bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang - bina nusantara...
TRANSCRIPT
1
Bab 1
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Industri otomotif saat ini berkembang sangat pesat terutama di kota-kota besar,
hal ini mengingat kebutuhan alat dalam menjalani kegiatan sehari-hari dengan mobilitas
yang sangat tinggi. Brand yang bersaing dalam industry ini juga tidak sedikit, mulai dari
kelas premium seperti Mercedes-benz, BMW sampai dengan Honda, Toyota, Daihatsu,
dll. Belum lagi Brand baru yang masuk dalam persaingan industry otomotif seperti
Proton dan Chery.
Industri otomotif memegang peranan penting dalam perekonomian terutama di
Indonesia. Saat terjadi krisis global yang berasal dari Amerika pada tahun 2008, industri
otomotif bertumbuh positif ketika industri-industri lainnya melambat. Pada pertengahan
tahun 2009, industri otomotif di Indonesia kembali bersemangat sehingga penjualan
dipastikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Sampai pada akhir tahun 2010 penjualan
mobil telah mencapai 625ribu unit, mengalahkan rekor pada tahun 2008 angka
penjualannya mencapai 603unit. Indonesia bersama Thailand merupakan pasar industry
otomotif dalam kawasan ASEAN. Tahun 2008, Thailand menguasai 29% penjualan
mobil di ASEAN, kemudian diikuti Indonesia yang menguasai 28% pasar. (Investor
Daily, 2011)
2
Mayoritas pasar otomotif di Indonesia dikuasai oleh mobil berpenumpang atau
yang sering kita sebut multi purpose vehicle (MPV), MPV menguasai 75% penjualan
mobil di Indonesia, sisanya adalah mobil seperti sedan dan city car. Berdasarkan Brand,
Toyota merupakan market leader dengan menguasai 37,9% pasar mobil di Indonesia,
diikuti Daihatsu 14,7% dan Mitsubishi 14,1% pasar mobil. Dalam iklim persaingan
industry otomotif seperti ini, Toyota mampu menjadi market leader, hal ini tentu bukan
hal yang biasa. PT. Toyota Astra Motor melalui produk Toyota kijang meraih
penghargaan indonesian customer loyalty award 2005 untuk kategori mobil non sedan
berdasarkan survey indonesian customer loyalty index 2005.
“Rahasia kekuatan Toyota adalah bahwa perusahaan memiliki strategi yang andal sejak awal,
dan lebih penting lagi, pergantian generasi manajemen senior terus menjalankan tradisi itu. Kiichiro
berharap dapat menggunakan otak dan keahlian Jepang untuk membangun industry mobil di Jepang dan
membuat mobil penumpang kecil kelas dunia. Kendati impiannya tidak terwujud selama era Kiichiro,
sepupunya Eiji mewujudkannya melalui Corolla. Namun, jika mereka sudah puas dengan hal itu, Toyota
akan berakhir sebagai pabrikan mobil murah Eiji menetapkan tujuan baru “Global Ten”, atau meraih
10% penjualan global. Perlu waktu dua decade untuk mewujudkan hal itu. Setelah mencapai Global Ten,
Toyota dengan berani menyatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan pangsa pasar menjadi 15%
pada 2010. Angka 15% adalah setara dengan produsen otomotif terbesar di dunia. Di saat yang sama,
agar tidak dilihat sebagai perusahaan dominan, Toyota menyusun konsep “kebaikan perusahaan” atau
memperoleh penghargaan social dan cepat merespons isu pemanasan global degan membuat kendaraan
listrik-hibrid. Berkat merek mewah Lexus, citra Toyota berubah dramatis dan memicu pertumbuhan lebih
lanjut. ( Masaaki sato, 2008)
Kutipan di atas yang diambil dari buku “The Toyota Leaders” mungkin
merupakan jawaban mengapa selama ini Toyota mampu menjadi raja dalam industry
3
otomotif. Toyota, lebih dari sebuah perusahaan otomotif, tapi merupakan sebuah gaya
hidup, sebuah pembuktian pemanfaatan perkembangan teknologi. Toyota juga cepat
tanggap dalam menghadapi isu pemanasan global, oleh sebab itu dengan tingkat inovasi
mereka yang tinggi, mobil-mobil hybrid diciptakan seperti Toyota Prius. Kehebatan
Toyota terletak pada kombinasi kuantitas produk yang dijaga dengan kualitas.
Toyota didirikan pada tahun 1937, awalnya disebut “Toyoda Motor Company”
yang mendasar pada Toyoda Automatic Loom Works yang merupakan perusahaan
induk. Mobil dibuat dan dijual di bawah bendera Toyoda Automatic Loom Works
dengan nama “Toyoda”. Lambang berupa lingkaran mengelilingi kata “Toyoda” yang
ditulis dalam huruf jepang dijadikan sebagai logo perusahaan. Namun Kiichiro Toyoda
selaku pendiri Toyota merasa keberatan, meski rencana awal menggunakan brand
Toyoda, menurut dia Toyota lebih mudah diucapkan oleh orang asing, karena pada saat
itu Kiichiro Toyoda sudah memiliki visi Global.
