asbabul nusul
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut fakta sejarah Al Qur’an dinuzulkan dalam kurun waktu sekitar 23
tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa AL Qur’an turun dalam ruang dan waktu
tertentu dalam konteks masyarakat Arab.
Dalam memahami teks AL Qur’an, ada hal menarik yang samp[ai sekarang
orang tidak pernah melupakannya, khususnya orang – orang yang menggeluti
masalah hukum islam. Sebagian berpendapat bahwa pemahaman AL Qur’an
harus disesuaikan dengan konteks saat dinuzulkan ayat. Sebagian lain
berpendapat bahwa pemahaman itu harus didasarkan atas keumuman lafadz ayat,
bukan didasarkan atas keumuman lafadz ayat, bukan didasarkan atas kekhususan
sebab nuzulnya.
Ilmu Asbab al-nuzul sangat penting untuk diketahui. Namun perlu dicatat
bahwa tidak semua ayat AL Qur’an ada latar belakang nuzulnya, bahkan hanya
sedikit sekali ayat-ayat yang mempunyai latar belakang Nuzulnya
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menarik rumusan masalah yang akan
dibahas menjadi pembahsan makalah ini yaitu mengenai : Asbab Al-Nuzul
C. Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa bisa mengerti
mengenai Asbab Al-Nuzul dan untuk memenenuhi tugas mata kuliah yang
bersangkutan
- 1 -
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan macam-macam asbab Al-Nuzul
a. Pengertian Asbab Al-Nuzul
1. Menurut bahasa arab
Sabab Al-nuzul berarti turunya ayat-ayat Al-uran yang di turunkan secara
berangsur-angsur selama + 29 tahun. Al-quran diturunkan untuk
memperbaiki akodah, obadah, akhlak dan pergaulan manusia yang telah
menyimpang dari kebenaran.1
2. Shubha Al-shalih Ialah :
Artinya :
“Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat
yang mengandung sebab itu atau memberi jawaban terhadap sebab itu,
atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut”.
Defenisi ini memberikan kesimpulan turun suatu ayat adakalanya
berbentuk peristiwa dan berbentuk pertanyaan.
Sebab-sebab turunya ayat dalam bentuk pertanyaan ada tiga macam
yaitu :
1 H. Q. Shalen, dkk. 2000. Asbabun Nuzul. Bandung : CV. Penerbit Diponegoro hal 10
- 2 -
1. Pertengkaran, misal perselisihan yang berkecamuk antara golongan
suku gus dan suku khazaq
2. Kesalahan yang serius, misalnya Seorang yang mengimani shalat
dalam keadaan mabuk sehingga tersalah membaca surat Al-kafirun
3. Cita-cita dan keinginan, misalnya persesuaian-persesuaian Umar bin
Al-Khatab dengan ketentuan-ketentuan ayat-ayat Al-quran
Adapun sebab-sebab turnya ayat yang dalam bentuk pertanyaan adalah :
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang
berlangsung pada waktu itu
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang
Namun tidak semua ayat diturunkan dengan sebab tertentu tetapi ada
kelompok ayat yang diturunkan tanpa sebab. Dimaklumi memang bahwa
keinginan para sahabat untuk mengikuti perjalanan turnya wahyu
merupakan intensitas keimanan yang tinggi dan mendorong mereka untuk
memberikan perhatian maksimal kepada nabi dan Al-quran sehingga
segala sesuatu yang diketahui tentang sebab-sebab turunya Al-quran
diperoleh dari mereka.
3. Menurut Az-Zarkani
“Asbab An-Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubunganya dengan turunya ayat Al-quran sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.
4. Ash-shabuni
“Asbab An-Nuzul”adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa
dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi
atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
- 3 -
5. Mana’ Al-Qthathan
“Asbab An-Nuzul”adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya
Al-quran berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian,atau berupa pertanyaan kepada nabi.
