bab 2 landasan teori -...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.Kualitas
Terdapat banyak pengertian terhadap kualitas. Salah satu pengertian singkat dari
kualitas “Quality is customer satisfaction and loyalty” (Gryna, 2001, p4). Dalam
sektor yang berbeda akan menghasilkan pengertian kualitas yang berbeda.
Berikut merupakan definisi kualitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara
lain :
Kualitas adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan karakteristik dari suatu
barang atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang penuh maupun yang di tetapkan (ISO 9000,
1992).
Kualitas adalah kemampuan bagi kegunaan (Juran, 1974).
Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik dari barang atau jasa yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang
telah di tetapkan maupun yang muncul secara tidak langsung
(ANSI/ASQC Standard A3, 1987).
![Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/2.jpg)
19
Kualitas adalah karakteristik fisik maupun non fisik yang merupakan sifat
dasar dari suatu barang atau merupakan salah satu ciri yang khusus
(Webster’s New World Dictionary).
Kualitas di tentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat
harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkebach,
1991).
2.2. Pelayanan Teknologi Informasi (IT Service)
Pelayanan (Service) adalah berbagai macam aktivitas/keuntungan yang di
tawarkan oleh satu pihak ke pihak lainnya baik yang sifatnya berwujud maupun tidak
(Kotler, 1996, P2).
Dalam dunia manufacturing yang sangat berkembang saat ini, pelayanan internal
dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses
berlangsungnya produksi secara keseluruhan. Salah satu dari pelayanan tersebut
adalah pelayanan informasi. Informasi ini sangat penting untuk menyediakan data-
data produksi. Data-data ini dapat berupa data material produksi, data keuangan, data
logistik, dan data tenaga kerja. Semua data tersebut disediakan oleh sebuah bagian
dari perusahaan yang bertugas untuk mengelola informasi. Bagian tersebut adalah
bagian Teknologi Informasi.
Sebagai penyedia layanan bagi semua konsumen internal dalam sebuah
perusahaan, bagian teknologi informasi bertanggung jawab untuk menjaga,
![Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/3.jpg)
20
memelihara, dan menyediakan semua hal yang menjamin data dan informasi tersebut
dapat disampaikan ke konsumen (user).
Komponen-komponen dalam teknologi informasi yang mendukung untuk
menyediakan informasi sampai ke konsumen dengan baik antara lain adalah
hardware, software, dan network yang terjaga dengan baik.
Pengertian dari Pelayanan Teknologi Informasi (IT Service) adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang saling berhubungan yang tersedia untuk mendukung satu
proses bisnis maupun lebih (Municipal Information System Association of British
Columbia, 2004).
2.3. Six Sigma
Six Sigma merupakan suatu Sistem Manajemen Kualitas yang ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan perusahaan dengan memenuhi keinginan customer lebih
dari yang diharapkan. Secara harafiah, Six Sigma merupakan alat untuk mengukur
penyimpangan yang terjadi dari proses yang dilakukan. Rentang nilai Sigma yang
digunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka makin
sempurna proses yang dilakukan.
Six Sigma adalah suatu metode terstruktur yang digunakan untuk memperbaiki
proses yang di fokuskan pada usaha mengurangi variasi pada proses (process
variances) sekaligus mengurangi cacat (barang/jasa yang di luar spesifikasi) dengan
![Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/4.jpg)
21
menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif (Aditya Syahrizal,
2003).
Penerapan Six Sigma jelas memiliki fokus pada peningkatan mutu, baik pada
barang maupun jasa ke palanggan, yang berarti melakukan lebih baik, sumber daya
yang lebih efisien. Melakukan dengan lebih cepat dan dengan mutu yang lebih tinggi
dari perspektif permintaan pelanggan. Berdasarkan permintaan pelanggan karena
merekalah yang memutuskan akan menggunakan barang/jasa yang dihasilkan atau
tidak.
