekatan tersebut di atas dilaksanakan secara terpadu,
dan untuk mendukung keberkelanjutannya, harus di dukung oleh inovasi
teknologi yang di rancang berdasarkan kesesuaian dengan kondisi wilayah
baik bio-fisik maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal.
MF51 11
DAFTAR PUSTAKA
http://sistempertanianberkelanjutan.blogspot.com/
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/publikasi
http://terangbulan.kampungdigital.com/
http://www.balittro.go.id/index.pustaka&child
http://www.naturalnusantara.co.id/indek
http://www.pembangunanpertanian.co.id/pemb.pdf
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/globalisasi-pertanian.pdf
http://www.tanindo.com/abdi11/hal3201.htm
http://www.webmaster.or.id/agr-sust.html
http://www.wordpress.com/falsafahilmupertanianberkelanjutan.rona-wajah.htm
Pusposutardjo, Suprodjo. 2001. Pembangunan Irigasi, Usaha Tani Berkelanjutan
dan Gerakan Hemat Air. Yogyakarta : Direktorat Jend. Pend. Tinggi
Departemen Pendidikan Nasioanal
Reijntjes, Coen; Bertus Haverkort; Ann Waters-bayers. 1999. Pertanian Masa
Depan. Yogyakarta : Kanisus
MF51 12