askep pnemothorak. sukses amiin ya allah

22
1 A. PENGERTIAN Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Pneumotorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotorax adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleura viseral dan parietal yang menyebabkan paru-paru kolaps pada sisi yang kena. Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura. Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral tertembus (robek) dan rongga pleura terpapar dengan tekanan udara positif, Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Upload: lutfi-assidiqi

Post on 14-Feb-2015

30 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

1

A. PENGERTIAN

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik

trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.

Pneumotorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga

pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru

dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.

Pneumotorax adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleura

viseral dan parietal yang menyebabkan paru-paru kolaps pada sisi yang kena.

Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat

robeknya pleura. Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

tertembus (robek) dan rongga pleura terpapar dengan tekanan udara positif,

B. ETIOLOGI

1. Trauma tumpul/trauma kompresi.

Merupakan bentuk yang berat dari trauma thorax tumpul dimana thorax

mengalami kompresi.

2. Trauma deselasi.

Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya

terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 2: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

2

3. Trauma tajam.

Trauma yang terjadi karena penetrasi suatu objek, misalnya peluru, pisau,

serpihan metal, atau kaca dan benda-benda lain yang dapat menembus dinding

thorax, merusak organ dalam dan mengganggu respirasi.

C. KLASIFIKASI

1. Simple Pneumotoraks

Simple pneumotoraks merupakan pneumotoraks sederhana atau spontan

yang terjadi ketika udara memasuki rongga paru melalui penembusan pleura

parietal ataupun visceral. Kondisi ini paling sering terjadi seiring dengan

masuknya udara ke pleura melalui rupturnya fistula bronkopleural.

Pneumotoraks spontan dapat terjadi pada orang sehat tanpa adanya trauma,

namun terjadi akibat rupturnya blister pada permukaan paru, memungkinkan

udara dari jalan nafas memasuki rongga pleura. Kondisi ini dapat dihubungkan

dengan penyakit paru interstisial yang menyebar, dan emfisema berat.

2. Traumatic Pneumotoraks

Traumatic pneumotoraks terjadi ketika udara terlepas dari laserasi pada

paru dan memasuki rongga pleura, atau memasuki rongga pleura melalui luka

pada dinding dada. Pneumotoraks jenis ini dapat terjadi akibat trauma tumpul,

luka tembus dada atau abdomen, serta robekan diafragmatik. Pneumotoraks

traumatic dapat terjadi selama prosedur invasive pada toraks, seperti

torasentesis, biopsi paru transbronkhial, serta pemasukan akses sub klavia di

mana dilakukan penusukan pada pleura, atau karena barotrauma dari ventilator

mekanik.

Pneumotoraks traumatic a cedera mayor seringkali disertai dengan

hemotoraks. Selain itu, gabungan dari udara dan darah juga kadang ditemukan

setelah trauma mayor. Pneumotoraks terbuka, salah satu jenis dari

pneumotoraks traumatic terjadi ketika perlukaan pada dinding dada cukup besar

untuk masuk dan keluarnya udara secara bebas setiap kali usaha nafas

dilakukan. Desakan udara terhadap luka pada dinding dada menimbulkan suara

seperti hisapan.

3. Tension Pneumotoraks

Tension pneumotoraks terjadi ketika udara ditarik ke rongga pleura dari

paru yang mengalami laserasi atau melalui luka terbuka pada dinding dada.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 3: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

3

Pneumotoraks jenis ini bisa menjadi komplikasi dari tipe pneumotoraks lain.

Udara yang masuk ke rongga dada akan terjebak setiap inspirasi, udara tersebut

tidak dapat keluar saat ekspirasi melalui jalan nafas atau bukaan pada dinding

dada. Akibatnya, terjadi mekanisme ball valve di mana udara masuk ke dalam

rongga pleura, namun tidak dapat keluar. Setiap tarikan nafas, tekanan (positif)

meningkat dalam rongga pleura yang terkena. Hal ini menyebabkan pary-paru

kolaps dan jantung, pembuluh darah besar, dan trachea bergeser ke arah paru

yang tidak terkena (mediastinal shift). Ketika mediastinal shift terjadi, maka

fungsi pernafasan dan sirkulasi akan terganggu karena peningkatan tekanan in-

tratoraks sehingga menurunkan aliran balik vena ke jantung, menyebabkan

penurunan cardiac output, dan gangguan pada sirkulasi perifer.

