bab 2-3_tugas kelompok 5_pak syafiq
TRANSCRIPT
Makalah
ANALISIS PROGRAM & KEBIJAKAN GIZI
GERAKAN 1000 HPK DENGAN ASI EKLUSIF
oleh :
KELOMPOK 5
Detty Ervita 1420322010
Eka Putri Primasari 1420322021
Santi Hariani 1420322037
Yenti Fitri 1420322041
Febrianti Nursya 1420322044
Dewi Oktavia 1320322045
PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang
senantiasa memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menelaah objek kajian
ini dan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen
mata kuliah Politik dan Kebijakan Kesehatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk mengetahui pembahasan mengenai Analisis Program dan Kebijakan
Gizi Gerakan 1000 HPK dengan Asi Eksklusif. Dalam pembuatan makalah ini
penulis banyak mendapatkan bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah
ini hingga selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa mendatang.
Padang, Juni 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................1
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
2.1 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).......................................................2
2.2 Gerakan 1000 HPK.............................................................................................3
2.2.1 Sasaran Gerakan 1000 HPK........................................................................3
2.2.2 Hasil yang Diharapkan................................................................................4
2.2.3 Pemangku Kepentingan...............................................................................4
2.2.4 Jenis Kegiatan : Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif........................5
2.2.4.1 Intervensi spesifik.................................................................................5
2.2.4.2 Intervensi sensitif..................................................................................5
2.2.5 Monitoring dan Evaluasi Gerakan 1000 HPK.............................................6
2.2.5.1 Indikator monitoring dan evaluasi........................................................6
2.2.5.2 Mekanisme Monitoring dan Evaluasi (Monev)....................................7
2.3 Asi Ekslklusif......................................................................................................8
BAB 3 : PEMBAHASAN..........................................................................................10
3.1 Analisis Kebijakan Program 1000 HPK...........................................................10
ii
3.1.1 Analisi Konten...........................................................................................10
3.1.2 Analisis Konteks........................................................................................10
3.1.3 Analisis Proses...........................................................................................10
3.1.4 Analisis Aktor............................................................................................10
BAB 4 : PENUTUP....................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
4.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
1000 hari pertama kehidupan, yaitu dimulai sejak janin dalam kandungan
hingga ulang tahun kedua seorang anak. Masa ini perupakan periode yang sangat
penting. Kebanyakan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yang disebabkan
oleh kurang gizi terjadi selama periode ini. Salah satu bentuk dari gagal tumbuh
adalah balita pendek (stunting), yang akan mengakibatan kerusakan permanen atau
berlangsung seumur hidup. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk memfokuskan
perhatian pada periode 1000 HPK. Seorang ibu harus dipastikan mendapat gizi yang
cukup selama kehamilan dan berbagai langkah harus diambil untuk mencegah anak
mengalami kurang gizi selama dua tahun pertama kehidupannya. Ganguan gizi yang
terjadi pada periode ini juga merupakan awal mula terjadinya kejadian gizi buruk. 2
Berikut ini adalah gambar bagan yang menunjukkan kenapa 1000 hari
pertama kehidupan itu dianggap penting.3
Gambar: Bagan dampak jangka pendek dan jangka panjang akibat dari
gangguan gizi pada masa 1000 HPK
Pada gambar bagan di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek jika gizi
pada masa 1000 HPK tidak dipenuhi dengan baik akan dapat berpengaruh pada: yang
pertama, perkembangan otak atau bisa menyebabkan perkembangan otak tidak
sempurna. Kedua akan berpegaruh pada pertumbuhan masa tubuh dan juga
komposisi badan. Keadaan ini akan terlihat dengan pengukuran berat adan dan juga
tinggi badan anak, dimana berat badan anak dan juga tinggi badan anak tidak sesuai
dengan standar berat dan tinggi badan menurut umurnya. Pengaruh ketiga ialah akan
terganggunya sistem metabolisme tubuh (glukosa, lemak, protein, hormon, dll).