Kendatipun redaksi-redaksi pendefenisian diatas sedikit berbeda,
semuanya menyimpulkan bahwa Asbab An-nuzul adalah kejadian atau
peristiwa yang melatar belakangi turunya ayat Al-Qur’an . Ayat tersebut
dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut.
b. Macam-macam Asbab An-nuzul dan contohnya
Dari segi sebab dan ayat yang turun, Asbab An-nuzul dapat dibagi
kepada sebab turunya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam
kelompok ayat yang tueun satu. Serta persoalan yang terkandung dalam
sekelompok ayat yang turun lebih dari satu.2
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam
mengungkapkan riwayat asbab an-nuzul, yaitu Sharih (visionable/jelas) dan
muthamilah (impossible/kemungkinan). Redaksi Sharid artinya riwayat yang
suda jelas menunjukan asbab An-nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukan
yang lainya.
Contoh riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi sharih
adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh jabir bahwa orang-orang yahudi
berkata “Apabila seorang suami mendatangi “qubul” istrinya dari
belakanganak yang lahir akan juling.”
B. Ungkapan-Ungkapan Asbab An-Nuzul
2 Syadali, Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung : CV. Pustaka Setia, hal 23
- 4 -
Ungkapan yang digunakan oleh para sahabat untuk menunjukan sebab turunya
Al-qu’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan tersebut terdiri dari;3
1. Sebab Al-nuzul disebutkan tidak jelas
2. Sebab Al-nuzul tidak ditunjukan dengan lafal sebab, tetapi dengan
mendatangkan lafal yang masuk kepada ayat
3. Sebab Al-nuzul dipahami secara pasti dari konteknya
4. Sebab Al-nuzul tidak disebutkan dengan ungkapan, sebab secara jelas,
tidak dengan mendatangkan yang menunjukan sebab, dan tidak pula berupa
jawaban yang dibangun atas dasar pernyataan.
C. Urgensi dan kegunaan Asbab An-Nuzul
Mengetahui dan mempelajari sebab Al-nuzul bagi turunya Al-qur’an sangat
penting, terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyankut hukum.
Ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunya ayat-ayat Al-qur’an melalui
dua cara yaitu :
1. Ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada
nabi
2. Ayat-ayat turn sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau
pertanyaan.
Dan, Al-Zaqani menyebutkan ada 7 macam kegunaan atau faedah mengetahui
Asbab An-Nuzul yaitu :
1. Pengetahuan tentang sebab Al-nuzul membawa kepada pengetahuan tentang
rahasia dan tujuan khusus mensyariatkan agamanya melalui Al-qur’an
2. Pengetahuan tentang sebab Al-nuzul membantu dalam memahami ayat dan
mengindarkan kesulitanya
3. Pengetahuan tentang sebab Al-nuzul dapat menolak dugaan adanya
pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan
3 H. Masyhur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Rineka Cipta, hal 45
- 5 -
4. Pengetahuan tentang sebab Al-nuzul dapat mengkhususkan (talalsis) hukum
pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti siperhatikan
adalah kekhususan sebab dan hukum keumuman lafal
5. Dengan mempelajari sebab Al-nuzul diketahui pula bahwa sebab turunya ayat
tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut
sekalipun datang mukhasisnya (yang mengkhususkan)
6. Sebab Al-nuzul di ketahui otang yang ayat tertentu turun padanya secara tepat
sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap
orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang bersalah
7. Pengetahuan tentang sebab Al-nuzul akan mempermuda orang menghafal
ayat-ayat Al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang
yang mendengarnya jika mengetahui sebab turnya
D. Berbilangnya Asbab Al-nuzul
1. Berbilsngnya asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat (Ta’Sabab wa Nazil An-Nazil
AWahid)
Pada kenyataanya tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab An-Nuzul
dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memeliki beberapa versi riwayat
asbab An-Nuzul.
Untuk mengatasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi
redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:
a) Tidak mempermasalahkan
b) Mengambil versi riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi
sharih
c) Mengambil versi sahih (valid)
Adapun terhadap versi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat, versi
berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut.
