asuhan infeksi

31
DOKUMENTASI NEONATUS SAKIT OLEH: 1. SEPTIKA ZAHRA 2. SHELLY DEKA AGUSTI KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDOENSIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO TAHUN 2014

Upload: septika-zahra

Post on 18-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asuhan infeksi Neonatus

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan infeksi

DOKUMENTASI NEONATUS SAKIT

OLEH:

1. SEPTIKA ZAHRA2. SHELLY DEKA AGUSTI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDOENSIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI KEBIDANAN METROTAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Page 2: Asuhan infeksi

Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir, Neonatus, Balita, dan Pra Sekolah

tentang dokumentasi neonates sakit dengan baik tanpa halangan apapun.

Penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna, karena manusia pasti mempunyai kekurangan.Penulis juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu, sehingga apa yang tertulis dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis usahakan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi menjadi lebih sempurna.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa, kebaikan-kebaikan serta bantuannya yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga makalh ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Metro, November 2014

Penulis

BAB I

TINJAUAN TEORI

Page 3: Asuhan infeksi

A. Pengertian

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada

bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal

ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat

imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar

pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap

kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi

pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).

Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi

yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000).

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.

Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-

paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan

(intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena

virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang

ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).

Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru

lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan

adanya kuman di dalam darah pada neonatus.

B. Etiologi

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan,

yaitu :

1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas

plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan

masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :

a) Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;

b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;

c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes.

Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke

cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.

Page 4: Asuhan infeksi

2. Infeksi Intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme

dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah

lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai

peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi

walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi

vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia

kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia.

3. Infeksi Pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal

terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat

perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini

sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali

karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan

kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit. Diagnosa

infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih

penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal

tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan.

Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan

persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali

diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu

diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.

Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala

infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita

cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda

permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama

dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba –

tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut

mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya

ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat,

berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi

edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu

tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali

terdapat hipotermia dan sklerma.

Page 5: Asuhan infeksi

C. Klasifikasi

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat

dan infeksi ringan.

a) Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik,

plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.

b) Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus

( omfalitis ), moniliasis.

D. Penyebab dan Faktor

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,

yaitu:

1. Faktor Maternal

a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan

terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus

sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak

higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20

tahun atua lebih dari 30 tahun.

c) Kurangnya perawatan prenatal.

d) Ketuban pecah dini (KPD)

e) Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama

untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi

cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir

trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,

menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit.

b) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir

tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan

komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap

lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan

spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan

aktivitas opsonisasi.

Page 6: Asuhan infeksi

c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar

dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

1. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur

invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter

vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi

mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang

terkontaminasi.

2. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada

neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

3. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang

berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

4. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,

sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

5. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa

cara, yaitu:

1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah

melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.

Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain

virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang

dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang

ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi

amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi.

Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi

oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,

kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas

infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi

melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui

jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.

3) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui

alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol

minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat

Page 7: Asuhan infeksi

menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka

umbilikus (AsriningS.,2003)

Penyebab neonatus sepsis/ sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,

virus, parasit, atau jamur.

Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:

1. Bakteri escherichia koli

2. Streptococus group B

3. Stophylococus aureus

4. Enterococus

5. Listeria monocytogenes

6. Klepsiella

7. Entererobacter sp

8. Pseudemonas aeruginosa

9. Proteus sp

10. Organisme anaerobic

Faktor resiko penting untuk kewaspadaan terjadinya infeksi/sepsis :

1. Riwayat kehamilan

a) Infeksi pada ibu selama hamil antara lain TORCH

b) Ibu menderita eklamsia

c) Ibu dengan diabetes mellitus

d) Ibu mempunyai penyakit bawaan

2. Riwayat kelahiran

a) Persalinan lama

b) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vacuum, seksio caesarea)

c) Ketuban pecah dini

d) Air ketuban hijau kental

3. Riwayat bayi baru lahir

a) Trauma lahir

b) Lahir kurang bulan

c) Bayi kurang mendapat cairan dan kalori

d) Hipotermia pada bayi

Page 8: Asuhan infeksi

E. Angka Kejadian

Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian

utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan

neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir

yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari lima juta

kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada

periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus

neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007).

LaporanWHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000

kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka

kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi

meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi

Indonesia meninggal.( Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis

neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul

sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,

gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).

Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan

pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.

Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk

infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi

yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan

ketat bila dicurigai mengalami infeksi.

F. Tanda dan Gejala

Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah

sebagai berikut.

1. Bayi malas minum

2. Gelisah dan mungkin terjadi letargi

3. Frekuensi pernapasan meningkat

4. Berat badan menurun

5. Pergerakkan kurang

6. Muntah

7. Diare

8. Sklerema dan udema

9. Perdarahan, ikterus, dan kejang

Page 9: Asuhan infeksi

10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi, atau hipertermi

G. Pencegahan

1. Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,

pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.

Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

2. Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

3. Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan

tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

H. Penatalaksanaan

1. Memberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v dan

Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v

2. Melakuakn septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses

lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal

dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada,

pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas

darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah

dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap

abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem

dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari

(atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.

Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal

21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi:

a) Termoregulasi

b) Terapi oksigen/ventilasi mekanik

c) Terapi syok

Page 10: Asuhan infeksi

d) Koreksi metabolik asidosis

e) Terapi hipoglikemi/hiperglikemi

f) Transfusi darah

g) Plasma

h) Trombosit

i) Terapi kejang

j) Transfusi tukar

BAGAN PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS

TANDA-TANDA Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih, menangis

lemah atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel cembung, tali pusat

memerah.

KATEGORI Sepsis Infeksi Lokal

PENILAIAN Tanda-tanda tersebut di atas disertai:

1. Kadang-kadang kejang

2. Tali pusat merah atau kotor

atau bau

3. Kulit ikterik

Biasanya hanya ditemukan:

1. Panas

2. Tali pusat merah atau kotor

atau bau

3. Nanah di telinga

4. Bisul atau pustule di kulit

PENANGANAN

PUSKESMAS 1. Pertahankan tubuh bayi tetap

hangat (tidak hipotermia)

2. ASI tetap diberikan atau diberi

air gula

3. Injeksi antibiotika 1 kali

4. Rujuk ke rumah sakit

5. Diberi injeksi antibiotika

6. Dilanjutkan dengan antibiotika

Page 11: Asuhan infeksi

oral

7. Nasehat perawatan infeksi

8. Kontrol kembali dalam 2 hari

RUMAH SAKIT 1. Sama seperti di atas

2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.

3. Bila perlu diberikan oksigen

4. Infus untuk mencegah dehidrasi

ASI tetap diberikan

BAB II

ASUHAN KEBIDANAN

I. PENGKAJIAN DATA

A. Anamnesis

Tanggal : 19 Februari 2012

Jam : 12.00 WIB

Tempat : Ruang Anak. Melati III RSUD dr. Saiful Anwar Malang

1. Data Subyektif

a. Biodata

Nama Bayi : Bayi “T”

Tanggal lahir : 18 Maret 2012

Umur : 1 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 3 (tiga)

Nama Orang tua

Nama Ibu : Ny. “T” Nama Ayah : Tn. “A”

Umur : 38 tahun Umur : 38 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Imam Bonjol 6 Bugul Alamat : Jl. Imam Bonjol 6 Bugul

Page 12: Asuhan infeksi

Lor Pasuruan Lor_Pasuruan

b. Keluhan Utama

Bayi lahir di bidan pada tanggal 18 Maret 2012. Bayi tidak langsung menangis,sisa

ketuban keruh.