Paling parahnya adalah jika terjadinya gangguan atau kekurangan gizi buruk yang
ekstrim, dimana kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
Selain itu jika dampak jangka pendek itu berlanjut atau tidak mendapatkan
penanganan atau upaya-upaya perbaikan yang seharusnya akan timbul dampak
jangka panjang (permanen) pada saat anak dewasa. Diantaranya, dampak jangka
panjang yang akan timbul yaitu: rendahnya atau jeleknya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, rendahnya kekebalan kapasitas kerja, dan juga akibat dari gangguan
metabolisme yang berkepanjangan akan meningkatkan risiko terhadap kejadian
penyakit seperti: diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker,
strok dan juga disabilitas pada saat lansia.
2.2 Gerakan 1000 HPK
Gerakan 1000 HPK adalah bentuk gerakan Scaling Up Nutrition (SUN
Movement) untuk negara Indonesia. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
mengurangi permasalahan gizi yang berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan.
Landasan hukum dari prgram ini ialah Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 tentang
gerakan nasional percepatan perbaikan gizi. Pendanaan bagi pelaksanaan Gerakan
1000 HPK bersumber dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai peraturan perundang-undangan (dukungan dari UNICEF). Visi
program ini ialah terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan
berkembangnya potensi ibu dan anak. Sedangkan misi yaitu:
1. Menjamin kerjasama antarberbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak
2. Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk
meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak.
2.2.1 Sasaran Gerakan 1000 HPK
Adapun sarasan yang ingin dicapai dari Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun
2025 disepakati sebagai berikut: 1
1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 %
3
2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari
5%
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30%
4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih
5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 %
6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
paling kurang 50 %.
2.2.2 Hasil yang Diharapkan
Hasil yang ingin dicapai melalui program ini adalah: 1
1. Meningkatnya kerjasama multisektor dalam pelaksanaan program gizi sensitif
untuk mengatasi kekurangan gizi
2. Terlaksananya intervensi gizi spesifik yang cost effective, yang merata dan
cakupan tinggi, dengan cara:
Memperkuat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam upaya
perbaikan gizi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
Memperkuat kerjasama pemangku kepentingan untuk menjamin hak dan
kesetaraan dalam perumusan strategi dan pelaksanaan
Meningkatkan tanggung jawab para politisi dan pengambil keputusan dalam
merumuskan peraturan perundang-undangan untuk mengurangi kekurangan
gizi
Meningkatkan tanggung jawab bersama dari setiap pemangku kepentingan
untuk mengatasi penyebab dasar dari kekurangan gizi
Berbagai pengalaman berdasarkan bukti
Mobilisasi sumber daya untuk perbaikan gizi baik yang berasal dari
pemerintah, dunia usaha, mitra pembangunan dan masyarakat.
2.2.3 Pemangku Kepentingan
Dalam Gerakan 1000 HPK ditekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai
pihak atau pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi. Program perbaikan
gizi tidak hanya menjadi tanggung jawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu
melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan
Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial
4
kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta
media.1
2.2.4 Jenis Kegiatan : Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif
2.2.4.1 Intervensi spesifik
Tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk
kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.
Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek. Jenis-jenis intervensi gizi spesifik yang cost efektif adalah sebagai berikut: 1
1. Ibu Hamil
Suplementasi besi folat
Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK
Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil
Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang
positif malaria
2. Kelompok 0 – 6 Bulan
Promosi menyusui (konseling individu dan kelompok)