Ketika kiichiro memasuki industry otomotif, ia memiliki rencana yang saat itu terdengar seperti
mimpi: “Kita tidak hanya akan menangani mobil. Kita akan menempatkan otak dan keahlian Jepang untuk
membuat mobil kelas dunia”. Wawasannya bahwa mobil merupakan komoditas internasional dan bahwa
jika bisnis akan berdiri kokoh, maka dunia harus menjadi panggungnya. Tujuh puluh tahun kemudian,
tepatnya pada 2007, Toyota memproduksi dan menjual lebih banyak kendaraan ketimbang General
Motors, menyamai pendapatan penguasa industry mobil global itu dalam tiga perempat abad terakhir.
Banyak yang berbicara bahwa “Toyota Production System” (TPS) sebagai sumber keberadaan Toyota.
Namun, yang membentuk tulang punggung TPS yang sesungguhnya adalah system produksi tepat waktu
(just-in-time, JIT) bentukan Kiichiro yang membawa efisiensi ekonomi ke titik tertinggi dengan memasok
komponen yang tepat pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang tepat. (Masaaki Sato, 2008)
4
Namun mimpi itu kini memang menjadi kenyataan, di Indonesia maupun
Amerika, Toyota menjadi brand leader. Toyota tidak selalu menjadi kekuatan global
seperti saat ini. Toyota pernah hampir bangkrut akibat kemerosotan pendanaan, terpuruk
dan melakukan PHK massal dengan puncaknya pengunduran diri Kiichiro Toyoda.
Krisis ini memaksa perusahaan menyerah, terbagi menjadi divisi manufaktur dan
penjualan, yang tidak bersatu lagi selama beberapa decade. Tetapi pada akhirnya tetap
mampu berdiri kembali dan bahkan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Hal ini
mungkin disebabkan oleh system manajemen Toyota yang kokoh.
Cikal bakal manajemen Toyota terus diwariskan melalui para pemimpin sejak pendirian hingga
saat ini aturan Toyota menuturkan kehidupan dan pemikiran Sakichi Toyoda, penemu yang ulung dan
pendiri Toyota Group. Disusun oleh Kiichiro, aturan yang terdiri atas lima bagian ini diumumkan pada 30
Oktober 1935, bertepatan dengan peringatan enam tahun wafatnya Sakichi:
1. Bersikap kontributif bagi perkembangan dan kesejahteraan Negara dengan bekerja sama,
apa pun posisinya, dalam menjalankan tugas anda dengan tulus.
2. Menjadi pelopor melalui kreativitas tanpa batas, rasa ingin tahu, dan mengejar perbaikan.
3. Bersikap praktis dan menghindari kecerobohan.
4. Bersikap baik dan murah hati, berupaya menciptakan kehangatan seperti di rumah.
5. Bersikap hormat, dan menunjukan penghargaan untuk sesuatu yang besar dan kecil dalam
pemikiran dan perbuatan.
(Masaaki Sato, 2008)
Aturan pertama tentang bersikap kontributif didasari dorongan untuk menjadi
penemu, menemukan sesuatu yang dapat menguntungkan Negara. Basis manajemen
5
Toyota adalah “menguntungka negeri”. Dengan menyatukan kuantitas dan kualitas, kini
Toyota menjadi tolak ukur di antara perusahaan Jepang, dan perusahaan lainnya di
seluruh dunia dengan harapan membentuk perusahaan yang dapat berdiri kokoh dalam
jangka waktu panjang seperti Toyota.
Aturan kedua Toyota tentang menjadi pelopor merupakan prinsip khas Toyota,
buktinya Toyota merupakan produsen pertama yang mengembangkan mobil hibrid.
Pengembangan ini bahkan sudah ditemukan oleh Sakichi sebelum isu pemanasan global.
Yaitu kendaraan listrik-hibrid yang menggabungkan listrik dengan mesin bertenaga
bensin. Saat ini mobil ramah lingkungan sudah melekat pada produk Toyota.
Aturan ketiga yang menyatakan sikap praktis dan menghindari kecerobohan
memiliki arti mengenai iklim korporat Toyota, menghargai isi ketimbang bentuk,
konsistensi di atas nama.
Bersikap baik dan murah hati, aturan keempat Toyota menunjukan ciri keluarga
besar Toyota. Toyota memandang karyawan sebagai keluarga dan asset perusahaan yang
berharga sehingga Toyota sangat melindungi kesejahteraan karyawannya.
