askep kista ovari dan mioma utery.doc
DESCRIPTION
docTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan karunia – Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal ini di sebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran serta masukan yang konstruktif sangat kami harapkan guna kesempurnaan
di masa mendatang.
Selama menyelesaikan makalah ini tidak terlepas pula dari bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Penghargaan dan ucapan serta haturan terima kasih
pada dosen pembimbing mata kuliah yang bersangkutan ini dan teman – teman yang telah
mendukung dalam pembuatan makalah kami ini.
Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman – teman semua.Namun, apabila terjadi kekeliruan di dalam pembuatan makalah ini, kami
mohon maaf sebesar – besarnya.Karena kami hanya manusia yang daif dan mempunyai banyak
kekurangan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pontianak, November 2012
Penyusun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kista Ovari
1. Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur ( Dewa, 2000 )
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel degraf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 )
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 ).
2. Etiologi
a. Gaya Hidup
1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2) Zat tambahan pada makanan
3) Kurang olah raga
4) Merokok dan konsumsi alcohol
5) Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6) Stress
b. Faktor Genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen - gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi.
Protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
3. Klasifikasi
a. Kista Non-Neoplasma : Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron,
diantaranya adalah :
1) Kista Non Fungsional ( Inklusi Epitel ), berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam kortek
2) kista fungsional ( Folikuler ), disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
b. Kista Neoplasma
1) Kistoma Ovari Simpleks : Suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
2) Kistodenoma Ovari Musinoum : Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari
suatu teratoma yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain
3) Kistadenoma Ovari Serosum : Berasal dari epitel permukaan ovarium ( Germinal
ovarium )
4) Kista Endrometreid : Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
5) Kista Dermoid : Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis.
4. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi
dengan menggunakan gonadotropin ( FSH dan LH ) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium.
Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan ( mesotelium ) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area
kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor
dari germ sel primordial.
5. Sign Dan Symptom
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor
tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah
c. Nyeri saat bersenggama
d. Perdarahan
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum ( lemak perut ) serta organ di dalam rongga perut ( usus dan
hati )
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
6. Pencegahan
Pertama adalah menggunakan kontrasepsi oral atau pil KB. Beberapa studi
menemukan bahwa pil KB memiliki kemampuan untuk menurunkan resiko kista pada
wanita. Ini disebabkan oleh kemampuan kontrasepsi ini dalam mencegah produksi sel
telur. selain dilakukannya beberapa prosedur operasi.
Tindakan untuk mencegah kista secara alami dapat dilakukan dengan cara
mengkonsumsi pil KB secara rutin, hal ini dinilai mampu menurunkan risiko kista
terbentuk, karena dapat meminimalisir produksi sel telur didalam ovarium. Memiliki
berat badan ideal juga merupakan satu langkah sederhana untuk mencegah tumbuhnya
kista. Perlu pula mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan tinggi.
Mencegah kebersihan sekitar daerah kewanitaan juga sangat penting untuk dilakukan
untuk mencegah sel – sel tumor berkembang oleh bakteri.
Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai kista yang berbahaya,
biasanya tindakan medis perlu dilakukan. Operasi pengangkatan biasanya akan dilakukan
untuk mencegah kista tumbuh lebih besar. Bila yang diangkat hanya kistanya saja, maka
prosedur operasinya disebut sebagai ovarian cystectomy. Bila pembedahan dilakukan dan
mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka prosedur tersebut disebut
salpingoo-ophorectomy.
Berikut contoh dari beberapa resep herbal untuk pencegahan.
Resep Pertama
Sediakan :
a. 30 gram daun dewa segar
b. 50 gram Temu lawak
c. 5 gram daging buah mahgkota dewa kering
Ramuan direbus dengan 800 cc air hingga air tersisa 1/2 nya, kemudian saring airnya.
Minum airnya dua kali sehari, setiap kali minum sebanyak 200 cc.
Resep Kedua
Sediakan :
a. 60 gram temu putih segar
b. 15 gram daun sambolito kering atau dengan 30 gram daun samboloto segar.
Ramuan direbus denga 600 cc air hingga air tersisa 1/2 nya, kemudian saring . Minum
airnya dua kali sehari, setiap kali minum sebanyak 150 cc.