3. Kelompok 7 – 23 Bulan
Promosi menyusui
KIE perubahan perilaku untuk perbaikan MP – ASI
Suplementasi Zink
Zink untuk manajemen diare
Pemberian Obat Cacing
Fortifikasi besi
Pemberian kelambu berinsektisida dan malaria
2.2.4.2 Intervensi sensitif
Berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan
secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap
keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi
dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka
panjang. Intervensi gizi sensitif meliputi:1
1. Penyediaan air besih dan sanitasi
5
2. Ketahanan pangan dan gizi
3. Keluarga Berencana
4. Jaminan Kesehatan Masyarakat
5. Jaminan Persalinan Dasar
6. Fortifikasi Pangan
7. Pendidikan gizi masyarakat
8. Intervensi untuk remaja perempuan
9. Pengentasan Kemiskinan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kegiatan-kegiatan
yaitu: 4
1. Pendataan
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
5. Pemantauan
6. Bimbingan teknis (supervisi)
7. Regulasi.
2.2.5 Monitoring dan Evaluasi Gerakan 1000 HPK
2.2.5.1 Indikator monitoring dan evaluasi
1. Monitoring kegiatan proses
Indikator proses merupakan indikator yang digunakan untuk menilai
keberhasilan proses pelaksanaan Gerakan 1000 HPK. Indikator proses tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut: 1
1) Meningkatkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam berbagi pengalaman
pelaksanaan.
2) Terjaminnya kebijakan yang koheren dan adanya kerangka legalitas program.
3) Menyelaraskan program-program sesuai dengan Kerangka Program Gerakan
1000 HPK.
4) Teridentifikasinya sumber-sumber pembiayaan.
6
2. Monitoring kegiatan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif
1. Indikator spesifik
Berikut ini adalah indikator dari kegiatan-kegiatan spesifik:
a. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi, asam folat dan kekurangan
energi dan protein kronis
b. Perlindungan terhadap kekurangan Iodium
c. Perlindungan ibu hamil terhadap malaria
d. ASI Ekslusif
e. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), imunisasi, zat gizi mikro
2. Indikator sensitif
a. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
b. Ketahanan Pangan dan Gizi
c. Keluarga Berencana
d. Jaminan Kesehatan Masyarakat
e. Jaminan Persalinan Dasar
f. Fortifikasi Pangan
g. Pendidikan Gizi Masyarakat
h. Remaja Perempuan
i. Pengentasan Kemiskinan
3. Monitoring Hasil
Indikator hasil merupakan indikator yang digunakan untuk menilai dampak
pelaksanaan Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun 2025. Indikator hasil tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut: 1
1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 %
2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5
%.
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 %
4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih
5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 %
6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
paling kurang 50 %
7
2.2.5.2 Mekanisme Monitoring dan Evaluasi (Monev)
1. Cara Melaksanakan Monev
1. Monitoring dan Evaluasi Indikator Proses: Identifikasi hasil dari setiap kegiatan
yang dikumpulkan berdasarkan indikator proses yang ditetapkan.
2. Monitoring Indikator Intervensi : Dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada
dengan mengacu pada indikator kinerja kunci program Gerakan 1000 HPK yang
telah ditetapkan.
3. Monitoring Indikator Hasil : Dikumpulkan pengumpulan data melalui supervisi,
survey atau studi yang sudah ada atau dirancang khusus untuk monitoring dan
evaluasi pencapaian Gerakan 1000 HPK.
2. Pelaksana Monev
1. Tingkat Pusat: gugus tugas membentuk tim monev yang
dikoordinasikan oleh tim teknis yang diketuai oleh Bappenas.
2. Tingkat Daerah: Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
dikoordinasikan oleh Bappeda
3. Waktu Pelaksanaan Monev
Monitoring Input dan Proses dilakukan tiap semester (setahun dua kali),
sedangkan monitoring output (indikator sensitif dan spesifik) dan hasil akan
dilakukan tahunan hingga tiga tahun sekali melalui survey.
4. Mekanisme Pelaporan
1. Ketua Gugus Tugas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara
berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
2. Gubernur, Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi di daerah masing-masing kepada Ketua Gugus Tugas
dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.1
2.3 Asi Ekslklusif
Menurut WHO, pemberian ASI secara eksklusif adalah tidak memberi bayi
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-
obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). UNICEF dan
WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif sampai bayi berumur enam bulan.