Semakin baik upaya untuk secara terus menerus memenuhi harapan atau bahkan
melampaui harapan pelanggan itulah yang menjadi titik utama penerapan mutu dalam
Six Sigma. Penerapan konsep Six Sigma dapat dilihat dari dua sisi, yaitu pertama ke
dalam yang berarti peningkatan efisiensi dan efektivitas seluruh proses yang saling
terkait dan kedua keluar yang berarti peningkatan pemenuhan layanan yang melebihi
harapan pelanggan.
Pelanggan pun dapat dilihat dari masing-masing sisi, yaitu pelanggan internal
adalah bagian atau divisi (user) yang akan menggunakan layanan divisi lain yang
terkait dan pelanggan eksternal adalah mereka yang akan menggunakan barang atau
jasa yang dijual oleh suatu perusahaan.
Jika terjadi proses peningkatan mutu, yang disertai dengan peningkatan kinerja,
baik dalam bentuk kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), tingkat kepuasan
![Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/5.jpg)
22
pelanggan (customer satisfaction level), efisiensi kerja (efficiency) dan efektivitas
kerja (effectiveness), maka secara langsung/tidak akan berpengaruh terhadap
penghasilan bersih (Net Income) perusahaan atau dalam konsep mutu dikenal dengan
istilah “Quality Net Income (QNI)”.
Dengan dilakukan peningkatan mutu dalam penerapan Six Sigma, maka
perusahaan akan memperoleh dampak positif yaitu berupa penghematan dalam
pengeluaran.
Ada 6 komponen utama konsep Six Sigma (Pande, 2002,p8) :
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan : pelanggan bukan berarti hanya pembeli
tapi bisa juga rekan kerja, pemerintah, masyarakat umum pengguna jasa dan lain-
lain.
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta : bukan berdasarkan opini atau
pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikkan : Six Sigma sangat tergantung
pada kemampuan dalam mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang
bagus untuk melakukan perbaikkan.
4. Manajemen yang proaktif : peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam
mengarahkan keberhasilan menuju suatu perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas : kerja sama antar tim/departemen. Selalu mengejar
kesempurnaan, tapi masih toleran pada masalah kecil.
![Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/6.jpg)
23
Produk dari teknologi yang terdiri dari banyak komponen yang kompleks
memberikan banyak peluang terjadinya cacat (defect) atau gagal (failure). Motorola
mengembangkan program Six Sigma pada akhir tahun 1980-an sebagai tanggapan
atas tuntutan dari produk ini. Fokus dari Six Sigma adalah untuk mengurangi variasi
dalam karakteristik kualitas produk utama pada level dimana kegagalan (failure) atau
cacat (defect) bisa di hindari secara maksimal (Douglas, 2001, p23).
Gambar 2.1 Normal Distribution Center At the Target
Sumber : Introduction to statistical Quality Control (Douglas, 2001, p24)
![Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/7.jpg)
24
Gambar 2.2 Normal Distribution With The Mean Shifted 1.5σ From The Target
Sumber : Introduction to Statistical Quality Control (Douglas, 2001, p24)
Gambar 2.1 menunjukkan sebuah normal probability distribution sebagai model
dari karakteristik kualitas dengan spesifikasi batasan pada standart deviasi tiga pada
tiap bagian titik tengahnya. Saat ini model itu telah tidak digunakan bahwa dalam
situasi ini peluang memproduksi sebuah produk dalam batasan ini adalah 0,9973 yang
dapat disamakan dengan 2700 bagian per sejuta (parts per million-ppm) adalah cacat.
Ini menunjukkan three Sigma quality performance (kualitas 3 sigma), dan sebenarnya
terdengar cukup baik. Akan tetapi, jika di perkirakan sebuah produk mengandung
kumpulan dari 100 komponen atau bagian dan seluruh bagian itu haruslah tidak cacat
untuk produk untuk berfungsi secara memuaskan. Peluang dari setiap unit produk
cacat adalah :
0,9973 x 0,9973 x … x 0,9973 = (0,9973)100 = 0,7631
![Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/8.jpg)
25
Artinya sekitar 23,7% dari produk yang di produksi di bawah kualitas tiga Sigma
akan cacat. Ini bukanlah situasi yang dapat diterima karena banyak produk dari
teknologi tinggi dibuat dari ribuan komponen.
