bab 1. pendahuluan...1 bab 1. pendahuluan desa pranggong, kecamatan andong kabupaten boyolali...
TRANSCRIPT
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Desa Pranggong, Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali memiliki wilayah yang
berada pada ketinggian 126 m dpl, berpenduduk yang sebagian besar memiliki pekerjaan
sebagai petani. Dipilihnya desa Pranggong Andong Boyolali sebagai daerah binaan Fakultas
Pertanian UNISRI karena memiliki potensi produk pertanian yang baik untuk dikembangkan dan
didampingi, yakni adanya usaha budidaya garut. Petani di desa Pranggong sebagian ada yang
telah melakukan budidaya Garut namun masih dalam skala kecil, dan upaya mengolah produk
garut menjadi emping garut telah dilakukan juga oleh pelaku usaha produk garut (Kelompok
Usaha Pengolahan Berbasis Garut). Kondisi agroekologis di Pranggong sangat menunjang sekali
untuk pembudidayaan tanaman Garut yang tergolong mudah pemeliharaannya. Jenis tanah
regosol dan system pertanaman di pekarangan maupun lahan marginal di lokasi desa binaan,
sangat berpeluang untuk budidaya Garut dan usaha berbasis garut bagi masyarakatnya sebagai
upaya pengembangan usaha yang dapat dimitrakan antara petani, desa Pranggong dan Fak.
Pertanian UNISRI baik dalam kurun waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Guna
pengembangan potensi desa Pranggong untuk masa mendatang perlu disinergikan dengan letak
strategis wilayah sekitar Kecamatan Andong, yang merupakan titik temu dengan daerah wisata
Sangiran, serta jalur alternative menuju Salatiga, untuk itu perlu dilakukan penguatan dalam
mengembangkan potensi Olahan Umbi Garut dalam rangka meningkatkan Potensi Wisata Desa
Pranggong, Kec. Andong Boyolali, melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Dewasa ini pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemerintahannya dari bersifat
sentralisasi menjadi desentralisasi dengan menerapkan otonomi daerah,sehingga masing-masing
daerah dituntut mampu menggali potensi sumber dayadaerahnya untuk membiayai dirinya
sendiri dengan memanfaatkan pendapatan asli daerahnya. Secara umum, Indonesia merupakan
sebuah negara yang memiliki kekayaan alam, budaya dan manusia yang sangat besar. Demikian
juga masing – masing daerahnya, baik propinsi maupun kabupaten. Kekayaan tersebut
merupakan sumber kepariwisataan yang berpotensi besar sebagai daya tarik pariwisata.
Pariwisata merupakan sektor andalan dalam pemasukan devisa negara maupun pendapatan asli
daerah dan juga peningkatan pendapatan masyarakat, karena pariwisata merupakan industri yang
padat karya, dalam arti mampu menyerap tenaga kerja manusia dalam jumlah yang sangat
banyak. Dari data Depnakertran diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja dibidang pariwisata di
tahun 2010 adalah 22.891meningkat dari 21.884 di tahun 2009, dan 20.880 di tahun 2008.
2
Bidang pokok dari industri pariwisata seperti bidang penginapan, restoran, biro perjalanan,
transportasi, pemandu wisata, obyek wisata, cindera mata,dan sebagainya. Bidang-bidang
tersebut mampu menyerap tenaga kerja danmenciptakan lapangan kerja dengan kualifikasi
masing-masing. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung, semakin banyak pula jenis usaha
yang akan tumbuh,sehingga semakin luas pula lapangan kerja yang tercipta. Masyarakat akan
menerima pendapatan dari pembelanjaan secara langsung oleh wisatawan, sedangkan pemerintah
akan mendapatkan devisa yang berasal dari wisatawan mancanegara dan pajak dari perusahaan-
perusahaan penunjang kepariwisataan. Oleh karena itu secara langsung maupun tidak langsung
pariwisata telah memberikan kontribusi yang sangat besar baik bagi pemerintah daerah maupun
negara Indonesia. Berbagai daerah di Indonesia berusaha mengembangkan bidang pariwisata
karena melalui bidang ini akan mendatangkan banyak keuntungan, terutama di bidang ekonomi.
Pariwisata merupakan bidang yang sangat kompleks dan keberadaannya sangat peka terhadap
berbagai perubahan dan perkembangan terutama berkaitan dengan keinginan atau motivasi
wisatawan yang selalu ingin mencari dan menikmati sesuatu atau pengalaman baru untuk
pemuasan hasrat pribadinya, sesuatu yang berbeda dari yang pernah dirasakan sebelumnya.
Keinginan wisatawan selalu berubah sesuai dengan perkembangan, seperti misalnya fenomena
sekarang telah terjadi pergeseran dari jenis mass tourism kearah wisatawan minat khusus atau
wisatawan alternative. Selain motivasi wisatawan, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah
faktor keamanan dan kenyamanan wisatawan.Salah satu kabupaten yang gencar
mengembangkan kegiatan pariwisata di daerahnya adalah Kabupaten Boyolali.Jawa Tengah.
Daerah ini merupakan salah satu pintu gerbang bagi arus migrasi penduduk, barang maupun jasa
yang akan masuk atau keluar dari wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta. Di
Kabupaten Boyolali memiliki karakteristik daerah yang sangat lengkap, pada bagian tengah
merupakan daerah dataran yang subur sehingga potensial dikembangkan sebagai daerah
pertanian, kemudian pada bagian utara dan timur merupakan daerah pegunungan dan dijumpai
potensi wisata baik berupa wisata alam maupun buatan.Berdasarkan pengamatan sementara,
kondisi dan lingkungan kawasan tersebut masih sangat jauh untuk memenuhi syarat sebagai desa
wisata. Di kawasan ini belum tersedia kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Selain
itu belum tersedia sarana prasarana penunjang lain seperti penginapan, rumah makan yang
representative, dan juga belum tersedia oleh-oleh atau souvenir yang dapat dibawa wisatawan,
meskipun potensi di daerah tersebut sangat besar. Daerah Pranggong memiliki landscaps berupa
3
tanah pegunungan. Di sela-sela pemukiman penduduk, banyak di tanam umbi-umbian seperti
Garut, Ganyong, Suwek, dan berbagai tanaman palawijja, empon-empon seperti jahe, kunyit,
temulawak, kencur dan sebagainya. Namun pemanfaatan hasil bumi tersebut belum maksimal
dan belum dapat memberikan nilai ekonomi yang besar. Meskipun demikian selama ini telah ada
pula warga di pedukuhan yang mencoba memanfaatkan potensi tersebut untuk menambah
pendapatan keluarganya dengan mengolah umbi Garut menjadi tepung/pati dan emping. Namun
pengolahan tersebut masih berskala kecil dan baru memenuhi permintaan pasar lokal. Hal itu
karena kapasitas produksi yang masih kecil juga permintaan yang belum banyak mengingat
diversifikasi produk juga sangat terbatas. Padahal apabila dilakukan pengolahan lebih lanjut,
tepung/pati garut dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan kecil dan dapat bertahan lama
seperti kue kering atau jenang dodol, sehingga apabila dikemas dengan baik dapat menjadi
komoditi unggulan daerah tersebut sebagai oleh-oleh untuk menunjang keberadaan desa wisata.
