bab 4 hasil dan analisa data
TRANSCRIPT
23 Universitas Kristen Petra
BAB 4
HASIL DAN ANALISA DATA
Pada penelitian ini, kalsium karbonat dan waste marble dust digunakan
sebagai material filler, semen - fly ash - silica fume digunakan sebagai binder, dan
pasir silika digunakan sebagai agregat halus. Terhadap material-material ini
dilakukan analisa awal terlebih dahulu untuk mengenali karakteristiknya sebelum
dipakai dalam campuran mortar. Setelah semua mix design dikerjakan, analisa
akhir dilakukan pada mortar tersebut. Analisa akhir berupa flowability/kelecakan,
density/berat jenis, dan kuat tekan mortar sehingga didapatkan kualitas dari mortar
tersebut.
4.1 Analisa Material
4.1.1. Fly Ash
Pada fly ash dilakukan pengetesan GS (Specific Gravity), pengujian PSA
(Particle size analysis) dan analisa XRF. Nilai GS fly ash diperoleh sebesar 2.83.
Hasil pengujian PSA fly ash ditunjukkan pada Gambar 4.1. Komposisi kimia fly
ash sesuai hasil pengujian XRF disajikan pada Tabel 4.1. Pengujian XRF dilakukan
sesuai ASTM D7348-11 dan D7348-13. Gambar fly ash yang dipakai pada
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Tabel 4.1 Kandungan Fly Ash Sesuai Hasil XRF
No. Komponen Kandungan (%) No. Komponen Kandungan (%)
1 SiO2 31.24 7 K2O 0.88
2 Al2O3 15.92 8 Na2O 2.85
3 Fe2O3 17.53 9 SO3 1.72
4 TiO2 0.65 10 MnO2 0.21
5 CaO 19.52 11 P2O5 0.26
6 MgO 8.41 12 L O I 0.26
24 Universitas Kristen Petra
Dari hasil pada Tabel 4.1 didapatkan hasil :
Kadar CaO yang terkandung dalam fly ash tidak dibawah 5% (fly ash tipe F) yaitu
sebesar 19.52%, sehingga dapat disimpulkan bahwa fly ash yang digunakan
termasuk dalam kategori fly ash tipe C.
Gambar 4.1 Hasil Test PSA Fly Ash Paiton
Dari Gambar 4.1 bisa dilihat bahwa material Fly Ash dari PLTU Paiton
memiliki partikel dengan 50% dari materialnya berada di bawah 10µm dan 10%
dari materialnya berukuran kurang dari 9.58 µm.
Gambar 4.2 Fly Ash Paiton
25 Universitas Kristen Petra
4.1.2. Pasir Silika
Pada pasir silika dilakukan pengujian gradasi dan pengujian GS. Untuk hasil
pengujian GS, pasir silika mempunyai nilai GS sebesar 2.68. Nilai FM (Fineness
Modulus) yang dihasilkan dari pengujian gradasi adalah sebesar 2.69. Grafik
gradasi pasir silika dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar pasir silika yang dipakai
pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.3 Analisa Ayakan Pasir Silika
Gambar 4.4 Pasir Silika
4.1.3. Semen
Semen yang dipakai dalam penelitian adalah Portland Pozzolan Cement dari
PT. Semen Gresik. Pembelian semen dilakukan 1 kali saja yang bertujuan untuk
mencegah perbedaan kandungan semen yang dipakai. Pengujian GS dan PSA
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
base 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36
% L
OLO
S
Ukuran ayakan (mm)
26 Universitas Kristen Petra
(Particle Size Analysis) dilakukan pada semen. Semen yang kami gunakan
memiliki nilai GS sebesar 2.82. Hasil pengujian PSA pada semen bisa dilihat pada
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan gambar semen yang dipakai dalam
penelitian ini.
Gambar 4.5 Hasil Test PSA Semen
Dari Gambar 4.5 ini bisa kita lihat bahwa material semen yang kami gunakan
memiliki kehalusan yang lebih kasar dibandingkan fly ash dari PLTU Paiton.
Semen yang kami gunakan 50% dari materialnya memiliki ukuran partikel lebih
kecil dari 25µm.
