askep fraktur seminar
TRANSCRIPT
Laporan Asuhan Keperawatan pada Nn. A dengan Diagnosa Medis CF
Radius Dextra 1/3 Distal di Ruang Cempaka BRSU Tabanan
Tanggal 19 – 21 Februari 2013
Oleh:
1. I Made Oka 10.321.0692
2. Gusti Agung Gde Agus Mahendra 10.321.0736
3. Ni Wayan Purnamayanti 10.321.0823
4. I Gusti Ayu Yulia Pratini 10.321.0688
5. Ni Wayan Diah Septanuryanti 10.321.0927
6. Anak Agung Istri Mahaputri 10.321.0940
7. Gusti Ayu Sinta Anissa Putri 10.321.0945
8. Ni Kadek Dwi Puspitawati 10.321.0968
Program Studi Ilmu Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau jaringan tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Arif Mansjoer).
b. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Sylvia A. Price, 1995).
c. Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Departemen Kesehatan, 1995)
2. Klasifikasi
a. Fraktur berdasarkan tipe luasnya jaringan yang retak serta lokasi
a. Fraktur komplit adalah patah tulang atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
dengan tulang terbagi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi
lain sehingga seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit adalah patah tulang atau disinkontinuitas jaringan tulang dan
garis patahnya tidak menyeberang sehingga tidak mengenai korteks.
b. Fraktur menurut hubungan dengan lingkungan
a. Fraktur terbuka (open/compound) adalah patah tulang yang fragmen-fragmennya
berhubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur tertutup (closed) adalah patah tulang yangfragmen-fragmennya tidak
berhubungan dengan dunia luar.
c. Fraktur menurut pola/sudut patah
a. Fraktur transversal adalah fraktur yang jenis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang.
b. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap
tulang
c. Fraktur spiral adalah fraktur yang timbul akibat torsi pada ekstremitas.
d. Fraktur menurut jumlah garis patah
a. Fraktur segmental adalah garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan
b. Fraktur kominutif adalah garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
c. Fraktur multiple adalah garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya.
e. Fraktur menurut tipe
a. Fraktur avulasi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligamen/tendon
b. Fraktur kompresi adalah fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi ketika
dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.
c. Fraktur greenstick adalah fraktur fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi
pada anak-anak dan konteks tulangnya diperiosteum sebagian masih utuh.
d. Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang berpenyakit.
3. Patofisiologi
Fraktur atau patah tulang sering terjadi karena berbagai penyebab langsung, tidak
langsung, akibat tarikan otot yaitu karena trauma tenaga fisik seperti kecelakaan
kendaraan motor, jatuh, olah raga, exercise yang kuat, maupun karena penyakit pada
tulang seperti osteoporosis, tumor tulang, infeksi juga dapat menyebabkan rusaknya
kontinuitas tulang sehingga terjadilah fraktur tertutup ataupun terbuka.Akibat fraktur
tertutup atau terbuka terdapat gejala yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri,
deformitas, krepitasi, bengkak, peningkatan temperatur local, pergerakan abnormal,
kehilangan fungsi, perdarahan sianosis, adanya spasme otot. Setelah terjadinya fraktur
akan terjadi proses penyembuhan yang merupakan proses biologis alami yang akan
terjadi setiap patah tulang. Pada permulaan akan terjadi pendarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Hematoma
dibungkus dengan jaringan lunak disekitar yaitu periosteum dan otot. Pada tahap ini
terjadi inflamasi pembengkakan dan nyeri. Dalam sekitar 5 hari akan terjadi tahap yang
kedua yaitu proliferasi sel dimana hematoma akan menjadi medium pertumbuhan sel
jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematoma akan berubah menjadi jaringan fibrosis
dengan kapiler di dalamnya. Sel-sel akan aktif tumbuh ke arah fragmen tulang, sehingga
fragmen tulang semakin menempel. Kemudian akan tumbuh sel jaringan mesenkim yang
bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk
koroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan sedangkan tempat yang jauh dari
patahan tulang yang vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast
dan membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang. Tahap yang ketiga adalah
pembentukan kalus dimana osteoblast membentuk tulang lunak (kalus), lapisan terus
meluas dan menebal, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen lainnya dan akan
menyatu. Tahap yang keempat adalah konsolidasi dimana kalus mengeras dan terjadi
proses konsolidasi fraktur terasa menyatu, secara bertahap akan terjadi tulang matur.
Tahap yang kelima adalah remodeling yang merupakan tahap akhir meliputi pengambilan
jaringan mati dan reorganisasi tulang baru kesusunan structural sebelumnya. Ada
beberapa penatalaksanaanyang dapat dilakukan pada pasien fraktur yaitu reposisi,
imobilisasi yang meliputi pemasangan gips, bidai, traksi. Tindakan lain berupa
pembedahan yaitu ORIF dan OREF. Akibat dari penatalaksanaan ini yaitu nyeri,
perdarahan, adanya luka post operasi, peningkatan suhu tubuh, pasien bertanya-tanya
tentang pengobatanperawatan yang akan dilakukan, kelemahan dan kehilangan fungsi.
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila fraktur tidak mendapatkan
penanganan yang tepat dan cepat yaitu :
1. Dini
a. Compartment syndrome
Adalah suatu keadaan peningkatan tekanan yang berlebihan di dalam satu
ruangan yang disebabkan pendarahan masif pada suatu tempat, biasanya ditandai
dengan AVN (Arteri, Vena,Nervus). Dimana akibat adanya penekanan pada arteri
akan menyebabkan terjadinya sianosis, terbendungnya aliran balik pada vena
menyebabkan terjadinya odema dan akibat penekanan pada saraf perifer
menyebabkan pasien mengalami nyeri.
b. Syok
Syok yang terjadi adalah syok hipovolemik yang sering ditandai karena
pendarahan hebat dan dapat berkembang cepat.
c. Fat embolism syndrome
Adalah tetesan lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah
d. Infeksi
Infeksi dapat disebabkan melalui perantara peniti, logam, bidai yang digunakan untuk
reposisi fraktur saat operasi.
2. Lama
a. Infeksi yang menahun
b. Delayed yang menahun
Adalah fraktur yang tidak mengalami penyembuhan secara utuh.
c. Non union
Adalah tulang yang tidak menyatu
d. Mal union
Adalah penyatuan tulang yang tidak bagus.
e. Kontraktur
Adalah kekakuan sendi dan otot
f. Osteoporosis
Adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang menurun
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada penderita fraktur diantaranya :
a. Foto rotgen
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya ftraktur atau trauma yang terjadi pada tulang.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan tampak gambar patahan tulang.
b. CT-Scan
Untuk melihat rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan tulang atau cidera ligamen atau tendon.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Untuk melihat abnormalitas (misalkan : Tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang) jaringan lunak seperti tendon, otot, tulang rawan.
d. Angiografi
Untuk melihat struktur vascular dimana sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi
arteri.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk melihat kadar hemoglobin. Hasil yang ditemukan biasanya lebih rendah bila
terjadi pendarahan karena trauma.
f. Pemeriksaan sel darah putih
Untuk melihat kehilangan sel padasisi luka dan respon inflamasi terhadsp cedera.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan yaitu leukositosis.
5. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan pada pasien dengan fraktur yaitu:
a. Tindakan konservatif
a. Imobilisasi
Adalah mempertahankan reposisi selama masa penyembuhan patah tulang
misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan
kedudukan yang baik.
b. Rehabilitasi
Adalah proses pemulihan kembali fungsi tulang yang dapat dilakukan dengan
fisio therapy aktif dan pasif.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Gips merupakan alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk
mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan
yang merata pada jaringan lunak yang terdapat didalamnya.
Jenis-jenis gips :
1) Gips lengan pendek, memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan, melingkar erat didasar ibu jari.
2) Gips lengan panjang, memanjang setinggi lipat ketiak sampai disebelah
proksimal lipatan telapak tangan.
3) Gips tungkai pendek, memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki.
4) Gips tungkai pendek, memanjang dari perbatasan sepertitiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki.
5) Gips berjalan, gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat.
6) Gips tubuh, melingkar di batang tubuh.
7) Gips spika,melibatkan sebagian tubuh dan satu atau dua ekstremitas
8) Gips spika bahu, jaket tubuh yang melingkari batang tubuh bahu dan siku
9) Gips spika pinggul, melingkari batang tubuh dan satu ektremitas bawah.
d. Traksi
Adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan dan
mengimobilisasi fraktur, traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik. Secara umum traksi dilakukan
dengan menempatkan beban dengan tali pada ektremitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulang yang patah.
Jenis-jenis traksi :
1) Traksi kulit buck
Traksi yang paling sederhana ini paling tepat bila dipasang pada anak muda
untuk jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis
traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum
lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut.
2) Traksi kulit Bryant
Sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang
paha.
3) Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah
tulangpada korpus femoralis orang dewasa, mempergunakan traksi skeletal
dengan beberapa katrol dan bantalan khusus.
4) Traksi Russell
Traksi Russell ini biasanya digunakan untuk fraktur panggul dimana paha
akan disokong oleh bebat.
Secara umum traksi ada dua macam yaitu :
1. Skin traction yaitu tarikan pada kulit
2. Skeletal traction yaitu tarikan pada tulang
Pada skin traction menggunakan pita[jarang digunakan karena dapat
merusak kulit] tujuannya untuk menurunkan nyeri akibat spasme otot,
pemberat digunakan untuk mencegah kerusakan kulit.Beban pada skin
traction maksimal 5 kilogram
b. Tindakan Operatif
a. ORIF (Open Reduction with Internal fixation)
Merupakan tindakan insisi pada tempat yang mengalami cedera dan ditentukan
sepanjang bidang anatomic menuju tempat yang mengalami fraktur.
Keuntungannya yaitu reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi dari ORIF :
(1) Fraktur yanmg tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi.
Misalnya : Fraktur talus, fraktur collom femur.
(2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Misalnya : fraktur avulasi, fraktur dislokasi
(3) Fraktur yang dapat direposisi sulit dipertahankan
Misalkan : fraktur pergelangan kaki
(4) Fraktur intra-articuler
Misalnya : fraktur patela
b. OREF (Open Reduction with eksternal Fixation)
Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksternal dengan mempergunakan
kanselosa screw dengan metil metaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksternal
dengan jenis-jenis lain misalnya dengan mempergunakan screw schanz.
