artikel sos ant
TRANSCRIPT
Nama : Nurhayatun Nikmah
NIM : 13304244007
Prodi : Pendidikan Biologi C
Mata Kuliah : Sosio-Antropologi Pendidikan
Tradisi Menyontek antara Hati Nurani dan GengsiMonday, November 28th, 2011 - Opini, Pendidikan
Oleh Muhammad Rizal
Menyontek merupakan sebuah tradisi di dunia pendidikan yang hampir tidak mungkin
untuk dihilangkan. Banyak oknum di dunia pendidikan memberikan peluang besar eksisnya
tradisi ini dengan berdalih sebuah panggilan hati nurani dan gensi. Oknum pendidikan tidak
tega melihat anak didik mereka yang telah berjuang selama 3 tahun (SMP dan SMA) jatuh
tersungkur karena sebuah tembok dan karang yang sangat kokoh menghadang mereka ” Ujian
Nasional”. Tidak sedikit juga berdalih ketidaklulusan siswa mereka merupakan sebuah
kegagalan sehingga mereka gensi ketika banyak siswa mereka yang berguguran seperti daun
berguguran pada musim semi.
Menyontek atau cheating memang bukan hal baru dalam dunia pendidikan, yang
biasanya dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa/mahasiswa pada saat menghadapi
ujian (test), misalnya dengan cara melihat catatan atau melihat pekerjaan orang lain atau pada
saat memenuhi tugas pembuatan makalah (skripsi) dengan cara menjiplak karya orang lain
dengan tanpa mencantumkan sumbernya (plagiat). Menurut Wikipedia cheating merupakan
tindakan bohong, curang, penipuan guna memperoleh keuntungan tertentu dengan
mengorbankan kepentingan orang lain. Meski tidak ditunjang dengan bukti empiris, banyak
orang menduga bahwa maraknya korupsi di Indonesia sekarang ini memiliki korelasi dengan
kebiasaan menyontek yang dilakukan oleh pelakunya pada saat dia mengikuti pendidikan.
Sebenarnya, secara formal setiap sekolah atau institusi pendidikan lainnya pasti telah
memiliki aturan baku yang melarang para siswanya untuk melakukan tindakan nyontek.
Namun kadang kala dalam prakteknya sangat sulit untuk menegakkan aturan yang satu ini.
Pemberian sanksi atas tindakan nyontek yang tidak tegas dan konsisten merupakan salah satu
faktor maraknya perilaku nyontek.
Tindakan nyontek (plagiasi) semakin subur dengan hadirnya internet, ketika siswa atau
mahasiswa diberi tugas oleh guru atau dosen untuk membuat makalah banyak yang meng-
copy- paste berbagai tulisan yang ada dalam internet secara bulat-bulat. Mungkin masih agak
lumayan kalau tulisan yang di-copy-paste-nya itu dipahami terlebih dahulu isinya, seringkali
tulisan itu langsung diserahkan kepada guru/dosen, dengan sedikit editing menggantikan
nama penulis aslinya dengan namanya sendiri.
Yang lebih mengerikan justru tindakan nyontek dilakukan secara terencana dan
konspiratif antara siswa dengan guru, tenaga kependidikan (baca: kepala sekolah, birokrat
pendidikan, pengawas sekolah, dll) atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan
pendidikan, seperti yang terjadi pada saat Ujian Nasional.
Jelas, hal ini merupakan tindakan amoral yang sangat luar biasa, justru dilakukan oleh
orang-orang yang berlabelkan “pendidikan”. Mereka secara tidak langsung telah mengajarkan
kebohongan kepada siswanya, dan telah mengingkari hakikat dari pendidikan itu sendiri. Di
lain pihak, para orang tua siswa dan mungkin pemerintah setempat sepertinya berterima kasih
dan memberikan dukungan atas “bantuan yang diberikan sekolah” kepada putra-putrinya
pada saat mengisi soal-soal ujian nasional.
Sekolah-sekolah yang permisif terhadap perilaku nyontek dengan berbagai bentuknya,
sudah semestinya ditandai sebagai sekolah berbahaya, karena dari sekolah-sekolah
semacam inilah kelak akan lahir generasi masa depan pembohong dan penipu yang akan
merugikan banyak orang. Secara psikologis, mereka yang melakukan perilaku nyontek pada
umumnya memiliki kelemahan dalam perkembangan moralnya, mereka belum memahami
dan menyadari mana yang baik dan buruk dalam berperilaku. Selain itu, perilaku nyontek
boleh jadi disebabkan pula oleh kurangnya harga diri dan rasa percaya diri (ego weakness).
Padahal kedua aspek psikologi inilah yang justru lebih penting dan harus dikembangkan
melalui pendidikan untuk kepentingan keberhasilan masa depan siswanya.
ANALISIS
Dari artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa di Indonesia kegiatan menyontek telah
menjadi tradisi. Pembahasan mengenai menyotek ini erat kaitannya dengan Ujian Tulis atau
Tes. Dewasa ini kegiatan menyontek juga muncul akibat gengsi dari para Guru yang takut
para siswa didiknya gagal atau tidak lulus. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Menyontek
atau Menjiplak adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan orang lain sebagaimana
aslinya. Menurut Alhadza, menyontek sama dengan cheating yaitu upaya yang dilakukan
sseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menyontek adalah cara-cara yang tidak jujur atau curang yang
dilakukan untuk mencapai hasil yang terbaik dalam ujian.
Menurut pendapat saya tindakan menyontek di Negara kita telah menjadi Tradisi
dalam dunia Pendidikan baik kalangan siswa maupun mahasiswa. Hal ini muncul akibat
kebiasaan yang dilakukan sejak dini. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman tersebut tradisi
menyontek sukar sekali dihilangkan. Terlebih lagi dalam hal ini diperlukan kerja sama antar
Siswa, Guru dan Orang tua untuk menghilangkan tradisi menyontek. Kita sebagai calon
pendidik perlu mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan para siswa kecanduan menyontek.
Diharapkan seorang Guru dapat meminimalisir kegiatan menyontek yang semakin marak
dikalangan pelajar. Salah satu cara yaitu dengan memotivasi siswa agar percaya diri terhadap
kemampuan dan hasil karya sendiri. Untuk menilai kemampuan siswanya guru tidak hanya
melihat dari hasil ujian tulis atau tes melainkan dapat dengan ujian lisan. Guru juga memberi
nasehat akan dampak negatif menyontek baik secara Agama dan Psikologis. Terakhir pihak
sekolah juga harus bekerja sama dalam menumpas tradisi menyontek dengan pemberian
sanksi yang tegas baik untuk siswa yang menyontek maupun guru yang membiarkan
siswanya menyontek. Sehingga diharapkan para pelaku menyontek ini akan jera dan perlahan
akan meninggalkan kebiasaan menyontek.