D. Pathofisiologi & Web of Caution

Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan

intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan

udara dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke

alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan

intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga

udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila

ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada

waktu batuk, bersin atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila

dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau

alveolus itu akan pecah atau robek.

Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:

1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk

kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan

dalam alveoli akan meningkat.

2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor

presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.

3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan

fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan

menyebabkan pneumothoraks.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 4: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

4

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 5: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

5

E. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang berhubungan dengan pneumotoraks, bergantung pada

ukuran dan penyebabnya. Tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:

Simple pneumotoraks:

Nyeri tiba-tiba

Takipnea

Ekspansi dada menurun

Perkusi dada normal – hiper resonan

Tension pneumotoraks:

Trachea bergeser ke arah sisi yang terkena

Ekspansi dada menurun

Suara nafas menurun atau tidak ada sama sekali

Perkusi dada hipersonan

Agitasi

Peningkatan hipoksemia

Sianosis sentral

Hipotensi

Takikardia

Diaforesis berlebihan

F. KOMPLIKASI

1. Tension Penumototrax

2. Penumotoraks Bilateral

3. Emfiema

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Rongen

Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks antara

lain :

a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan

tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 6: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

6

tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus

paru.

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang

berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas

sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak

napas yang dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium

intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila

ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan

besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang

tinggi.

2. Analisa gas darah

Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan

mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. Pa CO2 kadang-kadang

meningkat. Pa O2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya

menurun.

3. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan

4. CT-scan thorax

CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa den-

gan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner

dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan

udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada

prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :

1. Primary Survey

Airway

Assessment :

perhatikan patensi airway

dengar suara napas

perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 7: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

7

Management :

inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan

jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

Observasi dan Pemberian O2

Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah

menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut

akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila

diberikan tambahan O2 (2). Observasi dilakukan dalam beberapa hari

dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari .

Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan

terbuka.

re-posisi kepala, pasang collar-neck

lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /

nasal)

Breathing

Assesment

Periksa frekwensi napas

Perhatikan gerakan respirasi

Palpasi toraks

Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumo-

toraks, open pneumotoraks.

Circulation

Assesment

Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

Periksa tekanan darah

Pemeriksaan pulse oxymetri

Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management

Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

Torakotomi emergency bila diperlukan

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 8: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

8

Operasi Eksplorasi vaskular emergency

2. Secondary survey

a. Pemeriksaan fisik yang mendalam

b. 5% sampai 10% pneumothorax, konsevatif.

c. Pneumothorax sedang (10%-30%), bisa degan cepat menjadi tension pneu-

mothorax, pada kasus ini WSD mesti dikerjakan secepatnya.

3. Tindakan Bedah Emergency

a. Krikotiroidotomi

b. Trakheostomi

c. Tube Torakostomi

d. Torakotomi

e. Eksplorasi vascular

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 9: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

9

I. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Pengkajian Umum

Klien tampak sakit berat, ditandai dengan wajah pucat, nafas sesak.

2. Pengkajian (Kesadaran)

Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan

Glassglow Coma Scale (GCS).

3. Triage

Mengancam jiwa, akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus didahu-

lukan langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit. Maka

dapat digolongkan P1 (Emergency).