Keuntungannya yaitu darah sedikit yang hilang, mudah membersihkan luka,
sesegera mungkin ambulasi dan latihan tubuh yang nyeri.
Indikasi dari OREF : fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang
hebat, fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosisi, fraktur yang miskin
jaringan ikat.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur (Pre Operasi)
a. Pengkajian
Data subyektif :
- Pasien mengeluh rasa nyeri pada daerah fraktur
- Pasien mengeluh mengalami keterbatasan gerak
- Pasien mengeluh lemah
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktifitas
- pasien mengeluh pusing
- Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya
Data obyektif
1. Pasien tampak meringis
2. Ada perdarahan
3. Tampak bengkak pada luka atau area fraktur
4. Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
5. Hipertensi (respon terhadap nyeri/cemas)
6. Hipotensi (kehilangan darah)
7. Lemah
8. Pemendekan tulang
9. Perubahan warna pada daerah fraktur (memar)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut carpenito, L.J (2000) pada
pasien preoperasi fraktur adalah :
(1) Nyeri akut berhuibungan dengan trauma jaringan trauma jaringan sekunder
terhadap fraktur
(2) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder
terhadap fraktur
(3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang
(4) Ansietas berhubungan dengan kurang informasinya tentang tindakan pembedahan
(5) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi dan
luka fraktur
(6) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan luka fraktur
b. Perencanaan
Pada perencanaan diawali dengan prioritas diagnosa. Adapun prioritas masalah
berdasarkan atas berat ringannya masalah yaitu :
1) Nyeri akut
2) Kerusakan mobilitas fisik
3) Resiko terhadap infeksi
4) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
5) Sindrom kurang perawatan diri
6) Ansietas
Tahap selanjutnya yaitu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan berdasarkan prioritas diagnosa
keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap fraktur
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang, menunjukan ekspresi wajah
rileks
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
R/ : untuk mengetahui perkembangan pasien
2. Observasi ( keluhan nyeri, kualitas wilayah serta skala nyeri)
R/ : Dengan mengobservasi skala nyeri dapat diketahui tingkat nyeri yang
dirasakan pasien
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Ajarkan teknik distraksi pasien tidak akan terfokus pada
nyerinya,dengan teknik relaksasi dapat merilekskan otot-otot sehingga rasa
nyeri pasien berkurang
Dengan pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri.
4. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba
5. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
R/ : dengan lingkungan yang aman dan nyaman akan membuat pasien lebih
rileks
6. Delegatif dalam pemberian analgetik.
R/ : dengan pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri
3) Kerusakan mobilitas fisik berhungan dengan diskontinuitas jaringan tulang
Tujuan : Pasien dapat melakukan mobilitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteri hasil : pasien menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas
Intervensi :
1. Bantu pasien dalam mobilisasi secara bertahap
R/ : menurunkan komplikasi tirah baring
2. Bantu pasien dalam ROM aktif dan pasif
R/ : meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot
3. Masukkan aktifitas sehari-hari dalam therapy fisik
R/ : persepsi dini terhadap keterbatasan fisik aktual
4. Pertahankan tirah baring, jelaskan pantangan dan keterbatasan dalam aktifitas.
4) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan luka fraktur
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : mencapai penyembuhan yang tepat waktu
Intervensi :
1. observasi tanda-tanda vital
R/ : Mengetahui perkembangan pasien
2. observasi keadaan umum pasien
R/ mengetahui perkembangan pasien
3. observasi tanda-tabda infeksi (rubor, kalor,dolor, tumor, fungsio laesa)
R/ : Menentukan tingkat keparahan penyakit dan bakteri
4. Rawat luka dengan teknik steril, inspeksi luka atau robekan kontinuitas dan
kolaborasi dalam pemeriksaan lab (WBC) dan pemberian antibiotik.
R/ : mencegah masuknya mikroorganisme penyebab infeksi
5) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi dan luka
fraktur
Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteri hasil : penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi :
1. observasi kulit pada daerah luka apakah ada kemerahan atau perubahan warna
R/ : Memberi informasi tentang sirkulasi kulit
2. pertahankan tempat tidur kering
R/ : meminimalkan kerusakan kulit
3. ubah posisi dengan sesering mungkin
R/ : menurunkan tekanan pada area yang tertekan
4. lakukan massage dengan lotion
R/ : menurunkan tekanan pada areayang tertekan
6) Sindrom kurang perawatan diri behubungan dengan kelemahan otot sekunder
terhadap fraktur
Tujuan : perawatan dii pasien terpenuhi
Kriteria hasil : pasien tampak bersih, dan pasien dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri
Intervensi :
1. bantu pasien dalam pemenuhan kebersihan diri ( seperti makan, minum, BAB,
BAK, ganti pakaian)
R/ : dapat mengetahui ketergantungan pasien agar dapat memberikan
perawatan yang sesuai
2. libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien dan perawatan diri
pasien.