7. Penanganan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, jumlah anak, lokasi dan ukuran
tumor. Bila mioma berukuran kecil atau kurang dari ukuran uterus pada umur kehamilan
12-14 minggu, tanpa gejala atau terjadi pada masa menopouse, dilakukan penanganan
konservatif yang meliputi observasi penderita dengan pemeriksaan panggul secara
periodik setiap 3-6 bulan, memperbaiki keadaan umum pasien jika mengalami anemia,
serta pemberian tablet besi. Penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan pengerutan
tumor dan menghilangkan gejala juga dapat diberikan.
Akan tetapi tindakan operatif ( pengangkatan Rahim ) harus dilakukan jika ukuran
tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu, pertumbuhan tumor yang cepat, bila
diperkirakan akan menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, perdarahan yang banyak
serta penekanan pada organ sekitarnya. Oleh karena itu sangat penting dilakukan
pemeriksaan sedini mungkin ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan untuk
mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat dikemudian hari.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pap Smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker / kista
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa
c. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara
penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat
mengindikasikan proses inflamasi / infeksi.
d. Foto Rontgen : Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
10. Proses Penyembuhan Luka
a. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan
menahan jahitan dengan baik.
b. Fase II ( 3 - 14 hari setelah bedah )
Leukosit mulai menghilang dan ceruk kolagen serabut protein putih semua lapisan
sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak
pembuluh darah.
Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan
diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
c. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada
minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan
otot yang terkena.
d. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi
tegang.
11. Komplikasi
a. Perdarahan Intra Tumor : Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat
b. Perputaran Tangkai : Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen
c. Infeksi pada Tumor : Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen,
mengganggu aktifitas sehari-hari
d. Robekan Dinding Kista : Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen
e. Keganasan Kista Ovarium : Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan
pada usia diatas 45 tahun
12. Asuhan Keperawatan Pada Kista Ovary
a. Pengkajian
1) Data Biografi Klien
2) Aktivitas/Istirahat : Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam
kebisaan tidur, adanya factor -faktor yang mempengaruhi tidur, misalnya nyeri,
ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
3) Sirkulasi ; Palpitasi, nyeri dada, perubahan pada TD
4) Integritas Ego : Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa, depresi,
dan menarik diri
5) Eliminasi : Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri pada
defekasi, perubahan eliminasi urinarius misal nyeri, dan perubahan pada bising
usus.
6) Makanan / Cairan : Anoreksia, mual / muntah, intoleransi makanan, perubahan pada
berat badan penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, dan edema.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen b/d insisi pada abdomen
2) Resiko infeksi daerah operasi b/d perawatan luka operasi yang kurang adekuat
3) Kerusakan integritas kulit b/d pengangakatan bedah kulit.
4) Gangguan eliminasi urine b/d penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
daerah sekitarnya, dan gangguan sensorik/motoric
5) Gangguan rasa nyaman ( cemas ) b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya
6) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b/d perdarahan pervaginam berlebihan
7) Ganguan konsep diri b/d kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
c. Intarvensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan
Rasa Nyaman :
Rasa nyaman terpenuhi a. Kaji tingkat dan intensitas a. Mengidentifikasi lingkup
Nyeri Abdomen nyeri
b. Atur posisi senyaman
mungkin
c. Kolaborasi untuk
pemberian obat analgetik
d. Ajarkan dan lakukan
tekhnik relaksasi.
masalah
b. Menurunkan tingkat
ketegangan pada daerah
nyeri
c. Menghilangkan rasa nyeri
d. Merelaksasi otot-otot
tubuh.
2. Resiko Infeksi
Daerah Operasi Tidak terjadi infeksi. a. Pantau dan observasi terus
tentang keadaan luka
operasi
b. Lakukan perawatan luka
operasi secara aseptik dan
antisepti
c. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik.
a. Deteksi dini tentang terjadi
nya infeksi yang lebih berat
b. Menekan sekecil mungkin
sumber penularan eksterna
c. Membunuh mikro
organisme secara rasional
3. Kerusakan
Integritas Kulit
Tidak terjadi kerusakan
kulit yang berat
a. Kaji balutan / untuk
karakteristik drainase,
kemerahan dan nyeri pada
insisi dan lengan
b. Tempatkan pada posisi
semi fowler pada
punggung / sisi yang tidak
sakit dengan lengan tinggi
dan disokong dengan
bantal.
a. Untuk melihat terjadi nya
kerusakan kulit setelah
operasi
b. Untuk mengurangi rasa
nyeri yang di rasakan
pasien
4. Ganguan
Eliminasi Urine
Pola Eliminasi Urine
Kembali Normal
a. Catat pola niksi dan
monitor pengeluaran urine
b. Anjurkan klien untuk
a. Melihat perubahan pola
eliminasi urine
b. Mencegah terjadinya
merangsang miksi dengan
pemberian air hangat,
mengatur posisi
retensi.