Gambar 4.6 Portland Pozzolan Cement
27 Universitas Kristen Petra
4.1.4. Silica Fume
Silica fume (SF) yang dipakai dalam penelitian adalah sika fume dari PT.
SIKA. Pengujian PSA (Particle Size Analysis) dilakukan dan hasil yang didapatkan
dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan gambar material
silica fume yang digunakan.
Gambar 4.7. Hasil Test PSA Silica Fume
Gambar 4.8 Silica Fume
28 Universitas Kristen Petra
Dari Gambar 4.5 ini bisa kita lihat bahwa material silica fume yang kami
gunakan memiliki kehalusan yang lebih kasar dibandingkan fly ash dari PLTU
Paiton. Semen yang kami gunakan 50% dari materialnya memiliki ukuran partikel
lebih kecil dari 208 µm.
4.1.5. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Kalsium Karbonat (CaCO3) yang dipakai dalam penelitian ini memiliki 3
jenis ukuran yaitu mesh 800, mesh 1200, dan mesh 2000. Kalsium karbonat ini
didapatkan dari PT. Masachemitra Surya Industry, Gresik. Pengujian PSA
(Particle Size Analysis) dilakukan dan Hasil PSA dapat dilihat pada Gambar 4.9
dan kalsium karbonat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.10.
(a)
29 Universitas Kristen Petra
(b)
(c)
Gambar 4.9 Hasil Test PSA Kalsium Karbonat
(a) mesh 800 (b) mesh 1200 (c) mesh 2000
30 Universitas Kristen Petra
Dari hasil PSA ini kita bisa lihat bahwa kalsium karbonat dengan mesh 2000
memiliki kehalusan paling halus dimana 50% dari ukuran butirannya berada di
bawah ukuran 19.79 µm, mesh 1200 dengan ukuran 37.75 µm di bawah 50%, dan
mesh 800 memiliki kehalusan butiran di bawah 50% berukuran 37.80 µm.
Gambar 4.10 Kalsium Karbonat
4.1.6. Waste Marble Dust (WMD)
Pada Waste Marble Dust dilakukan pengujian gradasi ayakan, PSA (Particle
Size Analysis) dan pengujian GS. Untuk hasil pengujian GS, WMD mempunyai
nilai GS sebesar 2.2. Nilai FM yang dihasilkan dari pengujian gradasi adalah
sebesar 1.46. Grafik analisa ayakan WMD dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan
hasil pengujian PSA untuk WMD bisa dilihat pada Gambar 4.12. Gambar 4.13
menunjukkan WMD yang digunakan.
Gambar 4.11 Analisa Ayakan WMD
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Base 0.075 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36
% L
OLO
S
Ukuran ayakan (mm)
31 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.12 Hasil Test PSA WMD
Dari hasil PSA ini kita bisa lihat bahwa hasil tes PSA WMD ini kita dapatkan
bahwa 50% ukuran butiran dari WMD ini lebih halus dari 39.06 µm.
Gambar 4.13 Waste Marble Dust
4.2. Pengujian Flowabilty/Kelecakan Mortar
Pengujiian kelecakan mortar dilakukan menggunakan alat flow table sesuai
standar ASTM C-230. Pengujian dilakukan setelah proses mixing campuran antara
seluruh material dengan air yang telah diaduk merata menggunakan bor selama ±3
menit. Pengujian kelecakan material dilakukan pada mix design tahap 1 dan tahap
32 Universitas Kristen Petra
2 untuk melihat pengaruh penambahan kadar material filler dan kehalusan material
filler yang berupa kalsium karbonat dan waste marble dust terhadap kelecakan
campuran mortar segar.
4.2.1 Pengaruh Kadar Kalsium Karbonat terhadap Kelecakan Mortar
Penambahan kadar kalsium karbonat yang digunakan sebesar 5%, 10%, dan
15% terhadap berat binder (semen - fly ash - silica fume) dan setiap kadar ini
digunakan dalam setiap tingkat mesh yang ada yaitu mesh 800, mesh 1200, dan
mesh 2000. Nilai mesh yang semakin tinggi menunjukkan tingkat kehalusan yang
semakin tinggi.