Aturan terakhir adalah bersikap hormat, melingkupi antar suku, agama,
kebudayaan. Toyota merupakan persuhaan global yang sangat besar dimana
karyawannya mencapai jumlah di atas ribuan, sehingga perbedaan pasti terdapat pada
setiap kegiatan mereka. Latar karyawan yang berbeda-beda juga terdapat di semua pabrik
Toyota dimana toleransi dan rasa menghargai sangatlah diperlukan untuk
mengintegrasikan kegiatan mencapai visi perusahaan.
6
Apa yang membedakan Toyota dengan para pesaingnya adalah arti pekerja pabrik bagi Toyota.
Mereka lebih dari sekedar sepasang tangan lini perakitan. Setiap orang adalah pekerja pengetahuan yang
mengumpulkan pengetahuan baru melalui pengalaman dan interaksi langsung dengan pekerja lainnya.
Apa yang diinginkan Toyota adalah satu model manajemen baru yang sesuai untuk produksi industry di
era pengetahuan, di mana pertumbuhan tidak hanya tergantung pada efisiensi operasional, tetapi juga
pada kemampuan manusia dan organisasi. Model Toyota ini mewakili pendekatan yang lebih manusiawi
bagi produksi industry karena perusahaan menempatkan manusia, dan bukan mesin, pada inti dari
segalanya. (Osono Shimizu Takeuchi, 2008)
Toyota merupakan perusahaan yang stabil. Profit dan penghasilan yang bagus
membuat Toyota mempertahankan valuasi lebih tinggi yang konsisten di pasar modal
selama 10 tahun terakhir. Dalam menghadapi naik turunya pertumbuhan ekonomi global,
Toyota selalu berusaha untuk mempertahankan seluruh tenaga kerja dan para dilernya,
meskipun mereka berkinerja buruk. Bukan hanya terhadap pekerja, Toyota sangat
memperhatikan customernya. Tentu mustahil untuk memenuhi semua kebutuhan
customer di setiap segmentasi pasar, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan. Namun
berdasar filosofi, Toyota sebisa mungkin memenuhi kebutuhan mereka, seperti yang
terdapat dalam dokumen internal Toyota dimana menyatakan untuk mengambil sebuah
keputusan atau melaksanakan sebuah kebijakan, mendahulukan kebutuhan dan
keingingan customer secara global adalah elemen penting. Hal ini dijelaskan dalam buku
Extreme Toyota melalui paragraph dibawah ini.
Toyota melekatkan nilai social yang kuat untuk memenuhi kebutuhan setiap customer dan
meningkatkan kepuasan atas produk. Perusahaan mengungkapkan ke public tujuan mustahilnya guna
meningkatkan kesadaran social karyawannya. Hal ini tercermin pada pernyataan di bagian penutup
Toyota Value: “kami selalu mengoptimalkan upaya meningkatkan kebahagiaan setiap customer, serta
7
membangun masa depan yang lebih baik bago orang-orang, masyarakat, dan planet yang kita tinggali.
Inilah tugas kita. Inilah Toyota”. (Osono Shimizu Takeuchi, 2008)
Brand Toyota telah membentuk citra mesin yang kuat, daya tahan dan keandalan.
Survey kualitas dari perusahaan informasi pemasaran J.D. Power and Associates terus
menempatkan Toyota sebagai brand leader. Reputasi seperti ini mengakibatkan mobil
memiliki nilai jual yang tinggi hingga waktu yang lama, tidak heran banyak masyarakat
di Indonesia yang menggunakan produk Toyota selama beberapa generasi. Pencitraan
dan Branding dari Toyota bias dibilang berhasil melihat dampak yang dihasilkannya
Penelitian ini akan berlangsung di kantor pusat Toyota di Jakarta yaitu PT.
Toyota-Astra Motor yang beralamat di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330. Dengan
nomor Telp (021) 6515551 (hunting), dan Fax (021) 6515360. Kantor pusat ini didirikan
pada tanggal 15 Juli 2003 dengan modal awal disetor sebesar empat ratus milliar rupiah.
Saham dari Toyota di Indonesia dimiliki oleh PT. Astra International Tbk sebesar 51%
dan Toyota Motor Corporation sebesar 49%. Terdapat lima dealer utama resmi yaitu PT
Astra Internasional, PT New Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi dan
NV Hadji Kalla Trd.Co.
Toyota memiliki visi menjadi perusahaan otomotif yang paling sukses dan
dihormati di kawasan Asia Tenggara serta memberikan pengalaman terbaik dalam
kepemilikan kendaraan. Misi Toyota adalah secara berkesinambungan menyediakan
produk dan jasa yang berkualitas tinggi serta memenuhi kebutuhan pelanggan melalui
program pemasaran yang terbaik. Mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan
menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan
8
pelanggan. Memperkuat kolaborasi dengan produsen, dealer utama dan dealer-dealer
melalui komunikasi dan kerjasama yang lebih baik untuk mengembangkan operasi
perusahaan yang sehat dalam segala aspek, misalnya pemenuhan peraturan, lingkungan
dan lain-lain.
