bab 2 baru print

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar teori II.1.1 Pengertian korosi Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu material (terutama logam) karena bereaksi dengan lingkungannya. Dengan bereaksi ini sebagian logam akan ”hilang” menjadi suatu senyawa yang lebih stabil. Korosi adalah kerusakan logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Proses korosi logam dalam larutan akuatik (mengandung air) merupakan reaksi elektrokimia yang meliputi proses perpindahan massa dan perpindahan muatan. Bila suatu logam dicelupkan dalam larutan elektrolit, terjadi dua lokasi yang disebut anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi (David, 2012). Hilangnya sebagian logam ini mengakibatkan pula kerugian – kerugian lain yang lebih besar, antara lain : II- 1

Upload: daimatus-sholichah

Post on 01-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

inhibitor

TRANSCRIPT

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar teoriII.1.1 Pengertian korosiKorosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu material (terutama logam) karena bereaksi dengan lingkungannya. Dengan bereaksi ini sebagian logam akan hilang menjadi suatu senyawa yang lebih stabil. Korosi adalah kerusakan logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Proses korosi logam dalam larutan akuatik (mengandung air) merupakan reaksi elektrokimia yang meliputi proses perpindahan massa dan perpindahan muatan. Bila suatu logam dicelupkan dalam larutan elektrolit, terjadi dua lokasi yang disebut anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi (David, 2012).Hilangnya sebagian logam ini mengakibatkan pula kerugian kerugian lain yang lebih besar, antara lain :1. Hasil reaksi korosi yang menempel pada permukaan logam sering mengakibatkan penampilan yang kurang sedap dipandang.2. Korosi yang mengakibatkan hilangnya sebagian logam ini bisa menimbulkan kebocoran / kelonggaran yang berarti pula suatu peralatan tidak lagi dapat berfungsi dengan baik, sehingga perlu diganti.3. Korosi mengakibatkan berkurangnya kekuatan / ketangguhan sehingga dapat menimbulkan akibat yang lebih serius, misalnya robohnya suatu konstruksi, meledaknya suatu pipa / bejana bertekanan, dll.4. Kerusakan pada suatu bagian peralatan seringkali dapat menghentikan seluruh proses produksi.5. Biaya perawatan untuk mencegah kerusakan akibat korosi seringkali juga tidak murah.6. Hasil reaksi korosi mungkin juga akan membuat pencemaran pada suatu produk, seperti misalnya makanan, minuman.Melihat kerugian kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh korosi ini maka berbagai usaha dilakukan untuk mencegah korosi, atau setidaknya mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh korosi.

II.1.2 Penyebab terjadinya KorosiFaktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :a. Air dan kelembapan udaraAir merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.b. ElektrolitElektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.c. Adanya oksigenPada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.d. Permukaan logamPermukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.e. Letak logam dalam deret potensial reduksiKorosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet (Tati, 2012).

II.1.3 Macam-macam Korosi1. Galvanic corrosionKorosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda dipasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang lebih aktif atau anoda akan terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi. Pada tabel galvanisasi, alumunium dan seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja.

Gambar 2.1 Korosi Galvanik

2. Crevice Corrosion (Korosi Celah)Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi pada daerah tertentu. Korosi celah terjadi karena adanya larutan atau elektrolit yang terperangkap di dalam celah atau lubang. Misalnya pada sambungan dua permukaan logam yang sejenis,permukaan logam yang retak, baut dan tapal. Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan menimbulkan beda konsentrasi oksigen, sehingga terbentuk sel korosi. Daerah dengan konsentrasi oksigen tinggi berperan sebagai katoda dan daerah konsentrasi oksigen rendah berperan sebagai anoda.

Gambar 2.2 Korosi Celah3. Intergranular Corrosion (Korosi batas butir)Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara local menyerang batasbutir-butir logam sehingga butir butir logam akan hilang atau kekuatan mekanikdari logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batasbutir, adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salahsatu unsur pada daerah batas butir.Intergranular corrosion adalah bentuk penyerangan terhadap batas butir atau daerah sekitarnya pada material dalam lingkungan korosif tetapi hanya sebagian kecil korosi menyerang butir material itu sendiri. Intergranular corrosion juga dikenal sebagai intergranular attack .

