artikel sbm

24
jumat, 04 Desember 2009 ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Peningkatan Kompetensi Mengatasi Masalah Power Suply Tegangan Rendah dengan Pendekatan Problem Based Learning melalui Media Flowchart bagi Siswa Kelas XII Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009. Oleh: Supriyadi*) ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, wawancara, jurnal siswa, catatan guru dan tes hasil belajar, kemudian dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan problem base learning melalui media flowchart: 1)meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 2) meningkatkan kompetensi siswa balam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah, 3) mendapat respon yang positif dari siswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kata-kata kunci: kompetensi, problem base learning, media flowchart I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pelaksanaanya pembelajaran praktek mengatasi masalah pada power suply tegangan rendah yang umum dilakukan guru adalah diskusi informasi dan pendekatan praktek atau penugasan. Pendekatan diskusi informasi yang sering dilakukan guru adalah melalui komunikasi satu arah yang lebih banyak menerima informasi

Upload: chintya08122012

Post on 20-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

strategi belajar mengajar

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel SBM

jumat, 04 Desember 2009

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Peningkatan Kompetensi Mengatasi Masalah Power Suply Tegangan Rendah dengan Pendekatan Problem Based Learning melalui Media Flowchartbagi Siswa Kelas XII Audio Video SMK Muhammadiyah KudusTahun Pelajaran 2008/2009.

Oleh: Supriyadi*)

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, wawancara, jurnal siswa, catatan guru dan tes hasil belajar, kemudian dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan problem base learning melalui media flowchart: 1)meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 2) meningkatkan kompetensi siswa balam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah, 3) mendapat respon yang positif dari siswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Kata-kata kunci: kompetensi, problem base learning, media flowchart

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahPada pelaksanaanya pembelajaran praktek mengatasi masalah pada power suply tegangan rendah yang umum dilakukan guru adalah diskusi informasi dan pendekatan praktek atau penugasan. Pendekatan diskusi informasi yang sering dilakukan guru adalah melalui komunikasi satu arah yang lebih banyak menerima informasi dari guru dari pada berusaha sendiri. Dengan demikian peran siswa dalam pembelajaran kurang aktif dan kurang mendapatkan pengalaman yang bermakna dan timbul beberapa masalah bahwa tidak semua siswa yang mengikuti pembelajaran menguasai kompetensi yang diajarkan. Pada kenyataannya kegiatan praktek atau penugasan tersebut hanya mampu memberikan data-data yang sangat terbatas. Hal ini terjadi karena: (1) siswa pada umumnya mengalami kesulitan membaca simbol-simbol komponen pada skema televisi, (2) Kurangnya pengalaman belajar siswa dalam kegiatan praktek mereparasi televisi, (3) Kurangnya dukungan dari orang tua, 4) Rendahnya motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan mengimplementasikan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya KBM yang kondusif dan bermakna. Sebagai alternatif pendekatan pembelajaran tersebut adalah dengan pendekatan problem-base learning melalui media flowchart. Pendekatan ini didesain dengan menkonfrontasikan siswa dengan masalah-masalah faktual yang memadukan teori dan praktek serta lebih terfokus pada perolehan dari pada hasil. Dalam pembelajaran ini, siswa dikelompok menjadi 3-4 orang yang dibagi secara acak. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk mengatasi masalah sesuai dengan gejala kerusakan/gangguan pada power suply. Kemudian