Toyota juga mendirikan pabrik di Indonesia yang dinamakan PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia. Saham dipengang oleh Toyota Motor Corporation sebesar 95%
dan PT. Astra International Tbk sebesar 5%. Pabrik ini disebut dengan istilah Karawang
Plant. Menggunakan Toyota Production System (TPS) yang merupakan kunci sukses
Toyota memasuki era globalisasi yang didasari Just In Time dan continuos improvement.
Karawang Plant adalah salah satu pabrik otomotif milik Toyota Motor Manufacturing
Indonesia yang berlokasi di Karawang International Industrial City (KIIC), TelukJambe,
Jawa Barat. Karawang Plant dibangun pada 29 Mei 1996 dengan nilai investasi sebesar
Rp. 462,2 miliar. Walaupun mulai beroperasi pada tahun 1998, namun Karawang Plant
baru diresmikan pada tahun 2000. Pada saat ini, Karawang Plant memiliki kapasitas
produksi 100.000 unit mobil per tahun. Karawang Plant yang berdiri di area tanah seluas
1.000.000 m2 dengan luas bangunan 300.000 m2 memiliki konsep pabrik otomotif kelas
dunia yang memadukan teknologi tinggi, keahlian sumber daya manusia, dan kepedulian
terhadap karyawan dan lingkungan. Sedangkan dalam hal produksi, Karawang Plant
menitikberatkan pada produksi Innova yang ditujukkan untuk pasar domestic dan
internasional. Untuk CBU, tujuan ekspornya adalah ke negara-negara Timur Tengah
(Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Syria, dan
9
Libanon), Negara-negara kepulauan Pasifik (Fiji dan Solomon), serta ke Negara-negara
Asia (Brunei Darussalam dan Thailand). Sedangkan untuk CKD memiliki tujuan ekspor
ke Malaysia, Filiphina, dan Vietnam.
Fasilitas Karawang Plant meliputi Fasilitas Produksi yang terdiri dari Stamping
Shop, Welding Shop, Painting Shop, Assembling Shop. Fasilitas Pendukung terdiri dari
Test Course, Employee Facilities. Dan Environment yang memiliki management system
dalam hal Waste Water Treatment dan Toyota Forest.
Tentang aksesoris yang digunakan Toyota, Materialnya terbuat dari material
terbaik sesuai standar Toyota. Polyprophelene Plastic (PP) adalah bahan yang tahan
benturan, sering dipakai untuk front & rear bumper guard. Acrylonitrie Butadine Styrene
(ABS) adalah bahan yang sangat ringan sehingga tidak akan mengganggu performa
kendaraan. Standar material diguanak untuk menjaga material supaya mempunyai daya
tahann untuk kondisi yang akan sering dihadapi, contoh untuk spoiler menggunakan
material ABS karena material ini paling tahan terhadap sinar matahari.
Proses pembuatan yang sesuai standar Toyota meliputi beberapa langkah.
Langkah pertama adalah Styling Design, Tujuannya untuk memberikan desain yang
terbaik melalui proses pembuatan beberapa alternatif styling design (2 dimensi),
mengadakan design review, dan memilih satu desain yang terbaik Langkah kedua adalah
Product Design /CAD Data Development yang bertujuan supaya produk jadi nanti akan
benar-benar sesuai dengan desain produk (product design) melalui proses desain yang
terpilih kemudian dibuat data 3 dimensi dengan bantuan Computer Aided Design (CAD),
10
lengkap dengan posisi pemasangan, dan komponen pendukung seperti nut & bolt, double
adhesive tape, atau klip. Hasilnya disebut CAD Data. Kemudian dibuat drawing atau
gambar teknik. Hasil produksi massal nantinya harus sesuai dengan drawing ini, baik
secara dimensi maupun kelengkapan komponennya. Langkah ketiga adalah Mock-up
Review dengan tujuan untuk memastikan persisi produk benar-benar tepat dan sesuai
dengan kendaraan melalui proses pembuatan produk yang menyerupai produk aslinya,
mengevaluasi dengan melakukan pemasangan ke mobil. Jika masih terdapat kekurangan,
CAD data direvisi dan dievaluasi lagi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
masalah saat produk tersebut diproduksi massal. Langkah keempat adalah Tooling
Development yang bertujuan untuk memastikan semua alat-alat yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan untuk menghasilkan produk yang terbaik dengan proses pembuatan
perangkat pendukung produksi massal, seperti mold (cetakan), jig (alat bantu proses /
pemasangan), checking fixture (alat bantu pengecekan produk). Proses ini umumnya
memakan waktu, maksimal, 3 bulan. Langkah kelima adalah Trial & Performance
Evaluation dengan tujuan untuk menguji daya tahan produk sehingga memberikan rasa
aman dan nyaman kepada konsumen melalui proses hasil produksi massal diuji
ketahanannya melalui beberapa tes sesuai standar yang diterapkan TOYOTA seperti
ketahanan terhadap panas, vibrasi, atau bahan kimia. Standar Pengetesannya adalah
memastikan metode yang digunakan benar-benar dapat menguji ketahanan produk.
