askep hcc. sukses amiin ya allah

28
1 A. PENGERTIAN Karsinoma Hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan dari pada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati. Karsinoma Hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras. B. ETIOLOGI 1.Virus Hepatitis B Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya hepatoma terbukti kuat, baik secara epidemiologis, Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Upload: lutfi-assidiqi

Post on 11-Aug-2015

144 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

1

A. PENGERTIAN

Karsinoma Hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan

paling sering ditemukan dari pada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma

maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.

Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker

hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker

yang berasal dari sel hati.

Karsinoma Hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan

paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma

maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma

(HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato

Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly,

2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang

merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor

risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebi-

asaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan

minum minuman keras.

B. ETIOLOGI

1. Virus Hepatitis B

Hubungan antara infeksi  kronik  HBV dengan timbulnya hepatoma terbukti

kuat, baik secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental. Sebagian besar

wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kekerapan hepatoma

yang tinggi. Umur saat terjadinya infeksi  merupakan faktor resiko penting

karena infeksi HBV pada usia dini berakibat akan terjadinya kronisitas.

Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi

kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA

sel penjamu, dan aktifitas protein  spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati.

Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif

bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati. Siklus sel dapat diaktifkan

secara tidak langsung akibat dipicu oleh ekspresi berlebihan suatu atau beberapa

gen yang berubah akibat HBV. Infeksi HBV dengan pajanan agen onkogenik

seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa melalui sirosis

hati.

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 2: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

2

2. Virus Hepatitis C

Di wilayah dengan tingkat infeksi HBV rendah, HCV merupakan faktor resiko

penting dari hepatoma. Infeksi HCV telah menjadi penyebab paling umum

karsinoma hepatoseluler di Jepang dan Eropa, dan juga bertanggung jawab atas

meningkatnya insiden karsinoma hepatoseluler di Amerika Serikat, 30% dari

kasus karsinoma hepatoseluler dianggap terkait dengan infeksi HCV. Sekitar 5-

30% orang dengan infeksi HCV akan berkembang menjadipenyakit  hati kronis .

Dalam kelompok ini, sekitar 30% berkembang menjadi sirosis, dan sekitar 1-2%

per tahun berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. Resiko karsinoma

hepatoseluler pada pasien dengan HCV sekitar 5% dan muncul 30 tahun setelah

infeksi. Penggunaan alkohol oleh pasien dengan HCV kronis lebih beresiko

terkena karsinoma hepatoseluler dibandingkan dengan infeksi HCV

saja. Penelitian  terbaru menunjukkan bahwa penggunaan antivirus pada infeksi

HCV kronis dapat mengurangi risiko karsinoma hepatoseluler secara signifikan.

3. Sirosis Hati

Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dan

melatarbelakangi lebih dari 80% kasus hepatoma. Penyebab utama sirosis di

Amerika Serikat dikaitkan dengan alkohol, infeksi hepatitis C, dan infeksi

hepatitis B. Setiap tahun, 3-5% dari pasien dengan sirosis hati akan menderita

hepatoma. Hepatoma merupakan penyebab utama kematian pada sirosis hati.

Pada otopsi  pada pasien dengan sirosis hati , 20-80% di antaranya telah

menderita hepatoma.

4. Aflatoksin

Aflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi oleh

jamur Aspergillus. Dari percobaan pada hewan diketahui bahwa AFB1 bersifat

karsinogen. Aflatoksin B1 ditemukan di seluruh dunia dan terutama banyak

berhubungan dengan makanan berjamur.1 Pertumbuhan jamur yang

menghasilkan aflatoksin berkembang subur pada suhu 13°C, terutama pada

makanan yang menghasilkan protein. Di Indonesia terlihat berbagai makanan

yang tercemar dengan aflatoksin seperti kacang-kacangan, umbi-umbian

(kentang rusak, umbi rambat rusak,singkong, dan lain-lain), jamu, bihun, dan

beras berjamur.

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 3: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

3

Salah satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1

menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53. Berbagai penelitian dengan

menggunakan biomarker menunjukkan ada korelasi kuat antara pajanan

aflatoksin dalam diet dengan morbiditas dan mortalitas hepatoma.

5. Obesitas

Suatu penelitian pada lebih dari 900.000 individu di Amerika Serikat diketahui

bahwa terjadinya peningkatan angka mortalitas sebesar 5x akibat kanker pada

kelompok individu dengan berat badan tertinggi (IMT 35-40 kg/m2) 

dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Obesitas

merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disesease

(NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat

berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi hepatoma.