1.) Mengambil versi riwayat yang sahih
- 6 -
Cara ini mengambil bila terdapat dua versi riwayat tenteng asbab An-
Nuzul satu ayat, satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lainya tidak.
2.) Melakukan study seleksi (tarwih)
Langkah ini diambil bila kedua versi asbab An-Nuzul yang berbeda-
beda itu kualitasnya sama-sama sahih4
E. Cara mengetahui riwayat Asbab An-nuzul
Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasullulah Saw.
Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain unyuk mengetahuinya. Selain
bedasarkan periwayatan (pertransmisian) yang benar (naql ash-shalih) dari orang-
orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunya Al-Qur’an.
Para ulama salaf sangatlah keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat
yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul. Keketatan mereka itu di titik beratkan
pada seleksi peribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan
redaksi berita (matan).
Akan tetapi, perlu di catat bahwa sikap kekristian mereka tidak di kenakan
terhadap materi asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat nabi, yang tidak
masuk dalam lapangan penukilan dan pendengaran, dapat di pastikan ia
mendengari hatinya sendiri.
F. Manfaat Mempelajarinya
Mengetahui Asbabun Nuzul dari ayat Qur’an adalah perkara yang
penting. Al-Wahidi berpendapat bahwa menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak pada
sejarah & penjelasan turunnya tidaklah mungkin. Ibnu Daqiqil ‘Iedberpendapat
bahwa keterangan tentang Asbabun Nuzul merupakan salah satu jalan yang tepat
dalam memahami Al-Qur’an. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa ilmu Asbabun
4 Chirzia Muhammad. 1998. Ulumul Quran . Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Hal 79
- 7 -
Nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan
menimbulkan ilmu akibat.5
Adapun manfaat mempelajari Asbabun Nuzul adalah :
1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum & perhatian syara’
terhadap kepentingan umum.
2. Mengkhususkan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila
hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum. Ini bagi mereka yang berpendapat
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang khusus bukan lafal yang
umum. Masalah ini merupakan masalah khilafiyah yang akan saya jelaskan
kemudian.
3. Memberi pengkhususan lafal umum (yang terdapat dalil yang
mengkhususkan) hanya terhadap yang selain bentuk sebab. Dan bentuk sebab
itu tidak dapat dikeluarkan, karena masuknya sebab ke dalam lafal yang
umum itu bersifatqaht’i (pasti). Contohnya :
�هم�ع�ذ�اب� ة و�ل خ ر� �او�اآل� �ي واف يالد�ن ع ن ل �ات �مؤ�م ن ال ت �غ�اف ال� ال �ات �مح�ص�ن �ال مون �ر� �ي #ذ ين #ال ن إ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik,
yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la`nat di dunia dan
akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS. An-Nuur [24] : 23
Ayat ini turun berkenaan dengan Aisyah ra secara khusus atau para isteri Nabi
SAW. Namun juga berlaku umum untuk semua mukminah. Tetapi Allah SWT
tidak menerima tobat orang yang menuduh zina Aisyah atau para isteri Nabi
SAW & menerima tobat jika yang dituduh adalah mukminah selain mereka. Hal
ini mengingat masuknya sebab (orang menuduh Aisyah & isteri-isteri nabi SAW)
kedalam cakupan makna lafal yang umum itu bersifat qath’i.
4. Merupakan cara terbaik untuk memahami makna Al-Qur’an & menyingkap
kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayatnya. Contohnya :
ع�ل�وا ي�ف� ل�م� ا ب�م� د�وا م� ي�ح� أ�ن� ب�ون� ي�ح� و� ا ت�و�� أ ا ب�م� ون� ح� ر� ي�ف� ال�ذ�ين� �ب�ن س� ت�ح� ال�
�ل�يم� أ ع�ذ�اب� م� ل�ه� و� ال�ع�ذ�اب� م�ن� ة% از� ب�م�ف� م� ب�ن�ه� س� ت�ح� ال� ف�5 HR. Hakim, dan disahihkannya pula.
