bab 2 tinjauan pustaka - poltekkesdepkes-sby.ac.id

23
6 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar glukosadalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagaithe great imitator , karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuhdan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011) Diabetes Mellitus adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) Ketidakmampuan untuk memproduksi insulin atau menggunakannya secara efektif menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka panjang bisa merusakkan tubuh dan menyebabkan kegagalan organ dan jaringan (IDF, 2013) Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah penderita akan menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya sehingga akan menambah beban harga pelayanan di bidang kesehatan terutama di negara berkembang.(Olokoba AB,dkk. 2012) 2.1.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus American Diabetes Assocition (ADA, 2012) memberikan klasifikasi Diabetes Melitus yaitu: a. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus tipe 1 merupakan kondisi autoimun sel-sel beta pulau Langerhans sehingga timbul defisiensi insulin. Individu yang memiliki kecenderungan penyakit ini tampaknya menerima faktor pemicu dari lingkungan. Sebagai contoh faktor pencetus antara lain infeksi virus

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

6

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar glukosadalam darah

meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagaithe great imitator ,

karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuhdan menimbulkan

berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011)

Diabetes Mellitus adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang

mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut

Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015)

Ketidakmampuan untuk memproduksi insulin atau menggunakannya

secara efektif menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat

(hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka panjang bisa merusakkan tubuh dan

menyebabkan kegagalan organ dan jaringan (IDF, 2013)

Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di

seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi

obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah penderita akan

menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya sehingga akan menambah beban

harga pelayanan di bidang kesehatan terutama di negara berkembang.(Olokoba

AB,dkk. 2012)

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus

American Diabetes Assocition (ADA, 2012) memberikan klasifikasi

Diabetes Melitus yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus tipe 1 merupakan kondisi autoimun sel-sel beta

pulau Langerhans sehingga timbul defisiensi insulin. Individu yang

memiliki kecenderungan penyakit ini tampaknya menerima faktor pemicu

dari lingkungan. Sebagai contoh faktor pencetus antara lain infeksi virus

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

seperti gondongan (mumps), rubella, dan sitomegalovirus (CMV) kronis.

Pajanan terhadap obat atau toksin tertentu juga diduga dapat memicu

serangan autoimun ini. Karena proses penyakit DM tipe 1 terjadi dalam

beberapa tahun, seringkali tidak ada faktor pencetus yang pasti. Pada saat

diagnosis DM tipe 1 ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel pulau

Langerhans pada sebagian pasien.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan bentuk Diabetes Melitus yang

lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin

endogen sering dalam keadaan tidak normal atau secara relatif tidak

mencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin,

merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada DM tipe 2 bertubuh

gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga

terjadi defisiensi respons sel β-pankreas terhadap glukosa.

Gejala DM tipe 2 mirip dengan DM tipe 1, hanya dengan gejala yang

samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadang-kadang

komplikasi dapat terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada anak anak

yang obesitas.

c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

DM ini terjadi karena kenaikan kadar gula darah saat kehamilan.

Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun

memiliki kadar gula darah yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita

DM Gestasional (DMG). DMG biasanya terdeteksi pertama kali pada

kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan

umumnya akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. DMG terjadi

pada 3,5% wanita hamil. Mekanisme DMG belum diketahui secara pasti.

Namun besar kemungkinan terjadi akibat hambatan kerja insulin oleh

hormon plasenta sehingga terjadi resistensi insulin.

Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk

mengahasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal. DMG terjadi ketika

tubuh tidak dapat membuat dan menghasilkan seluruh insulin yang

digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

jaringan untuk diubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam

darah yang disebut dengan hiperglikemi.

d. Pra-Diabetes

Pra-Diabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang

menjadi DM tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan naiknya KGD melebihi

normal tetapi belum cukup tinggi untuk dikatakan DM.

2.1.3 Faktor Pemicu Diabetes Melitus

Menurut Hasdianah (2012) diabetes melitus atau lebih dikenal dengan

istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit

tersebut, antara lain :

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.

Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi

insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam

darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.

2. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki

peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari

sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

3. Faktor genetis

Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya

menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya

bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan

radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi

pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk

proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang

terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

5. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat

menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi

pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses

metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan

dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.

6. Pola hidup

Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes

melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk

terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk

membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun

di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain

disfungsi pankreas

7. Kadar kortikosteroid yang tinggi

8. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan.