Pengaruh kadar kalsium karbonat dengan ukuran partikel yang berbeda-beda
terhadap kelecakan mortar disajikan dalam Gambar 4.14 untuk kalsium karbonat
mesh 800, Gambar 4.15 untuk kalsium karbonat mesh 1200 dan Gambar 4.16 untuk
kalsium karbonat mesh 2000. Nilai diameter flow yang didapatkan dalam campuran
menunjukkan bahwa semakin bertambahnya kadar kalsium karbonat yang
ditambahkan maka semakin rendah kelecakan yang dihasilkan, dan juga semakin
tingginya tingkat kehalusan yang digunakan makin tinggi pula nilai kelecakan yang
didapatkan. Nilai kelecakan yang paling tinggi didapatkan pada campuran dengan
kadar kalsium karbonat sebesar 5% dengan nilai diameter flow pada mesh 800,
mesh 1200, mesh dan 2000 secara berurutan sebesar 17 cm, 19.5 cm, dan 20.5 cm.
Gambar 4.14 Grafik Kelecakan CaCO3 Mesh 800
15
16
17
18
19
20
21
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar Kalsium Karbonat
33 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.15 Grafik Kelecakan CaCO3 Mesh 1200
Gambar 4.16 Grafik Kelecakan CaCO3 Mesh 2000
15
16
17
18
19
20
21
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar Kalsium Karbonat
15
16
17
18
19
20
21
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar Kalsium Karbonat
34 Universitas Kristen Petra
4.2.2 Pengaruh Kehalusan Kalsium Karbonat terhadap Kelecakan Mortar
Variabel kehalusan yang digunakan pada kalsium karbonat adalah mesh 800,
mesh 1200, dan mesh 2000. Bila dikonversikan dalam satuan SI, mesh 800, mesh
1200, mesh dan 2000 memiliki ukuran lubang secara berurutan yaitu 15 µm, 12
µm, dan 8 µm. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.17. Seiring dengan
bertambah halusnya partikel kalsium karbonat, nilai diameter flow yang dihasilkan
terus meningkat.
Gambar 4.17
Grafik Hubungan Nilai Diameter Flow terhadap Kadar Kalsium Karbonat
4.2.3 Pengaruh Kadar Waste Marble Dust terhadap Kelecakan Mortar
Penambahan kadar kalsium karbonat yang digunakan sebesar 5%, 10%,
dan 15% terhadap berat binder (semen - fly ash - silica fume) dan setiap kadar ini
digunakan dalam setiap jenis ukuran partikel yang ada yaitu ukuran 0.6 mm (K),
ukuran 0.3-0.15 mm (S), dan ukuran 0.075 mm (H).
Pengaruh kadar WMD dengan ukuran partikel yang berbeda-beda terhadap
kelecakan mortar disajikan dalam Gambar 4.18 untuk WMD ukuran 0.6 mm,
Gambar 4.19 untuk WMD ukuran 0.3-0.15 mm dan Gambar 4.20 untuk WMD
ukuran 0.075 mm. Nilai diameter flow yang didapatkan dalam campuran juga
menunjukkan bahwa semakin bertambah kadar WMD yang ditambahkan maka
semakin rendah kelecakan yang dihasilkan. Nilai kelecakan yang paling tinggi
0
5
10
15
20
25
C1 C2 800 1200 2000
Dia
met
er f
low
(cm
)
Ukuran mesh kalsium karbonat
5% 10% 15%
35 Universitas Kristen Petra
didapatkan pada campuran dengan kadar WMD sebesar 5% dengan nilai diameter
flow pada ukuran butiran 0.6 mm, 0.3-0.15 mm, 0.075 mm secara berurutan sebesar
19 cm, 19.6 cm, dan 22 cm.
Gambar 4.18
Grafik Kelecakan WMD Ukuran Butiran 0.6 mm
Gambar 4.19
Grafik Kelecakan WMD Ukuran Butiran 0.3-0.15 mm
10
12
14
16
18
20
22
24
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar WMD
10
12
14
16
18
20
22
24
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar WMD
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.20
Grafik Kelecakan WMD Ukuran Butiran dibawah 0.075 mm
4.2.4 Pengaruh Kehalusan Waste Marble Dust terhadap Kelecakan Mortar
Variabel kehalusan yang digunakan pada WMD adalah nomor ayakan 30, 50-
100, dan 200. Bila dikonversikan dalam ukuran, nomor ayakan 30, 50, 100, dan
200 memiliki ukuran secara berurutan yaitu 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm, dan 0.075
mm. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.21.
Seiring dengan bertambah kecilnya ukuran partikel WMD, nilai diameter flow yang
dihasilkan dapat terus meningkat dan juga semakin halusnya material yang
digunakan maka makin tinggi pula nilai kelecakan yang didapatkan.
Gambar 4.21
Grafik Hubungan Nilai Diameter Flow terhadap Kadar WMD
10
12
14
16
18
20
22
24
5% 10% 15%
Dia
met
er F
low
(cm
)
Kadar WMD
0
5
10
15
20
25
C1 C2 0.6 0.3-0.15 0.075
Dia
met
er f
low
(cm
)
Ukuran Butiran WMD (mm)
5% 10% 15%
37 Universitas Kristen Petra
4.2.5 Pengaruh Gradasi Kalsium Karbonat terhadap Kelecakan Mortar
Penggunaan campuran material CaCO3 dengan penggabungan dua atau tiga
jenis mesh yang berbeda juga memiliki pengaruh terhadap kelecakan dari mortar
yang dihasilkan. Penggabungan dua atau tiga jenis mesh ini menggunakan 0.45
Power Gradation Curve agar mendapatkan komposisi persenan kadar dalam
penggabungan. Nilai kelecakan tertinggi didapatkan pada campuran kalsium
karbonat CA-G1 dengan Diameter flow sebesar 20.1 cm. Namun pada
pencampuran CA-G4 didapatkan diameter flow sebesar 18.8 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa penggabungan dua atau tiga jenis mesh tidak selalu
bergantung pada kehalusan material yang digunakan tetapi adanya pengaruh dari
penggabungan/gradasi antara jenis-jenis mesh tersebut.
Bisa dilihat pada campuran CA-G3 yang merupakan pencampuran dengan
menggunakan 2 material terhalus dari variasi kehalusan yang ada, tidak
menunjukkan diameter flow yang semakin tinggi namun menunjukan diameter
flow yang lebih rendah dibandingkan dengan campuran lainnya. Grafik analisa
kelecakan ini bisa dilihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22
Grafik Hubungan Nilai Diameter Flow terhadap Gradasi CaCO3
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
C1 C2 CA-G1 CA-G2 CA-G3 CA-G4
Dia
met
er f
low
(cm
)
Variasi Campuran
38 Universitas Kristen Petra
4.2.6 Pengaruh Gradasi Waste Marble Dust terhadap Kelecakan Mortar
Sama halnya pada gradasi kalsium karbonat, penggunaan gradasi WMD juga
memiliki sifat yang sama, yaitu penggabungan dua jenis ukuran atau lebih tidak
menunjukkan hasil diameter flow yang meningkat seiring dengan naiknya tingkat
kehalusan.
Gambar 4.23
Grafik Hubungan Nilai Diameter Flow terhadap Gradasi WMD
Nilai diameter flow tertinggi didapatkan pada nilai 15 cm yaitu pada
campuran W-G2, dan pada pencampuran seluruh tingkat kehalusan didapatkan
nilai diameter flow yang turun yaitu sebesar 14 cm. Namun dari seluruh campuran
(W-G1 hingga W-G4) nilai diameter flow yang didapatkan masih dibawah nilai
diameter flow Control 2 (C2). Nilai diameter flow pada gradasi WMD ini bisa
dilihat pada Gambar 4.23.