Oleh karena itu perlu partisipasi dalam mendukung pengembangan kawasan Andong sebagai
Desa Wisata dengan mengadakan Pelatihan pengembangan olahan umbi garut untuk
meningkatkan potensi pariwisata di desa Pranggong, Andong Boyolali. Secara khusus tujuan
kegiatan adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pengembangan wisata
dalam bidang boga, meningkatkan pemahaman tentang umbi garut, manfaat dan pengembangan
teknik olahannya, meningkatkan ketermpilan teknik olahan garut, meningkatkan teknik kemasan
produk garut dan pengurusan ijin PIRT di Dinas Kesehatan Kab. Boyolali, agar lebih meningkat
pemasaran jenis produknya.
Tanaman garut dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dikenal dengan nama Marantha
arundinaceae L. Tanaman ini berasal dari Amerika khususnya daerah tropik, kemudian
menyebar ke Negara-negara tropik lainnya seperti Indonesia, India, Sri Lanka dan Philipina.
Jenis tanaman umbi-umbian ini tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl, dan tumbuh baik pada
ketinggian 60 – 90 m dpl. Tanaman ini mengandung karbohidrat dan zat besi lebih tinggi
dibandingkan dengan tepung terigu dan beras giling. Sementara itu, kandungan lemaknya paling
rendah ketimbang terigu dan beras. Kandungan kalori tepung garut pun hampir sama dengan
beras dan terigu. Ini berarti bahwa garut layak dikonsumsi.
4
Sebagai sumber karbohidrat, tanaman Garut belum dikembangkan secara sungguh-
sungguh di Indonesia, padahal Garut memiliki banyak kegunaan, terutama sebagai bahan baku
pada industri makanan. Tepung garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jenang
(dodol), kue dadar, kue semprit, cendol, cantik manis, roti, mie, makanan ringan, dan aneka kue
tradisional. Sedangkan Umbi Garut dapat digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat
untuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular/lebah, memperbanyak ASI, mengobati
disentri, Eksim. Umbi Garut juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku minuman
beralkohol, perekat dan kosmetik. Berdasarkan penelitian di Amerika, limbah olahan umbi Garut
dapat digunakan dalam industri kertas tahan sobek dan bahan bakar.
Tanaman Garut termasuk Produk Unggulan, karena manfaat kesehatan dan ekonomi yang
terkandung di dalamnya sangat tinggi Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian
tanaman yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi
(bits) yang panjangnya 4 – 7 cm dan mempunyai 2 – 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang
tinggi maka bibit yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang
kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root).
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur
tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan lebih
mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah yang gembur
perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan
kedalaman 20 – 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos
atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar, karena kompos atau pupuk kandang
tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya kandungan unsur hara di dalam
tanah. Tanah diolah dengan membajak atau mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan
ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 – 30 cm.
Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 – 50 cm.
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman lebih banyak
tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-bedengan
yang telah disiapkan dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau cangkul dengan
kedalaman yang cukup yaitu antara 8 – 15 cm. Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan
agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan tanah. Setelah bibit ditanam
selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak tanam garut yang umumnya digunakan
5
adalah37,5x75cm. Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya
meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Pupuk sendiri sebetulnya berupa zat yang
ditambahkan pada tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Dengan begitu, tanah menjadi
lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik..
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk
dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur antara 10 –
12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat
tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berseratsehingga
pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas /kultivar
Kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup
dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk
mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan
sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat
membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada
varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah
panenan dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar. Produksi umbi garut dapat diolah
untuk dijadikan produk pangan / bahan dasar pangan ( roti dan tepung maupun emping garut ),
yang berprospek bagus.
BAB 2. TARGET DAN LUARAN :
Lahan berpotensi budidaya Garut di desa Pranggong Andong Boyolali masih terbuka luas
untuk dikembangkan, karena untuk memenuhi kebutuhan dasar bahan baku aneka produk
berbasis garut (meliputi emping garut dan tepung garut untuk kue dan roti) karena
agroekosistemnya sesuai untuk budidaya Garut , untuk itu perlu tindaklanjut dari permasalahan
yang ada termasuk dari evaluasi pembelajaran semua peserta sehingga merasa ada peningkatan
aspek pengetahuan maupun keterampilan dan dari evaluasi kebiasaan menunjukkan peningkatan
kualitas peserta baik dari segi penerapan produk maupun sanitasi dan keberanian mencoba
produk baru. Peluang keberlanjutan yang sangat memungkinkan untuk itu target dan luaran
dalam kegiatan ini adalah (1) meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pengembangan
wisata berbasis Garut; (2) meningkatkan pertanian dengan pupuk berimbang pada tanaman
Garut, pemahaman tentang umbi garut, manfaat dan pengembangan teknik olahannya; (3)
6
meningkatkan keterampilan teknik olahan garut; (4) meningkatkan teknik kemasan produk garut;
(5) meningkatkan pemahaman penghitungan analisis ekonomi tiap produk olahan umbi garut.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian in diikuti oleh 19 orang peserta pemilihan dan penetapan/penentuan
sasaran pelatihan ini mempunyai pertimbangan rasional strategis, dalam kaitannya dengan upaya
memberdayakan masyarakat di kawasan tersebut untuk meningkatkan daya tarik wisata kawasan
tersebut. Secara riel jumlah yang terlibat dalam kelompok sasaran ini adalah sebanyak 15 orang.
Kegiatan ini diharapkan sebagai langkah awal guna mendapatkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang terampil dan terlatih dalam industri pariwisata di daerah sasaran.
Masing-masing peserta pelatihan ini akan memanfaatkan ketrampilan yang di dapat untuk
membuka usaha pengolahan umbi-garut berupa emping garut, kue-kue kering, dan makanan
khas lainnya untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daerah
tersebut, dengan melengkapi PIRT
Metode kegiatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah ceramah dan tanya jawab
untuk memberikan pemahaman aspek-aspek yang terkait dengan teori, kunjungan lapangan,
terkait dengan pengembangan potensi wilayah, pengembangan untuk pemantapan kemampuan
peserta dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan produk olahan umbi garut.
Tahapan pelatihan terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap persiapan,
dilakukan survey penentuan lokasi dan sasaran, analisis kebutuhan pelatihan, dan penyusunan
bahan latihan. Pada tahap pelaksanaan pelatihan, diberikan materi tentang pengetahuan umbi
dan deversifikasi pengolahannya, pembuatan produk-produk olahan garut yang terdiri dari kue
bolu pati garut, kue lapis pati garut, kue kering garut keju, garut.
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI:
UNISRI dengan SDM nya di fakultas Pertanian telah banyak melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, secara lokal, regional maupun nasional . Demikian pula
melalui pengalaman dalam membimbing mahasiswa yang mengadakan penelitian. Maka
sebagai wilayah desa binaan FP UNISRI, desa Pranggong di awal kegiatan ini masih
memerlukan transfer teknologi agroteknologi dari FP UNISRI sebagai wujud penerapan salah
7
satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni melalui Pengabdian Kepada Masyarakat. Sehingga
sinergi program dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat baik petani maupun pelaku
usaha produk makanan berbasis garut.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN :
Dari hasil kegiatan pelaksanaan, antusias peserta pengabdian kepada masyarakat dalam
Pengembangan wisata berbasis Garut terlihat sangat dinamis dan antusias peserta yang tinggi
minat dalam mengembangkan produk berbasis garut untuk dijadikan icon Pranggong, karena dari
hasil diskusi mereka masih memerlukan bimbingan dan dampingan setelah mereka
melaksanakan proses ijin PIRT Garut, untuk diikuti oleh produk garut yang lain. Sehingga hasil
produksi dapat dikembangkan dalam skala luas.
BABVI.RENCANA TAHAP BERIKUTNYA:
Dikarenakan Pengembangan pariwisata berbasis potensi Garut memerlukan rutinitas
bahan dasar berupa garut dalam skala luas untuk memenuhi bahan dasar salah satunya emping
Garut di wilayah Pranggong, maka untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat berikutnya
masih pengembangan produk selain emping Garut di Pranggong dan icon wisata dengan
koordinasi pemerintah kabupaten Boyolali.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN:
1. Wilayah Pranggong tepat dijadikan lokasi pengembangan Budidaya Garut
2. Agroklimat di wilayah Pranggong cocok untuk budidaya Garut
3. Pengembangan wisata berbasis produk Garut dapat diwujudkan melalui komitmen warga
Dan koordinasi dengan pemerintah daerah Boyolali
8
DAFTAR PUSTAKA
Alex J. Sugiyanto .2010. Garut Sebagai Bahan Pangan Alternatif Yang Potensial.PT. Bina Aksara Jakarta
Anonim . 1990 .UU No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
Chafied Fandeli. ed. (1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.. Yogyakarta:
Penerbit Liberty
Hubeis A.V.S.(1993).Prospek pengembangan Makanan Tradisional rakyat indonesia:
kasus makanan jajanan.Proseding seminar pengembangan Pangan tradisional
dalam Rangka Penganekaragaman Pangan. Jakarta : Kantor Menteri Negara
urusan Pangan dan Logistik
Kartono Wirosuhardjo.(1995) .Pengembangan Sikap Pengusaha Makanan tradisional
Melalui pendidikan Manajemen.
Mc Intosh, R.W. (1973). Tourism, Principles, Practices, Philosophies. Grid Inc.Ohio.
Nurhayati, Dewi Ratna.1998 .Pengaruh 3 Macam Pupuk K dan Ukuran Umbi Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Umbi Tanaman Garut. Penelitian Dosen Muda . 1998.
Nyoman S. Pendit. (1990). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
Oka. A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.
Wiendu Nuryant i. (1995). Perencanaan Pembangunan Regional dan Kawasan Untuk
Kepariwisataan. Yogyakarta : Liberty.
9
LAMPIRAN
10
Lampiran 5. Justifikasi anggaran
No Bahan Volume Harga satuan
( Rp )
Total ( Rp )
1 Bibit Garut 2 paket 85.000 170.000
2 Bahan pelatihan olahan
Garut
20 paket 10.000 200.000
3 Publikasi 1 1 155.000
4 Transport 3 x 3 25.000 225.000
5 ATK 1 50.000 50.000
6 Konsumsi 2 x25 4.000 200.000
Jumlah 1000.000
11
MAKALAH PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Garut Sebagai bahan pangan yang potensial
Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi dan kandungan lemaknya
lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah kalorinya hampir sama. Pati
atau tepung garut bertekstur halus dan mudah dicerna sehingga cocok untuk makanan bayi dan
orang sakit. Umbi garut juga baik bagi penderita diabetes karena kandungan glisemiknya rendah.
Tepung garut memiliki bentuk dan karakter mirip tepung terigu sehingga berpotensi menjadi
pengganti tepung terigu.
Umbinya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik (bahan baku bedak), lem, obat
tradisional yang berkhasiat menyembuhkan mencret dan eksim, memperbanyak air susu ibu
(ASI), sebagai penawar racun lebah, racun ular dan obat luka. Tepung garut dapat diolah menjadi
makanan tradisional ataupun makanan olahan lain seperti layaknya terigu, seperti mie, bahan es
krim atau dapat langsung direbus atau dikukus dan langsung disantap.Berdasarkan penelitian di
Amerika, limbah olahan umbi garut dapat digunakan dalam industri kertas tahan sobek dan
bahan bakar.
Penelitian dan pengembangan tanaman garut di Indonesia memang belum menjadi
prioritas, karena makanan pokok beras masih menjadi kebutuhan yang utama dibandingkan
tanaman pangan lainnya. Suatu saat jika tepung terigu semakin mahal dan lahan untuk padi
semakin sedikit, tidak mustahil umbi garut menjadi makanan pokok kedua. Tanaman garut tidak
membutuhkan lahan khusus seperti padi, tetapi cukup di pekarangan ataupun tegalan yang
sempit. Garut dapat tumbuh terus-menerus dengan perbanyakan melalui anakan. Perawatan dan
penanaman garut mudah dan murah, dan dapat dipanen setelah tanaman berumur 8-12 bulan.
Untuk mendukung pengembangan tanaman garut, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian mengoleksi 20 asesi garut, yang berasal dari
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi. Ciri morfologis tanaman garut yang
dikoleksi masih sedikit keragamannya.
12
Jenis garut di Indonesia memiliki rimpang/umbi yang relatif kecil dengan diameter 2-3 cm,
jumlah umbi/rumpun rata-rata 15 buah, dan panjang umbi rata-rata 19 cm sehingga berpengaruh
terhadap bobot umbi. Semua asesi tanaman garut memiliki daging umbi berwarna putih, dengan
buku-buku yang mengelilingi sepanjang umbi.
Pembuatan Tepung dan Pati Garut
Umbi garut dapat diolah menjadi tepung dan pati garut yang dapat disimpan lama ditempat yang
kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya sangat berlainan, tergantung cara pengolahan
dan mutu bahan bakunya. Tepung garut kualitas komersial berwarna putih, bersih, bebas dari
noda dan kadar airnya tidak lebih dari 18,5 %, kandungan abu dan seratnya rendah, pH 4,5 – 7
serta viskositas maksimum antara 512 – 640 Brabender Unit.
Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut :
1. Pilih umbi yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen.
2. Bersihkan umbi garut dari kotoran (tanah) dan kulit atau sisik-sisiknya.
3. Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian segera direndam selama
beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan (browning).
4. Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengan alat pengiris atau penyawut ubi kayu.
5. Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering buatan
hingga berkadar air 10 – 12 %.
6. Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak dengan ayakan tepung
berulang-ulang.
7. Tampung tepung garut dalam wadah. Simpan wadah yang berisi tepung di tempat yang
kering.
Cara pembuatan pati garut adalah sebagai berikut :
1. Pilih umbi garut yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan sisik-sisiknya
terus dicuci dengan air bersih yang mengalir.
2. Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air bersih sambil
diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya. Selanjutnya saringlah bubur
tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari seratnya. Larutan hasil perasan segera
diendapkan sehingga air terpisah dari endapan pati.