9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus

Menurut Yuniati,dkk (2015) terdapat beberapa faktor risiko untuk diabetes

melitus, terutama untuk DM Tipe 2, Faktor risiko DM dibagi dua yaitu:

a. Faktor tidak dapat dimodifikasi:

1. Umur

Manusia mengalami penururnan fisiologis setelah umur 40 tahun,

dimana usia ini rawan terkena DM. Semakin bertambahnya umur, maka

resiko menderita DM tipe 2 akan meningkat.

2. Jenis Kelamin

Sebenarnya belum ada kejelasan mengenai mekanisme yang

menghubungkan jenis kelamin dengan DM tipe 2.

3. Bangsa dan etnik

Berdasarkan penelitian terdapat hubungan yang nyata antara etnik

di suatu negara dan bangsa dengan kejadian DM tipe 2.

4. Faktor keturunan

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

5. Riwayat menderita Diabetes Gestasional

Biasanya ibu hamil yang menderita diabetes gestasional akan lebih

berpotensi menderita diabetes mellitus nantinya.

6. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi :

1. Obesitas

Semakin banyak jaringan lemak tubuh, maka tubuh semakin

resisten terhadap kerja insulin.Lemak dapat memblokir kerjainsulin

sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk

dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa

darah. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya DM tipe 2 dimana

sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.

2. Aktivitas fisik yang kurang

Prevalensi Diabetes Melitus mencapai 2 - 4 kali lipat terjadipada

individu yang kurang aktif.

3. Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan

salah satu faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus.

4. Stress

Kondisi stress cenderung karena paparan radikal bebas dalam

tubuh. Radikal bebas sendiri menyerang sel tubuh dan dapat memicu

kegagalan fungsi sel.

5. Pola makan

Asupan karbohidrat, protein, lemak dan energi yang berlebihan

merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM tipe

2. (Yustini, 2013)

6. Penyakit pada pankreas

Penyakit yang menyerang pankreas seperti: pankreatitis,

neoplasma, fibrosis kistik.

7. Alkohol

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Alkohol dapat menyebabkan pankreatitis. Penyakit tersebut dapat

menimbulkan gangguan produksi insulin yang akhirnya dapat

menyebabkan Diabetes Mellitus

2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Berikut adalah tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus Tipe 2:

a. Tanda Diabetes Melitus

Menurut PERKENI (2011), tanda penyakit DM dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel : 2.1 tanda penyakit diabetes mellitus

Parameter Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar gula darah acak

(mg/dL)

< 100 100-200 ≥ 200

Kadar gula darah puasa

(mg/dL)

< 100 100-125 ≥ 126

Kadar gula darah 2 jam

pasca beban glukosa 75 g

< 140 140-200 ≥ 200

Menurut Prasetyo (2013), ada beberapa tanda yang umumnya

tampak pada penderita DM tipe 2 yaitu:

1. Peningkatan kadar gula dalam tubuh. Sehingga urin penderita

mengandung gula

2. Poliuria, atau yang sering disebut keadaan dimana jumlah urin yang

dikeluarkan lebih banyak

3. Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

4. Proses penyembuhan yang relatif lama jika terdapat luka

5. Kondisi kadar gula darah yang menurun drastis menyebabkan

seseorang tidak sadarkan diri bahkan memungkinkan terjadinya

koma.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

b. Gejala Diabetes Melitus

Menurut Restyana (2015) Gejala DM dibedakan menjadi akut dan

kronik.

Gejala akut DM yaitu :

- Poliphagia (banyak makan)

- Polidipsia (banyak minum)

- Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari)

- Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-

10 kg dalam waktu 2-4 minggu)

- Serta mudah lelah.

Gejala kronik DM yaitu :

- Kesemutan

- Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum

- Rasa kebas di kulit

- Kram

- Kelelahan

- Mudah mengantuk

- Pandangan mulai kabur

- Gigi mudah goyah dan mudah lepas

- Kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi

impotensi

- Pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.2 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Konsensus PRKENI (2011) berikut adalah 4 pilar

penatalaksanaan Diabetes Melitus:

2.2.1 Edukasi

DM umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah

terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan

partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi

pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah

mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus

diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan

secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

2.2.2 Diet

Pola makan memegang peranan penting bagi penderita DM seseorang

yang tidak bisa mengatur pola makan dengan pengaturan 3J (jadwal, jenis dan

jumlah) maka hal ini akan menyebabkan penderita mengalami peningkatan

kadar gula darah (Suiraoka, 2012).

Menurut PERKENI (2011) Standar yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-

25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan

BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks

(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus

berikut:

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamindan

mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya

denganmengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal

melaluicara-cara yang aman dan praktis.