Konsep dari Six Sigma Motorola adalah mengurangi variasi dalam proses sehingga
spesifikasi batasannya adalah standar deviasi enam dari titik tengah. Dan pada
gambar 2.1, hanya akan ada 2 bagian per semilyar adalah cacat. Di bawah kualitas
enam Sigma, peluang tidak cacatnya setiap produk hipotesis di atas adalah 0,9999998
atau 0,002 ppm. Ini adalah sebuah situasi yang lebih baik.
Ketika konsep Six Sigma dikembangkan pada awalnya, sebuah asumsi dibuat
bahwa ketika proses mencapai tingkat kualitas enam Sigma, titik tengah proses masih
merupakan pokok persoalan yang mengganggu yang bisa mengakibatkannya bergeser
menjadi standar deviasi 1,5 dari target. Situasi ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2.
Dengan skenario ini, proses akan memproduksi sekitas 3,4 ppm cacat.
2.3.1. Tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
Dalam six sigma terdapat tahapan yang digunakan untuk menerapkan dan
memelihara kualitas yang ingin dicapai. Tahapan-tahapan tersebut merupakan sebuah
lingkaran fungsi management yang terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Define
![Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/9.jpg)
26
Pada tahap ini tim pelaksana pengidentifikasi permasalahan, spesifikasi
pelanggan dan menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target
waktu), misalnya membuat Rich Picture contohnya flowchart.
b. Measure
Tahap untuk memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisis
permasalahan dari data yang ada, misalnya mengumpulkan data, membuat
diagram pareto dan sebagainya.
c. Analyze
Menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses (significant
few opportunities), artinya mencari satu atau lebih faktor yang jika
diperbaiki akan memperbaiki proses secara signifikan.
d. Improve
Mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki system berdasarkan hasil
analisa terlebih dahulu, melakukan percobaan untuk melihat hasilnya. Jika
hasilnya bagus maka akan dibuatkan prosedur bakunya (Standard
Operating Procedure – SOP).
e. Control
Membuat rencana dan design pengukuran agar hasil yang sudah bagus
dari perbaikan tim bisa berkesinambungan. Jadi SOP ini dibuatkan
![Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/10.jpg)
27
semacam matrik untuk selalu dimonitor dan dikoreksi bila sudah dimulai
menurun ataupun jika diperlukannya perbaikan lagi.
2.4. Perangkat (Tools) dalam Six Sigma
Dalam analisa six sigma, digunakan beberapa perangkat untuk mendukung dalam
melakukan analisa. Perangkat-perangkat tersebut antara lain adalah:
2.4.1 Diagram Alir (Flowchart)
Diagram alir adalah sebuah diagram yang menggambarkan urutan proses dan
kondisi dari proses yang dimulai dari saat proses tersebut dilakukan sampai dengan
proses tersebut selesai. Diagram alir dapat membantu dalam mendefinisikan sebuah
proses dan mengetahui titik-titik dari proses yang membutuhkan perhatian yang lebih
mendalam. Simbol-simbol yang digunakan untuk membuat diagram alir antara lain
adalah sebagai berikut.
![Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/11.jpg)
28
Gambar 2.3. S imbol dalam Diagram Alir
Sumber: The Design for Six Sigma (Dana Ginn, 2004, p117)
2.4.2. Diagram Pareto
Analisa Pareto adalah proses dalam memperingkat peluang untuk menentukan
peluang potensial mana yang harus dikejar lebih dahulu. Analisi Pareto harus
digunakan pada berbagai tahap dalam suatu program peningkatan kualitas untuk
menentukan langkah mana yang diambil berikutnya. Pareto Diagram adalah grafik
batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Secara
umum, ada 2 tipe dari Pareto Diagram, yaitu :
1. Result-Category Diagram
![Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/12.jpg)
29
Diagram ini memfokuskan pada pengklasifikasian dan hal penting yang relative
dari hasil yang bisa diobsevasi.