- 8 -
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap
perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa
mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (QS. Ali Imran
[3] : 188)
Marwan bin Al-Hakam kesulitan memahami ayat ini, sehingga Ibn Abbas
menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ahli kitab yang
menyembunyikan persoalan dari Rasul SAW. Dengan cara itu mereka mengharap
dipuji & mereka bergembira telah berbuat seperti itu.[5] Contoh lainnya, Firman
Allah SWT :
ن�اح� ج� ال� ف� ر� اع�ت�م� و�أ� ال�ب�ي�ت� �ج ح� م�ن� ف� الل�ه� ع�ائ�ر� ش� م�ن� و�ة� ر� ال�م� و� ا ف� �الص � إ�ن
ا ... م� ب�ه� ي�ط�و�ف� أ�ن� ع�ل�ي�ه�
“Sesungguhnya Shafaa & Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya….” (QS. Al-Baqarah [2] : 158)
Ada yang berpendapat sa’i itu mubah dengan ayat ini. Namun Aisyah ra
menjelaskan bahwa sa’i itu suatu kewajiban dengan cara menceritakan asbabun
nuzul ayat ini yang berkenaan dengan kebiasaan jahiliyyah orang Anshar.[6]
5. Mengetahui kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak
diterapkan kepada orang lain karena dorongan rasa permusuhan & perselisihan.
Contohnya :
و�هم�ا �ل ي ق�ب م ن� ون �قر ال ل�ت خ� و�ق�د� ج� خ�ر� أ �ن� أ ي ن �ع د�ان �ت أ م�ا �ك ل ف0 أ �ه د�ي و�ال ل ق�ال� #ذ ي و�ال
ين� و#ل� األ� اط ير س�
� أ ال# إ ه�ذ�ا م�ا �قول ف�ي ح�ق9 #ه الل و�ع�د� ن# إ ء�ام ن� �ل�ك� و�ي #ه� الل �ان �غ يث ت �س� ي
“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkankepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu
kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan,
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia
- 9 -
berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu
belaka". (QS. Al-Ahqaf [46] : 17)
Karena marah kepada Abdurrahman bin Abu Bakar, Marwan mengatakan
bahwa ayat ini turun mengenai Abdurrahman. Namun Aisyah ra membantahnya
& mengatakan, “Marwan telah berdusta. Demi Allah, maksud ayat itu tidaklah
demikian.”
Lafal & Sebab Ayat
Pembahasan ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Apabila yang diturunkan sesuai dengan sebab secara umum, atau sesuai dengan
sebab secara khusus, maka yang umum diterapkan pada keumumannya &
yang khusus pada kekhususannya.