R/ : diharapakan dengan membantu dengan pasien diharapkan dapat
memenuhi kebutuhannya
7) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang tindakan pembedahan
Tujuan : ansietas pasien berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan ketakutan atau ansietas menurun sampai pada
tingkat ditangani
Intevensi :
1. berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
R/ : menurunkan kecemasan pasien
2. libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan
R/ : akan membantu memfokuskan perhatian pasien
3. dorong pasien untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahui
R/ : memberikan kesempatan untuk mengungkapakan perasaannya
sehingga dapat menurunkan rasa cemasnya
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir darimproses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah
dilaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan
rencana tujuan yaitu volume cairan adekuat, nyeri berkurang atau hilang, pasien dapat
melakukan mobilitas fisik sesuai dengan kemampuannya, infeksi tidak terjadi,
kerusakan integritas kulit tidak terjadi, pasien tampak serta ansietas pasien
berkurangbatau teratasi.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur (Post Operasi)
a. Pengkajian
Data subyektif
- Pasien mengeluh nyeri pada daerah pembedahan
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari,
- Pasien mengatakan dalam memenuhi kebutuhannya dibantu oleh keluarga dan
perawat
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Pasien mengatakan badanya panas
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien bertanya-tanya tentang keadaanya
- Pasien mengatakankurang tahu tentang perawatan yang harus dilakukan di
rumah sakit atau dirumah.
Data obyektif :
- Adanya luka post operasi
- Demam yang terus menerus
- Adanya pembengkakan pada daerah fraktur
- Pasien tampak meringis pada saat bergerak
- Pasien tampak lemas
- Adanya pendarahan
- Adanya gangguan pada permukaan kulit
- Adanya tanda-tanda syok seperti hipotensi, takikardia, akral dingin,
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak bertanya-tanya tentang keadaaannya.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Carpenito,L.J (2000) pada
penderita post operasi adalah :
1) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan pasca
pembedahan
3) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan yang
berlebihan
4) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi dan
immobilisasi
6) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder
terhadap pembedahan
7) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan, pengobatan penyakitnya.
b. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang terdiri dari
prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.
Pada perencanaan diawali dengan prioritas diagnosa. Adapun prioritas masalah
berdasarkan atas berat ringannya masalah yaitu :
1)Resiko terjadi syok hipovolemik
2)Kekurangan volume cairan
3)Nyeri akut
4)Kerusakan mobilitas fisik
5)Resiko terhadap infeksi
6)Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
7)Sindrom kurang perawatan diri
8)Kurang pengetahuan
Tahap selanjutnya yaitu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan berdasarkan prioritas diagnosa
keperawatan yaitu :
1) Risiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan yang
berlebihan
Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda syok
hipovolemik
Intervensi : Observasi tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda syok
hipovolemik (akral dingin, pucat, penurunan tekanan darah),
monitor tanda-tanda perdarahan, catat intakedan output,
kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai indikasi.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Volume cairan adekuat
Kriteria hasil : Perdarahan dapat dihentikan, tidak terdapat tanda-tanda syok
hipovolemik
Intervensi : Observasi tanda-tanda vital, catat intake dan output, observasi
tehadap tanda-tanda syok hipovolemik, kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai
indikasi.
3) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap fraktur
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang, menunjukan ekspresi wajah
rileks
Intervensi : Observasi tanda-tanda vital, observasi ( keluhan nyeri, kualitas
wilayah serta skala nyeri), ajarkan teknik distraksi dan relaksasi,
selidiki adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba, ciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman, delegatif dalam pemberian analgetik.
4) Kerusakan mobilitas fisik berhungan dengan diskontinuitas jaringan tulang
Tujuan : Pasien dapat melakukan mobilitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteri hasil : pasien menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas
Intervensi : bantu pasien dalam mobilisasi secara bertahap, bantu pasien
dalam ROM aktif dan pasif, masukkan aktifitas nsehari-hari dalam
therapy fisik, pertahankan tirah baring, jelaskan pantangan dan
keterbatasan dalam aktifitas.
5) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan luka fraktur
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : mencapai penyembuhan yang tepat waktu
Intervensi : observasi tanda-tanda vital, observasi keadaan umum pasien,
observasi tanda-tabda infeksi (rubor, kalor,dolor, tumor, fungsio
laesa), rawat luka dengan teknik steril, inspeksi luka atau robekan
kontinuitas dan kolaborasi dalam pemeriksaan lab (WBC) dan
pemberian antibiotik.
6) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi dan
luka fraktur
Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteri hasil : penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi : observasi kulit pada daerah luka apakah ada kemerahan atau
perubahan warna, pertahankan tempat tidur kering, ubah posisi dengan sesering
mungkin, lakukan massage dengan lotion.
7) Sindrom kurang perawatan diri behubungan dengan kelemahan otot sekunder
terhadap fraktur
Tujuan : perawatan diri pasien terpenuhi
Kriteria hasil : pasien tampak bersih, dan pasien dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri
Intervensi : bantu pasien dalam pemenuhan kebersihan diri ( seperti makan,
minum, BAB, BAK, gantipakaian) libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien dan perawatan diri pasien.