4.3. Pengujian Density/Berat Jenis Mortar
Pengujian density diawali dengan mengukur berat dan volume dari sampel
mortar dalam keadaan SSD. Pengujian berat jenis dilakukan sehari sebelum hari
pengujian kuat tekan. Pengujian berat jenis mortar dilakukan pada mix design tahap
1 dan tahap 2 untuk melihat kepadatan yang terjadi akibat dari pengaruh
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
C1 C2 W-G1 W-G2 W-G3 W-G4
Dia
met
er f
low
(cm
)
Variasi Campuran
39 Universitas Kristen Petra
penambahan kadar material filler berupa kalsium karbonat dan waste marble dust
terhadap campuran.
4.3.1 Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat terhadap Density
Pada semua jenis kehalusan CaCO3, penggunaan kadar CaCO3 sebesar 15%
dari berat binder menghasilkan kepadatan yang tertinggi, sehingga semakin
meningkatnya penambahan kadar yang digunakan maka semakin meningkat pula
kepadatannya dan tingkat kehalusan CaCO3 juga mempengaruhi pula kepadatan
yang didapatkan. Semakin halus CaCO3 yang digunakan maka makin meningkat
pula kepadatannya. Kepadatan tertinggi didapatkan pada nilai sebesar 2.311 kg/m3
pada CaCO3 mesh 2000 pada kadar 15%. Hasil hubungan kepadatan dengan
penambahan kalsium karbonat mesh 800, mesh 1200, dan mesh 2000 bisa dilihat
pada Gambar 4.24, Gambar 4.25, dan Gambar 4.26.
Gambar 4.24
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar CaCO3 Mesh 800
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3)
Kadar kalsium karbonat
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.25
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar CaCO3 Mesh 1200
Gambar 4.26
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar CaCO3 Mesh 2000
4.3.2 Pengaruh Penambahan Waste Marble Dust terhadap Density
Pada semua campuran WMD penggunaan kadar WMD sebesar 15% dari
berat binder pada semua tingkat kehalusan menghasilkan kepadatan tertinggi, dan
hal ini sama seperti yang terjadi pada penambahan CaCO3 yang menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya penambahan kadar dan tingkat kehalusan WMD
yang digunakan maka semakin meningkat pula kepadatannya. Kepadatan tertinggi
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3 )
Kadar kalsium karbonat
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3)
Kadar kalsium karbonat
41 Universitas Kristen Petra
didapatkan dengan nilai sebesar 2.326 kg/m3 pada WMD yang menggunakan
ukuran butiran ≤0.075 mm (H) pada kadar 15%. Hasil hubungan antara kepadatan
dengan penambahan WMD dengan ukuran butiran ≥0.6mm (K), 0.3-0.15 mm (S),
≤0.075 mm (K) bisa dilihat pada Gambar 4.27, Gambar 4.28, dan Gambar 4.29.
Gambar 4.27
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar WMD dengan ukuran butiran
≥0.6 mm
Gambar 4.28
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar WMD dengan ukuran butiran
0.3 – 0.15 mm
2.21
2.23
2.25
2.27
2.29
2.31
2.33
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3)
Kadar WMD
2.21
2.23
2.25
2.27
2.29
2.31
2.33
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3)
Kadar WMD
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.29
Grafik Hubungan Density terhadap Kadar WMD dengan ukuran butiran ≤
0.075 mm
4.3.3 Pengaruh Gradasi Kalsium Karbonat terhadap Density
Proses penggunaan campuran mesh CaCO3 pada campuran mortar juga
memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam hasil nilai density yang
didapatkan. Bisa dilihat pada Gambar 4.30 bahwa pada semua campuran memiliki
nilai kepadatan yang jauh lebih tinggi dari nilai kepadatan Control 2 (campuran
semen-fly ash-silica fume tanpa filler). Hal ini menunjukkan bahwa semua proses
pencampuran dapat mengisi void yang ada pada mortar dan pencampuran semua
jenis mesh memiliki efek yang paling efektif dan pencampuran CA-G2 memiliki
efek yang paling rendah. Menurut hasil analisa kami, hal ini dikarenakan
pencampuran menggunakan jenis mesh yang tidak berurutan, sedangkan
pencampuran 2 jenis mesh yang saling berurutan memiliki efek yang lebih baik.