Tahun 1974 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 14 di bawah Persatuan
8
Program Perbaikan Gizi. Program untuk mempromosikan ASI dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan di masing-masing pemerintah daerah. yAsi eksklusif termasuk
kedalam kegiatan intervensi spesifik dari program Gerakan 1000 HPK. Segera
setelah bayi lahir dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan diteruskan dengan
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. Cairan lain yang boleh diberikan
hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk drop atau sirup. United Nation
Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan agar anak sebaiknya hanya diberi ASI saja selama paling sedikit
enam bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi serta anak.
Pemberian ASI juga sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik
maupun mental dan kecerdasan bayi.Manfaat pemberian ASI eksklusif menurut
WHO adalah:5
1. ASI merupakan makanan yang alami dan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan anak serta melindungi mereka dari infeksi,
2. Meningkatkan ikatan batin ibu-anak, kehangatan fisik dan perawatan yang
penting untuk kelangsungan hidup anak,
3. Memiliki efek kontrasepsi, ibu yang meyusui secara eksklusif mendapat
perlindungan dari kehamilan lebih dari 98% selama enam bulan setelah
melahirkan (post partum),
4. Mengurangi risiko kanker ovarium (indung telur) dan kanker payudara, 5)
Meningkatkan sumber daya keluarga dan sumber daya nasional,
5. Merupakan cara yang aman untuk memberi makan dan aman bagi
lingkungan, dan
6. Biaya lebih murah dibanding susu formula.
Manfaat ASI eksklusif menurut Perkumpulan Perinatologi Indonesia
(Perinasia) adalah:
1. Mengurangi kejadian karies dentis (gigi berlubang),
2. Mengurangi kejadian maloklusi rahang (kelainan susunan bagian atas dan
bagian bawah rahang yang mencegah gigi bertemu dengan semestinya),
3. Membantu involusi uterus (proses mengecilnya rahim setelah melahirkan)
dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
9
4. Sangat praktis karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga
tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu
dibersihkan. Tidak perlu minta pertolongan orang lain.
Menyadari begitu pentingnya ASI eksklusif ini maka pemerintah sangat
mendukung gerakan ini. Bentuk dukungan pemerintah salah satunya dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif. PP yang disahkan pada Bulan Maret itu menggambarkan secara jelas
keberpihakan pemerintah terhadap gerakan pemenuhan ASI eksklusif. Dalam
tujuannya disebutkan bahwa hal ini untuk menjamin hak bayi dan memberikan
perlindungan kepada ibunya. PP ini sekaligus juga mengajak banyak pihak untuk
mendukungnya, seperti keluarga, masyarakat, termasuk pemerintah. 5
10
BAB 3 : PEMBAHASAN
3.1 Kajian Implementasi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) ditetapkan oleh
Pemerintah Indonesia untuk menjawab permasalahan kurang gizi di Indonesia yang
sangat tinggi. Gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan
untuk bekerja sama dalam menurunkan prevalensi stunting (pendek) dan bentuk-
bentuk masalah gizi lainnya yang ada di Indonesia. Hasil yang diharapkan dari 1000
HPK adalah peningkatan kemitraan multi-sektoral untuk pelaksanaan program-
program gizi sensitive serta meningkatkan cakupan atau percepatan peningkatan
intervensi gizi secara cost-effective (Bappenas dan Unicef, 2011).
Dalam implementasinya dirasa sangat perlu adanya peningkatan keterlibatan
berbagai pihak. Sesuai dengan Peraturan Presiden bahwa Pemerintah telah
memberikan kewenangan bagi Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat untuk
melakukan korrdinasi percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Struktur korrdinasi
terrsebut eliibatkan berbagai pemangku kebijakan dari berbagai sektordi tingkat
nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Pada tingkat nasional
dengan dibentuknya gugus tugas yang melibatkan berbagai multisektoral yang
didukung pula oleh tim pengarah dan tim teknis. Untuk mendukung kinerja
dibentuklah pula lima gugus tugas dimana perannya adalah untuk mendukung tim
teknis dalam bidang advokasi dan komunikasi, monitoring, evaluasi, riset
pengembangan dan pelatihan serta kemitraan.