Gambar 2.3 Korosi Batas Butir

4. Selective Leaching corrosion (korosi selektif)Korosi selektif terjadi akibat elemen pemandu secara selektif meninggalkan logam paduannya. Korosi Selektif bisa terjadi dari sepasang panduan logam satu fasa dan juga dua fasa. Dalam paduan dua fasa, fasa yang kurang mulia akan meluruh terlebih dahulu. Misalnya paduan kuningan (Cu-Zn) yang berada di lingkungan asam dimana Zn akan terlarut dalam asam . Korosi selektif ini merupakan terlarutnya logam pada paduan logam karena logam tersebut lebih rentan (lebih anodik) terhadap korosi daripada logam lain dalam paduan. Akibat dari korosi selektif ini, permukaan logam paduan tereduksi dan membuat bagian yang terkorosi menjadi spongy material yang memiliki kekuatan mekanis yang lemah dan akan pecah jika dikenai tekanan (getas).

Gambar 2.4 Selective Leaching

5. Stress Corrosion (Korosi Tegangan)Korosi tegangan terjadi akibat adanya kombinasi antara tegangan tarik yang diderita logam dan serangan local dari medium korosif. Korosi tegangan pada logam paduan atau logam umumnya jarang terjadi.

Gambar 2.5 Korosi Tegangan

6. Uniform Corrosion (Korosi Seragam)Bentuk korosi ini yang paling lazim terjadi. Korosi yang muncul terlihat merata pada seluruh permukaan logam dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah efek dari korosi atmosfer pada permukaan logam. Korosi seragam terjadi apabila seluruh bagian logam memiliki komposisi yang sama.Korosi ini terjadi karena proses anodik dan katodik yang berlangsung pada permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsung mengakibatkan seluruh permukaan terkorosi.

Gambar 2.6 Korosi Seragam

7. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan terkonsentrasi pada daerah tertentu. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh klorida. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran sama dengan korosi celah, hanya saja korosi sumuran ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan korosi celah. Karena jaraknya yang saling berdekatan satu sama lain,korosi sumuran akan mengakibatkan permukaan logam menjadi kasar. Korosi sumuran terjadi karena komosisi material yang tidak homogen, rusaknya lapisan pelindung,adanya endapan dipermukaan material,serta adanya bagian yang cacat pada material.

Gambar 2.7 Korosi Sumuran

8. Erosion Corrosion (Korosi Erosi)Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan elektrokimia dan kecepatan fluida yang tinggi pada permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena adanya aliran fluida yang sangan tinggi melewati benda yang diam atau statis. Atau bisa juga terjadi karena sebuah objek bergerak cepat di dalam fluida yang diam, misalnya baling-baling kapal laut.