Contoh: Untuk ketahanan front bumper guard dan rear bumper guard diuji dengan
melakukan 30 kali automatic car washing test (mobil dicuci 30 kali secara kontinyu
dengan menggunakan automatic car washing machine) untuk memastikan tidak terjadi
perubahan posisi dan tidak ada cat yang mengelupas. Untuk ketahanan side visor
11
terhadap sinar UV (ultraviolet) diuji dengan disinari lampu 130 V suhu 80°C selama 200
jam. Langkah keenam adalah Quality Control dengan tujuan untuk memastikan hanya
produk dengan kualitas terbaik yang akan sampai ke tangan konsumen melalui proses
penentuan batasan kualitas, seperti dimensi dan tampilan (gores, bintik). Langkah
ketujuh adalah Mass Production, Setelah produk dipastikan memenuhi standar yang
diterapkan TOYOTA, dan sudah dilakukan proses persetujuan (approval) barulah
Pemasok atau Supplier mulai melakukan produksi secara massal.
Menjadikan fasilitasnya sebagai yang terbaik dengan tujuan untuk menghasilkan
produk unggulan adalah filosofi utama PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia.
Investasi dalam skala besar yang menyeimbangkan pemanfaatan teknologi modern
dengan sumber daya manusia untuk menghasilkan produk yang berkualitas telah
ditanamkan di pabrik-pabrik mereka di kawasan Sunter dan Karawang.
Mereka menjungjung tinggi keselamatan seluruh karyawan. Sertifikasi SMK3
untuk sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pabrik Sunter I dan
Karawang merupakan bukti dari keseriusan mereka.
Fasilitas modern mereka didukung oleh aplikasi Toyota Way (Kaizen atau
continuous Improvement dan pengembangan sumber daya manusia) dalam sistem
produksi yang dikenal dengan nama Toyota Production System (TPS) yang telah teruji
kehandalannya. Melalui TPS, pengembangan sumber daya manusia di pabrik-pabrik
mereka diutamakan bagi semua level karyawan. Penerapan TPS juga dilakukan melalui
program-program dalam Toyota Manufacturer’s Club (TM Club) untuk para pemasok
12
dalam negeri, yang saat ini telah mencapai lebih dari 100 dan mampu membantu mereka
mencapai tingkat kualitas dan biaya yang kompetitif. Keberhasilan kombinasi antara
fasilitas modern dan sistem produksi handal di TMMIN mendapat pengakuan
internasional dengan diraihnya berbagai penghargaan internasional untuk sistem
manajemen kualitas (ISO 9000) oleh pabrik-pabrik mereka di Sunter dan Karawang.
Nilai Toyota dari pusat sampai ke cabang-cabangnya di negara lain menggunakan
satu nilai yang sama disebut The Toyota Way. The Toyota Way merupakan seperangkat
prinsip, nilai serta perilaku yang mendasari manajerial Toyota Motor Corporation dan
system produksi. Focus nya berisi prinsip-prinsip di dua bidang utama yaitu perbaikan
terus menerus dalam hal produk serta saling menghormati orang dalam hal sumber daya
manusia. Ada 4 tahapan yang terbagi dalam 14 prinsip nilai dalam menjalani nilai
Toyota.
Tahap pertama mendasari filsafat jangka panjang, berisi prinsip pertama dimana
kadang untuk tujuan kedepan kita harus bisa mengorbankan tujuan keuangan jangka
pendek. Manusia membutuhkan tujuan untuk mendapatkan motivasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Tahap kedua menjelaskan bahwa dengan proses yang tepat maka akan didapatkan
hasil yang baik dan benar. Berisi prinsip kedua yang mengatakan proses pekerjaan harus
diikuti alurnya supaya ketika ada permasalahan yang keluar akan gampang dideteksi.