2. Cause-Category Diagram
Diagram ini memfokuskan pada pengklasifikasian dan hal penting yang relative
dari sebab yang telah di deteksi.
2.4.3. Grafik Kontrol (Control Chart)
Grafik kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari
Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud
untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang
disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dari variasi yang
disebabkan oleh penyebab-umum (common-causes variation).
Pada dasarnya setiap Grafik Kontrol memiliki (Gaspersz, 1998, p107):
1. Garis Tengah (Central Line), yang biasa dinotasikan sebagai CL.
2. Sepasang batas kontrol (Control Limits), dimana satu batas kontrol ditempatkan
di atas garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol atas (Upper Control
Limit), biasa dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan dibawah
garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol bawah (Lower Control Limit),
biasa dinotasikan sebagai LCL.
3. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari
proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan (diplot) pada grafik itu berada
![Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/13.jpg)
30
didalam batas-batas kontrol tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka
proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan terkontrol atau
terkendali secara statistikal, atau dikatakan berada dalam pengendalian statistikal.
Namun, jika nilai-nilai yang ditebarkan pada grafik itu jatuh atau berada di luar
batas-batas kontrol atau memperlihatkan kecenderungan tertentu atau memiliki
bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam
keadaan di luar kontrol (tidak terkontrol) atau tidak berada dalam pengendalian
statistikal sehingga perlu di ambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses
yang ada.
2.4.3.1. Jenis-jenis Grafik Kontrol
Jenis Grafik Kontrol yang digunakan ditentukan berdasarkan jenis data yang
terkumpul. Dalam konteks pengendalian statistikal terdapat 2 jenis data, yaitu :
1. Data Atribut (Attributes Data), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk
pencatatan dan analisis.
2. Data Variabel (Variabels Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk
keperluan analisis.
Berdasarkan jenis data, Grafik Kontrol dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Grafik Kontrol untuk Data Variabel
Grafik kontrol data variabel digunakan untuk data kontinu/variabel (ukuran) dan
biasanya dipakai untuk memonitor beserta kontrol input (x variabel) yang
![Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/14.jpg)
31
mempengaruhi kinerja proses. Grafik-grafik Kontrol untuk data variabel antara
lain Grafik Kontrol X-bar dan R, Grafik Kontrol individual X dan MR.
2. Grafik Kontrol untuk Data Atribut
Grafik Kontrol data atribut digunakan untuk proporsi dan data hitungan.
Khususnya, Grafik Kontrol data atribut digunakan untuk menampilkan dan
mengawasi proporsi atau hitungan beberapa karakteristik fokus perhatian
(misalnya proporsi produk yang tidak memenuhi syarat, jumlah pelanggan yang
dilayani dan sebagainya). Grafik-grafik Kontrol untuk data atribut antara lain
Grafik Kontrol p, Grafik Kontrol np, Grafik Kontrol c, Grafik Kontrol u.
2.4.3.2. Grafik Kontrol c dan Grafik Kontrol μ
Grafik Kontrol c dan μ diaplikasikan dalam satu kondisi untuk nilai cacat yang
terdapat dalam sebuah unit output dalam sebuah proses kerja. Atau dalam satu
kondisi dimana kita berkepentingan dengan sejumlah cacat (defect) yang
diketemukan dalam unit output hasil kerja, seperti misalnya jumlah kesalahan yang
diketemukan dalam pengisian suatu invoice. (Sritomo, 2003, p290).
Grafik Kontrol atau Peta Kontrol c digunakan untuk memantau proses variasi
karena fluktuasi cacat per item atau kelompok barang. Peta Kontrol ini berguna
bagi untuk mengetahui bukan hanya berapa banyak item yang tidak sesuai tapi berapa
banyak cacat yang ada per item. Mengetahui berapa banyak cacat yang ada pada
bagian dalam sebuah proses produksi, mungkin dalam beberapa kasus sama
![Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/15.jpg)
32
pentingnya dengan mengetahui berapa banyak bagian yang rusak. (Issa Bass, 2007,
p154).