Menurut Prof. Endang L. Achadi Salah satu Guru Besar Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia berpendapat bahwa penerapan gerakan 1000 HPK
memang masih dalam tahap advokasi dan sosialisasi, dimana dalam bidang
akademisi pun sudah berperan aktif dengan cara adanya pelaksanaan seminar dan
workshop terkait 1000 HPK disetiap tingkatan universitas. Diharapkan dengan
adanya seminar-seminar dan workshop, baik mahasiswa ataupun tenaga pendidik
dapat mengetahui tentang 1000 HPK untuk selanjutkan disosialisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat. Misalnya, mahasiswa yang telah mengetahui tentang 1000
HPK mereka dapat turun ke lapangan untuk berperan aktif menerapkan apa yang dia
dapat terkait HPK seperti penyuluhan ataupun pendidikan gizi ke masyarakat.
Selain itu dari segi pemerintah, Peran dari setiap kementrian untuk memiliki
rencana strategis yang mendukung pelaksanaan G1000 HPK tidak hanya kementrian
kesehatan saja yang berperan melainkan kementrian non kesehatan juga harus
berperan aktif dalam pelaksanaan gerakan 1000 HPK, Adanya kerja sama dari pihak
kementrian bersama dengan industry dalam pelaksanaan G1000 HPK. Peran industry
juga dirasa sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan produk makanan yang
memenuhi standar gizi yang optimal, selain itu setiap perusahaan perlu adanya rasa
tanggung jawab social sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung kegiatan gerakan
1000 HPK.
Analisis Aktor
Dalam penyusunan kebijakan siapa saja yang sangat berperan dalam
penentuan implementasi kebijakan. Setiap actor yang berperan dalam suatu
kebijakan harus jelas detail-detail apa yang harus dikerjakan seperti posisi, peran,
kewenangan, dan tanggung jawabnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih peran.
Dalam Peraturan Pemerintah telah jelas siapa saja yang berperan dan apa saja
peran dari setiap actor dalam kebijakan Gerakan 1000 HPK. Diantaranya adalah dari
kalangan pemerintah pusat dan daerah, mitra pembangunan dan swasta, dunia
12
usaha/industry, media massa, organisasi kemsyarakatan, network, organisasi profesi
dan akademisi, dan parlemen (Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2013).
Berdasarkan kerangka UNICEF tahun 1990, masalah gizi tidak hanya
menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga segi lain seperti ekonomi, sosial,
pendidikan, sehingga penanganannya membutuhkan kontribusi dari bidang non
kesehatan. Artinya tidak hanya dari kalangan sektor kesehatan saja berperan tetapi
seluruh sektor dari pemangku kepentingan yang ada di Indonesia.
“Program perbaikan gizi tidak hanya menjadi tanggungjawab dan dilakukan
oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang
terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan
internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi,
perguruan tinggi, serta media massa”. Penyebaran melalui media massa mempunyai
tujuan tersendiri sebagai media komunikasi dan promosi perubahan perilaku untuk
hidup lebih sehat kepada masyarakat dimana komunikasi harus bersifat interaktif dan
partisipatif. Penyebaran melalui media massa mempunyai tujuan tersendiri sebagai
media komunikasi dan promosi perubahan perilaku untuk hidup lebih sehat kepada
masyarakat.