13
3. Jemurlah endapan pati garut hingga kering, kemudian gilinglah menjadi pati halus.
4. Kemaslah pati garut dalam wadah (kemasan) kantong plastik atau kaleng yang kedap
udara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering.
BUDIDAYA TANAMAN GARUT
1. Pemilihan bibit
Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan
sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 – 7
cm dan mempunyai 2 – 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit
yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya
kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan
untuk setiap hektarnya adalah 3.000 – 3.500 kg bibit.
2. Pengolahan Tanah
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur
tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan
lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah
yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau
mencangkul dengan kedalaman 20 – 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka
sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar, karena
kompos atau pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk
memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau
mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi
lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 – 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu
dengan yang lain adalah 30 – 50 cm.
3. Penanaman
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman lebih banyak
tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-
bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau
cangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 – 15 cm. Dalamnya penanaman
bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan
14
tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak
tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.
4. Pemupukan
Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar
tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan
adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 –
30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk
organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu :
Urea sebanyak 350 – 400 kg/ha, SP36 sebanyak 200 – 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100
– 350 kg/ha.Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5
bulan dan dapat pula diberikan secara bertahap.Apabila pemupukan dilakukan secara
bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan
penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga
atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman
mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.
5. Pemeliharaan
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan
pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman.
Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar
tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan
setiap bulan terutama selama 3 – 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai
nampak berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil
melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan
menggunakan cangkul.
Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul,
lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma-gulma yang ada
dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga
sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.
Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada dasarnya
adalah suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak mengandung serat dan
15
sedikit sekali kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini bukan akibat dari adanya
serangan hama atau penyakit tetapi akar cerutu terbentuk untuk membentuk tunas-tunas
baru. Kegiatan pembumbunan pada tanaman garut ini merupakan kegiatan yang sangat
perlu dilakukan untuk memelihara kondisi tanah dalam keadaan gembur sehingga
pertumbuhan dan perkembangan umbi menjadi sempurna.
6. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya
Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit
yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang
membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu-satunya jenis hama yang penting adalah ulat
penggulung daun (Colopedes athlius Cran.), ciri-cirinya daun yang terserang melinting
(menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat
proses asimilasi yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut.
Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang
mengandung arsanik. Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar.
Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang
tanaman garut yang diusahakan pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan
tinggi dengan drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase
yang baik produksi rata-rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun
dengan tingkat budidaya yang baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar.
7. Panen
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk
dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur
antara 10 – 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi
garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut
telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat
bergantung pada varietas /kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya
dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan
tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya
agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman
dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam
16
menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas,
tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan
dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar.
MANFAAT GARUT
Tanaman garut termasuk produk unggulan, karena tingginya manfaat ekonomi dan
kesehatan yang terkandung di dalamnya. Manfaat garut bukan saja digunakan untuk
pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati garut dapat digunakan sebagai bahan
baku makanan dan minuman, obat-obatan, kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton.
Makanan Berbahan Dasar Garut
Sebagai bahan makanan, garut dapat diolah menjadi berbagai macam makanan. Beberapa
cara pengolahan .
a. Keripik
Bahan alat untuk pembuatan keripik garut antara lain 1 kg umbi garut yang segar dan
gemuk, ¼ kg liter air, minyak goreng dan garam secukupnya. Alat yang digunakan adalah
pisau, baskom, kompor dan alat penggoreng.
Cara pembuatan keripik garut yaitu umbi dicuci lalu diiris-iris setebal 0,5 cm. Irisan
tersebut ditaburi garam, diaduk sampai rata dan didiamkan setengah jam agar lunak dan
hilang getahnya. Dicuci dan ditiriskan kemudian dikukus sampai kering. Irisan itu digoreng
dalam minyak panas, apinya dijaga jangan sampai kental, kemudian masukkan esen dan
aduk sampai rata. Api dikecilkan dan keripik dimasukan dalam adonan gula dan diaduk
sampai rata.Setelah rata diangkat dan dianginkan sampai dingin. Selanjutnya siap disantap
atau dipak dalam kantong plastik untuk dijual.
b. Emping
Alternatif lain dari pengolahan umbi garut ini adalah dibuat emping. Selama ini emping
banyak dikenal orang adalah emping melinjo, ternyata garutpun dapat dijadikan emping
yang rasanya tak kalah lezatnya dengan emping yang lain karena memiliki citra rasa
tersendiri.
17
Cara pembuatannya : umbi garut dipotong sekitar 10 cm dari ujungnya, karena bagian ini
tidak terlalu banyak mengandung serat. Setelah itu dikupas dan dicuci hingga bersih. Umbi
dikukus sekitar 15 - 60 menit sampai umbi terasa kenyal dan lengket. Kemudian umbi
dipotong-potong sebesar 1 - 2 cm untuk umbi yang besar dan 2 - 3 cm untuk umbi yang
kecil agar emping yang dihasilkan dapat seragam bentuknya. Umbi yang dipotong
ditumbuk pelan-pelan dengan dialasi plastik. Pengeringan emping dilakukan dengan
menjemur di bawah sinar matahari selama 2 – 5 hari. Emping garut juga dapat dijual
matang dengan cara menggorengnya terlebih dahulu.
c. Kue Dadar
Kue dadar ini terbuat dari tepung garut dengan dicampur tepung beras dan tepung ketan.
Kue dadar ini disajikan dengan santan kental.
Isi/inti : Kelapa diparut, diletakkan di wajan, dibubuhi gula sampai manis dan dituangi kira-
kira 1 cangkir air, diaduk-aduk terus sampai kental, dibubuhi tepung ketan dan diaduk lagi
sampai tepungnya matang, lalu diangkat. Jika sudah dingin, dipulung panjang-panjang kira-
kira sepanjang jari untuk diisikan ke kulit dadar.
Kulit dadar :
Tiga macam tepung (tepung beras 2 cangkir, tepung garut ¾ cangkir, tepung ketan ¾
cangkair) dicampur menjadi satu, diadoni dengan santan cair yang terlebih dahulu
dihangatkan kemudian diuleni. Telur ayam (3 butir) dikocok dan dicampurkan ke dalam
adonan tadi, lalu dicairkan dengan santan sampai adonan seperti adonan risoles, kemudian
garam dimasukkan. Adonan didadar di wajan panekuk yang telah dioles sedikit minyak. Jika
pinggirnya sudah kering, diangkat, kemudian diisi dengan unti kelapa, lalu dilipat seperti
risoles. Kue dadar ini dimakan dengan santan kental yang telah direbus dengan sedikit
garam dan beberapa lembar daunpandan.
d.Dadar
Bahan :
- 1 kg tepung garut , 12 kg gula Jawa, 1 sdt garam dan 1 lembar daun pandan.
Cara :
- Tepung garut dicampur dengan dengan air bersih sampai masak-masak
- Adonan dipanaskan diatas api kemudian ditambah 4 gelas santan
- Masukkan garam, daun pandan dan gula jawa yang telah diiris halus
18
- Aduk adonan samapai rata (kurang lebih 30 menit)
- Tuangkan adonan dalam loyang dan biarkan sampai dingin.