5. Gangguan
Rasa Nyaman
( Cemas )
Pasien mengetahui
tentang efek sawing
dari operasinya.
a. Kaji ulang tingakt
pemahaman pasien
tentang penyakitnya
b. Minta pasien untuk
member umpan balik
tentang apa yang telah
terjadi.
a. Mengetahui sejauh mana
pemahaman pasien tentang
apa yang dijelaskan
b. Respon fisik akan
menggambarkan tingkat
kecemasan klien.
6. Resiko Tinggi
Kekurangan
Cairan Tubuh
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam tidak
terjadi kekurangan
volume cairan tubuh.
a. Kaji tanda-tanda
kekurangan cairan
b. Pantau masukan urine dan
haluaran urine
c. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
a. Mengetahui lebih awal
apabila kekurangan cairan
b. Mengetahui keseimbangan
antara input dan output
c. Membatu mencegah
kekurangan cairan tubuh.
7. Ganguan
Konsep Diritidak terjadi gangguan
konsep diri.
a. Kaji sejauh mana rasa
khawatir klien
b. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
c. Beri support mental dan
ajak keluarga dalam
memberikan support
a. Mengetahui sejauh mana
rasa khawatir klien
b. Supaya mengurangi beban
klien
c. Klien merasa masih ada
orang yang masih peduli
sama klien
B. Mioma Utery
1. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya ( www.
Infomedika. htm, 2004 )
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan
fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat jika jaringan ikatnya dominan
dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut
leiomioma uteri, fibromauteri,fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Tumor
ini dapat berasal dari setiap bagian duktus muller, tetapi paling sering terjadi pada
miomatreium.
Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya mioma. Resiko
mioma meningkat seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan konsumsi daging dan
ham. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena diduga
berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai
sebelum menarke dan akan mengalami regresi setelah menopause, atau bahkan
bertambah besar maka kemungkinan besar mioma uteri tersebut telah mengalami
degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum
menarke, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan
resiko untuk mengalami keganasan sangat besar.
2. Etiologi Dan Patologi
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth
hormone.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Faktor Ras Dan Genetik : Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
3. Fungsi Ovarium : Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan
respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.
Patologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya
berkontraksi. Warnanya abu keputihan, tersusun atas berkas- berkas otot jalin- menjalin
dan melingkar- lingkar didalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot
tersusun atas lapisan konsentrik dan serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik serta
serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi sama.
Antara tumor dan miometrium normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang
membentuk pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah kedalam mioma.
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelompok – kelompok sel otot berbentuk kumparan
dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas – berkas oleh jaringan ikat. Karena
seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk ke
pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini
menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah mioma.
3. Simtomatologi / Gejala
Gejala tergantung pada besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma kecil dan
beberapa yang besar tidak menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi pada pemeriksaan
rutin. Jika mioma terletak subendometrium, mungkin disertai minoragia. Jika perdarahan
yang hebat menetap, pasien mungkin mengalami anemia. Ketika uterus berkontraksi,
dapat timbul nyeri kram. Mioma subendometrium yang bertangkai dapat menyebabkan
perdarahan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya didalam uterus, mioma besar dapat menyebabkan gejala
penekanan pada panggul, disuria dan sering kencing serta konstipasi atau nyeri
punggung jika uterus yang membesar menekan rectum. Mioma servic dapat
menyebabkan nyeri panggul dan kesulitan melakukan hubungan seksual. Mioma fibrosa
dapat tidak menunjukan gejala/ menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Gejala lain
akibat tekanan pada organ – organ sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala, konstipasi
dan masalah – masalah perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena fibroid.
4. Klasifikasi
a. Lokasi : Cervical ( 2,6% ), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica ( 7,2% ), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b. Lapisan Uterus
1) Mioma Uteri Subserosa : Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal
sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di
sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
2) Mioma Uteri Intramural : Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya
multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Terletak di
bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai
dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi
atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
3) Atropi : setelah menopause dan rangsangan estrogen menghilang. Degenerasi
hialin paling umum ditemukan Jaringan ikat bertambah, Berwarna putih dan keras.