4. Primary Survey

Airway

Assessment :

a. Perhatikan patensi airway.

b. Dengar suara napas.

c. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Management :

a. Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw

thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

b. Re-posisi kepala, pasang collar-neck

c. Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral/nasal)

Breathing

Assesment

a. Periksa frekwensi napas

b. Perhatikan gerakan respirasi

c. Palpasi toraks

d. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

a. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

b. Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks

Circulation

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 10: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

10

Assesment

a. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

b. Periksa tekanan darah

c. Pemeriksaan pulse oxymetri

d. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management

a. Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

b. Torakotomi emergency bila diperlukan

c. Operasi Eksplorasi vaskular emergency

d. Pemasangan WSD

5. Secondary Survey

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu

sebagai berikut :

S : Sign and Symptom.

Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu  Ada jejas pada

thorak,  Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi,  Pembengkakan

lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas

pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan

tekanan darah

A : Allergies

Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-

obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.

M : Medications

(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially).

Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan

klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai

dengan riwayat pengobatan klien.

P : Previous medical/surgical history.

Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.

L : Last meal (Time)

 Waktu klien terakhir makan atau minum.

E : Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly  what

happened.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 11: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

11

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat pernapasan otak)

2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.dObstruksi jalan nafas : spasme jalan

nafas, sekresi tertahan

3. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri Fisik, biologi

4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular,

5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis.

6. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 12: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

12

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak)

NOC:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:1. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC:1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi2. Pasang mayo bila perlu3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tamba-

han6. Berikan bronkodilator :7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lem-

bab8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseim-

bangan.9. Monitor respirasi dan status O210. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea11. Pertahankan jalan nafas yang paten12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi14. Monitor vital sign15. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang

tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.16. Ajarkan bagaimana batuk efektif17. Monitor pola nafas

2 Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.dObstruksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …………..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 13: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

13

jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan

dengan kriteria hasil :4. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dysp-neu (mampu mengelu-arkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

5. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnor-mal)

6. Mampu mengidenti-fikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.

7. Saturasi O2 dalam batas normal

8. Foto thorak dalam batas normal

4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tam-

bahan8. Berikan bronkodilator :9. Monitor status hemodinamik10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl

Lembab11. Berikan antibiotik :12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.13. Monitor respirasi dan status O214. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk men-

gencerkan sekret15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

3. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri Fisik, biologi

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol

nyeri.2. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

6. Tidak mengalami gang-guan tidur

NIC :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas

dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...9. Tingkatkan istirahat10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan anti-sipasi ketidaknyamanan dari prosedur

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

4. Hambatan mobilitas fisikb.d gangguan

NOC :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….

NIC :Exercise therapy : ambulation1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 14: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

14

neuromuskular,

gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:1. Klien meningkat dalam

aktivitas fisik2. Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas3. Memverbalisasikan

perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

4. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

dan lihat respon pasien saat latihan2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat

berjalan dan cegah terhadap cedera4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain

tentang teknik ambulasi5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

secara mandiri sesuai kemampuan7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan

5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis.

NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:1. Albumin serum2. Pre albumin serum3. Hematokrit4. Hemoglobin5. Total iron binding

capacity6. Jumlah limfosit

1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi4. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah5. Monitor lingkungan selama makan6. Monitor turgor kulit7. Monitor mual dan muntah8. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan

jaringan konjungtiva9. Monitor intake nuntrisi10. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan

suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

11. Pertahankan terapi IV line

6 Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:1. Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi2. Menunjukkan

kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :1. Pertahankan teknik aseptif2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung5. Tingkatkan intake nutrisi6. Berikan terapi antibiotik7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal8. Pertahankan teknik isolasi k/p9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 15: Askep Pnemothorak. Sukses Amiin Ya Allah

15

kemerahan, panas, drainase10. Monitor adanya luka11. Dorong masukan cairan12. Dorong istirahat13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (edisi Ke delapan), volume 2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. ( 2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi: 9. Jakarta: EGC.

Joyce, M. Black. (1997). Medical surgical nursing : Clinical management For Continuity of Care. WB. Saunders Company.

Marilyn, E. Doenges. (2000). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (edisi ketiga). Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2003). Pathophysiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier Science.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep