askep pemakaian kateter cvp

26
ASKEP KLIEN DENGAN PEMAKAIAN KATETER CVP I. Pengertian Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal. II. Lokasi Pemantauan Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan) Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior III. Indikasi Pemasangan Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria). Pasien dengan gagal jantung. Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).

Upload: hary-arya

Post on 08-Aug-2015

329 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pemakaian Kateter Cvp

ASKEP KLIEN DENGAN PEMAKAIAN KATETER CVP

I. Pengertian

Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

II. Lokasi Pemantauan

Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)

Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan

Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis

Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior

III. Indikasi Pemasangan

Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.

Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.

Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).

Pasien dengan gagal jantung.

Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).

Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).

IV. Komplikasi

Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP al :

Perdarahan.

Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).

Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.

Pericardial effusion.

Page 2: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Aritmia

Infeksi.

Perubahan posisi jalur.

V. Pengkajian

Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.

Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman

Frekuensi napas, suara napas

Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi

Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter

Kesesuaian posisi jalur infus set

Tanda-tanda vital, perfusi

Tekanan CVP

Intake dan out put

ECG Monitor

VI. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena central

VII. Tujuan Keperawatan

a. Perawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli darah

VIII. Rencana Keperawatan

1. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah bagi klien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi.(terapi heparin dosis rendah akan mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis menurun dan memungkinkan resiko terjadinya embolisme)

Page 3: Askep Pemakaian Kateter Cvp

2. Pantau tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonal

Nyeri dada akut dan jelas

Dispnea, kelelahan, sianosis

Penurunan saturasi oksigen

Takikardia

Distensi vena jugularis

Hipotensi

Dilatasi venrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim(pada ronsen dada)

Kekacauan mental

Disritmia jantung

(oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke paru-paru bagian distal mengakibatkan hipoksia)

3. Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :

Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan)

Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protokol

Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi melalui haluaran urine)

Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik (untuk mendeteksi disritmia dan pedoman pengobatan)

Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan meningkatkan tekanan darah

Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis metabolik)

Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai indikasi

Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan menurunkan kebutuhan metabolisme )

Page 4: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi paru-paru ( untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya atelektasis)

(Karena kematian akibat embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam pertama setelah awitan, intervensi segera adalah sangat penting)

4. Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen. (dengan tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat)

5. Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium ini membantu menentukan status perfusi dan volume)

6. Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai dengan program dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli dan meningkatkan perfusi kapiler pulmonal)

7. Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan dengan heparin. (IV secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat menghambat atau memperlambat proses terbentuknya trombus dan membantu mencegah pembentukan dan berulangnya pembekuan.

IX. IMPLEMENTASI

Disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

X. EVALUASI

Tidak ditemukan tanda-tanda emboli darah

DAFTER PUSTAKA

Anna Owen, 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.

Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 03.50 Label: Medikal Bedah http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/askep-klien-dengan-pemakaian-kateter.html2222

Pemasangan Kateter CVP ( Centra Venouse Pressure)

Page 5: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Diposkan oleh _Ly_`s pageS di Selasa, Juni 01, 2010

Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.

Tempat Penusukan KateterPemasangan kateter CVP dapat dilakukan secaraperkutan atau dengan cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.

Gelombang CVPGelombang CVP terdiri dari, gelombang:a= kontraksi atrium kananc= dari kontraksi ventrikel kananx= enggambarkan relaksasi atrium triskuspidv= penutupan katup trikuspidy= pembukaan katup trikuspid

Cara Pengukuran CVPPengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan vena jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran dptemnggunakan manometer air atau transduser, 2) Melalui bagian

Page 6: Askep Pemakaian Kateter Cvp

proksimal kateter arteri pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.