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar glukosa darah meningkat

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Terapi diet untuk penderita Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus adalah :

• Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda Diabetes Mellitus,

mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian

glukosa darah.

• Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan

mortalitas Diabetes Mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan

profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan

perawatan mandiri dan perubahan perilaku. (Buraerah, 2010)

b. Prinsip Diet

Prinsip diet Diabetes Mellitus adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan

tepat jenis (Tjokroprawiro, 2012) :

1. Tepat Jadwal

Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai dengan

intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali

makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Penderita Diabetes

Mellitushendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap

sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanandalam

tubuh. Makanan selingan berupa snack penting untuk mencegah terjadinya

hipoglikemia (menurunnya kadar Glukosa darah).

2. Tepat Jumlah

Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk Diabetes Mellitusadalah

memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah makan (kalori)

yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitusadalah makan lebih sering

dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar

jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja organ-organ

tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. Cara makan yang berlebihan

tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan yang

berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih keras.

Penderita Diabetes Mellitus, diusahakan mengonsumsi asupan

energi yaitu kalori basal 25-30 kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan

untuk aktivitas dan keadaan khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi

total, lemak 20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa dari

kebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari (PERKENI, 2011).

Tepat jumlah asupan energi dan zat gizi lain dari makanan sesuai dengan

jumlah energi dan kebutuhan tubuh. Sebagai pedoman berdasarkan

penuntut diet dari rumah sakit RS, Cipto mangunkusumo, dipakai 8 macam

diet diabetes mellitus sebagai berikut:

Tabel : 2.2 Macam Diet Diabetes Mellitusdan Komposisi Zat-Zat Gizi

Macam Diet Kalori Protein Lemak Karbohidrat

I 1100 50 30 160

II 1300 55 35 260

III 1500 60 40 300

IV 1700 65 45 325

V 1900 70 50 300

VI 2100 75 55 325

VII 2300 80 60 350

VIII 2500 85 65 390

(Sumber: Tjokroprawiro, 2006)

Diet I-III : diberikan kepada penderita yang status gizinya gemuk

atau obesitas

Diet IV-V :diberikan kepada penderita yang memiliki status gizi

normal.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Diet VI-VIII : diberikan kepada penderita yang memiliki status gizi

kurang, diabetes pada remaja (juvenile diabetes) atau

diabetes mellitus dengan komplikasi.

3. Tepat Jenis

Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang beragam,

dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah ketika

mengonsumsinya atau mengombinasikannya dalam pembuatan menu

sehari-hari (Susanto, 2013).

c. Syarat Diet

Menurut Konsensus PERKENI (2011) syarat diet Diabetes Melitus

adalah sebagai berikut:

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

1. Karbohidrat

- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat

tinggi.

- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes

dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain

- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal

tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily

Intake)

- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat

dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan

buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori

sehari.

2. Lemak

- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak

jenuh tunggal.

- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak

mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging

berlemak dan susu penuh (whole milk).

- Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.

3. Protein

- Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.

- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll),

daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,

- kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein

menjadi 0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan

65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

4. Natrium

- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan

anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg

atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.

- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg

garam dapur.

- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan

bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

5. Serat

- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan

mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan

sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena

mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik

untuk kesehatan.

- Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

6. Pemanis alternatif

- Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis

- tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

- fruktosa.

- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,

sorbitol dan xylitol.

- Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan

kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes

karena efek samping pada lemak darah.

- Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain

aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.

- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman

(Accepted Daily Intake / ADI)

2.2.3 Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke

pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan

jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan

status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan

jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM

dapat dikurangi.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

2.2.4 Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat

oral dan bentuk suntikan.

2.3 Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di

dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,

gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).

Untuk menentukan status gizi dapat memakai perhitungan indeks massa

tubuh (IMT). Dengan perhitungan rumus sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Penentu Status Gizi

No. Klasifikasi IMT (Kg/m²)

1. Underweight / kurus <18,5

2. Normal / ideal 18,5-22,9

3. Overweight 23,0-24,0

4. Obesitas I 25,0-29,9

5. Obesitas II 30.0

(sumber : Sugondo, 2006)

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

2.4 Menghitung Kebutuhan Energi

Menurut PERKENI (2011) ada beberapa cara menentukan jumlah kalori

yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus.diantaranya adalah dengan

memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/ kg BB

ideal,ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti : jenis

kelamin, umur, aktivitas, berat badan dll.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan ruimus bocca yang

dimodifikasi adalah sebagai berikut:

• Berat badan ideal = 90% x (TB (cm) -100 ) x1 kg

• Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150

cm, menggunakan rumus : berat badan ideal = (TB (cm) – 100 )x 1 kg

• Berat badan normal : BBI ± 10%

• Kurus : < BBI -10 %

• Gemuk : >BBI + 10%

Perhitungan berat badan ideal dapat dihiting dengan indeks massa tubuh (IMT).