Grafik Kontrol c digunakan untuk jumlah sampel lot sizes (n) yang sama,
sedangkan Grafik Kontrol μ digunakan jika nilai n berlainan. Berikut ini adalah
formulasi untuk masing-masih Grafik Kontrol:
a. Grafik Kontrol c
Garis tengah atau nilai tengah atau CL dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
c = Jumlah cacat kesalahan
N = Banyaknya kelompok sampel lot
Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah atau UCL dan LCL
dirumuskan sebagai berikut:
b. Grafik Kontrol μ
Garis tengah atau nilai tengah atau CL dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
![Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/16.jpg)
33
c = Jumlah cacat yang dijumpai per sampel
k =
Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah atau UCL dan LCL
dirumuskan sebagai berikut:
2.4.4. Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunities)
Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunity) dilakukan untuk
menghitung penyebaran defect (cacat) per sejuta kesempatan yang ada (Forrest. 1999.
Implementing Six Sigma. p137).
Unit (U)
Jumlah dari bagian, sub-kelompok, kelompok, atau sistem yang diperiksa atau di uji.
Opportunity (O)
Karakteristik yang diperiksa atau diuji.
Defect (D)
![Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/17.jpg)
34
Segala sesuatu yang mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan atau ketidaksesuaian.
Defect Per Unit (DPU)
DPU = D/U (Defect/Unit)
Total Opportunities (TOP)
TOP = UxOP (UnitxOpportunity)
Defect Per Opportunity (DPO) or Probability of a Defect
DPO = D/TOP (Defect/Total Opportunities)
Defect Per Million Opprtunities (DPMO)
DPMO = DPOx1,000,000 (Defect Per Opportunitiesx1,000,000)
2.4.5. Diagram Fishbone
Fishbone Diagram adalah diagram yang digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab yang potensial atau nyata (input) yang menyebabkan efek tertentu
(output) (Sky Mark, 2005).
Fishbone Diagram juga disebut sebagai suatu diagram yang menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat (Gasperz, 1998, p62).
Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram ini dipergunakan untuk
menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang
![Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/18.jpg)
35
disebabkan oleh fakta-fakta penyebab itu. Fakta-fakta penyebab itu antara lain adalah
Man, Machine, Material, Method, Measurement, dan Environtment. Berikut ini
adalah contoh bentuk fishbone yang lengkap.
Gambar 2.4. Diagram Fishbone
Sumber: Six Sigma Workbook for Dummies (Craig Gygi, 2006, p58)
Langkah-langkah membuat Fishbone Diagram : (Douglas, 2001)
1. Mengidentifikasi masalah atau sesuatu yang akan dianalisa.
2. Tuliskan faktor-faktor yang menjadi penyebab
Tuliskan didalam kotak yang terdapat di atas dan di bawah panah yang telah
dibuat. Isinya adalah kategori-kategori yang menjadi penyebab seperti yang telah
disebutkan di atas.
![Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/19.jpg)
36
3. Identifkasi faktor penyebab yang lebih terinci
Carilah faktor-faktor yang lebih terinci yang mempunyai pengaruh pada faktor
utama tersebut, apabila terdapat faktor terinci yang kompleks maka pisahkan lagi
ke dalam sub faktor.
4. Mengalisa diagram
Analisa penyebab-penyebab yang ada dari tiap kategori, lalu tandai penyebab
yang potensial, setelah itu urutkan penyebab dari yang peranannya paling
mempengaruhi masalah.
2.4.6. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) merupakan suatu metodologi dalam
membantu mengidentifikasi kerusakan/kegagalan dan merekomendasikan solusi
korektif untuk memperbaiki kegagalan yang teridentifikasi sebelum barang/jasa
disalurkan kepada pelanggan (Stamatis, 2003, p223).
Terdapat banyaknya tipe FMEA, tetapi yang utama terdiri dari :
System/Concept – S/CFMEA
S/CFMEA dibuat untuk mengidentifikasi masalah yang berpotensial
dengan konsep atau rancangan yang berpotensial.