Page 2: Artikel SBM

masing-masing kelompok diberikan tugas untuk mengumpulkan fakta dan menemukan masalah kerusakan/gangguan, mengalokasi masalah kerusakan, menganalisa masalah kerusakan, dan melaksanakan pemecahan masalah serta menguji coba hasil penyelesaian masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Polya (1981) dalam I Wayan Santyasa (2008: 8), bahwa pembelajaran problem base learning dijalankan dengan empat langkah yaitu: (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana pemecahan, (3) menjalankan rencana pemecahan, (4) menguji kembali penyelesaian yang diperoleh. Hal tersebut diperkuat oleh Dwiyogo (2000) mengemukakan bahwa proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh pembelajar mencakup tahap-tahap memahami masalah, merepresentasi masalah, menentukan model, melakukan kalkulasi, dan meyimpulkan masalah. Adapun media flowchart merupakan media yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar menjadi lebih kongkrit dan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti bagi siswa. Karena dengan media flowchart digambarkan dengan alur suatu proses secara berurutan untuk menganalisis dan mengidentifikasi masalah serta ruang lingkup aktivitas suatu pekerjaan perbaikan, sehingga lebih praktis dan cepat dalam menemukan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat M Basyiruddin Usman (2002: 11) bahwa media flowchart merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan yang dapat mendorong terjadinya proses belajar.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara eksplisif terdapat dua permasalahan dalam penelitian ini, yaitu 1. Apakah terjadi peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah dengan pendekatan problem based learning melalui media flowchart bagi siswa kelas XII Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus?, 2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas dan respon siswa dalam pembelajaran mengatasi masalah pada power suply tegangan rendah dengan pendekatan problem based learning melalui media flowchart bagi siswa kelas XII Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus ?

C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kompetensi siswa dan respon siswa dalam pembelajaran mengatasi mengatasi masalah pada power suply tegangan rendah dengan pendekatan problem based learning melalui media flowchart bagi siswa kelas XII Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi siswaa. Dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran guna menambah pengalaman belajar, b.Memperoleh pengalaman belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam menyelesaikan masalah.

2. Bagi guru a.Dapat dijadikan salah satu alternatif inovasi pembelajaran untuk memperbaiki dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas, b.Membantu guru secara terus menerus berusaha mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

Page 3: Artikel SBM

3. Bagi lembaga pendidikanManfaat penelitian ini diharapkan dapat mendorong sekolah untuk mengembangkan program pembelajaran inovatif dalam upaya pengembangan profesionalisme guru dan meningkatkan kualitas lulusan.

II.LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKANA. Landasan Teoritis1. Pengertian KompetensiKompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap.(Depdiknas, 2003:2). Hal ini sejalan denagn pendapat Supratman Zakir (2007), bahwa kompetensi meliputi pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai, sikap dan minat. Berdasarkan pengertian di atas dapatditemukan bahwa kompetensi meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, nilai dan minat yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Pengertian Pembelajaran Pengertian pembelajaran dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasar pemikiran di atas maka guru sebagai pendidik harus dapat mengelola kegiatan pembelajaran dengan memberikan peran yang aktif pada siswa selaku peserta didik.

3. Pengertian Motivasi BelajarMenurut Zaenal Aqib (2002: 50) motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Sedang pendapat Slavin (1994) yang dikutip Catharina Tri Ani (2006: 156), bahwa motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus. Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan motivasi adalah proses internal yang dapat mendorong dan mengaktifkan perilaku seseorang dalam menentukan arah untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

4. Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)Pembelajaran problem based learning (PBL), pada awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program akademik kependidikan oleh Stepein Gallager (1993). PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses dalam mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran (Ni Made Suci 2008: 8). Teori yang dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu 1) belajar adalah suatu proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process) 2) belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi social dan sifat kontektual dari