Analisis Proses
Proses penyusunan kebijakan di Indonesia melibatkan berbagai sektor
pemerintahan dan berbagai tahapan kebijakan hingga terbentuknya Gerakan 1000
HPK. Menurut Bappenas tahun 2013 tahap pertama yaitu pada tahun 1970
dibentuklah UPGK yaitu Upaya Perbaikan Gizi Keluarga, kebijakan ini focus pada
penanggulangan gizi kurang seperti penanggulangan KEP, KVA, GAKI, dan Anemia
Gizi. Pada tahun 1980 disusun “Posyandu” dengan tujuan untuk mempercepat
13
penurunan angka kematian bayi, balita, dan ibu. Kegiatan ini merupakan pemantauan
pertumbuhan yang diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA,
Imunisasi dan pemberantasan penyakit) di posyandu. Pada tahun 1990, JPS-BK yaitu
Jaringan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan, kebijakan ini disusun oleh pemerintah
dalam rangka untuk pencegahan dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan dan
permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia.
Pada akhirnya tahun 2010 Indonesia telah menjadi bagian dari SUN
Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB
pada bulan Desember 2011. SUN mendukung upaya suatu negara untuk melakukan
percepatan perbaikan gizi. Pada tahun 2013 Penerapan SUN di Indonesia disetujui
oleh Pemerintah sesuai PP No.42 tahun 2013 dimana pelaksanaan SUN Fokus pada
1000 Hari pertama kehidupan sehingga disebut Gerakan 1000 HPK dalam rangka
percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Pada kebijakan ini permasalahan gizi
terfokus pada penanggulangan stunting dan gizi kurang (Bappenas,2014).
Dalam rangka mendukung gerakan percepatan perbaikan gizi Badan
Perencanaan Pembangnan Nasional (Bappenas) pada tahun 2013 menyusun 2
dokumen penting yaitu Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Pedoman Perencanaan Program
Gerakan Sadar Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Selanjutya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2013 tentang
Percepatan Perbaikan Gizi.
Analisis Konten
Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi terdiri atas 6 bab dan 19 pasal. Bab I mengenai ketentuan umum
14
menyebutkan bahwa seribu hari pertama kehidupan merupakan fase kehidupan yang
dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 (dua)
tahun. Penggunaan istilah seribu hari pertama kehidupan dapat menyebabkan
persepsi dan bayangan yang berbeda bagi tiap masyarakat dalam memahami konsep
tersebut. Sebelumnya, masyarakat lebih akrab dengan istilah dua tahun pertama
kehidupan, Akibatnya, masyarakat sulit membayangkan berapa lama seribu hari,
padahal istilah tersebut sama dengan 2 tahun pertama kehidupan. Masyarakat
cenderung tidak sadar bahwa seribu hari tersebut berlangsung cepat dan
membutuhkan perhatian khusus pada awal kehidupan bayi.
Kerangka kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama
Kehidupan yang diterbitkan pada tahun 2012 terdiri atas bab pendahuluan, kebijakan
perbaikan gizi di Indonesia, gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan, monitoring dan
evaluasi gerakan 1000 HPK. Bab Kebijakan Perbaikan Gizi menyebutkan bahwa
terdapat dua macam intervensi dalam rangka perbaikan gizi, yaitu intervensi spesifik
(penyebab langsung) dan intervensi sensitif (penyebab tidak langsung). Salah satu
program dalam intervensi sensitive mengenai fortifikasi pangan disebutkan bahwa
pemerintah daerah agar memperhatikan masalah kekurangan iodium. Menurut
laporan riskesdas 2013 risiko untuk mengalami kecukupan iodium jauh lebih besar
dibanding kekurangan iodium pada ibu hamil dan wanita usia subur. Rusda dkk.
(2013) menemukan bahwa jumlah penduduk wanita dewasa dengan kadar FT4
meningkat sebanyak 14%. Pemberian kapsul iodium diduga sebagai penyebab
meningkatnya kejadian ini. Berdasarkan laporan dan temuan tersebut sudah saatnya
pemerintah tidak hanya memperhatikan masalah kekurangan iodium namun masalah
kelebihan iodium juga sudah mulai mendapat perhatian. Pemerintah sebaikya
15
melakukan evaluasi asupan iodium dalam hal pemberian kapsul iodium dengan
melakukan control kadar ekskresi yodium urin (EYU) secara teratur.