Tekanan Vena JugularisPasien dalam posisi berbaring setengah duduk,kemudian perhatikan; 1) denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa dilihat. Akan tampak gel a (kontraksi atrium), c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup), gel v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup), 2) normal,pengembungan vena setinggi manubrium sterni, 3) ila lebih tinggi bearti tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misal pada gagal jantung kanan . Menurut Kadir A (2007), dalam keadaan normal vena jugularis tidak pernah membesar, bila tekanan atrium kanan (CVP) naik sampai 10 mmHg vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi CVP= reference point tinggi atrium kanan ke angulus ludovici ditambah garis tegak lurus, jadi CPV= 5 + n cmH2O.Pemantauan CVP dengan Manometer

Persiapan untuk pemasangana. Persiapan pasienMemberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:

– tujuan pemasangan,– daerah pemasangan, &– prosedur yang akan dikerjakan

b. Persiapan alat– Kateter CVP– Set CVP– Spuit 2,5 cc– Antiseptik– Obat anaestesi lokal– Sarung tangan steril– Bengkok– Cairan NaCl 0,9% (25 ml)– Plester

Page 7: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Persiapan untuk Pengukurana. Persiapan Alat

– Skala pegnukur– Selang penghubung (manometer line)– Standar infus– Three way stopcock– Pipa U– Set infus

b. Cara Merangkai– Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%– Mengeluarkan udara dari selang infuse– Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock– Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse– Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock– Mengeluarkan udara dari manometer line– Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O– Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang

c. Cara Pengukuran– Memberikan penjelasan kepada pasien– Megatur posisi pasien

– Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur atau tansduser

– Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila

– Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

Page 8: Askep Pemakaian Kateter Cvp

– Membereskan alat-alat– Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

Pemantauan dengan TransduserDilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah arteri sistemik.a. Persiapan pasien

– Memberikan penjelasan ttg: tujuan pemasangan, daerah pemasangan, dan prosedur yang akan dikerjakan

– Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan

b. Persiapan untuk penusukan– Kateter sesuai kebutuhan– Set instrumen steril untuk tindakan invasif– Sarung tangan steril– Antiseptik– Obat anestesi lokal– Spuit 2,5 cc– Spuit 5 cc/10 cc– Bengkok– Plester

c. Persiapan untuk pemantauan– Monitor– Tranduser– Alat flush– Kantong tekanan– Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)– Heparin– Manometer line

Page 9: Askep Pemakaian Kateter Cvp

– Spuit 1 cc– Three way stopcock– Penyanggah tranduser/standar infus– Pipa U– Infus set

d. Cara Merangkai– Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke dalam

cairan infuse– Menghubungkan cairan tsb dg infuse– Mengeluarkan udara dari selang infuse– Memasang cairan infus pada kantong tekanan– Menghubungkan tranduser dg alat infuse– Memasang threeway stopcock dg alat flush– Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush– Menghubungkan manometer dg threeway stopcock– Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk

memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)– Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg– Menghubungkan kabel transduser dengan monitor– Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang– Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran

e. Cara Kalibrasi– Lavelling– Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah udara– Mengeluarkan cairan ke udara– Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol– Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara– Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

Peranan Perawat1. Sebelum Pemasangan

– Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan– Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan,

dan mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan2. Saat Pemasangan

– Memelihara alat-alat selalu steril– Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat

pemasangan spt gg irama jtg, perdarahan– Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan

3. Setelah Pemasangan

Page 10: Askep Pemakaian Kateter Cvp

– Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, 3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.

– Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.

– Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.– Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.– Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi

(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).

– Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.– Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara

memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

Pemantauan Tekanan Vena Sentral

Kateterisasi vena intra torakal sering dilakukan pada anak sakit kritis. Salah satu indikasinya adalah untuk mengukur tekanan vena sentral6. Tekanan vena sentral menggambarkan preload ventrikel kanan atau tekanan akhir diastolik ventrikel kanan sehingga dapat memberikan informasi tentang volume darah, gambaran ventrikel kanan, serta kapasitas vena8,9,12,19.

Pemantauan tekanan vena sentral dilakukan pada pasien anak yang menjalani operasi jantung atau prosedur bedah lainnya dimana terjadi kehilangan darah atau perpindahan cairan dalam jumlah yang besar. Juga dilakukan pada pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau untuk mendapatkan akses vena karena tidak adekuatnya vena perifer4,8,9,10.

Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan pada percabangan vena cava dan atrium kanan. Hal ini sama pada bayi, anak, dan orang dewasa. Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan melalui v. jugularis interna, v. antekubiti, v. brakialis, v. subclavia, serta v. femoralis. Pada pasien kecil, v. subclavia dan jugularis interna lebih mudah digunakan8,9,13,18.

Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengan pemasangan jarum atau kateter pada vena dan dihubungkan dengan suatu

Page 11: Askep Pemakaian Kateter Cvp

transduser. Biasanya dipasang pada saat operasi setelah induksi anestesi atau intubasi sedangkan pada ruang rawat intensif dilakukan dengan sedasi dan anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu dengan pemeriksaan EKG untuk mendeteksi terjadinya aritmia. Kateter yang digunakan bervariasi sesuai dengan usia anak, yaitu nomor 3 untuk anak dengan berat badan kurang dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan kurang dari 10 kg, nomor 5 untuk berat badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20 kg4.

Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air raksa (mmHg) atau manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air, nilai air raksa dikalikan 1,36 (mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa, nilai air dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36)9,18.

Tekanan vena sentral pada bayi yang sehat antara -2 sampai +4 mmHg, dan anak yang menderita kelainan jantung bawaan antara 4--8 mmHg. Pada pasien yang memakai ventilator nilainya antara 2--6 mmHg dan sering tidak toleran dengan tekanan yang rendah antara 0--3 mmHg. Nilai tekanan vena sentral yang lebih dari 8 mmHg biasanya sering disertai dengan disfungsi miokard atau tekanan dalam torak yang meninggi seperti pada pneumotorak, tamponade jantung, regurgitasi trikuspid, hipertensi pulmonal, atau gagal ventrikel4,9,18.

Jika peninggian nilai tekanan vena sentral kurang 3 mmHg setelah pemberian cairan, misalnya 50--200 cc, maka tambahan cairan masih dapat diberikan. Sedangkan bila peninggian tekanan lebih dari 7 mmHg, berarti cairan yang diberikan telah maksimal18.

Pada beberapa keadaan, didapatkan penurunan tekanan vena sentral, preload ventrikel kanan, serta curah jantung. Sistem kardiopulmonal yang lain normal, seperti pada dehidrasi berat, sepsis, perdarahan, diabetik ketoasidosis, dan lain-lain. Pada kasus-kasus yang berat, penanganannya sebaiknya dipandu dengan pemasangan tekanan vena sentral sehingga didapatkan data tentang kebutuhan cairan yang baik untuk membantu curah jantung18.

Kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral sebagai indikator preload otot jantung adalah bahwa tekanan vena sentral hanya mengukur tekanan sisi kanan saja sehingga tidak menggambarkan tekanan sistemik. Toussain dkk.17 memperlihatkan kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral dibandingkan dengan tekanan baji pada diagnosa tanpa gangguan jantung dan lebih jelek lagi pada yang ada gangguan jantung. Shoemaker dkk. (1988) memperlihatkan bahwa pemeriksaan tekanan vena sentral dan parameter non-invasif yang lain seperti frekuensi jantung, EKG, serta urine output sama tidak

Page 12: Askep Pemakaian Kateter Cvp

adekuatnya untuk mendeteksi gagal sirkulasi4,8,17.

Komplikasi pemasangan tekakan vena sentral adalah bakteremia, emboli udara, hematom lokal, pneumotorak, dan sepsis. Oleh karena itu, kateter vena sentral harus dicabut atau diganti setelah 3 hari pemasangan4,6,8.

Sumber:Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS Jantung Harapan KitaAltman:  Nursing SkillsKadir A. (2007). Sirkulasi Cairan Tubuh:FK UKWSSutanto M. (2004). Hemodinamik

http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/askep-klien-dengan-pemakaian-kateter.html

3333

LP Central Venous   Pressure

Ditulis oleh dwixhikari di/pada 1 April 2010

Oleh : Niken Jayanthi, S.Kep

CENTRAL VENOUS PRESSURE ( CVP )

A. PengertianMerupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cafa. (Ignativicius, 1999).Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

B. IndikasiCentral Venous Pressure ( CVP ) diindikasikan untuk ;1. Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.2. Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi3. Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload cairan4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam volume yang banyak( Thelan, 1994 ).

