asuhan keperawatan komunitas pada kelompok anak usia sekolah

46
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 TAHUN) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas II Oleh : Rusdianingseh, S.Kep.,Ns Disusun Oleh : PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN / VII B 1 Ahmad Yaebky Akbar Anik Nur Syarifah Arista K Rianto Kartika Eka W Miftahur Rofiah

Upload: anickz-shareefah

Post on 21-Jan-2016

4.142 views

Category:

Documents


153 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 TAHUN)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas II

Oleh : Rusdianingseh, S.Kep.,Ns

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN / VII B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RS ISLAM SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2012/2013

1

Ahmad Yaebky Akbar

Anik Nur Syarifah

Arista K Rianto

Kartika Eka W

Miftahur Rofiah

Vivi Aprilia C

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 3

1.2 Tujuan ............................................................................................ 4

1.3 Manfaat ......................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan deskripsi Komunitas................................................... 4

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko ................................ 7

2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas 7

2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah.....................

BAB 3 PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ...................................................................................... 143.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 253.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 283.4 Implementasi ................................................................................... 303.5 Evaluasi ........................................................................................... 32

BAB 4 SIMPULAN

4.1 Simpulan .......................................................................................... 33

4.2 Saran ............................................................................................... 33

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar

belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan

berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila

di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi

kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang

dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan

kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok

khusus anak sekolah.

Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya

yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV

Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara

lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak

menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum

makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan

persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid

tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan

mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah

menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-

gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.

3

Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia anak sekolah

maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani masalah

tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak

usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan

penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.

2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.

3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.

4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.

5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.

6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan.

4

C. Manfaat

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan pada

komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya diharapkan

dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko.

2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang mungkin

terjadi.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait anak

usia sekolah.

4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dalam

memberikan intervensi.

5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan

penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam hal promotif dan

preventif.

6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik dalam institusi

pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan deskripsi Komunitas

1. Definisi Komunitas

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial

tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah

satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok

berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang

anak usia sekolah yaitu:

a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia

antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.

b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun

2. Deskripsi wilayah Komunitas

Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN IV

Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012. Luas wilayah

komunitas 700 m2 dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.

Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah Barat

Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.

Wonokromo.

6

3. Besarnya Komunitas

Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia

sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo

Surabaya, November 2012).

B. Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk

di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.

Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan

dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa

jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat

potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari

populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:

Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah

Aktivitas fisik anak semakin meningkat

Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya

Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan

C. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan

pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan

sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan

dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik,

7

pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan

pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam

Ervin, 2002).

Delapan subsistem yang dikaji seperti berikut:

I. Pengkajian

A. Data inti komunitas, terdiri dari:

1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah

menurut jenis kelamin, golongan umur.

2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia

sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,

adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh

anak usia sekolah.

B. Data subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas

anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan

winshield survey dan observasi.

Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas,

kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.

8

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi

perkembangan anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan

bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.

3. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan

para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.

4. Keamanan dan transportasi.

a. Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.

b. Transportasi

Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk

layanan antar jemput siswa

5. Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus

dipatuhi seluruh siswa.

9

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi

pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.

b. Komunikasi informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,

peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah,

keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak

usia sekolah.

7. Pendidikan

Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan

tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak

usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

10

D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah

1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.

Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan

keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung

jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama

upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan

kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi

dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan

keluarga.

2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah

Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah

antara lain :

a. Kolaborator

Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam

membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak

sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat,

tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.

b. Koordinator

Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,

menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.

11

c. Case finder

Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia

sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus

penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.

d. Case manager

Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk

memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan

mengevaluasi dampak pelayanan.

e. Pendidik

Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di

masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan

kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.

f. Konselor

Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,

membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.

g. Peneliti

Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia

sekolah, mendesiminasikan hasil riset.

12

h. Care giver

Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa

keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan

dan mengevaluasi hasil intervensi.

i. Pembela

Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan

kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil

keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.

13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV

Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status

kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi

pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.

I. Pengkajian

Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner

meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

A. Data inti komunitas, terdiri dari:

1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN

Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah

menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012

14

6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun 12 tahun0

5

10

15

20

25

30

PerempuanLaki-laki

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun dan

anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 %

dan 20 %.

2. Status perkawinan

100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama :

Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV Wonokromo Surabaya pada November 2012

3.1%

96.9%

Kristen

Islam

15

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala

untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan

dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya

yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-

anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

B. Data subsystem

Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.

Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1

kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin

kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang

sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.

Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki

dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV

Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan

seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari dan

musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

16

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang

membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini

diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat

istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK

(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa

mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,

akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :

1) Kebiasaan jajan sembarangan

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan

sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

17

Ya Tidak0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kebiasaan Jajan Sembarangan

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan

sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi

kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi

yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan

sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN IVWonokromo

Permen Coklat Snack0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

18

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah

permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi

kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung

kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies

gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Ya Tidak0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kebiasaan Menggosok Gigi

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi

sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi

perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak

dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai

macam masalah kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak

SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok

19

gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah PersentaseMalas 50 40.6 %Tidak disuruh ortu 60 48.7 %Lupa 13 10.5 %Total 123 100 %

b. Transportasi

Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda,

jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut

sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap

masalah yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di

sekolah yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi

pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil

pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV Wonokromo

20

Media Ortu Guru0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi

tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang

iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai

dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV

Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,

peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang

tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di sekolah SDN IV Wonokromo

21

Sering Jarang Tidak Pernah0

10

20

30

40

50

60

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang

mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar

74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak

untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu

kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan

pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN IV Wonokromo

1.0%

99.0%

Tidak perlu

Perlu

22

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan

perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada

dirinya.

7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke

Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman

Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di

sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

23

C. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan

anak usia sekolah yang kurang baik

bagi perkembangan anak yaitu orang

tua dan lingkungan anak yang

membiasakan tidak menggosok gigi

sebelum tidur sehingga kebiasaan ini

diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:

a. Kebiasaan jajan sembarangan

- 80% anak usia sekolah memiliki

kebiasaan jajan sembarangan

- mayoritas jenis jajanan anak usia

sekolah adalah permen sebanyak

50 anak (40,6 %)

- 45 murid yang bermasalah pada

gigi dengan persentase 36.5 %

b. Kebiasan menggosok gigi sebelum

tidur

- 75% anak usia sekolah tidak

menggosok gigi sebelum tidur

- Alasan tidak menggosok gigi

karena tidak disuruh oleh orang

tuanya (48.7%)

Defisit kebersihan diri pada agregat anak

usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada

agregat anak usia sekolah

24

3. Komunikasi

a. Komunikasi Formal

Anak mengetahui mengenai

informasi tentang gosok gigi

sebelum tidur bersumber dari media

khusunya televisi tentang iklan pasta

gigi sebesar 45%

b. Komunikasi Informal

- Sebesar 60% anak sekolah jarang

diskusi dengan orang tua untuk

menyelesaikan masalah

- Sebesar 99% anak usia sekolah

menganggap perlu peran ortu

untuk mengatasi masalah anak

Risiko penyalahgunaan media cetak dan

elektronik pada anak untuk memperoleh

informasi yang tidak sesuai dengan

perkembangannya

Ketidakefektifan komunikasi anak dengan

orang tua

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada

lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan

anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis

jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang

bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia

sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh

informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang

digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur

bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%25

4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan

orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk

mengatasi masalah anak sebesar 99%

III. Perencanaan

a. Prioritas masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa

keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah

ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa

keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan

masyarakat.

Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV

Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan pada agregat anak usia sekolah

Pentingnya penyelesaian masalah

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Penyelesaian untuk Peningkatan kualitas hidup

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Total score

Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah

3 2 3 8

Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah

3 3 3 9

26

Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya

2 1 1 4

Ketidakefektifan

komunikasi anak dengan

orang tua

2 1 2 5

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies

gigi pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya

preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak

usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.

27

b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat

1. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah

1. Jangka panjangTerbentuknya kelompok anak usia sekolah yang peduli terhadap kesehatan gigi

2. Jangka pendek- Agregat anak

usia sekolah tidak mengalami karies gigi

- Agregat anak usia sekolah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang pencegahan masalah karies gigi

1. Lakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS

2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak usia sekolah

3. Demonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada kelompok anak usia sekolah

4. Beri kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar

- Kepala sekolah, guru, dan petugas UKS SDN IV Wonokromo Surabaya

- Kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya

- Komunikasi dan informasi

- Ceramah dan diskusi

- Edukasi dan demonstrasi

3 Desember 2012

SDN IV Wonokromo Surabaya

28

5. Lakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya

- Puskesmas Wonokromo

- Monitoring

31 Desember 2012

29

IV. Implementasi

Dx. KeperawatanHari/tanggal

Kegiatan

1. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah

Senin / 3 Desember 2012

1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS.Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak usia sekolah.Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada kelompok anak usia sekolahSeluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benarSeluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar

30

Senin / 31 Desember 2012

5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo SurabayaPihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah

31

V. Evaluasi Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari

pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah

100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan

berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui

peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi

dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam

mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

BAB IV

SIMPULAN

A. Simpulan

32

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem

sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan

masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang

tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang

terkait perilaku tidak sehat. Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia

sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 siswa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah

menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah)

digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan

keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi

lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan

transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi

B. Saran

Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan pada komunitas anak usia sekolah

Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung

keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah

33