6. Diabetes Mellitus

Tidak lama ditengarai bahwa DM menjadi faktor resiko baik untuk penyakit hati

kronis maupun untuk hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan

steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan

peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors (IGFs)  yang

merupakan faktor promotif potensial untuk kanker. Indikasi kuatnya aasosiasi

antara DM dan hepatoma terlihat dari banyak penelitian. Penelitian oleh El

Serag dkk. yang melibatkan173.643 pasien DM dan 650.620 pasien bukan DM

menunjukkan bahwa insidensi hepatoma pada kelompok DM lebih dari dua kali

lipat dibandingkan dengan insidensi hepatoma kelompok bukan DM.

7. Alkohol

Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat

alkohol (>50-70 g/hari atau > 6-7 botol per hari) selama lebih dari 10 tahun

meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler 5 kali lipat. Hanya sedikit bukti

adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga

meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan hepatoma pada pengidap infeksi

HBV atau HVC. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC juga

meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg positif atau anti-HCV positif.

Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alkohol terhadap infeksi HBV

maupun infeksi HCV.

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 4: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

4

C. Pathofisiologi

Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang

disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling pent-

ing adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada pen-

derita sirosis hati  yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat

terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.

Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penye-

baran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

Stadium hepatoma :

1. Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm

2. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment

I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

3. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke

lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem

pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya

terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

4. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan

lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra

hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan

invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh

darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase

keluar dari hati (extra hepatic metastase).

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 5: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

Sirosis hepatik

AsitesAnoreksia, mual

Dinding perut menegang

Nyeri Akut

Diafragma tertekan

Gangguan ventilasi

Resiko infeksi NyeriAkut

Insisi bedah

Luka post operasi

Diskontinuitas jaringan

Pembedahan

Hepatoma

Virus hepatitis B Virus hepatitis C Alkohol, steroid anabolic, androgen yang berlebihan, Bahan kontrasepsi oral, Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati

Inflamasi kronik

Integrasi DNA virus ke DNA sel hati

Peningkatan poliferasi hepatosit

Infeksi sel hati

Aflatoksin

Mutasi gen

5

Pathways Hepatocellular Carcinoma (HCC)

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 6: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

6

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada Karsinoma Hepatoseluler atau hepatoma adalah:

1. Gangguan nutrisi

a. Penurunan berat badan

b. Kehilangan kekuatan

c. Anoreksia

d. Anemia

e. Mual

2. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat

serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi.

E. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran

cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepa-

torenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi

hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi

darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan

ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan perta-

makali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatore-

nal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan ke-

matian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Biopsi

Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama di-

tujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan ra-

diologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma.

Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann mudah,

aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat terli-

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 7: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

7

hat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis

menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diag-

nostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil

oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.

2. Radiologi

untuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan

dalam pengobatannya.

Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berben-

tuk kebulatan (nodule) satu buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak

dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan

atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.

3. Ultrasonografi

Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang

normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).

USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2

cm – 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat

lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2

cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.

4. CT scan

CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam

satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat se-

bagian-sebagian saja.

CTscann dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi

dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan hubungan kanker ini den-

gan jaringan tubuh sekitarnya.

5. Angiografi

angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang

kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG

bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa mem-

perlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.

6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 8: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

8

MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak Magnetic ResonanceAngiogra-

phy (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh

darah kanker hati ini.

7. PET (Positron Emission Tomography)

Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker

menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluo-

rodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan

dalam stadium dini.

Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel

kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh

dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker.

PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut

penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping

itu juga dapat melihat metastase (penyebaran).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radi-

ologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran

kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter)

atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul,

atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penye-

baran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus

di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap tindakan pengob-

atan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengantindakan radiologi dan

tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi (pencangkokan) hati.

1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi

Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah

yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi

daerah sekitarnya.

Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak

akan menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena bila tersisa tentu

kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum menyayat kanker dok-

ter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 9: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

9

Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu

dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan

jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus dibuat say-

atan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum dioperasi.

Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker se-

hingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan

makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat tumbuh subur.

Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans Arterial Embolisasi

(TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat pem-

buluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel

kanker dan dengan demikian kemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker

akan sangat menurun sampai menghilang.

Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy

(TAC) dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya

disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kena racun

dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan mati

dan tak dapat berkembang lagi dan bila sel-sel ini nanti terlepas pun saat operasi

tak perlu dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.

Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan olehdokter spe-

sialis radiologi disebut tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Se-

lain itu TAE ini juga untuk tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada

saat operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memu-

dahkan dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu

harus diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang

berkompentensi dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah

benar pinggir sayatan sudah bebas kanker.

Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi

jaringan kanker yang masih tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian

diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker

agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.

Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian

onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui pm-

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 10: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

10

buluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan mito-

mycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup pen-

derita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.

2. TindakanNon-bedah Hati

Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium

lanjut.. Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:

a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)

Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang

datangnyabersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul

banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan

demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neo-vascularisasi) yang meru-

pakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh

darah pemberi makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding

artery. Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri

femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta ab-

dominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica)

dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat

(di-embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke

kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel

kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum di-

lakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial chemotherapy yaitu mem-

berikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi dira-

cuni dengan obat yang mematikan. Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel

kanker benar-benar terjamin mati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar inilah

embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya

memberi harapan yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini.

Angka harapan hidup penderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai

sampai 70% dan per sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.

b. Infus Sitostatika Intra-arterial

Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal berasal

dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat

nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila Vena porta ter-

tutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan terhenti

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 11: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

11

dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat mening-

gal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini .

Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang

besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat di-

lakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena

pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.

Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan

adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat

juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil).

Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus sitostatika

intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen balloncatheter

yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikem-

bangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan dalam keadaan

ballon mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah memperlama kon-

tak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien per

lima tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkan den-

gan tanpa pengobatan adalah20% dan 10%.20

c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)

Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tin-

dakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membi-

ayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya.

Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping

ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanya

dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian

besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris ten-

gah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis

tengah kurang dari 3 cm.

Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor men-

galami nekrosis yang lengkap.

Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini

dengan jumlah lesi tidak lebih dari3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa

lesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 12: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

12

kelihatannya cara ini mungkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian

yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini

memberi hasil yang cukup baik.

d. Terapi Non-bedah Lanilla

Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan bila

terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial

Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin di-

lakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation Therapy

(RFA),Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy

(3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu)

bukan kuratif (menyembuhkan) keseluruhannya.

e. Tindakan Transplantasi Hati

Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan

ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati

terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta (throm-

bus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplan-

tasi hati.

Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke

dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi

dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong

pasien. Akan tetapi,langkah menuju transplantasi hati tidak mudah, pasalnya

ketersediaan hati untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring kesepa-

katan global yang melarang jual beli organ tubuh.

Selain itu, biaya transplantasi tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses

transplantasi harus dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan tubuh

dan darah yang tujuannya memastikan adanya kesamaan/kecocokan tipe

jaringan tubuh pendonor dan pasien agar tidak terjadi penolakan terhadap hati

baru. Penolakan bisa berupa penggerogotan hati oleh zat-zat dalam darah yang

akan menimbulkan kerusakan permanen dan mempercepat kematian penderita.

Seiring keberhasilan tindakan transplantasi hati, usia pasien setidaknya akan

lebih panjang lima tahun.

H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Identitas

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 13: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

13

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, no. registrasi

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: klien biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri perut kanan

atas, pembesaran perut, berak hitam

b. Riwayat penyakit sekarang: biasanya klien awalnya mengalami mual, nyeri

perut kanan atas, berak hitam, kemudian perut klien membesar dan sesak

nafas.

c. Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien pernah mengalami penyakit hep-

atitis B atau C atau D. Dan mengalami sirosis hepatik

d. Riwayat penyakit keluarga: biasanya salah satu atau lebih keluarga klien

menderita penyakit hepatitis B atau C atau D. Biasanya ibu klien menderita

hepatitis B atau C atau D yang diturunkan kepada anaknya pada waktu

hamil.

e. Riwayat lingkungan: biasanya klien inggal di lingkungan yang kumuh dan

kotor

f. Riwayat imunisasi: biasanya klien tidak diimunisasi penyakit hepatitis B

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Biasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan sesak

nafas, penurunan BB.