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tentang perawatan,
pengobatan penyakit.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang perawatan penyakitnya
Kriteria hasil : pasien mengatakan memahami tentang penyakitnya
Intervensi : anjurkan pada pasien untukmengungkapkan apa yang ingin
diketahui, beri kesempatan untuk bertanya, beri informasi
tentang pengobatan dan perawatan yang ingin diketahui dan
libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan pada pasien.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuan
yaitu syok hipovolemik tidak terjadi, volume cairan adekuat, nyeri berkurang atau
hilang, pasien dapat melakukan mobilitas fisik sesuai dengan kemampuannya, infeksi
tidak terjadi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi, serta pasien engerti dan memahami
tentang perawatan dan pengobatan penyakitnya.
B. Laporan Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 17 th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : -
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Br. Kukuh kangin, Tabanan
Tanggal Masuk : 17 – 2 – 2013
Tanggal Pengkajian : 19 – 2 – 2013
No. Register : 390993
Diagnosa Medis : CF Radius Dextra 1/3 Distal
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Ws
Umur : 40 th
Hub. Dengan Pasien : Kerabat Dekat
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Br. Kukuh kangin, Tabanan
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama (Saat MRS dan saat ini)
Nyeri di luka post oprasi, yaitu pada tangan kanan 1/3 distal, bertambah
nyeri jika digerakkan dan berkurang saat istirahat, skala nyeri 6.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien mengalami patah tulang karena kecelakaan motor 2 hari yang lalu
(minggu, 17 februari 2013), kemudian pasien dibawa ke UGD BRSU
Tabanan oleh warga sekitar karena sedikit tidak sadar. Pasien kemudian
dipindahkan ke ruang cempaka untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut dan pada tanggal 19 februari 2013 pasien di pasang gips.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien dipasang gips.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang berat, hanya
flu dan panas biasa.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya.
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami alergi makanan, minuman
ataupun obat.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol/dll)
Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum alcohol
dan minum kopi. Pasien lebih sering minum air putih dan teh hangat.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki masalah tulang
sebelumnya, sperti fraktur, rematik, dan osteoporosis. Keluarga pasien juga
tidak ada yang memiliki penyakit menular.
d. Diagnosa Medis dan Therapy
- Diagnosa medis : CF radius dextra 1/3 distal
- Therapy :
1. IVFD RL 30 tpm
2. Ketopain 3x1 ampul
3. Fersobat 2x1 gr
4. KIE pasang gips
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan kondisi sakit adalah keadaan yang
tidak mengenakan dan harus segera diatasi agar dapat beraktivitas
kembali.
Saat sakit : pasien mengatakan biasanya membeli obat diwarung jika
tidak sembuh biasanya hanya dibawa ke puskesmas.
b. Pola Nutrisi – Metabolik
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari jenis makanan nasi,
lauk, sayur. Makanan habis satu porsi, pasien tidak mempunyai alergi
pada makanan, pasien minum 7-8 gelas sehari.
Saat sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari, jenis makanan sesuai
yang disediakan oleh rumah sakit minum 4–6 gelas sehari dan terpasang
infus RL.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek berbentuk, warna kuning dan bau khas feces.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada perubahan dengan pola
eliminasinya (BAB).
2) BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 4 – 6 kali
sehari dengan konsistensi warna kuning jernih dan bau khas urin kurang
lebih 100 cc sekali kencing.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada perubahan dengan pola
elimanasinya (BAK).
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan
Diri0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total.
2) Latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari –
hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Saat sakit : pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit, pasien
mengalami perubahan aktivitas yang berarti, dibuktikan dengan pasien
tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri seperti mandi dan
berpakaian, kekamar mandi juga dibantu orang lain.
e. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien tidak mengalami gangguan pada penglihatan, perabaan, penciuman dan
pendengaran serta merasakan semua pengindraan normal.
f. Pola Persepsi – Konsep Diri
Pasien merasa cemas dan takut dirawat dirumah sakit karena menghabiskan
banyak uang, pasien mengatakan merasa takut tidak bisa sembuh dan tidak
bisa bekerja untuk membantu keuangan orangtuanya karena pasien sudah
tidak sekolah.
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam pada
malam hari sekitar pukul 23.00 – 06.00 dan pasien biasa tidur siang sekitar
2 jam sehari.
Saat sakit : pasien mengatakan kadang – kadang terbangun tengah
malam karena nyeri pada tangan kanannya. Pasien mengatakan bangun
lebih cepat yaitu pukul 05.00 pagi.
h. Pola Peran – Hubungan
Pasien mengatakan lebih dekat dengan kakak perempuannya.
i. Pola Seksual – Reproduksi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah berhubungan seksual,
pasien berjenis kelamin perempuan dan belum menikah.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak pernah berhubungan seksual,
pasien berjenis kelamin perempuan dan belum menikah.
j. Pola Toleransi Stress – Koping
Pasien mengatakan dirinya merasa takut dan cemas karena berada dirumah
sakit.
k. Pola Nilai – Kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sering sholat 5 waktu karena pasien
beragama islam.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa sholat dan hanya berdoa
dalam hati saja.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Komposmestis
GCS : verbal: 5, psikomotor: 5, mata: 4
b. Tanda – tanda Vital
Nadi : 88x/menit
Suhu : 37oC
TD : 110/80 mmHg
RR : 24x/menit
c. Keadaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada ketombe, persebaran rambut
merata, rambut hitam lurus, kulit kepala bersih.