Perhatian sebelum prosedur pemasangan CVP :1. Jelaskan prosedur kepada klien dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan dan

Page 13: Askep Pemakaian Kateter Cvp

mengharapkan kerjasama dari klien.2. Kerjasama klien diperlukan dalam rangka posisi pemasangan, yaitu posisi trendelenberg, yang mungkin akan sangat membuat klien merasa tidak nyaman.3. Kateter CVP tersedia dengan lumen jenis single, double, atau triple, tergantung dari kondisi klien.4. Kateter CVP terbuat dari dari bahan jenis polyvinylchloride yang sangat lembut dan fleksibel.

C. ProsedurPersiapan alat :1. Kateter CVP sesuai ukuran2. Needle intriducer3. Syringe4. Mandrin (guidewire)5. Duk steril

Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya adalah dengan menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui jarum, jarum kemudian dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui mandarin tersebut. Jika kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set yang telah disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi.Langkah Pemasangan :1. Siapkan alat2. Lakukan cuci tangan steril3. Gunakan sarung tangan steril4. Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan sebagai tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.5. Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah pemasangan.6. Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic7. Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.9. Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.10. Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.11. Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisi kateter terjaga dengan baik.12. Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali13. Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital, kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.14. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk memastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan tidak adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari pemasangan.

Page 14: Askep Pemakaian Kateter Cvp

15. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP adalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.

Manajemen Keperawatan pada pasien yang terpasang CVP :a. CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian kananb. Pada saat diastolic, dimana katub tricuspid membuka, darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan, pada saat ini CVP merefleksikan sebagai Right Ventricular End Diastolic Pressure (RVEDP).c. CVP normal berkisar antara 2-5 mmHg atau 3-8 cmH20d. Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada kasus hipovolemi, menandakan tidak adekuatnya volume darah di ventrikel pada saat akhir diastolic untuk menghasilkan stroke volume yang adekuat. Untuk mengkompensasinya guna meningkatkan cardiac output, maka jantung nmeningkatkan heart ratenya, meyebabkan tavhycardi, dan akhirnya juga akan meningkatkan konsumsi 02 miokard.e. Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus overload, untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat berkontraksi yang juga akan meningkatkan konsumsi O2 miokard.f. Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau cmH2O, dimanaI mmHg = 1,36 cmH2O.

D. Lokasi Pemantauan1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior

E. Indikasi Pemasangan1. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.2. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.3. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).4. Pasien dengan gagal jantung.5. Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).6. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).

F. KomplikasiAdapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP al :1. Perdarahan.2. Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).3. Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.4. Pericardial effusion.5. Aritmia6. Infeksi.7. Perubahan posisi jalur.

Page 15: Askep Pemakaian Kateter Cvp

G. PengkajianYang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.1. Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman2. Frekuensi napas, suara napas3. Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi4. Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter5. Kesesuaian posisi jalur infus set6. Tanda-tanda vital, perfusi7. Tekanan CVP8. Intake dan out put9. ECG Monitor

H. Diagnosa KeperawatanResiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena central.

I. Tujuan KeperawatanPerawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli darah.

J. Rencana Keperawatan1. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah bagi klien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi.(terapi heparin dosis rendah akan mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis menurun dan memungkinkan resiko terjadinya embolisme)2. Pantau tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonala. Nyeri dada akut dan jelasb. Dispnea, kelelahan, sianosisc. Penurunan saturasi oksigend. Takikardiae. Distensi vena jugularisf. Hipotensig. Dilatasi venrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim(pada ronsen dada)h. Kekacauan mentali. Disritmia jantung(oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke paru-paru bagian distal mengakibatkan hipoksia)3. Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :a. Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan)b. Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protokolc. Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi melalui haluaran urine)d. Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik (untuk mendeteksi disritmia dan pedoman pengobatan)e. Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan meningkatkan tekanan darahf. Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis metabolik)

Page 16: Askep Pemakaian Kateter Cvp

g. Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai indikasih. Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan menurunkan kebutuhan metabolisme )i. Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi paru-paru ( untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya atelektasis)(Karena kematian akibat embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam pertama setelah awitan, intervensi segera adalah sangat penting)4. Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen. (dengan tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat)5. Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium ini membantu menentukan status perfusi dan volume)6. Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai dengan program dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli dan meningkatkan perfusi kapiler pulmonal)7. Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan dengan heparin. (IV secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat menghambat atau memperlambat proses terbentuknya trombus dan membantu mencegah pembentukan dan berulangnya pembekuan.

K. ImplementasiDisesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

L. EvaluasiTidak ditemukan tanda-tanda emboli darah.

DAFTAR PUSTAKAAnna Owen. 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.

http://rentalhikari.wordpress.com/2010/04/01/lp-central-venous-pressure/

44444

Perawatan Monitoring CVP dan Swans Ganz - Presentation Transcript

1. Oleh : ari pn Perawatan Pasien yang Terpasang CVP dan Kateter PA PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA ICU SURGIKAL DEWASA 2010

2. Review CVP Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava (Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria Darovic, 2002).

3. Kegunaan CVP Line o Mengetahui fungsi jantung

Page 17: Askep Pemakaian Kateter Cvp

o Mengetahui fungsi ventrikel kanan o Menentukan fungsi ventrikel kiri o Menentukan dan mengukur status volume intravascular. o Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral o Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker

sementara. 4. Jenis

o Single lumen long angiocath (16G,14G) catafix (375mm, 475mm) percutaneous sheath (7F, 8.5F) Swan sheath (8.5F)

o Multiple lumens 2-,3-,4- lumen

5. Posisi o Pandey J C, Dubey P K: A method for rapid clinical diagnosis of

misplaced subclavian vein catheter (Letter). Anesth Analg, 2000; 90: 229. 6. Intepretasi Gelombang 7. Review Kateter PA Pemantauan hemodinamik menggunakan kateter arteri

pulmonal diperkenalkan oleh Swans dan Ganz tahun 1970, sejak menggunakan dobel lumen, balon/ tipped, sampai lima lumen ditambah dengan kawat pacu jantung dan optikal kateter arteri pulmonal yang sekarang dikenal sebagai kateter arteri pulmonal

8. Kegunaan Kateter PA o memonitor secara intermiten: o curah jantung, o menentukan RVEV dan EDV, o secara kontinyu dapat memonitor RAV, o saturasi oksigen vena campuran, pacing atrium dan ventrikel o mengkalkulasi SVR, PVR, oksigen transport dan konsumsi, perbedaan

arterio-venous oksigen dan fraksi shunt intra pulmonal. 9. Jenis

Double lumen kateter arteri pulmonal o Kateter termodilusi empat lumen o Fiber Optik Termodilusi Kateter arteri Pulmonal o Pace maker termodilusi kateter arteri pulmonal

10. Posisi o Kateter Swan-Ganz (panah), melalui v. kava superior kiri menuju ke sinus

koroner, melalui atrium kanan dan ventrikel kanan, dan masuk ke arteri paru-paru kanan

11. Intepretasi Gelombang 12. Intepretasi Gelombang 13. Optimalisasi Akurasi

o Tergantung setup Gunakan tubing yang tepat Bebas dari udara

Page 18: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Koneksi-koneksi kencang Zero & Kalibrasi Posisi transducer

14. Pengalaman sehari hari o Tidak zero balance o Pressure bag low o Tidak ada label pada lumen yang difungsikan o Tidak pernah cek rontgen thoraks o Tidak pernah mencoba merapikan jalur sehingga kadang cloth sebelum

waktu aff o Tidak memperlakukan area insersi CVP dan kateter PA sebagai area steril

(Ingat : Kateter ini berhubungan langsung dengan darah dan masuk ke dalam jantung)

15. Pembenahan o Tidak zero balance

Lakukan Zeoring dan Kalibrasi minimal 2 X dalam 1 shift jaga atau saat terjadi perubahan posisi pasien

16. Pembenahan o Pressure bag low

Yakinkan bahwa pressure bag dalam tekanan yang semestinya

17. Pembenahan o Tidak ada label pada lumen yang difungsikan o Berilah Label pada masing masing lumen o Berilah label tanggal pemasangan o Bila pasien dipindahkan ke Intermediate, berilah label mencolok pada

lumen bekas inotropik. o Bila terdapat label rusak rekonfirmasi dengan label baru o Kolaborasi dengan medik bila label menunjukkan telah melampaui

kadaluarsa 18. Pembenahan

o Tidak pernah cek rontgen thoraks

Pernahkah kita menjumpai gambaran rontgen thorak seperti ini ?