b. TTV

c. Kepala dan leher

Biasanya terjadi pernafasan cuping hidung, ikterus, muntah

d. Thoraks

Biasanya terjadi retraksi dada dikarenakan kesulitas bernafas, penggunaan

otot-otot bantu pernafasan

e. Abdomen

Biasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali), permukaan hati terasa

kasar, asites, nyeri perut bagian kanan atas dengan skala 7-10, splenomegali

f. Ekstremitas

Biasanya terjadi gatal-gatal, kelenahan otot

g. Breath

Biasanya klien mengalami sesak nafas

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 14: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

14

h. Blood

Biasanya klien anemi dikarenakan adanya perdarahan

i. Brain

Jika sudah metastase akan terjadi enselofaty hepatik

j. Bowel

Biasanya klien mengalami anoreksia, mual, muntah, melena, bahkan

mungkin terjadi hematomesis. Terjadi penurunan BB, turgor kulit lebih dari

2 detik, rambut kering, mukosa oral kering, penurunan serum albumn.

k. Blader

Biasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh pekat

l. Bone

Jika terjadi metastase ke tulang akan terjadi nyeri tulang

4. Pola fungsi kesehatan

a. Pola aktivitas

Biasanya klien mengalami gangguan dalam beraktivitas dikarenakan nyeri,

kelemahan otot, mual, dan muntah

b. Pola nutrisi

Biasanya klien mengalami anoreksia, mual dan muntah

c. Pola eliminasi

Biasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh dan pekat. Feses

klien berwarna hitam (melena)

d. Pola istirahat

Biasanya klien mengalami insomnia

e. Pola seksual

Biasanya klien mengalami penurunan libido

f. Pola spiritual

Biasanya klien terganggu dalam menjalani ibadah

5. Pemeriksaan penunjang

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

dengan : faktor biologis (anoreksia)

3. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 15: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

15

4. Ansietas b.d. ancaman perubahan status kesehatan

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber

informasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol

nyeri.2. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

6. Tidak mengalami gang-guan tidur

NIC :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas

dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...9. Tingkatkan istirahat10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan anti-sipasi ketidaknyamanan dari prosedur

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan :

NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

a. Pemasukan nutrisi yang adekuat

NIC1. Monitor masukan makanan/minuman2. Berikan perawatan mulut3. Pantau hasil labioratoriun protein, albumin,

globulin, HB4. Juahkan benda-benda yang tidak enak untuk di-

pandang seperti urinal, kotak drainase, bebat

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 16: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

16

faktor biologis (anoreksia)

b. Pasien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan

c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

d. Nilai laboratorim, protein total, Albu-min, Globulin, HB normal

e. Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat

f. Menunjukkan tingkat energi biasa

g. Mendemontrasikan BB normal dengan nilai laboratorium normal

dan pispot5. Sajikan makanan hangat dengan variasi yang

menarik6. Libatkan keluarga dan pasien7. Identifikasi makanan yang disukai pasien ter-

masuk kebutuhan etnik atau cultural

3. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:1. Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi2. Menunjukkan

kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :1. Pertahankan teknik aseptif2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung5. Tingkatkan intake nutrisi6. Berikan terapi antibiotik7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal8. Pertahankan teknik isolasi k/p9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase10. Monitor adanya luka11. Dorong masukan cairan12. Dorong istirahat13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi

4. Ansietas b.d. ancaman perubahan status kese-hatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam kecemasan orang tua berkurang / hilang, dengan criteria :

NOCMengotrol cemas

a. Klien/keluarga mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan

NICMenurunkan Cemas

1. Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care

2. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit

3. Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan klien/keluarga

4. Pahami harapan pasien/keluarga dalam situasi stres

5. Temani pasien/keluarga untuk memberikan keamanan dan     mengurangi takut

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 17: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

17

gejala cemas.b. Mengidentifikasi,

mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

c. Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

e. Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan akurasi dalam berpikir

Indikator skala :1. Tidak pernah

dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

6. Bersama tim kesehatan, berikan informasi  mengenai diagnosis, tindakan prognosis

7. Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

8. Lakukan massage pada leher dan punggung, bila perlu

9. Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan10. Dorong pasien/keluarga  untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam keluarga mengerti tentang kondisi pasien, dengan criteria hasil

NOCKnowledge : Diease proses (1803)a. Keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan

b. Keluarga mampu men-jelaskan faktor resiko penyakit anak

c. Keluarga mampu men-jelaskan tanda dan ge-jala penyakit anak

d. Keluarga mampu

NICTeaching : Diease process

1. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep

Page 18: Askep Hcc. Sukses Amiin Ya Allah

18

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya

Indikator skala :1. Tidak pernah

dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan, S.Kep