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1) Riwayat kehamilan ini

Ibu hamil ke-3, UK 37-38 minggu, ibu periksa hamil ke bidan. Pada:

TM I : 1 kali

TM II : 3 kali

TM III : 3 kali

2) Riwayat persalinan ini

Bayi lahir tanggal 18 Maret 2012, spt B, dengan UK 37-38 minggu, jenis

kelamin laki-laki, tidak langsung menangis, AS pada 1 menit pertama 1 dan pada 5

menit kedua 3. BBL 3300 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+) , Vit. K (+).

Riwayat pemberian imunisasi HB1 tidak terkaji.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau

sedang menderita penyakit menular, menurun, maupun menahun seperti kencing

manis, jantung, batuk darah, asma, darah tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu

mengatakan bahwa dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang

mempunyai keturunan kembar.

Ibu tidak pernah minum jamu dan tidak pernah pijat oyok.

4) Kebutuhan Dasar

a) Pola Nutrisi

i. Minum PASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari

ii. Pola Eliminasi

b) BAB: 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau tua/ kehitaman.

c) BAK: 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.

d) Pola Istirahat

Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau BAK.

e) Pola aktivitas

Bayi bergerak aktif.

6. Personal hygiene

Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

Page 13: Asuhan infeksi

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Composmentis

BB : 3300 gram

PB : 50 cm

Pernapasan : 68 x/menit

Nadi : 120x/ menit

Suhu : 368 0C

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Kepala : Simetris, persebaran rambut merata, rambut bersih, berwarna hitam.

Muka : Simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik maupun

sianosis.

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak

oedema.

Hidung : Lubang hidung simetris, ada pernafasan cuping hidung.

Mulut : Bibir lembab, bersih, lidah bersih, gigi (-).

Telinga : Simetris, tidak ada sekret.

Abdomen : Bentuk normal, tampak tali pusat terbungkus kassa steril.

Genetalia : scorotum (+), tidak tampak hipospaadia atau epispadia.

Ekstremitas atas : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil, tampak

terpasang infuse D10 pada tangan kanan.

Ekstremitas bawah : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil.

2) Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

Dada : Tidak ada benjolan abnormal.

Abdomen : Tidak ada benjolan abnormal.

Ekstremitas : Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan kaki.

3) Auskultasi

Dada : Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing.

Abdomen : Bising usus normal.

4) Perkusi

Abdomen : Tidak kembung, supel.

c. Pemeriksaan Neurologis

1) Reflek Moro : (+)

Page 14: Asuhan infeksi

2) Reflek Menggenggam : (+)

3) Reflek roating : (+)

4) Reflek Sucking : (+)

5) Reflek swallowing : (+)

6) Babynski reflek : (+)

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laborat tanggal 19 Maret 2012 (05.15 WIB)

1) Darah lengkap

Jenis Hasil Harga normal

Leukosit 19.900 /µl N : 3500 - 10.000

Hemoglobin 17,2 mg/dl N : 11,0 - 16,5

Hematokrit 50,8 % N : 35,0 - 50,0

Trombosit 326.000 N : 150000 - 3390000

2) Kimia Darah

Jenis Hasil Harga normal

GD Puasa sesaat 25 mg/dl N : < 200

Ureum 12,4 mg/dl N : 10 - 50

Kreatinin 0,90 mg/dl N : 0,7 - 1,5

SGOT 13,2 U/L N : 11 - 41

SGPT 10 U/L N : 10 – 41

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Diagnosa : Bayi “T” usia 1 hari dengan infeksi neonatorum

Data Objektif : Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Composmentis

BB : 3300 gram

PB : 50 cm

Pernapasan : 68 x/menit

Nadi : 120x/ menit

Suhu : 360C

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

1. Potensi terjadi hipotermi

Page 15: Asuhan infeksi

2. Potensi terjadi ganguan pernapasan

3. Potensi terjadi infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter spesialis

V. INTERVENSI

Diagnosa : Bayi “T” Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum

Tujuan : Bayi “T” keadaannya membaik

Kriteria hasil : TTV dalam batas normal

Suhu : 360 - 37 0C

Nadi :120 - 160 x/menit

Pernapasan : 40 - 60 x/menit, Tidak ada retraksi dinding dada

BB normal : 2500 - 4000 gram

Intervensi:

1. Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah memegang bayi.