Page 4: Artikel SBM

pelajaran (Wim.H.Gisjelairs, 1996). Teori ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran terdapat proses konstruksi pengetahuan oleh pembelajar, terjadi interaksi social baik antar mahasiswa maupun dosen serta materi perkuliahan yang bersifat kontektual. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu 1) pembelajaran bersifat student centered, 2) pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, 3)guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, 4) masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan ketrampilan problem solving, 5) informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). Pengertian FlowchartMenurut Basyiruddin Usman (2002: 36) bahwa media flowchart merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan yang dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal tersebut diperkuat oleh Dexter A. Hansen (1985) dalam Kawentar (2006: 256), Flow chart adalah penyajian bentuk grafik dan semua pergerakan operasinya berurutan, menyajikan langkah suatu proses untuk menganalisis, mengidentifikasi masalah, dan ruang lingkup aktivitas dari suatu proses. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa flowchart adalah media pembelajaran yang berbentuk grafis yang digambarkan dengan alur suatu proses secara berurutan untuk menganalisis, mengidentifikasi masalah, dan ruang lingkup aktivitas suatu pekerjaan sebagai pemandu siswa. 5. Kerangka Berfikir TeoritisDari uraian di atas juga memberikan gambaran bahwa pendekatan problem base learning melalui media flowchart dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa. Siswa tidak lagi kesulitan didalam menemukan masalah kerusakan mengalokasi masalah kerusakan, menganalisa masalah kerusakan, dan melaksanakan pemecahan masalah, tetapi sebaliknya secara mudah siswa memperoleh gambaran riil dalam menentukan dan menemukan masalah secara cepat, tepat dan efisien waktu. Akibatnya siswa akan belajar dalam suasana nyaman penuh dengan suka cita dan interaktif. Dengan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan, menantang, memotivasi siswa lebih aktif dan kreatif serta reflektif, baik secara kelompok maupun secara individu dalam memecahkan masalah, sehingga rendahnya penguasaan kompetensi, rendahnya motivasi belajar siswa dan sikap kurang percaya diri yang sementara ini merupakan kendala dapat dicegah dan diatasi. Berdasarkan kerangka berpikir dan kenyataan hasil penelitian di atas, maka semakin memberikan keyakinan bahwa pendekatan problem base learning melalui media flowchart dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah di SMK Muhammadiyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009.

B. Hipotesis TindakanBerdasarkan kajian teoritis dan kerangka befikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut: “Pendekatan problem based learning melalui media flowchart, “dapat” meningkatan kompetensi siswa dan respon (tanggapan) siswa kelas XII Teknik Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus “berubah” ke arah yang positif “

III. METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Page 5: Artikel SBM

Penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Kudus pada tanggal 28 Maret 2009 siklus I dan tanggal 4 April 2009 siklus II.

B. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah kelas XII AV-1 SMK Muhammadiyah Kudus Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 37 siswa dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut memilki persentase ketuntasan belajar dan motivasi belajar rendah

C. Variable Penelitian.Variabel penelitian ini ada dua, yaitu peningkatan kompetensi mengatasi masalah power suply tegangan rendah sebagai variable terikat dan pendekatan problem base learning melalui media flowchart sebagai variable bebas.

D. Teknik Pengumpulan DataGuna mencapai data yang lengkap dan memadai, maka dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode nontes dan metode

a. Metode TesMetode tes dan hasil unjuk kerja siswa digunakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah kelas XII AV-1 pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009.

b. Metode NontesTeknik nontes dalam penelitian ini meliputi metode observasi, wawancara, jurnal siswa, catatan guru dan dokumentasi.

c. Teknik Analisis Data.Data tes dan non tes setelah terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif dan teknik analisis kualitatif dengan penjelasan sebagai berikut:1. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian unjuk kerja siswa (teori/ praktek), baik yang terdapat pada siklus I dan siklus II. 2. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara, jurnal siswa, catatan guru dan dokumentasi, kemudian data tersebut selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk mendiskripsikan keberhasilan penggunakan pendekatan problem base learning melalui media flowchart.

5.Indikator KinerjaIndividu atau siswa dinyatakan tuntas/kompeten, apabila hasil belajar siswa mencapai nilai ≥ 7,50; maka dinyatakan “tuntas/kompeten”. Sedangkan keberhasilan klasikal, apabila jumlah siswa yang mencapai nilai 7,50 ≥ 70 %, dinyatakan “berhasil”.

