bab i

18
BAB I MONOGRAFI 1.1. Cera Alba (Malam putih) Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan Malam Kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis melifera Linne (Familia Apidae) dan memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95% Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalm etanol dingin, Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut sempurana dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Anonim, 1995) 1.2. Parafin Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan yang diperoleh dari minyak tanah Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak (Anonim, 1995) 1.3. Oleum Ricini ( Minyak Jarak ) 1

Upload: sharon-susanto

Post on 05-Dec-2014

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

MONOGRAFI

1.1. Cera Alba (Malam putih)

Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan Malam Kuning yang diperoleh dari

sarang lebah madu Apis melifera Linne (Familia Apidae) dan memenuhi syarat uji kekeruhan

penyabunan

Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau

khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95%

Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalm etanol dingin, Etanol mendidih

melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut

sempurana dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Anonim, 1995)

1.2.  Parafin

Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan yang diperoleh dari minyak tanah

Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau;

tidak berasa; agak berminyak

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter,

dalam minyak menguap dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam

etanol mutlak (Anonim, 1995)

1.3. Oleum Ricini ( Minyak Jarak )

Adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communis Linne (Familia Euphorbiaceae),

tidak mengandung bahan tambahan.

Pemerian : Cairan kental, transparan, kuning pucat, atau hampir tidak berwarna, bau lemah,

bebas dari bau asing dan tengik, rasa khas

Kelarutan; larut dalam etanol, dapat bercampur dengan etanol mutlak, dengan asm asetat glasial,

dengan kloroform, dan dengan eter (Anonim, 1995)

1.4.  Oleum Arachis

Minyak kacang adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan pemerasan biji

Arachis hypogea L yang telah dikupas.

Pemerian :

Bentuk : cairan

1

Page 2: BAB I

Warna : kuning pucat

Rasa : tawar

Bau : bau khas lemah.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter dan

dalam eter minyak tanah.

Bobot per ml : 0,911 g sampai 0,915 g

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terisi penuh.

Komponen utamanya dalah asam lemak, asam oleat (46,8% sebagai olein), asam linoleat

(33,4% sebagai linolein), dan asam palmitat (10,0% sebagai palmitin). Minyak juga berisi

beberapa asam stearat, asam arakidonat, asam behenat, asam lignoserat dan asam lemak lainnya.

1.5.  Adeps Lanae (Lemak Bulu Domba)

Lemak bulu domba adalh zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis

aries Linne (Familia Bovidae) yang dibersihkan dandihilangkan warna dan baunya. Mengandung

air tidak lebih dari 0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%.

Pemerian massa seperti lemak, lengket, warna kuning dan bau khas

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya; agak

sukar larut dlam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter dan dalam

kloroform (Anonim, 1995)

1.6. Vitamin E

Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul (tocopherol dan tocotrienol) yang

memiliki aktivitas vitamin E dalam nutrisi Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam

pelarut lemak seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut

dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dengan bantuan empedu hati, sebagai

pengelmulsi minyak saat melalui duodenum.

Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi.

Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu

100°C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila

terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap

1.7. Tomat

2

Page 3: BAB I

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak

termasuk)

Eudicots

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Genus: Solanum

Spesies: S. lycopersicum

Nama binomial

Solanum lycopersicum

L.

Sinonim

Lycopersicon lycopersicum

Lycopersicon esculentum

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari

keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru.

Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.

Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal

kelompok tomat

granola yang bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang

biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung),

gondol yang biasa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di

Indonesia adalah kultivar 'Gondol Hijau' dan 'Gondol Putih', dan keturunan dari

kultivar impor 'Roma') dan termasuk pula tomat buah,

sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam

masakan

ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah

yang panjang.

(Anonim, 2012).

3

Page 4: BAB I

Dari pemerian yang ada di atas terlihat bahwa tidak ada inkompatibilitas yang terjadi

yang memerlukan adanya perlakuan khusus dalam pembuatan sediaan kosmetik lipstik ini.

1.1 Latar belakang

Lipstik adalah bagian kosmetika yang digunakan untuk perias bibir. Preparat untuk perias

bibir ada dua, yaitu lipstik dan pomade bibir digunakan untuk mencegah bibir menjadi pecah-

pecah karena kering. Sedang lipstik digunakan sebagai make up bibir, supaya kelihatan lebih

menarik.

Setiap wanita dimanapun berada mempunyai kecenderungan serupa, yaitu ingin terlihat

cantik dan menyenangkan untuk dipandang, sehingga produk perawatan dan kosmetik

merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya. Kosmetik adalah baahan-bahan atau campuran bahan

untuk digosokan, dilekatkan, dipercikan, atau disemprotkan pada, dimasukkan, dituangkan pada

badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memeliharan, menambah daya

tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk golongan obat (depkes RI dalam Tranggono, 1992).

Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik baru

baik dalam negeri maupun merek global yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya, Produk

baru itu memiliki berbagai fungsi, selain sebagai pewarna bibir, juga sebagai

pelembab/perlindungan bibir bahkan sebagai perawatan untuk mengurangi kerutan pada bibir.