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan lepas.
2) Mata
Inspeksi : mata dan alis simetris, tidak ada edema palpebra, sclera
anikterik, konjungtiva ananemis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata.
3) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, persebaran rambut – rambut
hidung merata, lubang hidung bersih, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis – etmoidalis –
splenoid – maksilaris.
4) Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris, membrane tymphani terlihat
mengkilat, tidak ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada tragus, kartilago.
Auskultasi : pasien dapat mendengar suara garpu tala saat dilakukan
tes bising.
5) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis pada palatum
dan gusi, gigi pasien rapi, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
6) Leher
Inspeksi : tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, pada kelenjar tiroid
tidak ada nyeri tekan.
7) Dada
a) Paru
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada otot bantu pernafasan.
Palpasi : palpasi vocal precmitus dari dada sampai perut.
Perkusi : perkusi dari ics 2 sampai ics 6, suara normal sonor.
Auskultasi : suara paru normal bronkovesikular.
b) Jantung
Inspeksi : iktus kortis denyutnya terlihat.
Palpasi : iktus kortid teraba di ics 4 atau 5.
Perkusi : suara jantung normal redup.
Auskultasi : suara jantung normal S1 dan S2 normal (reguler).
8) Payudara dan Ketiak
Inspeksi : payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada bulu – bulu
ketiak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada payudara dan ketiak.
9) Abdomen
Inspeksi : tidak ada otot bantu pernafasan, tidak ada lesi, tidak ada
asites.
Auskultasi : suara peristaltic normal 35x/menit.
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar (hepatomegali).
10) Genetalia
Tidak terkaji.
11) Integument
Kulit berwarna coklat, turgor elastic, tidak ada lesi.
12) Ekstremitas
a) Atas
Inspeksi : pada tangan kiri tidak ada lesi, tidak ada memar, terpasang
infuse RL, CRT kembali < 3 detik, tangan kiri dapat digerakan. Pada
tangan kanan terpasang gips karena tangan pasien patah pada tulang
radius, jari – jari tangan tampak bengkak.
b) Bawah
Inspeksi : tidak ada lesi, CRT kembali < 3 detik, tidak ada bengkak,
kedua kaki simetris dan dapat digerakan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Data Laboratorium yang Berhubungan
Pemeriksaan Hasil Normal unit
Leukosit 13,8* 4-10 10e3/UL
Eritrosit 4,48 4,0-15,0 10e6/UL
Hemoglobin 13,4 12,0-15,0 g/dL
Hematokrit 41,2 37-43 %
MCV 92,0 80-100 FL
MCH 29,8 26-34 Pg
MCHC 32,4 32-36 %
RDW – CV 11,7 11,5-14,5 %
Trombosit 330,0 150-450 10e3/UL
MPV 9,0 7,2-11,1 FL
b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil rontgen menunjukkan adanya patahan pada tulang radius kanan 1/3
distal.
6. Analisa Data
DATAInterpretasi
(sesuai dengan patofisiologi)MASALAH
DS : pasien mengatakan nyeri
di tangan kanan / area
bekas operasi, nyeri meningkat
saat digerakkan, reda saat
istirahat, skala nyeri 6
(nyeri sedang).
DO : pasien tampak menahan
nyeri, memegangi tangannya
yang di pasang gips. Hasil
rontgent menunjukkan adanya
patah tulang tangan radius
kanan 1/3 distal.
Trauma tidak langsung
Pergeseran fragmen tulang
yang patah
Merusak jaringan sekitar
Gangguan rasa nyaman nyeri
Nyeri akut
DS : pasien mengatakan tidak
bisa mandi, ganti pakaian dan
beraktivitas secara mandiri, ke
kamar mandi juga harus dibantu
keluarga.
DO : jari – jari pasien tampak
bengkak, tangan kanan pasien
terpasang gips, pasien turun dari
tempat tidur dibantu keluarga.
Trauma tidak langsung
Deformitas
Perubahan bentuk dan fungsi
tulang
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
DS : pasien mengatakan cemas
dengan keadaannya saat ini,
pasien ingin cepat sembuh,
merasa takut menghabiskan
banyak biaya selama di rumah
Pergeseran fragmen tulang
Merusak jaringan sekitar
Reaksi stress
Cemas
sakit dan tidak dapat bekerja.
DO : pasien tampak gelisah,
tidak tenang ingin segera
pulang.
Ansietas (cemas)
II. DIAGNOSA
NO.
TANGGAL /
JAM
DITEMUKAN
DIAGNOSA KEPERAWATANTANGGAL
TERATASITTD
1. 17 – 2 – 2013
21.30
Nyeri akut berhubungan dengan
kerusakan jaringan tulang yang patah
ditandai dengan skala nyeri pasien 6,
pasien tampak meringis menahan
nyeri.