Gambar 2.8 Korosi Erosi

II.1.4Pencegahan KorosiDengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, pembalutan dan penggunaan chemical inhibitor.a. Proteksi KatiodikUntuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection. Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.b. CoatingCara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi. Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi. Pelapisan dengan semen (concrete coating)Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang pada daerah air laut, dimana ketebalan semen diharapkan akan dapat menghindarkan kontaminasi secara langsung antara air laut dengan permukaan pipa dan juga selain itu lapisan semen ini juga digunakan sebagai pemberat pipa yang akan diletakkan didasar laut sehingga tidak memerlukan lagi pemberat. Namun kelemahan dari pelapisan semen pada jaringan pipa dasar laut adalah sulit sekali untuk melakukan pemeliharaan atau melakukan inspeksi dengan peralatan yang sederhana, hal ini disebabkan jaringan pipa tersebut sudah tertutup Lumpur didasar laut. Untuk keperluan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakanintelegent pigyang dimasukkan dalam jaringan pipa dan didorong oleh fluida yang mengalir pada jaringan pipa tersebut. Dengan pekerjaan yang relatif sederhanaintelegent pigdapat memberikan informasi tentang cacat yang ada pada jalur pipa transportasi cukup akurat, baik jenis cacatnya maupun lokasi dimana cacat itu berada. Sehingga sangat memudahkan bagi kita untuk memperbaikinya. Pengecatan (Painting)Pengecatan untuksubsea pipelinehanya mungkin dilakukan pada awal instalasi, sehingga untuk pipa yang terendam air pemeliharaan dengan cara pengecatan tidak mungkin dan tidak dilakukan. Pemeliharaan dengan pengecatan dilakukan untuk instalasi pipa yang berada pada bagian permukaan.Dalam pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan standart dan ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antaraprimer coat,intermediate coatdantop coat. Sebelum pipa dicat harus dilakukan sandblasting terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa tidak ada air atau kotoran yang dapat menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatan. Untuksubsea pipelinecara ini tidak dilakukan karena umur cat yang terbatas, sehingga untuksubsea pipelinecara yang sering digunakan yaitu dengan cara pelapisan dengan meggunakan semen atau aspal. Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya. Material corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :a.Organik InhibitorInhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik inhibitor antara lain, turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine, amida, asetat, oleat, senyawa-senyawa amfoter.b.Inorganik InhibitorInhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit, silikat, dan pospat.(Naval, 2012)

II.1.5 Laju KorosiPeristiwa korosi pada logam dapat berlangsung dengan cepat atau lambat. Cepat lambatnya peristiwa korosi pada logam di pengaruhi oleh laju korosi (Rate korosi). Adapun rumus laju korosi, yakni sebagai berikut:

(2.1)Dimana: W: Berat yang hilang (mg)D: Densitas logam (g/cm3)A: Luas penampang logam (in2)T: Waktu laju korosi (hour)534 : Penurunan satuan (dapat dilihat di apendiks)(Fontana,1997)Untuk material yang tahan terhadap korosi, ratenya berada dalam rentang 1-200 mpy. Kecepatan dapat pula ditunjukkan berdasarkan hukum faraday.

Laju Penetrasi korosi = K. axi/nxD(2.2)Keterangan :i = densitas arus ( uA/cm2 )a = berat atom bahann = jumlah elektron yang hilangK= konstansta, bergantung pada rate penetrasi yang diinginkanD = densitas ( g/cc )