5. Gambaran Klinik
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa
mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya gejala klinik meliputi besarnya mioma uteri, lokalisasi dan perubahan pada
mioma uteri.
a. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan. Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan
dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan
kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar :
1) Terasa berat di abdomen bagian bawah
2) Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal
3) Terasa nyeri karena tertekannya saraf
c. Nyeri, dapat disebabkan oleh :
1) Penekanan saraf
2) Torsi bertangkai
3) Infeksi pada mioma
d. Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi
e. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
a. Kehamilan dapat mengalami keguguran
b. Persalinan prematuritas
c. Gangguan proses persalinan
d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas
e. Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
a. Cepat bertambah besar, karena pengaruh hormon estrogen yang
meningkat dalam kehamilan
b. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak,
berubah bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi
perdarahan
c. Kehamilan dapat mengalami keguguran
d. Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum
douglasi dan terjadi inkarserasi.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
a. Subfertil ( agak mandul ) sampai fertil ( mandul ) dan kadang- kadang hanya punya
anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mucosum
b. Sering terjadi abortus, akibat adanya distorsi rongga uterus
c. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
sub serus
d. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya
diservix
e. Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II
f. Atonia uteri terutama paska persalinan ; perdarahan banyak, terutama pada mioma
yang letaknya didalam dinding rahim
g. Kelainan letak plasenta
h. Plasenta sukar lepas ( retensio plasenta ), terutama pada mioma yang sub mukus
dengan intra mural.
6. Pencegahan
Penyebab mioma uteri sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan masih
terus diteliti., namun sebagian ahli berpendapat mioma uteri terjadi karena adanya
perangsangan hormon estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Jadi, mioma
uteri ini akibat pengaruh estrogen. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak
usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan
estrogennya. Sementara pada wanita menopause, mioma biasanya mengecil, karena
estrogen sudah berkurang. Untuk pencegahan diarahkan pada menghindari atau
membatasi agar estrogen jahat tidak menumpuk didalam tubuh kita.
Tips Hidup Sehat
a. Jangan pernah lewatkan sarapan sekalipun sedang berdiet
b. Lakukan olah raga secara rutin
c. Pilih makanan selingan yang tepat, tidak mengandung banyak lemak dan tidak
berkalori tinggi
d. Makanlah dengan jumlah gizi yang seimbang.
e. Bersosialisasi sangat baik bagi kesehatan mental
f. Makanlah banyak makanan berserat tinggi karena sangat baik bagi tubuh
g. Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang
h. Ketika berkumpul bersama teman, pilihlah camilan yang menyehatkan.
7. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Torsi tangkai mioma dari Mioma uteri subserosa dan submukosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
e. Pengaruh mioma terhadap kehamilan :
1) Infertilitas
2) Abortus
3) Inersia uteri
4) Gangguan jalan persalinan
5) Perdarahan post partum
6) Retensi plasenta
8. Penanganan
a. Penanganan Konservatif
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
2) Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi
setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause.
Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
b. Penanganan Operatif
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
2) Pertumbuhan tumor cepat
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
1) Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus,
juga dihindari pada masa kehamilan.
Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat.
2) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30
– 50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi
harus dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
a) 1 hari pasca diagnosa keperawatan
b) 7 hari pasca histerektomi/ miomektomi.
Masa pemulihan :
a) 2 minggu pasca diagnosa perawatan
b) 6 minggu pasca histerektomi/ miomektomi.
3) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan olah pasien
b) Perdarahan uterus berlebihan
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih
4) Radioterapi
a) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
b) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu
c) Bukan jenis submukosa
d) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
e) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
f) Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
8. Diagnosis Banding
a. Tumor solid ovarium
b. Uterus gravid
c. Kelainan bawaan Rahim
d. Endometriosis dan adenomiosis
e. Perdarahan uterus disfungsional
9. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Mioma Uteri
a. Pengkajian
Data Subjektif
1) Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi
2) Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal
3) Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah
4) Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB
5) Pasien merasa haidnya tidak teratur
Data Objektif :
1) Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan tumor rata
serta adanya pergerakan tumor
2) Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat tumor menyatu
dengan rahim atau mengisi kavum douglas
3) Infertilitas atau abortus
b. Diagnosa Dan Intervensi
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d adanya penekanan syaraf
2) Resiko terjadi anemi b/d perdarahan abnormal yang ditandai dengan perdarahan
pervagina berlebihan, pasien lemah, sklera pucat
3) Gangguan pola eliminasi : disuria b/d pembesaran uterus yang menekan vesika
urinaria
4) Gangguan pola eliminasi: konstipasi b/d pembesaran uterus yang menekan rectum
5) Resiko terjadinya infertilitas b/d penutupan saluran indung telur
6) Resiko terjadinya abortus b/d adanya distorsi rongga uterus
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan Rasa Nyaman;
Nyeri
Nyeri dapat mengalami
penurunan / berkurang
a. Kaji tingkat nyeri pasien ( skala )
b. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik
c. Atur posisi tidur senyaman
mungkin
d. Ajarkan teknik relaksasi/ distraksi
untuk mengurangi nyeri.