Namun kehalusan pada proses campuran ini tidak memiliki efek yang berpengaruh,
bisa dilihat dari pencampuran CA-G1 memiliki kepadatan hampir sama dengan
pencampuran CA-G3. Hal ini juga menunjukan bahwa pada proses penggunaan 2
atau lebih jenis mesh, kehalusan tidak terlalu mempengaruhi kepadatan.
2.21
2.23
2.25
2.27
2.29
2.31
2.33
C1 C2 5% 10% 15%
Den
sity
(K
g/m
3 )
Kadar WMD
43 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.30 Grafik Kepadatan Gradasi CaCO3
4.3.4 Pengaruh Gradasi Waste Marble Dust terhadap Density
Sama seperti gradasi yang terjadi pada gradasi CaCO3, semua campuran
memiliki efek yang positif dimana semua campuran memiliki nilai kepadatan yang
lebih padat dibandingkan dengan kontrol. Namun hasil ini memiliki efek yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan efek yang didapatkan oleh gradasi CaCO3, bisa
dilihat pada Gambar 4.31 bahwa pencampuran W-G4 tidak memiliki efek yang
jauh berbeda dengan pencampuran kehalusan yang saling berurutan (W-G1 & W-
G3) Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada CaCO3 dikarenakan kehalusan yang
dimiliki oleh WMD berbeda dengan CaCO3 dimana kehalusan yang paling kasar
dari CaCO3 adalah mesh 800 (0.015 mm) dan kehalusan paling halus dari WMD
adalah mesh 325 (0.045mm) sehingga kurang bisa mengisi celah kosong seperti
pada kalsium karbonat.
2.20
2.25
2.30
2.35
2.40
2.45
C1 C2 CA-G1 CA-G2 CA-G3 CA-G4
Den
sity
(K
g/m
3)
Variasi campuran
44 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.31 Grafik Kepadatan Gradasi Waste Marble Dust
4.4. Pengujian Kuat Tekan Mortar
Pada penelitian ini, pengujian kuat tekan dilakukan pada sampel mortar
pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari untuk setiap mix design. Proses curing
dilakukan saat mortar sudah mengalami setting time dengan cara memasukkan
mortar kedalam wadah yang berisi air PDAM selama H-1 hari umur mortar yang
akan diuji. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada mix design tahap 1 dan 2
untuk melihat pengaruh penambahan material filler berupa kalsium karbonat dan
waste marble dust terhadap campuran serta pengaruh gradasi terhadap mortar.
4.4.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar dengan Kalsium Karbonat
Hasil kuat tekan mortar dengan kalsium karbonat menunjukkan hasil yang
cukup baik dalam segi kuat tekan yang dihasilkan. Hasil kuat tekan mortar filler
kalsium karbonat dengan mesh 800, mesh 1200, dan mesh 2000 bisa dilihat pada
Gambar 4.32.
2.20
2.22
2.24
2.26
2.28
2.30
2.32
2.34
2.36
2.38
2.40
2.42
C1 C2 W-G1 W-G2 W-G3 W-G4
Den
sity
(K
g/m
3 )
Variasi Campuran
45 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.32 Grafik Kekuatan Mortar CaCO3
Grafik kuat tekan mortar dengan penambahan kalsium karbonat memiliki
tren yang berbeda-beda. Namun semua campuran mortar dengan penambahan
kalsium karbonat memiliki sifat yang sama, yaitu dengan naiknya kadar yang
ditambahkan maka meningkat pula hasil kuat tekan yang didapatkan. Dari semua
umur mortar yang ada campuran kalsium karbonat dengan mesh 2000 kadar 15%
menghasilkan nilai kuat tekan paling baik.
Dengan penambahan kalsium karbonat ini, mortar yang dihasilkan
menunjukkan efek yang positif, dimana mortar yang dihasilkan memiliki nilai kuat
tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan control 1 (C1) dan juga beberapa
memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan control 2 (C2)
(campuran semen-fly ash-silica fume tanpa filler).