II.1.6 InhibitorII.1.4.1Pengertian InhibitorInhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan atau dimasukkan dalam jumlah sedikit kedalam suatu zat koroden ( lingkungan yang korosif ), dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju korosi yang ada (Sri Widharto,2001).II.1.4.2Mekanisme inhibitorAdapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya.2. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.4. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya. (Dalimunthe, 2010). II.1.4.3Jenis InhibitorTerdapat beberapa jenis inhibitor, yaitu :1. Passivating inhibitor Passivating inhibitor adalah jenis inhibitor yang paling efektif dari seluruh jenis inhibitor lainnya karena dapat melumpuhkan pengkorosian secara menyeluruh, namun jenis inhibitor ini dalam kondisi tertentu akan mempercepan pengkorosian. Terdapat dua jenis passivating inhibitor, yakni anion yang mengoksidasi seperti kromat, nitrit, dan nitrat yang memasifkan baja jika tidak ada oksigen, dan ion yang tidak mengoksidasi ( non oxidizing ions ) seperti fosfat, tungstat dan molibdat yang memerlukan keberadaan oksigen untuk memasifkan (Sri Widharto,2001).2. Katodik inhibitorKatodik inhibitor adalah menghambat reaksi reduksi. Molekul organik netral teradsorpsi di permukaan logam, sehingga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan elektroda. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat, sehingga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. (Indra Surya Dalimunthe, 2004).3. Organik inhibitorOrganik inhibitor adalah menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan organik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa dipakai di sistem boiler.4. Precipitate including inhibitorPrecipitate including inhibitor adalah sejenis senyawa pembentuk film yang menutupi keseluruhan permukaan metal sehingga secara tidak langsung mengganggu daerah anoda dan katoda sekaligus. Jenis yang paling umum adalah silikat dan fosfat (Sri Widharto,2001).5. Vapor phase inhibitorVapor phase inhibitor (VPI) adalah senyawa yang dialirkan di dalam system tertutup ke bagian yang yang terkorosi dengan penguapan dari asalnya. Di dalam ketel uap, dasar senyawa yang mudah menuap (volatil) seperti morpholine atau ethylen diamine dicampur dengan uap air untuk mencegah korosi di dalam tube condenser dengan menetralisir karbon dioksida yang bersifat asam. Senyawa jenis ini menghambat proses korosi dengan menciptakan suasana alkalin (Sri Widharto,2001).Beberapa penelitian tentang inhibitor:1. Kromat dan nitrit merupakan inhibitor yang sangat efektif mengurangi laju korosi berbagai jenis logam (Shreir, 1994). Namun belakangan diketahui bahwa kromat dan nitrit memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu pemakaiannya sangat dibatasi dan perlahan mulai ditinggalkan (Wise dkk, 2006). Hal inilah yang terus mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian tentang inhibitor yang bukan hanya efektif tetapi juga tidak berbahaya bagi lingkungan (Boucherit dkk, 2008).2. Dalam penelitian ini untuk memperlambat terjadinya korosi, plat besi direndam dalam air laut yang tidak mengandung dispersan Polimetil metakrilat (PMMA) dan yang mengandung PMMA, dimana konsentrasi dan waktu perendamannya divariasikan. Untuk menentukan besarnya kehilangan berat plat besi akibat korosi dilakukan dengan cara mengukur absorbansi besi hasil korosi menggunakan Spektrofotometer-Visible. Dari hasil penelitian ini ada pengaruh konsentrasi dispersan dan waktu perendaman terhadap jumlah kehilangan berat plat besi akibat korosi yaitu dengan bertambahnya konsentrasi dispersan maka semakin kecil jumlah kehilangan berat plat besi dan dengan bertambahnya waktu perendaman menyebabkan semakin besar jumlah kehilangan berat plat besi. Besarnya kehilangan berat plat besi akibat korosi pada waktu perendaman 30 hari adalah 0,0547 g/39,6 cm2, sedangkan dengan adanya penambahan PMMA sebesar 0,0112 g/39,6 cm2.3. Inhibitor yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam nitrat yang merupakan inhibitor paling efektif dalam proses perlindungan terhadap korosi logam. Sedangkan logam yang digunakan adalah logam baja (stainless stell) yang merupakan baja anti karat dengan kandungan kromium mencapai 18% dan nikel sebanyak 8%. Logam yang digunakan sebagai sampel dipotong dengan ukuran 1 x 6 cm, sebanyak 4 sampel. Kemudian logam disensitisasi terlebih dahulu selama 24 jam pada suhu 650C. Proses sensitisasi dilakukan di laboratorium fisika material FMIPA Universitas Negeri Malang (Ulfiyah, 2010).4. Analisis mekanisme pengaruh inhibitor siskem pada material baja Karbon. Penambahan inhibitor SISKEM ke dalam air pendingin sekunder RSG GAS merupakan suatu cara pengendalian kualitas air pendingin yang dapat mendukung keandalan komponen sistem. Inhibitor SISKEM yang ditambahkan secara umum mengandung fosfat dan seng yang merupakan jenis inhibitor gabungan dari anodik dan katodik dan berfungsi untuk menghambat laju korosi pada baja karbon yang merupakan material pipa sekunder reaktor RSG GAS (Sunaryo, 2011).5. Telah dilakukan penelitian pada ekstrak kulit kayu akasia dalam pelarut metanol yang ternyata positif mengandung tanin dapat menghambat laju korosi pada baja lunak dengan menggunakan metode berat hilang.. Baja berdiameter 3,5 cm dan tebal 1,2 cm direndam dalam larutan asam sulfat sebesar 0,5 M dengan volume 80 mL dengan dan tanpa ektrak kulit kayu akasia sebesar 100 ppm selama 1,2 dan 3 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa laju korosi baja lunak dengan adanya penambahan ekstrak kulit kayu akasia lebih kecil dari pada tanpa penambahan kulit kayu akasia. Laju korosi baja lunak dengan dan tanpa ekstrak kulit kayu akasia dalam media asam sulfat 0,5 M selama 3 hari adalah adalah 0,0089 dan 1,013503 mg/ m2.jam (Gusti dkk, 2013).6. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan agen chelat EDTA untuk menghambat laju korosi pada logam tembaga. Penelitian ini menggunakan metoda penentuan korosi melalui pengukuran resistansi logam, di mana kenaikan resistansi pada logam tersebut menandai bahwa logam yang terkorosi semakin meningkat. Pengukuran korosi dilakukan terhadap kawat tembaga dan kawat tembaga yang dichelat dengan media pengkorosi H2SO4 1M. Hasil penelitian terhadap kawat tembaga dengan panjang 3 m dan diameter 0,5 mm yang dichelat dengan EDTA 1 M menunjukkan penurunan korosi sebesar 20,6% (Nuryanto dkk, 2013).