Penentuan jumlah kalori diet Diabetes mellitus dengan status gizi penderita

Diabetes Mellitus. Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985)

adalah konsumsi enegi berasal dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi

pengeluaran energi seseorang.

Kebutuhan energi dihitung dengan menentukan basal metabolic rate dan

aktifitas fisik.Basal metabolc rate merupakan kebutuhan energi yang diperlukan

oleh tubuh untuk mempertahankan fungsi alat pernafasan ,sirkulasi darah,

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

temperatur tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. cara untuk

menghitung BMR berdasarkan rumus harris benedict sebagai berikut:

• BMR laki-laki : 66 + (13,75 x BB)+(5 x BB)-(6,78 x U)

• BMR perempuan: 655 +(9.65XBB) + (1,85 x TB) –(4,69 x U)

Keterangan :

BMR : basal metabolic rate

BB : berat badan

TB : Tinggi badan

U : usia (dalam tahun)

Perhitungan aktivitas fisik penting dalam menentukan besaran kebutuhan

kalori sebagai penentu perhitungan kebutuhan zat gizi makro dengan rumus

sebagai berikut.

• Total kalori : Faktor aktivitas fisik x BMR

Keterangan:

Faktor aktivitas : Ringan/sedang/berat (Arisman,2004)

Kategori aktivitas kegiatan

Istirahat Tidur, berbaring, bersandar

Sangat Ringan Duduk dan berbaring, melukis menyetir mobil, pekerjaan

laboratorium, mengetik, menyapu, menyeterika,

memasak, bermain kartu, bermain alat musik

Ringan Berjalan dengan kecepatan 2,5-3 mph, bekerja dibengkel;

pekerjaan yang berhubungan dengan listrik, tukang kayu,

pekerjaan yang berhubungan dengan restoran,

membersihkan rumah, mengasuh anak, golf, memancing,

tenis meja.

Sedang Berjalan dengan kecepatan 3,5-4 mph, mencabut rumput,

menangis dengan keras, bersepeda, ski, tenis, menari

Berat Berjalan mendaki, menebang pohon, menggali tanah,

basket,panjat tebing,sepak bola.

(Tjokroprawiro, A. 2012)

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Tabel : 2.4 Klasifikasi Aktivitas Fisik Dengan Kebutuhan Energi BMR

Kegiatan Kebutuhan energi

(kelipatan BMR)

laki-laki

Kebutuhan energi

(kelipatan BMR)

perempuan Tidur 1,0 1,0

Kegiatan ringan 1,7 1,7

Kegiatan sedang 2,7 2,2

Kegiatan berat 3,8 2,7

Olahraga 6,0 6,0

Santai 1,4 1,4

(Tjokroprawiro, A. 2012)

2.5 Konsumsi

Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu

kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan

rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam

jangka waktu tertentu (Harahap, VY. 2012).

Survey konsumsi makanan merupakan metode yang dapat digunakan untuk

menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Tujuan survey konsumsi

makanan adalah untuk pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi pada tingkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan, sehingga diketahui kebiasaan makan dan

dapat dinilai kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Kemenkes

(2018) berbagai metode survey konsumsi pangan yaitu sebgai berikut:

a. Metode survey konsumsi individu

1. Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Hours)

2. Metode penimbangan makanan (Food weighing)

3. Metode pencatatan makanan (Food Record)

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

4. Metode Riwayat Makanan

b. Metode survey konsumsi kelompok

1. Metode frekuensi makan (Food frequency Questionnaire)

2. Semi frekuensi makan (Semi-food frequency questionnaire)

3. Metode jumlah makanan (food account)

4. Neraca bahan makanan (food balance sheet)

Tingkat konsumsi energi di peroleh dengan cara rata-rata konsumsi energi

per orang per hari dibandingkan dengan AKG

Adapun rumus untuk menghitung tingkat konsumsi energi, protein, lemak

dan serat sebagai berikut:

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Keterangan:

AKGE : Angka kecukupan gizi energi

AKGKH : Angka kecukupan gizi karbohidrat

AKGP : Angka kecukupan gizi Proten

AKGL : Angka kecukupan gizi lemak

AKGS : Angka kecukupan gizi serat

Hasil perhitungan di buat kategori tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan

serat sebagai berikut:

Tabel 2.5. Kategori Tingkat Konsumsi

Kategori Tingkat konsumsi

(%AKG) Baik 80-110

Kurang <80

Lebih >110

(WKNPG, 2004)

2.6 Metode 24 Hours Food Recall

Dari berbagai metode survei konsumsi, metode recall 24 jam merupakan

metode yang paling banyak digunakan karena metode ini cukup akurat,

pelaksanannya cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal.