Proses pekerjaan dibuat sedemikian rupa agar mengurangi terbuangnya waktu secara sia-
sia seperti produksi berlebihan dan menunggu. Prinsip ketiga menggunakan system
“tarik” untuk menghindari kelebihan produksi, ini merupakan metode dimana proses
13
sinyal memberi isyarat bahwa bahan mana yang lebih dibutuhkan. Prinsip keempat
mengajari prinsip bekerja seperti kura-kura lebih daripada kelinci. Hal ini membantu
pencapaian tujuan dengan mengurangi kelebihan tenaga dan peralatan serta minimalisasi
limbah produksi. Prinsip kelima tentang membangun budaya menghentikan jalur
produksi untuk memperbaiki masalah dengan tujuan memperoleh kualitas selayaknya.
Setiap karyawan dalam Toyota Production System memiliki hak untuk menghentikan
proses produksi apabila mengidentifikasi masalah pada kualitas. Prinsip keenam isinya
standar kewajiban dan proses adalah pondasi untuk kemajuan berkelanjutan dan
penguatan karyawan. Meskipun Toyota memiliki system birokrasi, cara implementasinya
mengizinkan untuk terjadinya kemajuan berkelanjutan dari orang-orang yang terkena
dampak langsung sistemnya. System tersebut mendorong karyawan untuk berjuang
dalam memajukan perusahaan. Prinsip ketujuh menggunakan pengendali visual supaya
tidak ada masalah yang luput dari mata. Isinya adalah program 5S, Sort adalah mencari
tahu hal-hal yang tidak dibutuhkan. Straighten adalah menyediakan ruang untuk segala
barang. Shine adalah area kerja yang bersih. Standardize adalah menciptakan aturan dan
SOP. Sustain adalah mengatur system dan mengawasinya. Prisnisp kedelapan isinya
menggunakan teknologi yang dapat diandalkan dan yang telah lulus ujicoba sehingga
bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bersama.
Tahap ketiga focus pada sumber daya manusia yaitu menambah nilai pada
organisasi dengan mengembangkan karyawan. Prinsip kesembilan menciptakan
pemimpin yang benar-benar mengerti akan pekerjaannya, menjalankan filsafat Toyota
dan mengajarkannya kepada orang lain. Karyawan harus dilatih dan dididik agar
menciptakan lingkungan organisasi yang saling belajar. Prinsip kesepuluh berisi tentang
14
mengembangkan orang yang luar biasa dan team yang mendasari filsafat perusahaan.
Prinsip kesebelas tentang menghargai kolega serta rekan kerja dengan membantu dan
mendorong mereka untuk semakin maju.
Tahap keempat berisi problem solving secara terus menerus untuk menimbulkan
budaya organisasi yang mau terus belajar. Prisip keduabelas tentang melihat sendiri
tentang situasi yang ada supaya kita benar-benar bisa mengerti. Sebelum melihat dengan
mata kepala sendiri, kita akan susah untuk mengerti situasi yang sedang terjadi. Dalam
prinsip ini diterapkan sepuluh prinsip manajemen Tadashi Yamashima, yang pertama
adalah selalu mengingat tujuan akhir. Yang kedua adalah tahu jelas kewajiban kita. Yang
ketiga adalah berpikir dan berbicara berdasarkan data dan informasi yang bisa
dibuktikan. Yang keempat adalah menggunakan keuntungan dari pengalaman orang lain
dalam diskusi informasi. Yang kelima adalah membagikan informasi kepada orang lain.
Yang keenam adalah selalu melapor dan memberikan informasi pada waktu yang tepat.
Yang ketujuh adalah analisa dan memahami kejadian yang bakal terjadi sesuai kapasitas
kita, yang kedelapan adalah melakukan kegiatan yang mendukung kemajuan secara terus
menerus. Yang kesembilan adalah berpikir diluar aturan umum. Yang kesepuluh adalah
selalu sadar untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja. Prinsip ketigabelas
tentang pengambilan keputusan secara perlahan berdasar penimbangan segala aspek.
Prinsip keempat belas adalah menjadi organisasi yang peka akan ilmu baru untuk
dipelajari, serta dapat melewati proses introspeksi. Proses untuk menjadi organisasi yang
mau belajar meliputi saling kritik. Teknik problem solving dalam mendapatkan akar
permasalahan meliputi proses persepsi dalam memandang permasalahan, menjernihkan
15
permasalahan, mencari daerah penyebab, mengukur dengan barometer, evaluasi dan
proses standarisasi.
1.2 Ruang Lingkup
Penelitian ini berfokus pada system dan strategi Toyota dalam melakukan branding
untuk mendapatkan repetisi pembelian konsumen atau yang sering kita sebut customer
loyalty. Menurut penelitian J.D. Power dan asosiasinya, 65% dari pemilik Toyota ketika
hendak berganti mobil, mereka menggantikannya dengan sebuah Toyota baru, bukan
merk yang baru. Toyota mempertahankan tingkat pembelian repetisi konsumennya
dengan mempertahankan kualitas produknya serta servis dan garansi yang dapat
membuat tingkat kepuasan konsumennya mencapai klimaks. Efek dari kualitas penjualan
Toyota menghasilkan efek word-of-mouth di kalangan masyarakat yang notabene
menarik calon pelanggan baru.