4.4.2 Pengujian Kuat Tekan Mortar dengan Waste Marble Dust
Mortar dengan campuran filler WMD memiliki perbedaan dibandingkan
dengan mortar campuran kalsium karbonat. Pencampuran mortar dengan filler
WMD menunjukkan hasil yang berbeda pada WMD dengan tingkat kehalusan
0
10
20
30
40
50
60
70
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Variasi Campuran
7 hari 14 hari 28 hari
46 Universitas Kristen Petra
<0.075 mm (H). Hasil kekuatan WMD dengan tingkat kehalusan butiran >0.6 mm
(K), 0.3-0.15 mm (S), dan <0.075 mm (H) bisa dilihat pada Gambar 4.33.
Gambar 4.33 Grafik Kekuatan Mortar Waste Marble Dust
Nilai kuat tekan mortar dengan menambahkan WMD terbesar terdapat pada
WMD dengan ukuran butiran halus (H) (0.075 mm) pada kadar 5%. Hal ini tidak
menunjukkan tren bahwa semakin meningkatnya kadar yang ditambahkan maka
semakin meningkatnya nilai kuat tekan mortar. Namun semakin bertambahnya
kadar WMD pada ukuran butiran halus maka semakin menurunnya nilai kuat tekan
mortar.
Pada WMD dengan kadar 5% ukuran butiran sedang (S) (0.3-0.15 mm) dan
kasar (K) (>0.6 mm) (W5-S &W5-S) cenderung memiliki perkembangan kekuatan
tekan yang relatif lama sehingga pada saat mortar mencapai umur 28 hari, kekuatan
tekan mortar tersebut tidak melebihi kontrol yang ada.
4.4.3 Pengujian Kuat Tekan Mortar dengan Gradasi Kalsium Karbonat
Hasil kuat tekan CaCO3 dengan pencampuran CA-G1, CA-G2, CA-G2, dan
CA-G4 bisa dilihat pada Gambar 4.34
0
10
20
30
40
50
60
70
Control1
Control2
W5K W5S W5H W10K W10S W10H W15K W15S W15H
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Variasi Campuran
7 hari 14 hari 28 hari
47 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.34 Grafik Kekuatan Mortar Gradasi CaCO3
Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai kuat tekan terbesar terdapat pada
campuran CA-G4 (mesh 800, mesh 1200, dan mesh 2000) yaitu sebesar 64.47 MPa
saat umur 28 hari. Namun campuran ini memiliki kekuatan yang hampir sama
dengan campuran CA-G1 (mesh 800 dan mesh 1200). Hal ini menunjukkan bahwa
campuran ini juga memiliki pengaruh yang hampir sama dengan campuran CA-G4
yang menggunakan semua ukuran kehalusan (semua jenis mesh).
Campuran CA-G2 (mesh 800 & mesh 2000) menunjukkan nilai kuat tekan
yang paling rendah dibandingkan dengan kuat tekan campuran yang lain. Namun
campuran ini tetap menunjukan hasil yang positif, dimana nilai kuat tekan yang
dihasilkan lebih tinggi dari nilai kuat tekan control 1 (C1) dan control 2 (C2).
4.4.4 Pengujian Kuat Tekan Mortar dengan Gradasi Waste Marble Dust
Hasil kekuatan WMD dengan campuran W-G1, W-G2, W-G3, dan W-G4
bisa dilihat pada Gambar 4.35.
Dari data yang didapatkan, campuran W-G1 (0.6, 0.3, 0.15 mm) adalah
campuran paling efektif dari semua campuran dengan nilai kuat tekan yang
didapatkan menghasilkan nilai yang tertinggi sebesar 64.27 MPa. Hal ini hampir
sama seperti yang terjadi pada pencampuran gradasi menggunakan kalsium
0
10
20
30
40
50
60
70
Control 1 Control 2 CA-G1 CA-G2 CA-G3 CA-G4
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Variasi Campuran
7 hari 14 hari 28 hari
48 Universitas Kristen Petra
karbonat. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran butiran yang kasar (K) dan sedang
(S) merupakan ukuran yang paling optimal untuk menghasilkan kuat tekan yang
tinggi. Untuk ukuran yang halus (H) mungkin diperlukan kadar yang lebih tinggi
agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Gambar 4.35 Grafik Kekuatan Mortar Gradasi WMD
4.5 Perbandingan antara Flowabilitas dan Kuat Tekan Mortar
Pada sub-bab ini kami akan menunjukan grafik hubungan diameter flow
dengan nilai kuat tekan yang didapatkan campuran mortar dengan kalsium
karbonat dan WMD. Melalui sub-bab ini kami ingin menunjukan sifat dan
karakteristik dari kalsium karbonat dan WMD.