Design – DFMEA
![Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/20.jpg)
37
DFMEA dibuat sebelum produksi pada saat perancangan dan
melibatkan pembuat daftar failure modes yang berpotensial dan sebab
atas failure modes tersebut.
Manufacturing or Process – PFMEA
PFMEA merupakan teknik analitikal yang mengidentifikasi failure
modes proses produk yang berpotensial, menilai pengaruh yang
potensial pada pelanggan dari kerusakan (failure) yang ada,
mengidentifikasi sebab proses yang berpotensial dan mengidentifikasi
variabel proses yang signifikan fokus pada pengendalian untuk
pencegahan dan pendeteksian kondisi kerusakan.
Machinery – MFMEA
MFMEA adalah suatu metodolodi yang membantu dalam
pengidentifikasian failure mode yang mungkin terjadi dan menentukan
sebab dan pengaruh dari failure modes. MFMEA lebih berfokus pada
eliminasi dari persoalan yang menyangkut keamanan (safety issues)
dan memecahkan safety issue itu berdasarkan prosedur yang spesifik
antara pelanggan dan penyelia.
Selain tipe-tipe yang di sebut di atas, juga terdapat banyak tipe lain dari FMEA
seperti service, software dan juga environmental.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pembuatan FMEA, antara lain :
![Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/21.jpg)
38
Potential failure mode muncul saat fungsi dari item tidak memenuhi
syarat-syarat yang ada.
Potential effects of failure mode merupakan deskripsi konsekuensi dari
proses yang gagal.
Severity merupakan penilaian numerik dimana penilaian diberikan
dengan mempertimbangkan failure mode effect yang ada berdasarkan
rating yang telah ditetapkan.
Potential causes of failure mode merupakan penyebab dari potential
failure mode yang telah teridentifikasi.
Occurrence merupakan angka estimasi dari frekuensi atau angka
kumulatif dari kegagalan yang terjadi.
Current Control adalah mekanisme, metode, pengujian, prosedur atau
pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebab
dari kegagalan atau mendeteksi failure mode.
Detection merupakan penilaian angka dari probabilitas yang diberikan
pengendalian untuk menemukan penyebab khusus atau failure mode
untuk mencegah kegagalan tersebut sampai pada pihak pelanggan.
Risk Priority Number (RPN)
RPN = S x O x D
S = Severity
O = Occurrence
![Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/22.jpg)
39
D = Detection
2.5. ITIL V3 (Information Technology Infrastructure Library Version 3)
Tidak ada definisi yang khusus untuk ITIL V3. Pada prakteknya ITIL V3 biasa
dijabarkan sebagai sebuah metode atau IT Management untuk memberikan dan
menyediakan kerangka kerja yang bertujuan untuk mengidentifikasi, merencanakan,
dan memberikan dukungan berupa pelayanan teknologi informasi kepada bisnis atau
perusahaan.
Dalam pengertiannya, sebagian trainer memberikan penjelasan bahwa ITIL V3
adalah sebuah kerangka kerja dari infrastruktur teknologi informasi yang berisi
kumpulan dari pengalaman praktis terbaik (best practices) dan petunjuk untuk
membantu memberikan fasilitas demi tercapainya kualitas pelayanan teknologi
informasi yang baik. ITIL V3 bertujuan untuk memberikan garis besar terhadap
proses manajemen dan prosedur untuk membantu bisnis dalam mencapai kualitas
finansial yang bagi sebuah perusahaan melalui teknologi informasi.
Sejarah munculnya ITIL adalah sebuah kumpulan dari pengalaman dan best
practices untuk pengelolaan layanan teknologi informasi yang digagas pada akhir
1980-an oleh organisasi yang bernama CCTA yang sekarang bernama Office of
Government of Commerce di Inggris.
Latar belakang munculnya ITIL adalah didasari oleh metode yang ditulis oleh
Demings yang telah memperkenalkan beberapa metode dalam tulisannya antara lain
![Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/23.jpg)
40
adalah six sigma, total quality management, lean production, dan Toyota production
system. Dari beberapa kerangka kerja dan metode-metode yang populer digunakan
untuk industri tersebutlah ITIL dibangun dengan mengutamakan pelayanan dalam
teknologi informasi.