6. Prosedur PenelitianProsedur PTK ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus yaitu: (1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) melakukan pengamatan dan (4) merefleksikan hasil pengamatan (observasi).Adapun diskripsi pelaksanaan penelitian tindakan adalah sebagai berikut:SIKLUS I

Page 6: Artikel SBM

a. PerencanaanDalam perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I ini, peneliti melakukan serangkaian kegiatan, antara lain sebagai1. Menganalisis kondisi awal siswa pada kompetensi dasar sebelumnya. 2. Membuat RPP, membuat job sheet dan lembar laporan unjuk kerja siswa.3. Menyiapkan perangkat instrumen non tes dan tes. b. TindakanPelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada 28 Maret 2008 dan siklus II pada tanggal 4 April 2009 dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart. Adapun langkah-langkah yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:1. Menerangkan kerangka materi dan tujuan pembelajaran .2. Menjelaskan langkah kerja dengan media flowchart. 3. Membagi kelompok dengan anggota 3-4 orang.4. Membagikan skema TV, lembar job sheet dan lembar laporan hasil kerja.5. Menanyakan permasalahan/kesulitan dalam kegiatan praktek. 6. Melakukan penilaian unjuk kerja siswa. 7. Mengolah data tes dan non tes.

c. Observasi.Terhadap tindakan kelas pada siklus I, guru melakukan mengamatan atau observasi secara cermat, intensif dan berkelanjutan. Data-data yang diamati sebagai berikut1. Aktivitas dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan,2. Penilaian dari hasil pelaksanaan pembelajaran dan, kesan balikan yang terjadi atau diberikan oleh siswa melalui jurnal siswa.

d. Refleksi tindakanAkhirnya berdasarkan pada peren-canaan, tindakan yang dilakukan dan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti mengulas secara kritis terhadap perubahan-perubahan pada aktivitas pembelajaran siswa yang terjadi. Adapun aspek-aspek perubahan yang dianalisis, adalah aktivitas perilaku dan hasil belajar siswa, suasana pembelajaran di kelas , dan ketuntasan belajar siswa terhadap materi pembelajaran.

Siklus IIPada siklus II ini, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan langkah-langkah yang hampir sama dengan siklus I. Untuk lebih meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta respon siswa berubah yang positif, maka ada beberapa aspek yang diperbaiki, disempurnakan dan dipertajam.

E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYAHasil Tes pada Siklus I dan siklus IIHasil evaluasi pembelajaran tes dan unjuk kerja pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:Tabel 1. Hasil belajar siswa pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dengan pendekatan PBL melaui media flowchart

Page 7: Artikel SBM

Siklus ke Rata-2 Prosentase ∑ siswa mencapai nilai ≥7.5 Prosentase nilai ≥7.5Awal7,4 74 % 20 54 %I 7,6 76 % 24 64,9 %II 8,1 81 % 36 97,3 %

Hasil Nontes pada Siklus I dan siklus IITabel 2 : Hasil observasi pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

No Aspek Penilaian Siklus I Siklus IIRata-2 nilai % Rata-2 nilai %Rata-2 3.0 61 3.9 78Kategori Cukup Baik

Tabel 3 : Haisl jurnal siswa pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikut

No Aspek Penilaian Siklus I Siklus IIRata-2 nilai % Rata-2 nilai %Rata-2 3,4 61 4,2 84Kategori Baik Sangat baik

Tabel 4: Hasil wawancara pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikutNo Aspek Penilaian Siklus I Siklus IIRata-2 nilai % Rata-2 nilai %Rata-2 3.2 63 4.1 82Kategori Baik Sangat baik