Prinsip dari metode food recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah

bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Metode ini menggambarkan kemampuan akses rumah tangga terhadap

berbagai jenis pangan. Pengumpulan data konsumsi pangan rumah tangga

dengan dilakukan melalui kuesioner recall 24 jam. Pertimbangan menggunakan

recall 1 x 24 jam untuk menilai kualitas konsumsi pangan rumah tangga adalah

untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, lebih praktis, dan penggunaan

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

waktu 1 x 24 jam ini umum digunakan dalam penelitian kualitas konsumsi

pangan (Sembiring, 2015)

Menurut Survei Konsumsi Pangan Kemenkes (2018) panduan metode 24

hours food recall adalah sebagai berikut.

a. Prinsip

Metode 24 hours food recall adalah metode mengingat tentang pangan yang

dikonsumsi pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu

tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat

dalam ukuran rumah tangga (URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui

wawancara antara petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran

survei) atau yang mewakili subyek (disebut responden). Pangan yang dicatat

meliputi: nama masakan atau makanan, porsi masakan dalam ukuran rumah tangga

(URT), bahan makanan dalam URT, serta informasi harga per porsi. Infomasi

tentangresep dan cara persiapan serta pemasakan perlu dicatat agar estimasi berat

pangan lebih tepat

b. Tahapan kegiatan dan langkah dalam melakukan 24 hours food recall

Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu:

1. Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi

pada periode 24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun

tidur lagi) dan mencatat dalam ukuran rumah tangga (URT)

mencakup nama masakan/makanan, cara persiapan dan pemasakan,

serta bahan makanannya.

2. Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi

dari URT ke dalam satuan berat (gram) untuk pangan yang

dikonsumsi.

3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil

recall konsumsi pangan sehari (24 jam) secara manual atau

komputerisasi. 4. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy

dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka kecukupan

energy dan zat gizi (AKG) subyek.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

Agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan efektif serta hasil

konsumsi pangan sehari yang dicatat lengkap, maka sebaiknya mengikuti

5 tahap wawancara dalam food recall 24 jam sebagai berikut:

1. Quick list (membuat daftar ringkas pangan yang dikonsumsi sehari

kemarin) sesuai waktu makan.

2. Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden.

3. Gali pangan/hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu

makan dan aktifitas termasuk porsi dalam URT, cara memasak dan

harga per porsi bila membeli.

Adapun langkah –langkah melakukan 24 hours food recall adalah sebagai

berikut:

1. Petugas menanyakan konsumai pangan periode 24 jam yang lalu

dan mencatat dalam URT

2. Petugas mengestimasi URT ke dalam berat gram

3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi sehari

5. Membandingkan asupan energi dan zat gizi sehari dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

6. Tanyakan rincian pangan/hidangan (sesuai quict list) menurut jenis

bahan makanan, jumlah, berat dan sumber perolehannya yang

dikonsumsi sehari kemarin.

7. Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari

kemungkinan masih ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan.

c. Kelebihan dan kekurangan metode 24 hours food recall

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Adapun kelebihan menggunakan metode food recall 24 jam adalah:

1. Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf

2. Relatif murah dan cepat.

3. Dapat menjangkau sampel yang besar.

4. Dapat dihitung asupan energy dan zat gizi sehari.

Sedangkan keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah:

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id

1. Sangat tergantung pada daya ingat subyek.

2. Perlu tenaga yang trampil.

3. Adanya The flat slope syndrome

4. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan

untuk keluarga.

d. Instrumen dan alat

Instrumen dan alat yang dibutuhkan dalam metode 24 hours food

recall adalah sebagai berikut:

1. Berbagai alat ukuran rumah tangga (URT) seperti sendok makan, sendok

sayur, centong nasi, piring, magkuk, dsb.

2. Food Picture atau buku foto makanan beserta ukuran rumah tangga

(URT)

3. Food Model atau replika tiruan bahan makanan sesuai ukuran asli

4. Formulir 24 hours Food Recall

5. Bolpoin

6. Kalkulator

7. Daftar Keterangan Bahan Makanan (DKBM), Tabel Komposisi Pangan

Indonesia (TKPI), atau aplikasi Nutrisurvey.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id