4.5.1 Perbandingan Flowabilitas dan Kuat Tekan Kalsium Karbonat
Perbandingan antara diameter flow – kuat tekan mortar umur 7, 14, dan 28
hari bisa dilihat pada Gambar 4.36, Gambar 4.37, dan Gambar 4.38 secara
berurutan.
0
10
20
30
40
50
60
70
Control 1 Control 2 W-G1 W-G2 W-G3 W-G4
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Variasi Campuran
7 hari 14 hari 28 hari
49 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.36
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Kalsium Karbonat
Umur 7 Hari
Gambar 4.37
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Kalsium Karbonat
Umur 14 Hari
44
45
46
47
48
49
50
51
52
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
M800
M1200
M2000
C1
C2
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
M800
M1200
M2000
C1
C2
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%
50 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.38
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Kalsium Karbonat
Umur 28 Hari
Dari data yang didapatkan bisa dilihat bahwa semakin tinggi diameter flow
dari campuran mortar maka makin rendah nilai kuat tekan yang dihasilkan. Namun
pada beberapa kasus, diameter flow yang lebih tinggi memiliki nilai kuat tekan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan diameter flow yang lebih rendah. Hal ini
dikarenakan oleh pengaruh kehalusan dari setiap material kalsium karbonat yang
digunakan. Campuran yang efektif dari seluruh campuran didapatkan pada
penggunaan kalsium karbonat dengan mesh 2000 dimana diameter flow yang
didapatkan lebih lecak dengan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol optimasi.
4.5.2 Perbandingan Flowabilitas dan Kuat Tekan Waste Marble Dust
Pada Gambar 4.39, Gambar 4.40 dan Gambar 4.41 kita bisa melihat grafik
hubungan diameter flow – kuat tekan dari campuran mortar dengan filler WMD
pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
M800
M1200
M2000
C1
C2
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%
51 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.39
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Waste Marble Dust
Umur 7 Hari
Gambar 4.40
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Waste Marble Dust
Umur 14 Hari
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
0.6mm (K)
0.3-0.15mm (S)
0.075mm (H)
C1
C2
50
51
52
53
54
55
56
57
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
0.6mm (K)
0.3-0.15mm (S)
0.075mm (H)
C1
C2
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%
52 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.41
Grafik Hubungan Diameter Flow – Kuat Tekan Mortar Waste Marble Dust
Umur 28 Hari
Dari hasil yang didapatkan bisa dilihat bahwa tren dari penggunaan
campuran 0.6 mm (K) dan 0.3-0.15 mm (S) dari WMD memiliki sifat yang sama
seperti yang terjadi pada kalsium karbonat, yaitu semakin tinggi diameter flow
yang didapatkan maka makin rendah pula kuat tekan yang didapatkan. Namun hal
ini berbeda dengan yang hasil yang didapatkan pada campuran 0.075 mm (H) yaitu
semakin tinggi diameter flow yang didapatkan maka makin tinggi nilai kuat tekan
yang didapatkan. Sehingga bisa dikatakan bahwa pada ukuran ini penggunaan
kadar 5% adalah penggunaan yang paling optimum dan cocok untuk mengisi
rongga kosong yang ada pada komposisi ini (65% semen, 30% fly ash, 5% silica
fume). Dan semakin banyak penambahan WMD 0.075mm (H) maka nilai kuat
tekan yang didapatkan akan semakin turun.
54
56
58
60
62
64
66
68
0 5 10 15 20 25
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
Diameter flow (cm)
0.6mm (K)
0.3-0.15mm(S)0.075mm (H)
▲ Kadar 5%
Kadar 10%
Kadar 15%