- Setelah dingin diiris-iris dengan bentuk empat persegi panjang. Kemudian ditaburi dengan
parutan kelapa.
e. Mandarin
Bahan :
- 10 kuning telor, 1 sdt ovalet, 150 gr gula halus, 150 gr tepung garut, 100 gr mentega.
Cara Pembuatan :
- Mentega dicairkan lalu dinginkan
- Kuning telur, gula halus, ovalet dikocok sampai mengembang
- Masukkan tepung garut kedalam adonan kuning telur diatas
- Masukkan mentega cair lalu aduk sampai rata
- Setelah itu masukkan kedalam loyang olesi mentega dan ditaburi tepung
- oven sampai matang
DAFTAR PUSTAKA
Alex J. Sugiyanto .2010. Garut Sebagai Bahan Pangan Alternatif Yang Potensial.PT. Bina Aksara .Jakarta
Nurhayati, Dewi Ratna.1998 .Pengaruh 3 Macam Pupuk K dan Ukuran Umbi Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Umbi Tanaman Garut. Penelitian Dosen Muda . 1998.
19
BUDIDAYA GARUT (Marantha arundinaceae ) DAN PELUANG USAHA
BERBASIS GARUT DI WILAYAH DESA PRANGGONG KEC. ANDONG
BOYOLALI *)
Oleh:
Ir. Dewi Ratna Nurhayati, MP
Ir. Siswadi , MP
Ir.Endang Sri Sudalmi, MP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
*) Makalah disampaikan sebagai materi Pengabdian Kepada Masyarakat di desa
Pranggong kec. Andong –Boyolali 12 Nopember 2013
20
BUDIDAYA GARUT (Marantha arundinaceae ) DAN PELUANG USAHA
BERBASIS GARUT DI WILAYAH DESA PRANGGONG KEC. ANDONG
BOYOLALI
Garut Sebagai bahan pangan yang potensial
Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi dan kandungan lemaknya
lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah kalorinya hampir sama. Pati
atau tepung garut bertekstur halus dan mudah dicerna sehingga cocok untuk makanan bayi dan
orang sakit. Umbi garut juga baik bagi penderita diabetes karena kandungan glisemiknya rendah.
Tepung garut memiliki bentuk dan karakter mirip tepung terigu sehingga berpotensi menjadi
pengganti tepung terigu.
Umbinya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik (bahan baku bedak), lem, obat
tradisional yang berkhasiat menyembuhkan mencret dan eksim, memperbanyak air susu ibu
(ASI), sebagai penawar racun lebah, racun ular dan obat luka. Tepung garut dapat diolah menjadi
makanan tradisional ataupun makanan olahan lain seperti layaknya terigu, seperti mie, bahan es
krim atau dapat langsung direbus atau dikukus dan langsung disantap.Berdasarkan penelitian di
Amerika, limbah olahan umbi garut dapat digunakan dalam industri kertas tahan sobek dan
bahan bakar.
Penelitian dan pengembangan tanaman garut di Indonesia memang belum menjadi
prioritas, karena makanan pokok beras masih menjadi kebutuhan yang utama dibandingkan
tanaman pangan lainnya. Suatu saat jika tepung terigu semakin mahal dan lahan untuk padi
semakin sedikit, tidak mustahil umbi garut menjadi makanan pokok kedua. Tanaman garut tidak
membutuhkan lahan khusus seperti padi, tetapi cukup di pekarangan ataupun tegalan yang
sempit. Garut dapat tumbuh terus-menerus dengan perbanyakan melalui anakan. Perawatan dan
penanaman garut mudah dan murah, dan dapat dipanen setelah tanaman berumur 8-12 bulan.
Untuk mendukung pengembangan tanaman garut, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian mengoleksi 20 asesi garut, yang berasal dari
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi. Ciri morfologis tanaman garut yang
21
dikoleksi masih sedikit keragamannya.
Jenis garut di Indonesia memiliki rimpang/umbi yang relatif kecil dengan diameter 2-3 cm,
jumlah umbi/rumpun rata-rata 15 buah, dan panjang umbi rata-rata 19 cm sehingga berpengaruh
terhadap bobot umbi. Semua asesi tanaman garut memiliki daging umbi berwarna putih, dengan
buku-buku yang mengelilingi sepanjang umbi.
Pembuatan Tepung dan Pati Garut
Umbi garut dapat diolah menjadi tepung dan pati garut yang dapat disimpan lama ditempat yang
kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya sangat berlainan, tergantung cara pengolahan
dan mutu bahan bakunya. Tepung garut kualitas komersial berwarna putih, bersih, bebas dari
noda dan kadar airnya tidak lebih dari 18,5 %, kandungan abu dan seratnya rendah, pH 4,5 – 7
serta viskositas maksimum antara 512 – 640 Brabender Unit.
Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut :
8. Pilih umbi yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen.
9. Bersihkan umbi garut dari kotoran (tanah) dan kulit atau sisik-sisiknya.
10. Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian segera direndam selama
beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan (browning).
11. Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengan alat pengiris atau penyawut ubi kayu.
12. Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering buatan
hingga berkadar air 10 – 12 %.
13. Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak dengan ayakan tepung
berulang-ulang.
14. Tampung tepung garut dalam wadah. Simpan wadah yang berisi tepung di tempat yang
kering.
Cara pembuatan pati garut adalah sebagai berikut :
5. Pilih umbi garut yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan sisik-sisiknya
terus dicuci dengan air bersih yang mengalir.
6. Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air bersih sambil
diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya. Selanjutnya saringlah bubur
22
tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari seratnya. Larutan hasil perasan segera
diendapkan sehingga air terpisah dari endapan pati.
7. Jemurlah endapan pati garut hingga kering, kemudian gilinglah menjadi pati halus.
8. Kemaslah pati garut dalam wadah (kemasan) kantong plastik atau kaleng yang kedap
udara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering.
BUDIDAYA TANAMAN GARUT
2. Pemilihan bibit
Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan
sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 – 7
cm dan mempunyai 2 – 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit
yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya
kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan
untuk setiap hektarnya adalah 3.000 – 3.500 kg bibit.
2. Pengolahan Tanah
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur
tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan
lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah
yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau
mencangkul dengan kedalaman 20 – 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka
sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar, karena
kompos atau pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk
memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau
mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi
lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 – 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu
dengan yang lain adalah 30 – 50 cm.
3. Penanaman
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman lebih banyak
tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-
bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau
cangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 – 15 cm. Dalamnya penanaman
23
bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan
tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak
tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.
4. Pemupukan
Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar
tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan
adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 –
30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk
organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu :
Urea sebanyak 350 – 400 kg/ha, SP36 sebanyak 200 – 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100
– 350 kg/ha.Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5
bulan dan dapat pula diberikan secara bertahap.Apabila pemupukan dilakukan secara
bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan
penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga
atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman
mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.
5. Pemeliharaan
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan
pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman.
Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar
tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan
setiap bulan terutama selama 3 – 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai
nampak berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil
melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan
menggunakan cangkul.
Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul,
lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma-gulma yang ada
dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga
sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.
Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada dasarnya
24
adalah suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak mengandung serat dan
sedikit sekali kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini bukan akibat dari adanya
serangan hama atau penyakit tetapi akar cerutu terbentuk untuk membentuk tunas-tunas
baru. Kegiatan pembumbunan pada tanaman garut ini merupakan kegiatan yang sangat
perlu dilakukan untuk memelihara kondisi tanah dalam keadaan gembur sehingga
pertumbuhan dan perkembangan umbi menjadi sempurna.
6. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya
Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit
yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang
membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu-satunya jenis hama yang penting adalah ulat
penggulung daun (Colopedes athlius Cran.), ciri-cirinya daun yang terserang melinting
(menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat
proses asimilasi yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut.
Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang
mengandung arsanik. Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar.
Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang
tanaman garut yang diusahakan pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan
tinggi dengan drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase
yang baik produksi rata-rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun
dengan tingkat budidaya yang baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar.
7. Panen
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk
dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur
antara 10 – 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi
garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut
telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat
bergantung pada varietas /kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya
dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan
tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya
agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman
25
dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam
menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas,
tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan
dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar.
MANFAAT GARUT
Tanaman garut termasuk produk unggulan, karena tingginya manfaat ekonomi dan
kesehatan yang terkandung di dalamnya. Manfaat garut bukan saja digunakan untuk
pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati garut dapat digunakan sebagai bahan
baku makanan dan minuman, obat-obatan, kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton.
Makanan Berbahan Dasar Garut
Sebagai bahan makanan, garut dapat diolah menjadi berbagai macam makanan. Beberapa
cara pengolahan .
a. Keripik
Bahan alat untuk pembuatan keripik garut antara lain 1 kg umbi garut yang segar dan
gemuk, ¼ kg liter air, minyak goreng dan garam secukupnya. Alat yang digunakan adalah
pisau, baskom, kompor dan alat penggoreng.
Cara pembuatan keripik garut yaitu umbi dicuci lalu diiris-iris setebal 0,5 cm. Irisan
tersebut ditaburi garam, diaduk sampai rata dan didiamkan setengah jam agar lunak dan
hilang getahnya. Dicuci dan ditiriskan kemudian dikukus sampai kering. Irisan itu digoreng
dalam minyak panas, apinya dijaga jangan sampai kental, kemudian masukkan esen dan
aduk sampai rata. Api dikecilkan dan keripik dimasukan dalam adonan gula dan diaduk
sampai rata.Setelah rata diangkat dan dianginkan sampai dingin. Selanjutnya siap disantap
atau dipak dalam kantong plastik untuk dijual.
b. Emping
Alternatif lain dari pengolahan umbi garut ini adalah dibuat emping. Selama ini emping
banyak dikenal orang adalah emping melinjo, ternyata garutpun dapat dijadikan emping
yang rasanya tak kalah lezatnya dengan emping yang lain karena memiliki citra rasa
26
tersendiri.
Cara pembuatannya : umbi garut dipotong sekitar 10 cm dari ujungnya, karena bagian ini
tidak terlalu banyak mengandung serat. Setelah itu dikupas dan dicuci hingga bersih. Umbi
dikukus sekitar 15 - 60 menit sampai umbi terasa kenyal dan lengket. Kemudian umbi
dipotong-potong sebesar 1 - 2 cm untuk umbi yang besar dan 2 - 3 cm untuk umbi yang
kecil agar emping yang dihasilkan dapat seragam bentuknya. Umbi yang dipotong
ditumbuk pelan-pelan dengan dialasi plastik. Pengeringan emping dilakukan dengan
menjemur di bawah sinar matahari selama 2 – 5 hari. Emping garut juga dapat dijual
matang dengan cara menggorengnya terlebih dahulu.
c. Kue Dadar
Kue dadar ini terbuat dari tepung garut dengan dicampur tepung beras dan tepung ketan.
Kue dadar ini disajikan dengan santan kental.
Isi/inti : Kelapa diparut, diletakkan di wajan, dibubuhi gula sampai manis dan dituangi kira-
kira 1 cangkir air, diaduk-aduk terus sampai kental, dibubuhi tepung ketan dan diaduk lagi
sampai tepungnya matang, lalu diangkat. Jika sudah dingin, dipulung panjang-panjang kira-
kira sepanjang jari untuk diisikan ke kulit dadar.
Kulit dadar :
Tiga macam tepung (tepung beras 2 cangkir, tepung garut ¾ cangkir, tepung ketan ¾
cangkair) dicampur menjadi satu, diadoni dengan santan cair yang terlebih dahulu
dihangatkan kemudian diuleni. Telur ayam (3 butir) dikocok dan dicampurkan ke dalam
adonan tadi, lalu dicairkan dengan santan sampai adonan seperti adonan risoles, kemudian
garam dimasukkan. Adonan didadar di wajan panekuk yang telah dioles sedikit minyak. Jika
pinggirnya sudah kering, diangkat, kemudian diisi dengan unti kelapa, lalu dilipat seperti
risoles. Kue dadar ini dimakan dengan santan kental yang telah direbus dengan sedikit
garam dan beberapa lembar daunpandan.
d.Dadar
Bahan :
- 1 kg tepung garut , 12 kg gula Jawa, 1 sdt garam dan 1 lembar daun pandan.
Cara :
- Tepung garut dicampur dengan dengan air bersih sampai masak-masak
- Adonan dipanaskan diatas api kemudian ditambah 4 gelas santan
27
- Masukkan garam, daun pandan dan gula jawa yang telah diiris halus
- Aduk adonan samapai rata (kurang lebih 30 menit)
- Tuangkan adonan dalam loyang dan biarkan sampai dingin.
- Setelah dingin diiris-iris dengan bentuk empat persegi panjang. Kemudian ditaburi dengan
parutan kelapa.
e. Mandarin
Bahan :
- 10 kuning telor, 1 sdt ovalet, 150 gr gula halus, 150 gr tepung garut, 100 gr mentega.
Cara Pembuatan :
- Mentega dicairkan lalu dinginkan
- Kuning telur, gula halus, ovalet dikocok sampai mengembang
- Masukkan tepung garut kedalam adonan kuning telur diatas
- Masukkan mentega cair lalu aduk sampai rata
- Setelah itu masukkan kedalam loyang olesi mentega dan ditaburi tepung
- oven sampai matang
DAFTAR PUSTAKA
Alex J. Sugiyanto .2010. Garut Sebagai Bahan Pangan Alternatif Yang Potensial.PT. Bina Aksara .Jakarta
Nurhayati, Dewi Ratna.1998 .Pengaruh 3 Macam Pupuk K dan Ukuran Umbi Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Umbi Tanaman Garut. Penelitian Dosen Muda . 1998.