2. Resiko Terjadi Anemia Anemia dapat dicegah a. Monitor jumlah darah yang keluar
b. Kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk pemeriksaan
cek Hb dan Ht
c. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat penambah darah
d. Kaji TTV.
3. Gangguan Pola Eliminasi;
Disuria
Disuria dapat dicegah a. Kaji tingkat nyeri
b. Berikan penjelasan pada pasien
mengenai penyebab nyeri
c. Anjurkan kepada pasien agar tidak
takut untuk miksi
d. Kolaborasi dengan doter untuk
pemberian obat analgetik.
4. Gangguan Pola Eliminasi;
Konstipasi
Konstipasi Dapat Dicegah a. kaji adanya tanda -
tanda adanya konstipasi
b. kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat
pencahar
c. anjurkan pasien
untuk relaksasi
d. anjurkan pasien
untuk banyak minum
e. anjurkan pasien
untuk banyak makan makanan
berserat
5. Resiko Terjadinya
Infertilitas
Infertilitas dapat dicegah a. Kolaborasi dengan ahli radiologi
(USG) untuk menentukan jenis
tumor, letak mioma
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi yang adekuat
c. Kolaborasi dengan tim medis
untuk tindakan selanjutnya
( operasi, pengobatan infertilitas ).
6. Resiko Terjadinya Abortus Abortus Dapat Teratasi a. Kaji tanda – tanda perdarahan dan
jumlah darah
b. Observasi dengah pemeriksaaan
pelvis secara periodik setiap 3 – 6
bulan
c. Kolaborasi pemberian obat
penguat janin, obat anemia
d. Ajarkan pasien untuk relaksasi
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi yang adekuat.
c. Evaluasi
1. Anemi dapat teratasi
2. Rasa nyeri berkurang
3. Pola eliminasi BAK
4. BAB teratasi
5. Infertilitas dapat dicegah
6. Abortus dapat dicegah.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi yang terkait dengan faktor genetic dan gaya hidup
individu itu sendiri dengan gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik, yaitu
Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri, Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian
bawah, Nyeri saat bersenggama, dan terjadi Perdarahan. Penyakit ini dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi berupa perdarahan intra tumor, perputaran tangkai, infeksi pada
tumor, robekan dinding kista, serta keganasan kista ovarium.
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. Penyakit ini
terkait dengan system hormonal, khususny progesterone, estrogen, dan GH ( Hormon
Pertumbuhan ). Sedangkan yang menjadi faktor predisposisi didalamnya adalah umur,
fungsi ovarium, serta ras dan genetic. Komplikasi yang yang ditimbulkan pada kehamilan
yaitu terjadinya Infertilitas, Abortus, Inersia uteri, Gangguan jalan persalinan, Perdarahan
post partum, dan Retensi plasenta. Gejala tergantung pada besar dan posisi mioma.
Kebanyakan mioma kecil dan beberapa yang besar tidak menimbulkan gejala dan hanya
terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu
penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
b. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat tentang askep mioma utery, diharapkan pembaca
dapat mengerti dan bisa mencari refensi lain untuk menambah wawasan tentang askep
tersebut.
Daftar Pustaka
Capenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp.
Jakarta : EGC.
Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA
International, Philadelphia.
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005 American College of Obstetricians and Gynecologists
( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com
Wilkinson, J. W 2006, Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC, Edisi 7, EGC, Jakarta.
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Dan Konse Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta. EGC
www. Gynae.sg.com, diakses tanggal 1 Desember 2011
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC
Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 1991. Standar pelayanan
medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta
Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologi Hipokrates. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Jakarta
Wiknjosastro Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Jakarta