Contoh pertama
وهن# ب �ق�ر� ت و�ال� �م�ح يض ال ف ي اء� Dس� الن وا �ز ل ف�اع�ت �ذGى أ هو� قل� �م�ح يض ال ع�ن �ك� ون �ل أ �س� و�ي
ين� #و#اب الت ح ب� ي #ه� الل ن# إ #ه الل م ك م�ر�� أ �ث ي ح� م ن� وهن# �ت ف�أ ن� �ط�ه#ر� ت ذ�ا ف�إ ن� �ط�هر� ي #ى ح�ت
�ط�هDر ين� �مت ال ح ب� و�ي
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : "Haidh itu adalah
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh; & janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat & menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-
Baqarah [2] : 222)
Anas berkata : Bila isteri orang-orang Yahudi haid, mereka dikeluarkan dari
rumah. Tidak diberi makan & minum. Dan didalam rumah tidak boleh
bersama-sama. Lalu ditanyakan tentang hal ini kepada Rasulullah SAW, maka
Allah SWT menurunkan Al-Baqarah [2] : 222. Kemudian sabda Rasul SAW :
“Bersama-samalah dengan mereka di rumah & perbuatlah segala sesuatu
kecuali menggaulinya.” (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu
Majah & yang lainnya)[8]
- 10 -
Contoh kedua
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal
tidak ada seorangpun memberikan suatu ni'mat kepadanya yang harus
dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar
mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail [92] : 17-21)
Kata al-atqa menunjukkan tasrif berbentuk af’al untuk menunjukkan
arti superlative, tafdil yang disertai al-‘adiyah, sehingga ia dikhususkan bagi
orang yang karenanya ayat itu turun. Menurut Al-Wahidi, “Al-Atqa adalah
Abu Bakar As-Siddiq, menurut pendapat para ahli tafsir.” Menurut ‘Urwah,
“Abu Bakar telah memerdekakan 7 (tujuh) orang budak yang disiksa karena
membela agama Allah, untuk itu turunlah ayat ini.”[9] ‘Amir bin Abdullah
bin Zubair, menambahkan, “Maka berkenaan dengan Abu Bakar, turunlah
ayat ini.”[10] 6
2. Jika sebab itu khusus sedang ayat yang turun berbentuk umum. Ada dua
pendapat :
a. Menurut Jumhur Ulama, yang menjadi pegangan adalah lafal yang umum bukan sebab yang khusus. Contohnya :
6 Chirzia Muhammad. 1998. Ulumul Quran . Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Hal 79
- 11 -
“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak
ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang
itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia
adalahtermasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima : bahwa
la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Isterinya
itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta,
dan (sumpah) yang kelima : bahwa la`nat Allah atasnya jika suaminya itu
termasuk orang-orang yang benar”. (QS. An-Nuur [24] : 6-9)
Hukum yang diambil dari lafal umum ini tidak hanya mengenai
peristiwa Hilal, tetapi diterapkan pula pada kasus serupa lainnya tanpa
memerlukan dalil lain. Dan inilah kiranya pendapat yang lebih tepat.
b. Segolongan ulama berpendapat, yang menjadi pegangan adalah sebab yang
khusus, bukan lafal yang umum. Karena lafal yang umum itu menunjukkan
bentuk sebab yang khusus. Untuk dapat diberlakukan kepada kasus selain
sebab, diperlukan dalil lain seperti qias. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7 Chirzia Muhammad. 1998. Ulumul Quran . Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Hal 90
- 12 -
Adapun kesimpulan yang dipaparkan dalam makalah ini yaitu : Asbab al-
nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat AL
Qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunya ayat-ayat Al-qur’an melalui
dua cara yaitu : Ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang
dikemukakan kepada nabi dan Ayat-ayat turn sebagai permulaan tanpa didahului
oleh peristiwa atau pertanyaan.
B. Saran
Adapun saran yang dikemukakan dalam makalah ini yaitu hendaknya
bagi para pembaca agar dapat memberikan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asbab an-Nuzul” tepat pada
waktunya.
- 13 -
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu, Oktber 2013
Penyusun
- 14 -
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFATR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................1
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan macam-macam Asbab al-Nuzul................................... 3
B. Ungkapan Asbab An-Nuzul.................................................................. 5
C. Urgensi dan Kegunaan Asbab An-Nuzul............................................. 6
D. Berbilanya Asbab Al-Nuzul................................................................. 6
E. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul........................................ 7
F. Manfaat Mempelajari .......................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii
- 15 -
ii
DAFTAR PUSTAKA
H. Q. Shalen, dkk. 2000. Asbabun Nuzul. Bandung : CV. Penerbit Diponegoro
Syadali, Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung : CV. Pustaka
Setia
H. Masyhur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Rineka Cipta
Al-Haththan, Manna. 1973. Mabalis Fil Ulum Al-Quran, Beirut : Al-Syarika Al-
Mutthahida Li Al-Tauzi.
Chirzia Muhammad. 1998. Ulumul Quran . Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa.
- 16 -iii