Lipstik dewasa ini dikemas dengan iklan dan kemasan yang sangat menarik disamping pilihan

warnanya yang semakin banyak.( Tranggono, 1992)

Lipstik digunakan untuk memberikan suatu warna yang atraktif dan menarik ada bibir,

menentukan titik baiknya dan menyamarkan /menyembunyikan yang buruknya. Bibir yang tipis

dibuat lebih lebar, dan bibir sensual yag lebar dibuat menjadi terlihat lebih tipis dengan

penggunaannya. Pada kenyataannya, jika digunakan dengan pandai hal ini dapat mengubah total

karakteristik wajah yang terlihat.

Kosmetik adalah bahan-bahan atau campuran bahan untuk digosokan, dilekatkan,

dipercikan, atau disemprotkan, dituangkan pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk

membersihkan, memeliharan, menambah daya tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk

golongan obat.

Lipstik termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas bagi wanita pada

zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantara wanita merasa kurang tampil

percaya diri di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan

4

Page 5: BAB I

munculnya produk lipstik baru baik dalam negeri maupun merek global yang terus mengikuti

kebutuhan konsumennya. Lipstik digunakan terutama oleh para wanita untuk menambah warna

pada wajah sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir lebih kecil

atau besar tergantung warna yang digunakan. Selain itu lipstik memiliki manfaat lain, selain

sebagai pewarna bibir, lipstik juga berfungsi sebagai pelembab/perlindungan bibir bahkan

sebagai perawatan untuk mengurangi kerutan pada bibir. Lipstik dewasa ini dikemas dengan

iklan dan kemasan yang sangat menarik disamping pilihan warnanya yang semakin banyak.

Beraneka lipstik ditawarkan,bermacam merek, jenis dan warna. Dan biasanya wanita

memilih terutama karena warnanya. Ternyata dibalik keindahan warna dan manfaat lipstik,

banyak juga produsen yang melakukan kecurangan dalam memproduksi lipstik. Untuk

manghasilkan produk yang murah, banyak diantaranya yang sengaja menambahkan kandungan

zat- zat kimia yang ternyata berbahaya pada tubuh.

Oleh karena itu dalam makalah ini, kami mengambil tema tentang lipstik. Dalam makalah

ini dibahas tentang proses pembuatan secara sederhana.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara membuat preformulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah tomat

sebagai pewarna

Bagaimana cara membuat formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah tomat

sebagai pewarna

Bagaimana cara evaluasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah tomat sebagai

pewarna

BAB II

5

Page 6: BAB I

ISI

2.1 Preformulasi

Pembuatan ekstrak tomat

1. Buah tomat dibuang mata dan bijinya kemudian di cuci hingga bersih

2. Daging buah dihancurkan misalnya di parut ata di hancurkan dengan alat penghancur

seperti blender

3. Sambil dihancurkan ditambahkan air dengan perbandingan 1:5

4. Setelah hancur kemudian disaring dengan kain saring

5. Kemudian dimasak pada suhu 85-900°C selama 20-25 menit

6. Dalam keadaan panas dimasukkan ke dalam botol-botol yang sudah disterilkan (dimasak

pada air mendidih selama 1-2 jam) dengan menyisakan ruangan sebanyak 1,5-2,0 cm dari

atas tutup botol

7. Panaskan dalam air mendidih botol-botol yang sudah terisi tadi selama 10-15 menit

kemudian tutup dengan segera dan biarkan dingin pada suhu ruang

2.2 Formulasi

R/ Cera alba 4 g

Parafin solid 1,75 g

Ol. Ricini 11,25 g

Ol. Arachis 3,75 g

Lanolin 0,25 g

Vit E 0,5 g

Ekstrak buah tomat 3 ml

Parfum alam q.s

Cera alba merupakan lilin yang berperan pada kekerasan lipstik. Parafin solid merupakan

basis lemak yang dapat juga berfungsi melindungi kulit dari kekeringan dan membuat warna

lebih lama menempel pada kulit. Oleum ricini merupakan minyak yang diambil dari biji jarak,

pada suhu ruang berbentuk cair dan stabil pada suhu rendah, bisa melembabkan bila menempel

pada bibir. Oleum arachid berfungsi basis minyak. Lanolin merupakan basis minyak yang

berfungsi sebagai bahan pelicin dan membuat tekstur lipstik lebih lunak serta dapat melindungi

6

Page 7: BAB I

kulit. Vitamin E digunakan sebagai pengawet lipstik. Ekstrak sebagai pewarna alami yang larut

minyak sehingga dapat bercampur dengan komposisi lain pada pembuatan lipstik ini. Ekstrak

Bunga Chamomillia Recutitia dipilih sebagai parfum alam untuk memberikan kesan segar pada

lipstik yang dihasilkan.