ITIL V3 merupakan pengembangan dari versi-versi sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan metode terbaik seiring dengan perkembangan perindustrian dan
teknologi informasi yang cukup pesat. Adapun kerangka kerja dalam ITIL V3 ini
berisi tentang beberapa pedoman berikut ini:
1. Service Strategy
Dalam menerapkan strategi untuk pelayanan teknologi informasi, harus
disesuaikan dengan visi dan misi dari sebuah perusahaan atau bisnis. Harus
dapat dipastikan bahwa strategi pelayanan yang akan diberikan berfokus pada
kebutuhan konsumen, baik konsumen internal ataupun konsumen eksternal.
Strategi ini juga harus sesuai dan sejalan dengan elemen-element proses yang
akan dilakukan. Selain itu dalam penerapan strategi ini harus disesuaikan
dengan tujuan dari bisnis atau perusahaan, kebutuhan bisnis atau perusahaan,
dan konsep dasar manajement pelayanan.
Strategi pelayanan teknologi ini dapat berupa instruksi, kebijakan, atau
tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah penyedia layanan teknologi
informasi yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan atau oleh Chief
Information Officer (CIO). Strategi yang berupa garis besar tersebut harus
![Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/24.jpg)
41
didefinisikan menjadi strategi-strategi untuk tingkatan operasional agar
tujuan utama dari pelayanan secara global dapat terwujud.
2. Service Design
Menyediakan petunjuk dalam membuat dan memelihara dari sebuah
kebijakan dalam pelayanan teknologi informasi. Sehingga dalam melakukan
perancangan terhadap pelayanan teknologi informasi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan bisnis baik untuk saat ini ataupun untuk masa yang akan
datang.
Rancangan atau desain teknis yang telah dibuat harus terdokumentasi baik
dari segi arsitektur dan infratruktur teknologi informasi, atau sebuah inovasi
pelayanan teknologi informasi yang akan dilakukan demi tercapainya sebuah
solusi untuk proses bisnis.
3. Service Transition
Adalah pengelolaan dan koordinasi proses, sistem, dan fungsi yang
dibutuhkan untuk mengemas, membangun, melakukan tes, dan
mengimplementasikannya ke tingkat produksi sesuai dengan pelayanan yang
dibutuhkan oleh konsumen. (Jan van Bon. Service Transition based on ITIL
V3. 2008. p21).
Dari perngertian tersebut diketahui bahwa setelah menentukan strategi dan
membuat desain, maka diperlukan sebuah transisi sebelum sebuah perubahan
atau penerapan sistem atau pelayanan kepada konsumen dilakukan perlu
dilakukan tes, dokumentasi, dan validasi terhadap kelayakannya.
![Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/25.jpg)
42
4. Service Operation
Merupakan bagaimana memberikan pelayanan teknologi informasi yang
baik kepada konsumen. Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam mengelola
pelayanan ini diperlukan beberapa pengamatan dan kontrol terhadap insiden
yang terjadi, permintaan akan perbaikan atau pelayanan, permasalahan
teknologi informasi, dan manajemen pencatatan dan indentifikasi masalah.
5. Continual Service Improvement
Untuk dapat menjaga agar pelayanan tetap berlangsung dengan baik, perlu
dilakukan perbaikan terhadap pelayanan teknologi informasi secara
berkelanjutan. Proses-proses dan metode-metode yang telah dijelaskan
sebelumnya di atas jika diperlukan harus dilakukan peninjauan ulang
sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang terjadi yang
memerlukan perbaikan.
Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam sebuah lingkaran konsep
pelayanan ITIL V3 (ITIL V3 Lifecycle) berikut ini.
![Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-1-00741-tias 2.pdfdigunakan adalah 1 hingga 6, makin tinggi nilai Sigma yang diperoleh maka](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022110301/5cadd0b188c99333788be71b/html5/thumbnails/26.jpg)
43
Gambar 2.5. ITIL V3 Lifecycle