28
Garut
Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi dan kandungan lemaknya lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah kalorinya hampir sama. Pati atau tepung garut bertekstur halus dan mudah dicerna sehingga cocok untuk makanan bayi dan orang sakit. Umbi garut juga baik bagi penderita diabetes karena kandungan glisemiknya rendah. Tepung garut memiliki bentuk dan karakter mirip tepung terigu sehingga berpotensi menjadi pengganti tepung terigu. Umbinya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik (bahan baku bedak), lem, obat tradisional yang berkhasiat menyembuhkan mencret dan eksim, memperbanyak air susu ibu (ASI), sebagai penawar racun lebah, racun ular dan obat luka. Tepung garut dapat diolah menjadi makanan tradisional ataupun makanan olahan lain seperti layaknya terigu, seperti mie, bahan es krim atau dapat langsung direbus atau dikukus dan langsung disantap. Berdasarkan penelitian di Amerika, limbah olahan umbi garut dapat digunakan dalam industri kertas tahan sobek dan bahan bakar. Penelitian dan pengembangan tanaman garut di Indonesia memang belum menjadi prioritas, karena makanan pokok beras masih menjadi kebutuhan yang utama
29
dibandingkan tanaman pangan lainnya. Suatu saat jika tepung terigu semakin mahal dan lahan untuk padi semakin sedikit, tidak mustahil umbi garut menjadi makanan pokok kedua. Kandungan gizi pada tepung garut Umbi garut mempunyai kandungan pati 10 - 20 persen, air 30 - 50 persen, protein 2 - 5 persen, lemak 0,1 - 0,3 persen dan mempunyai kandungan serat 1 - 3 persen. Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi, dan kandungan lemaknya lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah kalorinya hampir sama.
30
Garut sebagai bahan makanan Tanaman garut memberikan hasil utama berupa umbi yang bisa diolah menjadi berbagai makanan, antara lain : - Direbus atau dikukus dan langsung dimakan - Tepung garut. Tepung garut mempunyai prospek untuk menggantikan tepung terigu karena mempunyai sifat yang mendekati sifat tepung terigu, mempunyai kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu maupun beras giling. - Bubur untuk bayi, orang tua dan anak autis. Tepung garut mengandung tepung pati yang sangat halus dan mudah dicerna sehingga tepung garut banyak dipakai dalam industri makanan bayi dan makanan khusus orang-orang sakit - Kue-kue basah dan kering - Jenang garut - Hunkwe - Keripik garut - Emping garut
Emping Garut
Tepung garut baik untuk dikonsumsi oleh orang yang lemah atau yang baru sembuh dari sakit, karena mudah dicerna oleh penderita masalah perut atau masalah usus. Tepung ini juga digunakan sebagai pengenyal berbagai macam makanan, bumbu, sup, gula-gula, masakan dan makanan pencuci mulut seperti puding dan es krim. Selain non kolesterol, emping garut ini bahkan dipercaya bermanfaat bagi penderita diabetes atau penyakit kencing manis. Pasalnya selain sebagai sumber karbohidrat, di dalam umbi garut ini, juga terdapat kandungan indeks glisemik yang rendah. Garut sebagai bahan obat-obatan Manfaat garut sebagai bahan obat-obatan dapat digunakan untuk : - Menurunkan suhu badan - Obat disentri - Obat eksim - Memperbanyak ASI - Tapal luka dari serangan panah beracun
31
- Obat penyembuh borok - Perasan umbi garut dapat dijadikan penawar sengatan lebah dan racun ular Garut sebagai bahan baku industri Sebagai bahan baku industri, umbi garut dapat digunakan untuk : - Bahan kosmetik - Bahan pengikat tablet - Lem - Ektender pada perekat sintetis - Minuman beralkohol - Bahan kertas
Tanaman garut dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dikenal dengan nama Marantha arundinaceae L.
Tanaman ini berasal dari Amerika khususnya daerah tropik, kemudian menyebar ke Negara-
negara tropik lainnya seperti Indonesia, India, Sri Lanka dan Philipina. Jenis tanaman umbi-
umbian ini tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl, dan tumbuh baik pada ketinggian 60 – 90 m
dpl.
Tanaman ini mengandung karbohidrat dan zat besi lebih tinggi dibandingkan dengan tepung
terigu dan beras giling. Sementara itu, kandungan lemaknya paling rendah ketimbang terigu
dan beras. Kandungan kalori tepung garut pun hampir sama dengan beras dan terigu. Ini berarti
bahwa garut layak dikonsumsi. Selain banyak manfaat, garut juga mudah ditanam.
Tanaman garut berbentuk herba yang berumpun, tingginya 60 – 100 cm, dengan perakaran
dangkal dari rhizoma menjurus ke arah dalam tanah. Mula-mula rhizoma ini berupa cabang
yang merayap dan lama kelamaan secara bertahap akan membengkak dan menjadi suatu
organ yang berdaging dengan bentuk silinder. Rhizoma atau sering juga disebut dengan umbi
ini berwarna putih ditutupi dengan kulit yang bersisik berwarna coklat muda. Panjang rhizoma
20 – 45 cm, sedang diameternya 2 – 5 cm. Daun tanaman ini berwarna hijau dengan bercak
putih, berbentuk oval yang panjangnya 10 – 15 dan lebarnya 3 – 10 cm.
Pemerintah telah mencanangkan tanaman garut sebagai salah satu komoditas bahan pangan
yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan/dibudidayakan karena memiliki potensi
sebagai pengganti tepung terigu. Daerah yang telah membudidayakan tanaman ini secara
teratur baru daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah lain seperti Yogyakarta, Jambi,
Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku dan Jawa Barat juga
sudah membudidayakan meskipun tidak teratur. Usaha pemeliharaan tanaman garut oleh para
petani baru meliputi menyiang dan membumbun, tetapi belum melakukan pemberantasan hama
dan penyakit.
Sebagai sumber karbohidrat, tanaman Garut belum dikembangkan secara sungguh-sungguh di
Indonesia, padahal Garut memiliki banyak kegunaan, terutama sebagai bahan baku pada
industri makanan. Tepung garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jenang
(dodol), kue dadar, kue semprit, cendol, cantik manis, roti, mie, makanan ringan, dan aneka kue
32
tradisional. Sedangkan Umbi Garut dapat digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat
untuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular/lebah, memperbanyak ASI, mengobati
disentri, eksim dan penurun panas.
Umbi Garut juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku minuman beralkohol, perekat dan
kosmetik. Berdasarkan penelitian di Amerika, limbah olahan umbi Garut dapat digunakan dalam
industri kertas tahan sobek dan bahan bakar
USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
JUDUL:
BUDIDAYA GARUT (Marantha arundinaceae ) DAN PELUANG USAHA BERBASIS
GARUT
DI WILAYAH DESA PRANGGONG KEC. ANDONG –BOYOLALI
Oleh:
Ir. Dewi Ratna Nurhayati, MP
Ir. Siswadi , MP
Ir.Endang Sri Sudalmi, MP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SLAMTE RIYADI SURAKARTA
33
2013
Pertanian dan perkebunan dewasa ini cukup bergantung pada pemanfaatan pupuk. Komoditas
keduanya diharapkan mampu bersaing di tengah derasnya produk-produk pangan impor yang
masuk dan mulai dilirik konsumen dalam negeri karena memang secara kasat mata bentuknya
lebih menarik dengan warna yang segar seperti cabai, kedelai dan beras.
Pemupukan perlu dilakukan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman, kemampuan
tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, dan pengelolaan oleh petani. Kelebihan
pemberian pupuk selain merupakan pemborosan, juga mengganggu keseimbangan unsur-unsur
hara dalam tanah.