2.3 Perhitungan dan penimbangan

Cera alba = 4 + 4 x 10% = 4,4 g

Parafin solid = 1,75 + 1,75 x 10% = 1,925 g

Lanolin = 0,25 + 0,25 x 10% = 0,275 g

Ol. Ricini = 11,25 + 11,25 x 10% = 12,375 g

2.4. Cara pembuatan

Alat :

• Waterbath

• Mortir dan stamper

• Cetakan

• Cawan porselin

• Pengaduk

• Pipet

• Beker glass

Bahan :

• Cera alba

• Parafin solid

• Ol. Ricini

• Ol. Arachid

• Lanolin

• Ekstrak buah tomat

•Ekstrak Bunga Chamomillia Recutita

Cara kerja :

1. Oleum Ricini dipanaskan + Ekstrak buah tomat

2. Oleum arachid dilebur diatas penangas air, dicampur

3. Ditambah parfum berupa Ekstrak Bunga Chamomillia Recutita

4. Dimasukkan ke dalam cetakan, didinginkan

5.Dikeluarkan setelah dingin

2.5. Evaluasi sediaan kosmetik fisik, kimia, dan mikrobiologi

2.5.1 Evaluasi sediaan kosmetik fisik

1. Pengamatan organoleptis terhadap formula lipstik dilakukan selama 8 minggu.

Selama periode ini dilihat apakah lipstomato stabil atau dengan kata lain tidak

mengalami perubahan baik dari segi bentuk (konsistensi), warna dan bau.

7

Page 8: BAB I

2. Pemeriksaan homogenitas dan kestabilan zat warna dari formula lipstik dilakukan

dengan cara memotong lipstik secara membujur dan diamati selama 8 minggu

berturut-turut.

3. Selama pengamatan 8 minggu lipstik disimpan pada suhu kamar (25-27oC),

ternyata warna lipstik tidak berubah. Warna dari lipstik statis mulai dari minggu

pertama pengamatan hingga minggu terakhir. Hal ini berarti zat warna yang

digunakan stabil.Dilakukan uji kadar ekstrak tomat pada sediaan lipstomato.

4. Timbang lebih kurang 0,3 g lipstik masukkan dalam erlenmeyer dan dipanaskan

dalam oven pada Suhu 105°C selama 30 menit. Dinginkan dalam eksikator.

Timbang kembali lipstik tersebut.

Lipstik digunakan sebagai make-up harus memenuhi syarat :

1. Tidak boleh mengeluarkan air atau minyak (sweting)

2. Tidak boleh mudah pecah

3. Zat warnanya harus terbagi rata

4. Titik leburnya terletak antara 500°C sampai 600°C

5. Tidak boleh mengandung mikroba patogen

(Fajriyah, 2012)

2.5.2 Evaluasi sediaan kosmetik kimia

Dilakukan uji kadar zat warna dalam lipstomato setelah disimpan selama 8 minggu

dengan cara

2.5.3 Evaluasi sediaan kosmetik mikrobiologi

Uji yang pertama adalah melakukan uji bebas Staphylococcus aureus dengan

menggunakan uji koagulasi, dan uji bebas Pseudomonas auruginosa menggunakan

uji oksidasi dan pigmen. Uji kedua yang dilakukan adalah uji

bebas Salmonella dengan menggunakan singkelit dan uji bebas Escherichia

coli dengan menggunakan singkelit.

2.6. Kemasan Primer, Sekunder, Tersier dan Info dalam Kemasan

Kemasan primer dari sediaan kosmetik lipstik batang padat (roll up) adalah berupa

tabung. Tujuan pemilihan kemasan ini adalah untuk melindungi sediaan dari berbagai gangguan

seperti air, sinar matahari, panas, gangguan mekanik, dan sebagainya. Sedangkan untuk kemasan

8

Page 9: BAB I

sekunder dipilih box. Box merupakan kemasan yang cukup murah dan mudah namun memiliki

kemampuan melindungi sekunder yang cukup baik. Kemasan tersier berupa kardus.

Info dalam kemasan

1. Nama produk

2. Komposisi

3. Cara pemakaian, dioleskan pada bibir sesuai selera

4. Petunjuk penyimpanan simpan di tempat yang sejuk dan kering hindari cahaya

matahari langsung.

5. Barcode

9

Kemasan primer lipstomato

Page 10: BAB I

10

Page 11: BAB I

11

Kemasan sekunder lipstomato(tampak belakang)

Kemasan sekunder lipstomato (tampak depan)

Page 12: BAB I

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Lipstik adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir sehingga dapat

meningkatkan estetika dalam tata rias wajah & memberikan ekspresi wajah yang menarik

Lipstik terdiri dari suatu bahan dasar dan zat warna. Lipstik adalah pewarna bibir yang

dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin, dan lemak.

Lipstik biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak.

Zat warna alami yang digunakan dalam sediaan lipstik adalah dari ekstrak buah tomat.

Ekstrak Bunga Chamomillia Recutitia dipilih sebagai parfum alam untuk memberikan

kesan segar pada lipstik yang dihasilkan.

12

Page 13: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope indonesia edisi ke IV, Depkes RI, Jakarta.

Anonym, 2012, Tomat, http://wikipedia.org, Diakses tanggal 8 Desember 2012.

Fajriyah, 2012, Pembuatan Lipstik, http://punyafajriyah.wordpress.com, Diakses tanggal 8

Desember 2012

Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta

Wasitaatmaja, SM, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik medic, UI Press, Jakarta

13