21 – 2 – 2013
2. 17 – 2 – 2013
21.30
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan Kerusakan alat
gerak sekunder adanya tulang yang
patah ditandai dengan pasien
beraktivitas dibantu keluarga, tangan
kanan pasien terpasang gips.
3. 17 – 2 – 2013
21.30
Cemas berhubungan dengan dampak
hospitalisasi (perawatan di rumah
sakit) ditandai dengan pasien tampak
gelisah dan ingin segera pulang.
20 – 2 - 2013
III. RENCANA KEPERAWATAN
HARI/TGLNO.D
X
RENCANA KEPERAWATAN TTD
TUJUAN dan
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
Selasa, 19
feb 2013
1 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24 jam
diharapkan nyeri
dapat ditoleransi
oleh klien dengan
kriteria :
pasien tidak
mengeluh nyeri
skala nyeri
berkurang
menjadi skala 2 –
3
ekspresi wajah
pasien tampak
tenang
pasien dapat
istirahat dan tidur
nyeri dapat
terkontrol
pasien tampak
rileks dan
nyaman
Obs. reaksi
nonverbal dan
ketidaknyaman
an
Kaji lokasi,
intensitas dan
karakteristik
nyeri (PQRST)
Jelaskan
kepada pasien
penyebab nyeri
Untuk
mengetahui
nyeri yang
dirasakan pasien
Identifikasi
karakteristik
nyeri dan faktor
yang
berhubungan
merupakan hal
yang penting
untuk
mengevakuasi
keefektifan
terapi yang
diberikan
Memberikan
penjelasan akan
menambah
pengetahuan
pasien tentang
nyeri
Obs. tanda –
tanda vital
Kolaborasi:
Kolaborasi
dengan tim
medis lain
pemberian
analgesik
Pemantauan
tanda vital yang
teratur dapat
menentukan
perkembangan
selanjutnya
Merupakan
tindakan
dependent
perawat, dimana
analgesic
berfungsi untuk
memblok
stimulasi nyeri
Selasa, 19
feb 2013
2 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24 jam
diharapkan pasien
mampu beraktivitas
sesuai
kemampuannya
dengan kriteria :
pasien tetap
beraktivitas
sesuai batas
kemampuan
pasien tidak
mengalami kaku
Kaji tingkat
imobilisasi
pasien
Dorong pasien
untuk tetap
melakukan
latihan gerak
baik pada
anggota gerak
yang sakit
maupun yang
tidak sakit
Untuk
menentukan
latihan yang
tepat
Lakukan latihan
gerak bukan
pada fragmen
yang patah
tetapi pada sendi
proksimal atau
distal yang
mungkin terjadi
kekakuan
selama tulang
pada
ekstremitasnya
pasien dan
keluarga terlibat
aktif dalam
latihan gerak
Bantu pasien
dalam aktivitas
perawatan diri
Kolaborasi
dengan
fisioterapi
diistirahatkan
Membantu klien
memenuhi
kebutuhannya
dan
meminimalkan
gerakan berat
Melatih klien
agar tetap
melakukan
latihan gerak
sebagai upaya
rehabilitatifdan
mengembalikan
fungsi alat gerak
setelah operasi
Selasa, 19
feb 2013
3 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24 jam
diharapkan klien
mampu mengatasi
masalah
kecemasan dalam
dirinya ditandai
dengan:
pasien tampak
relaks, tidak
gelisah
Kaji tingkat
kecemasan
serta factor
penyebab
kecemasan
klien
Ajak pasien
Mengidentifikas
i sejauh mana
perubahan
perasaan yang
dialami pasien
akibat rasa
cemas yang
dialaminya saat
ini
Memberi
dukungan emosi
dan membantu
Mampu
melaporkan
penurunan
kecemasan dan
ketakutan
Mengakui rasa
takut dan
mendapatkan
pengalihan
perasaan dengan
tepat
untuk
menyadari
bahwa
kecemasannya
itu tidak perlu
Berikan
dukungan
emosi pada
pasien
Libatkan
keluarga dalam
diskusi terkait
dengan
kecemasan
yang dialami
pasien
Berikan
informasi yang
jelas tentang
perkembangan
kesehatannya
Dorong
penggunaan
manajemen
stress seperti
pasien
menghadapi
kenyataan
Membantu
meningkatkan
percaya diri
pasien dan
mengurangi
kecemasan
Membantu
pasien sesuai
peran dan
fungsinya
Membantu
pasien
menyadari
keadaannya dan
menerima
dengan baik
kondisinya
Membantu
memfokuskan
kembali
perhatian dan
napas dalam,
penggunaan
imajinasi, dan
teknik relaksasi
member efek
relaksasi untuk
membantu
mengurangi
kecemasan
pasien
IV. IMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAM
NO.
DX
TINDAKAN
KEPERAWATANEVALUASI PROSES TTD
Selasa, 19
feb 2013
09.00
09.30
10.30
11.00
1
1,3
1
3
Mengkaji status nyeri pasien
Mengajarkan teknik relaksasi /
napas dalam
Memberi obat analgesic
(injeksi obat ketopain 1x1
ampul)
Mendiskusikan kecemasan px
Ds : px mengatakan nyeri
pada tangan kanan
Do : px tampak meringis dan
memegang tangannya yang
nyeri
Ds : px mengatakan bisa
melakukan napas dalam saat
tangannya sakit
Do : px kooperatif, mau
mempraktekan napas dalam
Ds : -
Do : klien kooperatif dan
tidak ada alergi
Ds : px mengatakan cemas
dengan keadaannya saat ini,
px ingin cepat sembuh
merasa takut menghabiskan
11.30
12.00
13.00
3
1
2
Memberikan informasi bahwa
tulang yang patah akan segera
kembali fungsinya
Mengkaji ttv
Menganjurkan px untuk tetap
mengistirahatkan tangan yang
patah tetapi tetap melatih dan
menggerakan bagis – bagian
yang sehat agar tidak kaku
banyak biaya
Do : px tampak gelisah,
tidak tenang dan ingin
segera pulang
Ds : px mengatakan
mengerti dengan penjelasan
perawat
Do : px tampak sedikit
tenanga
Ds : -
Do : S: 36oC, TD:
110/80mmHg, N: 80x/menit,
RR: 24x/menit
Ds : px mengatakan
mengerti dengan penjelasan
perawat
Do : px berlatih
menggerakan jari – jarinya
tetapi tidak menggerakan
pergelangan dan siku yang
sakit
Rabu, 20 feb
2013
14.00
1 Mengkaji status nyeri px Ds : klien mengatakan masih
nyeri ditangan kanan dengan
skala nyeri 4 (berkurang
setelah diberi obat analgesic)
Do : px masih tampak
kurang rileks, terutama jika
tangan kanannya disentuh
15.00
16.00
17.00
17.40
18.00
1
2
3
2,3
1
Memberikan injeksi obat
analgesic ketopain 1x1 ampul
Menganjurkan px untuk
menggerakan jari – jarinya
agar tidak kaku
Mengajak px dan keluarganya
berdiskusi tentang lamanya
masa penyembuhan fraktur
Mendiskusikan tentang
aktivitas yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh px
selama masa penyembuhan
fraktur
Mengukur ttv
Ds : -
Do : obat masuk, infuse
lancar dan tidak ada alergi
Ds : px mengatakan jarinya
sudah tidak kaku lagi
Do : jari – jarinya keliatan
masih bengkak tapi sudah
dapat digerakan, px
mempraktekan latihan gerak
pada jari – jarinya
Ds : px dan keluarga
mengerti bahwa butuh
proses dan waktu yang
cukup lama untuk kembali
seperti semula
Do : px tampak lebih tenang
Ds : px dan keluarga
mengatakan mengerti
tentang aktivitas yang boleh
dan tidak boleh dilakukan px
Do : px lebih berhati – hati
dalam menggerakan
tangannya
Ds : -
Do : S: 37oC, N: 80x/menit ,
TD: 110/80mmHg, RR:
19.00 1 Memberikan posisi yang
nyaman untuk px
(meninggikan tangan yang
patah)
20x/menit
Ds : px mengatakan lebih
nyaman, nyeri mulai
berkurang
Do : px tampak lebih rileks
dan nyaman
Kamis, 21
feb 2013
21.00
21.30
22.30
06.00
07.00
08.00
1
1
1
1
1
3
Memberikan injeksi obat
analgesic ketopain 1x1 ampul
Mengkaji status nyeri px
Mengganti cairan infuse px
(RL 30 tpm)
Mengkaji ttv
Member air hangat ke px
Mengevaluasi perasaan px
Ds : -
Do : obat masuk, infuse
lancar, tidak ada alergi
Ds : px mengatakan nyeri
sudah berkurang dengan
skala 3
Do : klien tampak rileks
Ds : -
Do : px tampak tidur dengan
nyenyak
Ds : -
Do : S: 37oC, TD:
120/80mmHg, RR:
20x/menit, N: 80x/menit
Ds : -
Do : pasien masih dibantu
dalam melepas pakaian dan
mandi
Ds : px mengatakan sudah
09.00 Persiapan px pulang
menerima dengan iklas
kondisinya
Do : px sudah tidak gelisah
lagi
V. EVALUASI
NO.HARI/
TGL/JAMNO DX. EVALUASI TTD
1. Selasa, 19
feb 2013
13.20
13.30
14.00
1
2
3
S : px mengatakan masih nyeri dengan
skala 6
O : px tampak meringis dan gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S : px mengatakan jarinya lumayan bisa
digerakan
O : px turun dari tempat tidur dengan
bantuan keluarganya dan jarinya masih
bengkak
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : px mengatakan cemas dengan
kondisinya
O : px tampak gelisah dan cemas
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2. 14.00
17.40
1
2
S : px mengatakan masih nyeri dengan
skala 4
O : px masih tampak kurang rileks
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : px mengatakan jarinya bisa
18.00 3
digerakan dan tidak kaku lagi
O : px tampak berhati –hati dalam
bergerak dan bengkak mulai berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : px mengatakan sudah bisa menerima
keadaannya dengan iklas
O : px sudah tidak gelisah
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3. Kamis, 21
feb 2013
21.30
09.00
1 S : px mengatakan nyeri tangannya
berkurang dengan skala 3
O : px tampak lebih tenang dan rileks
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Persiapan pasien pulang