Pupuk diberikan untuk mencapai tingkat ketersediaan hara esensial yang seimbang di dalam
tanah dan optimum guna :
(a) meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman,
(b) meningkatkan efisiensi pemupukan,
(c) meningkatkan kesuburan tanah, dan
(d) menghindari pencemaran lingkungan.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-
masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan
susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk
mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis pupuk yang digunakan, sifat dari
pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode
pemupukan.
Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan teknologi yang tepat antara
lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi.
Pemberian pupuk berimbang dalam kajian ini bukan berarti memberikan pupuk N, P dan K
dalam jumlah seimbang untuk tanaman. Yang dimaksud pemupukan berimbang dalam kajian ini
adalah pemberian pupuk N, P dan K disesuaikan dengan target hasil yang ingin dicapai.
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari Bahan
Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar, Pengikatan oleh mikroorganisme
dari N udara, Pupuk dan Air Hujan.Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
34
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman
menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap
adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi dariberbagai sumber antara lain TSP, SP-36,
DAP, P-alam, NPK yang pada umumnya diberikan sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang
diberikan efisien, pupuk P harus diberikan dengan cara, waktu,serta takaran yang tepat jumlah
dan jenisnya.
Pupuk SP-36 diberikan satu kali sebagai pupuk dasar sesuai dengan status hara P dalam tanah
yang telah diuji menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan disesuaikan dengan
target hasil yang ingin dicapai. Efisiensi pupuk P pada tanah tropika sangat rendah yaitu hanya
sekitar 10 - 15% P yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang diberikan, dan sisanya difiksasi
oleh Al dan Fe. Usaha untuk mengurangi fiksasi P ini adalah dengan penambahan bahan organik,
pengapuran, penggunaan jenis pupuk yang melepaskan P secara lambat seperti pupuk alami P.
Pemberian kapur juga ditujukan untuk mensuplai kebutuhan hara Ca dan Mg yang
ketersediaannya rendah tanah tropika. Pengaruh pengapuran, pemupukan P dan Mo. Cara
pemberian kapur ke dalam tanah sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengapuran.
Pemberian kapur secara larikan sangat efektif dibanding dengan cara disebar, dan pada lahan
kering daerah tropik yang banyak hujan, kapur yang diberikan secara disebar di permukaan tanah
akan cepat hilang karena terbawa aliran permukaan.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses
pengangkutan hara, pernafasan, danfotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi
produksi. Defisiensi unsur Kalium disebabkan oleh Pemupukan K kurang, jerami yang terangkut
saat panen tidak dikembalikan ke lahan sawah, sumbangan K dari air irigasi rendah, efisiensi
pemupukan K rendah karena fiksasi K oleh mineral liat atau tanah berpasir sehingga K tercuci
kelapisan bawah karena K sangat mobil, serta keadaan lingkungan perakaran yang sangat
reduktif, dan ratio Ca/K atau Mg/K yang tinggi dalam larutan tanah, sehingga Ca atau Mg
menekan serapan K. Efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian 2-3 kali selama pertumbuhan tanaman.
Pengembalian K dalam bentuk pupuk untuk mengganti K yang hilang akibat terangkut tanaman
dan tercuci tidak selalu benar karena cadangan K dalam tanah cukup tinggi. Penambahan pupuk
K dilakukan bila bentuk K yang lambat tersedia tidak terdapat dalam jumlah yang cukup.
35
Penggunaan bahan organik, baik berupa kompos dari jerami padi maupun pupuk kandang, sangat
besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Karena itu, rekomendasi
pemupukan disusun berdasarkan ada tidaknya pemberian kompos dari jerami atau pupuk
kandang, sehingga rekomendasi pemupukan N, P, dan K per hektar dibagi atas :
1) takaran tanpa bahan organik,
2) takaran dengan penggunaan kompos jerami setara 5 ton jerami segar, dan
3) takaran dengan penggunaan 2 ton pupuk kandang.
Pupuk organik ataupun bahan organik banyak mengandung unsur karbon (C) dalam bahan
tersebut. Unsur karbon tersebut digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai sumber energi
untuk perkembang biakannya. Dengan adanya mikroorganisme di dalam tanah maka proses
perombakan bahan organik menjadi lebih intensif. Hasil perombakan tersebut dilepaskan
berbagai hara yang dapat dimanfaatkan tanaman. Kelemahan pupuk anorganik antara lain dapat
menyebabkan kerusakan struktur tanah seperti tanah menjadi lebih keras dan pH tanah menjadi
lebih masam namun kelebihannya mempunyai kandungan hara yang tinggi dan segera tersedia
bagi tanaman. Sementara itu kekurangan pupuk organik seperti kandungan hara yang rendah dan
tidak segera tersedia bagi tanaman namun dapat memperbaiki kualitas tanah.
Konsep Pemupukan Berimbang adalah :
1. Penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat
kesuburan tanah dan kebutuhan hara.
2. Pemupukan berimbang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pupuk tunggal
yang dicampur secara sederhana (simple blending), dicampur secara mekanis (mechanical
blending) atau melalui teknologi pencampuran secara kimia (chemical blending) yang disebut
pupuk majemuk/compound dengan formula tertentu.
Dosis pupuk yang berimbang dibuat atas dasar beberapa pertimbangan antara lain;
1. Jumlah hara yang terangkut oleh hasil panen.
2. Jumlah hara yang terimmobilisasi dalam batang, cabang, pelepah/daun.
3. Jumlah hara yang dikembalikan ke dalam tanah.
4. Jumlah hara yang terfiksasi dan hilang dalam tanah.
5. Jumlah hara yang tersedia dalam tanah.
Rekomendasi pemupukan dalam Permentan No. 40/Permentan/OT.140/4/ 2007 menggunakan
dua pendekatan yang saling melengkapi, yaitu :
36
a. Alat yang digunakan untuk menentukan takaran pupuk secara lebih spesifik lokasi. Alat tersebut
adalah Bagan Warna Daun (BWD) untuk penentuan takaran pupuk N, dan PUTS (Perangkat Uji Tanah
Sawah) atau pendekatan Petak Omisi untuk menentukan takaran pupuk P dan K.
b. Tabel Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K per kecamatan dapat digunakan sebagai Acuan dasar
dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat
penting untuk dilakukan agar tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang
digunakan adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25
– 30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk organik),
pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350
– 400 kg/ha, SP36 sebanyak 200 – 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 – 350 kg/ha.
Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula
diberikan secara bertahap. Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan
sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit sedangkan pemupukan
kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4
bulan karena pada saat itu tanaman mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan
banyak zat makanan.
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan
pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman. Penyiangan
dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap bulan terutama selama 3
– 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak berbunga maka kegiatan
penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan
juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan cangkul.
Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit yang
menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang membahayakan
pertumbuhan tanaman. Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar.
Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang tanaman
garut yang diusahakan pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan tinggi dengan
drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase yang baik produksi rata-
rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun dengan tingkat budidaya yang
37
baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar.
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk
dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur antara 10 –
12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat
tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berserat
sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas
/kultivar
Kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup
dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk
mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan
sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat
membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada
varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah
panenan dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar. Produksi umbi garut dapat diolah
untuk dijadikan produk pangan / bahan dasar pangan ( roti dan tepung maupun emping garut ),
yang berprospek bagus.