2. Lakukan observasi TTV.

3. Pertahankan suhu tubuh bayi.

4. Lakukan perawatan tali pusat pasien dengan benar.

5. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

VI. IMPLEMENTASI

Diagnosa : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum

Implementasi:

1. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan menggunakan sabun

dan dibilas dibawah air mengalir untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

2. Dilakukan observasi TTV.

Suhu :360C

Nadi :120 x/menit

Pernapasan :68 x/menit

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan mengganti baju kering, mengganti popok, serta

menyelimuti bayi. Bila bayi dalam inkubator, mempertahankan suhu inkubator agar bayi tidak

kedinginan.

4. Dilakukan perawatan tali pusat bayi dengan benar yaitu dengan menggunakan kassa steril

dan tidak membubuhkan apapun pada tali pusat bayi.

5. Dillakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Page 16: Asuhan infeksi

VII. EVALUASI

Tanggal : 20 Maret 2012

Diagnosa : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum

S : Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif

O : Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

BB : 3300 gram

PB : 50 cm

Pernapasan : 60 x/menit

Nadi : 120x/ menit

Suhu : 36 0C

A : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum

Masalah teratasi sebagian

P : 1. Dilakukan Observasi TTV

2. Dilakukan perawatan bayi sehari-hari

3. KIE tentang pemberian ASI dan nutrisi

Page 17: Asuhan infeksi

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bayi “T” didiagnosa Sepsis Neonatorum dengan berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dimana pengertian dari Sepsis Neonatorum adalah :

Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.

Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya

kuman di dalam darah pada neonatus.

Hasil anamnesis dan pemerisaan fisik yang mendukung:

1. Bayi tidak langsung menangis,sisa ketuban keruh.

2. Pemeriksaan

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Composmentis

BB : 3300 gram

PB : 50 cm

Pernapasan : 68 x/menit

Nadi : 120x/ menit

Suhu : 360C

Penyebab terjadinya Sepsis Neonatorum ini, ada beberapa faktor - faktor yang mempengaruhi

kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu:

1. Faktor Maternal

a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan

terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.

b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20

tahun atua lebih dari 30 tahun.

c) Kurangnya perawatan prenatal.

d) Ketuban pecah dini (KPD)

e) Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

Page 18: Asuhan infeksi

a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko

utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari

pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada

paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus

menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan

pertahanan kulit.

b) Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan

hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas

lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon

terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total

dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi.

d) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih

besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

a) Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan

prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.

Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat

masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat

alat yang terkontaminasi.

b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada

neonates yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme

yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,

sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

e) Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus :

4. Riwayat kehamilan

a) Infeksi pada ibu selama hamil antara lain TORCH

b) Ibu menderita eklamsia

c) Ibu dengan diabetes mellitus

d) Ibu mempunyai penyakit bawaan

5. Riwayat kelahiran

Page 19: Asuhan infeksi

a) Persalinan lama

b) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vacuum, seksio caesarea)

c) Ketuban pecah dini

d) Air ketuban hijau kental

6. Riwayat bayi baru lahir

a) Trauma lahir

b) Lahir kurang bulan

c) Bayi kurang mendapat cairan dan kalori

d) Hipotermia pada bayi

Dilakukan monitoring keluhan, tanda-tanda vital, cairan masuk dan cairan keluartiap hari. Dalam

perjalanannya penderita mengalami perbaikan keadaan umum, keluhan utama sudah tidak

dikeluhkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta.Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Page 20: Asuhan infeksi

http://wikipedia/infeksi-noenatorum.com

Depkes RI, 1994, Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan Obstektrik dan Neonatal, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.