Dengan indicator dari subjek yang diteliti, peneliti dapat membatasi ruang lingkup.
Branding dari Toyota sendiri akan kita lihat dari jenis strateginya, apakah universal atau
akan berbeda tergantung dari jenis produknya. Dilihat dari pasar di Indonesia,
kemampuan Toyota jelas tidak diragukan lagi. Dari segi konsumen, kita perlu meneliti
alasan mereka begitu setia dengan Toyota, apakah telah terjadi ikatan emosional antara
produk tersebut dengan pribadi si konsumen. Untuk mengukur kesetiaan konsumen, kita
dapat melihat seberapa lama mereka telah menggunakan produk dari Toyota itu sendiri
ataupun seberapa besar usaha mereka dalam mempromosikan Toyota di lingkungannya.
16
1.3 Tujuan dan manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai prasyarat kelulusan dari fakultas komunikasi
dan multimedia di Binus University. Penelitian ini juga bertujuan agar kita mengetahui
pentingnya branding pada persaingan industry saat ini teruatama perusahaan-perusahaan
besar dan branding dalam membuat differensiasi dengan produk pesaing lainnya. Tulisan
ini dapat membantu kita untuk mengerti tahap dan strategi yang digencarkan Toyota
selama bertahun-tahun ini untuk mempertahankan posisi mereka sebagai market leader.
Seperti yang kita ketahui seiring berkembangnya teknologi ditambah pengaruh
globalisasi, serbuan brand dari luar negeri jumlahnya semakin meningkat, brand local
saja sudah kewalahan menghadapi pesaingnya, sekarang ditambah lagi brand dari luar
negeri.
Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian lanjutan kepada angkatan
dari jurusan public relations selanjutnya. Penelitian ini juga bisa dijadikan alat dalam
memahami sistem manajemen yang digunakan dalam Toyota serta sebagai data
tambahan Toyota. Tulisan ini dapat menjadi referensi atas informasi yang berhubungan
dengan Toyota.
1.4 Metodologi
Metode kualitatif dalam penelitian ilmu komunikasi, cenderung menggunakan rumus
5W+1H(who,what,where,when,why dan how) dalam analisis datanya. What bertanya
tentang data dan fakta yang dihasilkan dari sebuah penelitian. How mengenai bagaimana
17
proses data itu berlangsung. Sedangkan who tentang siapa saja yang bias menjadi
informan kunci dalam penelitian. Selain itu ada where dan when, masing-masing
bertanya tentang dimana sumber informasi penelitian itu bisa ditemukan dan kapan
sumber informasi itu bisa ditemukan. Komponen yang paling penting dicermati dalam
sebuah analisis penelitian kualtitatif adalah why yang berisi tentang analisis lebih dalam
atau penafsiran lebih dalam tentang apa yang dibalik fakta dan mengapa bisa terjadi
seperti itu.
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik ilmu-ilmu lunak, focus penelitian kompleks dan luas,
holistic dan menyeluruh, subjektif dan perspektif emik, penalaran induktif, basis pengetahuan adalah
makna dan temuan, mengembangkan teori, tafsiran, komunikasi dan observasi, elemen dasar analisis
adalah kata-kata, interpretasi individu, dan keunikan. (DR.Elvinaro Ardianto,2010)
Metode kualitatif digunakan untuk meneliti fenomena yang terjadi dalam lingkungan
hidup manusia. Penelitian kualitatif biasanya ruang lingkupnya sempit tetapi sifat
pembahasannya tidak terbatas. Bogdan dan Taylor (Moleong,2007) mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif merupakan perilaku artistic. Pendekatan filosofis dan aplikasi
metode dalam kerangka peneltitian kualitatif dimaksudkan untuk memproduksi ilmu-
ilmu “lunak”, seperti sosiologi, antropologi, komunikasi. Kepedulian utama peneliti
kualitatif adalah bahwa keterbatasan objektivitas dan control social sangat esensial.
Penelitian kualitatif berangkat dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu social. Esensinya adalah
sebagai sebuah metode pemahaman atas keunikan, dinamika, dan hakikat holistic dari
18
kehadiran manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Peneliti kualitatif percaya bahwa
kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui orang-orang yang dalam
interaksinya dengan situasi social kesejarahan (Danim,2002)
metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
dengan metode kuantitatif, seorang peneliti harus menjaga jarak terhadap masalah yang sedang
ditelitinya. Misalnya, ketika menyebarkan angket/kuesioner atau mewawancarai, seorang peneliti
kuantitatif tidak diperkenankan memberikan arahan jawaban kepada responden yang menjadi sumber
informasi penelitian. Seorang peneliti kuantitatif betul-betul mengandalkan instrument penelitiannya yang
sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sementara dalam penelitian metode kualitatif, justru seorang
peneliti menjadi instrument kunci. Apalagi teknik pengumpulan data yang digunakannya adalah observasi
partisipasi, peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian
dan sumber informasi penelitian. (DR.Elvinaro Ardianto,2010)
Unsur yang terdapat dalam penelitian kualitatif kurang lebih berisi judul yang
penulisannya singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian
penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang
bermacam-macam dan tidak bias makna. Kemudian ada abstrak, ditulis sesingkat
mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian.
Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengan
cepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk
membacanya. Yang tidak kalah penting adalah perspektif teoritis dan kajian pustaka,
perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perspektif baik dalam
membantu merumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data
atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang
studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
19
Metode yang digunakan harus dijelaskan, menyajikan secara rinci metode yang
digunakan dalam proses penelitian. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh
temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok
masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam
laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan
sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi
peneliti itu sendiri. Hasil temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran
lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan
terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan
hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.
Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan
menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif. Blumer
mencatat bahwa usaha mengkorelasikan suatu variable dengan variable lain kenyataannya mengabaikan
bagaimana variable-variabel ini didefinisikan oleh orang-orang yang diteliti. Senada dengan itu, cicourel
yang dipengaruhi schutz dan garfinkel menegaskan bagaimana pemilihan logika yang murni matematis
dapat mengabaikan pemikiran akal sehat yang digunakan oleh orang-orang yang diteliti dan peneliti.
Tidak seperti hubungan fisik, hubungan kausal menyangkut manusia tidak eksis terlepas dari tujuan dan
motif manusia. Dalam pandangan Bogdan dan Taylor, meskipun orang-orang bertindak dalam kerangka
suatu organisasi, interpretasi merekalah, bukan organisasi, yang menentukan tindakan mereka. Peran
social, norma, nilai, dan tujuan organisasi boleh menetapkan kondisi dan konsekuensi bagi tindakan,
namun tidak menentukan apa yang dilakukan orang. Dengan kata lain, seperti ditegaskan Silverman,
problem yang dihadapi peneliti kuantitatif adalah bahwa mereka mengabaikan konstruksi social dan
cultural dari variable-variabel yang ingin mereka korelasikan. (Dr.Deddy Mulyana,150)
20
Melalui metode penelitian kualitatif, kita mendalami opini dan perilaku manusia.
Yang kita teliti dan lihat kebanyakan meliputi efek dari opini dan perilaku tersebut.
Penelitian kualitatif tidak sederhana seperti yang terlihat, karena opini manusia tidak
berdasarkan organisasinya atau lingkungannya, melainkan berdasarkan intepretasi
mereka masing-masing, dimana setiap manusia berbeda dalam hal itu.
1.5 Sistematika penulisan
Penelitian ini diawali dengan penulisan latar belakang masalah yang membuat
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Toyota. Latar belakang akan menjelaskan
sedikit tentang sejarah Toyota, tentang bagaimana perusahaan otomotif ini bisa
berkembang dari perusahaan regional menjadi industry global yang diakui kekuatannya
di dunia. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan ruang lingkup penelitian dimana
tentang strategi brading serta reputasi Toyota dalam mempengaruhi kesetiaan
konsumennya, agar dapat membatasi pembahasan dan tidak keluar dari topik. Tujuan dan
manfaat penelitian ini ditulis setelah ruang lingkup. Setelah itu penulis menjelaskan
metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian.
Penulisan skripsi ini harus berlandaskan pada teori agar tidak rancu dan terkesan
mengada-ada. Oleh sebab itu penulis memaparkan beberapa teori yang saling
mendukung seperti branding dan public relations. Serta teori reputasi sebagai teori inti
yang akan dikaitkan dengan permasalahan yang ada dan diteliti. Kemudian dalam
21
kerangka pikir akan dipaparkan bagaimana teori reputasi dapat mempengaruhi kesetiaan
konsumen.
Isi dari penulisan penelitian ini berupa penjabaran organisasi Toyota di Indonesia,
serta menjelaskan cara atau metode penulis dalam mengumpulkan data-data valid.
Setelah itu bisa kita lanjutkan dengan pengembangan solusi apabila branding dan
reputasi Toyota tidak mempengaruhi kesetiaan konsumen.
Menjelang tahap akhir, penulisan akan mendeskripsikan hasil dari penelitan
mengenai branding dan reputasi Toyota dalam mempengaruhi kesetiaan konsumen.
Isinya juga berupa rangkuman dari hasil wawancara yang berkaitan dengan penelitian
setelah itu laporan penelitian akan ditutup dengan pendapat peneliti berupa kesimpulan.