Tujuan gerakan 1000 HPK yang dituangkan dalam kerangka kebijakan adalah
menangani masalah stunting, wasting, overweight, berat bayi lahir rendah (BBLR),
dan ASI eksklusif. Indikator yang akan dicapai pada tahun 2025 ialah sebagai
berikut:
a. Menurunkan proporsi anak balita yang tunting sebesar 40%.
b. Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting) kurang dari
5%.
c. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30%.
d. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.
e. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50%.
f. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
paling kurang 50%.
Agar pencapaian indikator berjalan optimal dan sesuai harapan maka
sebaiknya indikator hasil yang akan dicapai tahun 2025 dipecah dalam beberapa
termin waktu agar mudah tercapai. Seperti RPJPN yaitu pembangunan jangka
panjang dijalankan secara bertahap dalam kurun waktu 5 tahunan, dirumuskan dalam
dokumen RPJMN, sebaiknya indikator hasil yang akan dicapai tahun 2025 dipecah
dalam beberapa termin waktu, misalnya dibagi setiap 4 tahun dari 2013-2025
menjadi indikator hasil 2017, 2021, 2025 agar memudahkan pemangku kebijakan
lain mencapai indikator akhir di tahun 2025.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang dikeluarkan tahun
2013 terdiri atas empat bab yaitu dimulai dari bab pendahuluan, gerakan 1000 HPK,
mekanisme kerja, monitoring dan evaluasi, serta penutup.
16
Salah satu tujuan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam pedoman
tersebut ialah tidak menambah proporsi obesitas, namun pada program intervensi
sensitif tidak disebutkan secara jelas mengenai program pencegahan obesitas. Sama
halnya dengan status gizi kurang, obesitas atau status gizi lebih berisiko
menimbulkan penyakit degeneratif yang dapat menggangu kinerja atau produktivitas
kerja seseorang (Rossner, 2012).
Analisis Konteks
Kebijakan mengenai Gerakan 1000 HPK telah sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Pembangunan pangan
dan gizi dalam kedua kebijakan tersebut sama-sama menggunakan pendekatan
multisektor. Beberapa sektor yang yang terlibat ialah bidang produksi, pengolahan,
hingga distribusi, sehingga makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang
cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Kebijakan lain yang telah sesuai
dengan Gerakan 1000 HPK adalah :
a. Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan
b. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015
c. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2011-2015
d. Rencana Aksi Akselerasi Konsumsi Garam Beryodium untuk Semua (RAN-
KGBS) 2011-2015
e. PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Selanjutnya perlu diadakan kajian lebih lanjut mengenai implementasi
kebijakan Gerakan 1000 HPK dengan faktor kebudayaan, kondisi social, ekonomi,
dan politik. Selama satu tahun gerakan 1000 HPK berjalan, kebijakan masih dalam
tataran advokasi dan sosialisasi.Sehingga belum tampak hambatan pelaksanaan
Gerakan 1000 HPK dalam lingkup kebudayaan, social, ekonomi, dan politik.
17
BAB 4 : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
1. BAPPENAS. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Jakarta: BAPPENAS RI; 2013
2. UNICEF dan BAPPENAS. Pertanyaan yang sering muncul seputar gerakan
nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangkan 1000 HPK. Jakarta:
BAPPENAS RI; 2011
3. Hadiat. Stunting di Indonesia dan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(Gerakan 1000 HPK). Jakarta: BAPPENAS RI; 2015
4. Presiden RI. Peraturan Presiden no. 42 tahun 2013 tentang Gerakan, Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi. Jakarta: Presiden RI; 2013
5. Dinkes D.I.Y. Asi Eksklusif dan 1000 HPK. [online], dari:
http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/754-asi-eksklusif-dan-1000-hari-
pertama-kehidupan
19