II.1.7Logam Seng (Zn)II.1.7.1Pengertian SengSeng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal.Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150C. Di atas 210C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420C) dan tidik didih (900C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium. II.1.7.2KarakteristikSeng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal. Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150C. Di atas 210C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik. II.1.7.3SifatKimiaZink (Zn)Zn tidak dapat ditarik oleh magnet (diamagnetik) sebab semua elektronnya telah berpasangan dengan struktur kristal heksagonal.a.Reaksi dengan udaraSeng terkorosi pada udara yang lembab. Logam seng dibakar untuk membentuk seng (II) oksida yang berwarna putih dan apabila dipanaskan lagi, maka warna akan berubah menjadi kuning.2Zn(s) + O2(g) 2ZnO(s)b.Reaksi dengan halogenSeng bereaksi dengan bromine dan iodine untuk membentuk seng (II) dihalida.Zn(s) + Br2(g) ZnBr2(s) Zn(s) + I2(g) ZnI2(s)c.Reaksi dengan asamSeng larut perlahan dalam asam sulfat encer untuk membentuk gas hidrogen.Zn(s) + H2SO4(aq) Zn2+(aq) +SO42- (aq) + H2(g)Reaksi seng dengan asam pengoksidasi seperti asam nitrit dan HNO3 sangat kompleks dan bergantung pada kondisi yang tepat.d. Reaksi dengan basaSeng larut dalam larutan alkali seperti potassium hidroksida dan KOH untuk membentuk zinkat.II.1.7.4KegunaanZink (Zn)Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan sebagai bahan bangunan.Dalam industri zink mempunyai arti penting: Melapisibesiataubajauntuk mencegah proseskarat. Digunakan untuk bahan baterai. Zink dan alinasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk. Zink dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik (mencegah kulit agar tidak kering dan tidak terbakar sinar matahari), plastik, karet, sabun, pigmen warna putih dalam cat dan tinta (ZnO). Zink dalam bentuk sulfida digunakan sebagai pigmen fosfor serta untuk industri tabung televisi dan lampu pendar. Zink dalam bentuk klorida digunakan sebagai deodorant dan untuk pengawetan kayu. Zink sulfat untuk mordan (pewarnaan), stiptik (untuk mencegah pendarahan), sebagai supply seng dalam makanan hewan serta pupuk