19. Pembenahan o Tidak pernah cek rontgen thoraks o Segera laporkan bahwa CVP Line tidak semestinya (ke atas) o Jangan digunakan untuk pengukuran o Kolaborasikan ulang untuk pemberian terapi yang melalui CVP

20. Pembenahan o Tidak pernah cek rontgen thoraks

Page 19: Askep Pemakaian Kateter Cvp

Atau menjumpai gambaran rontgen thorak seperti ini ?

21. Pembenahan o Tidak pernah cek rontgen thoraks o Kolaborasikan bahwa ujung kateter PA tidak pada tempatnya (terlalu

masuk atau kurang masuk) o Yakinkan dengan melihat batas kedalaman dan posisi insersi yang

dikerjakan o Mintakan posisi dibenahi atau benahi posisi sesuai dengan insite

insersinya dengan batas kedalaman serta bentukan gelombang di monitor (harus dengan pemberian kewenangan)

22. Pembenahan o Tidak pernah mencoba merapikan jalur sehingga kadang cloth sebelum

waktu aff

Rapihkan jalur CVP dan kateter PA sedemikian rupa sehingga memudahkan kita ketika memobilisasi pasien, memudahkan pengamatan line dan sambungan, dan saat akan mencabut/ memutuskan sambungan yang tidak perlu.

23. Pembenahan o Tidak memperlakukan area insersi CVP dan kateter PA sebagai area steril

Lihatlah bagaimana mereka memperlakukan kateter PA

24. Pembenahan o Tidak memperlakukan area insersi CVP dan kateter PA sebagai area steril

Perlakukan area insersi alat monitoring hemodinamik sebagai area steril. Ganti balutan jika perlu (kena muntah, darah merembes, terlihat kotor oleh apapun) Jangan memberikan kontak terlalu sering jika tidak ada keperluannya.

25. Semoga kita menjadi lebih arif memperlakukan alat alat monitoring invasif di ICU

26. Terima Kasih 27. Daftar Pustaka

o Swan HJ. The pulmonary artery catheter. Dis Mon 1991;37:473-543. o Ermakov S, Hoyt JW. Pulmonary artery catheterization. Crit Care Clin

1992;8:773-806 (115 References). o American Society of Anesthesiologists Task Force on Pulmonary Artery

Catheterization. Practice guidelines for pulmonary artery catheterization. Anesthesiology 1993;78:380-394 (89 References).

o Darovic GO. Pulmonary artery pressure monitoring. In: Darovic GO, ed. Hemodynamic monitoring: invasive and noninvasive clinical application. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders, 1995;253-322 (84 References).

Page 20: Askep Pemakaian Kateter Cvp

o Iberti TJ, Fischer EP, Leibowitz AB, et al. A multicenter study of physicians' knowledge of the pulmonary artery catheter. JAMA 1990;264:2928-2932.

o Halpern N, Feld H, Oropello JM, Stern E. The technique of inserting an RV port PA catheter and pacing probe. J Crit Illness 1991;6:1153-1159.

o Armaganidis A, Dhainaut JF, Billard JL, et al. Accuracy assessment for three fiberoptic pulmonary artery catheters for SvO 2 monitoring. Intensive Care Med 1994;20:484-488.

o Vincent JL, Thirion M, Brimioulle S, et al. Thermodilution measurement of right ventricular ejection fraction with a modified pulmonary artery catheter. Intensive Care Med 1986;12:33-38.

o Yelderman M, Ramsay MA, Quinn MD, et al. Continuous thermodilution cardiac output measurement in intensive care unit patients. J Cardiothorac Vasc Anesth 1992;6:270-274.

http://www.slideshare.net/aripurwahyudi/monitoring-cvp-dan-swans-ganz

55555