II.1.8Inhibitor Kalium BikromatKalium bikromat merupakan zat berkristal jingga kemerahan, mempunyai titik leleh 397 oC, kelarutan dalam air 5 g/100 mL pada 0 oC, dan 102 g/100 mL pada 100 oC. Pembentukan kalium bikromat berdasarkan reaksi oksidasi yang terjadi antara kromium (III) oksida dan kalium hidroksida.Ciri-ciri Kalium BikromatKalium bikromat, K2Cr2O7 dengan massa molekul 294,21 g/mol, dimana tersusun atas unsur Cr35,36%; unsur K 26,58%; unsur O 38,07%. Kristal kalium bikromat berwarna merah jingga, tidak higroskopis, berbeda dengan natrium bikromat. Kristalnya biasanya berbentuk prisma, sistem kristal triklinik pinacoidal, dan dapat beralih kebentuk monoklinik pada 241,6 o. Kelarutannya besar yaitu 100 L 65/cu ft; mp 398 o; panas lebur 29,8 ocal/g; titik didih 62,5 cal/g; titik labil spesifik pada 16o 98 o. Kelarutan kalium bikromat di dalam air pada 0o : 4,3 %, 20O : 11,7%, 40O : 29,9%, 60O : 31,3% 80O : 42,0%, 100O : 50,2%. Pada reaksi dengan asam 1% pH larutan 4,04 dan untuk asam 10% pH larutan yaitu 3,57 (Budavari, 1984).Kalium bikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+ Cr2O72- + H+ + 6e2Cr + 7H2O E= 1,33VKarena daya oksidasinya yang lebih kecil, kalium bikromat tidak seluas KMnO4 maupun Ce(IV) penggunaanya. Hal ini juga disebabkan karena beberapa reaksinya yang lambat. Namun kalium bikromat berguna sekali karena larutannya stabil tak terhingga, tidak bereaksi dengan inert terhadap Cl, tersedia dengan kemurnian yang sangat tinggi sehingga bermutu sebagai bbp. Selain itu juga mudah diperoleh dan murah (Harjadi, 1993).Manfaat Kalium BikromatManfaat Kalium Bikromat adalah untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah sedang tidak mempengaruhi titrasi ini. Penggunaan lain merupakan cara umum untuk penentuan oksidator yang diberi larutan baku Fe2+ berlebih, disusun dengan titrasi kembali kelebihan Fe2+ itu, cara ini digunakan dengan hasil baik untuk antara lain nitrat, klorat, permanganat, bikromat dan peroksida organik (Harjadi, 1993).Kristal mutu komersial biasa atau mutu bahan baku dapat dipakai untuk banyak keperluan, perlakuan sebelumnya hanya mencakup pengeringan pada 105o 200oC. Bila dikehendaki ketelitian lebih tinggi, bahan dapat dikristal ulang 2-3 kali dari larutan air biasa dan sudah menjamin dengan hasil mutu tinggi. Warna Cr2O72- jingga tetapi tidak cukup digunakan sebagai petunjuk titik akhir titrasi. Diperlukan indikator luar, suatu indikator redoks, yaitu suatu zat yang dapat dioksidasi/direduksi dan warna sebagi akibat reaksi tersebut. Dengan perkataan lain, bentuk oksidator redoks berbeda warna. Auantuk titrasi Fe2+ dengan Cr2O72- dipakai indikator asam difenilamin sulfonat. Perubahan warnanya ialah dari hijau (ion Cr3+) menjadi violetnya indikator yang teroksidasi (Harjadi, 1993).Kalium bikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai kegunaan luas bagi kehidupan kita sekarang ini. Contoh dari penggunaaan kalium bikromat yang umum kita jumpai yaitu pada industri penyamakan kulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan untuk baterai serta depolarisator pada sel kering.Namun dibalik itu semua kalium bikromat juga mempunyai pengaruh negatif terutama bagi internal tubuh manusia. Pengaruh negatif itu diantaranya yaitu merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja diindustri dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak atau menghancurkan selaput lendir dan sekat pada lubang hidung (Budavari, 1984).Penggunaan lain dari kalium bikromat antara lain penyamakan pada kulit, bahan celup pada lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai, serta depolarisator pada sel kering (Budavari, 1984).

II- 1II - 22

LABORATORIUM TEKNIK KOROSIPROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIAFTI-ITSII - 23

LABORATORIUM TEKNIK KOROSIPROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIAFTI-ITS