Tabel 5: Catatan (jurnal) guru pada materi mengatasai masalah power suply tegangan rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Siklus I 1).Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah/masih lambat 2).Perilaku siswa dalam menanggapi/menyampaikan pertanyaan atau ide masih rendah dan masih didominasi peran guru.3)Respon siswa masih rendah dan masih banyak warna yang didominasi peran guru.4)Suasana pembelajaran berlangsung tertib dan menyenangkan, tetapi kemampuan memprediksi dalam menganalisa masalah kerusakan televisi masih rendah. 5)Media flowchart belum secara maximal dapat meningkatan kompetensi siswa

Siklus II1)Siswa lebih aktif, dan guru berperan sebagai fasilitator. 2)Siswa sudah berani menanggapi/menyampaikan pertanyaan atau ide dan guru berperan sebagai motivator 3)Respon siswa sangat antusias dan senang, guru berperan sebagai fasilitator.4)Suasana pembelajaran berlangsung lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan , guru berperan sebagai fasilitator. 5)Media flowchart telah dapat meningkatan kompetensi siswa

Page 8: Artikel SBM

F. PembahasanHasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan penulis melalui tindakan pada siklus I dan siklus II, baik berupa data yang diperoleh dari data hasil tes maupun nontes, setelah dilakukan analisis selanjutnya perlu pembahasan sebagai berikut.Berdasarkan analisis hasil tes teori(30%) dan hasil unjuk kerja praktek (70%) adalah sebagai berikut: (1) Nilai rata-rata hasil meningkat sebesar 2 % dari kondisi awal ke siklus I, dan 5 % dari siklus I ke siklus II (2) Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 7,5 kondisi awal 46% atau 17 siswa, siklus I 64,9% atau 24 siswa dan siklus II sebesar 97,3% atau 36 siswa. Dengan demikian terdapat peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 7,50 sebesar 18,9% dari kondisi awal ke siklus I dan 32,4 % dari siklus I ke siklus II, (3) Jumlah siswa pada kondisi awal yang nilainya kurang dari 7,49 sebanyak 20 siswa (54%), pada siklus I sebanyak 13 siswa (35,1%), dan pada siklus II jumlah siswa yang nilainya kurang dari 7,49 sebanyak 1 siswa (2,7%). Berdasarkan hasil observasi terhadap aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 17 %. Sedang aktivitas belajar siswa ada perubahan tingkah laku dari cukup berubah menjadi baik. Dengan demikian, aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melaui media flowchart dapat memberikan respon yang positip. Berdasarkan hasil jurnal siswa terdapat adanya peningkatan aktifitas siswa sebesar 23 %, sedang perubahan tingkah laku terjadi perubahan yaitu baik menjadi sangat baik. Dengan demikian, respon/tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melaui media flowchart dapat memberikan respon yang positip. Berdasarkan hasil wawancara terjadi perubahan aktivitas sebesar 19%, sedang perubahan tingkah laku terjadi perubahan yaitu baik menjadi sangat baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart memberikan respon ke arah yang lebih positif

Berdasarkan gambar-gambar di atas, menunjukan bahwa aktivitas pembelajaran berlangsung dalam suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran seperti keadaan tersebut adalah pembelajaran yang diharapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yaitu PAKEM: pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dari hasil catatan guru pada siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah/masih lambat, , (2) Perilaku siswa dalam menanggapi dan menyampaikan pertanyaan atau ide masih rendah, (3) respon siswa dalam pembelajaran masih rendah dan masih banyak warna yang didominasi peran guru, (4) Suasana pembelajaran berlangsung tertib dan menyenangkan, tetapi kemampuan memprediksi dalam menganalisa masalah kerusakan televisi masih rendah,. (5) Penerapan PBL melaui media flowchart belum menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan. Sedang hasil catatan guru/jurnal guru pada siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) Siswa lebih aktif, guru berperan sebagai fasilitator (2) Siswa belajar secara mandiri dan berdiskusi dalam kelompok dan guru berperan sebagai motivator. (3) Respon siswa sangat antusias dan senang (4) Suasana pembelajaran berlangsung lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta telah ada peningkatan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam memprediksi/menganalisa masalah kerusakan televisi. (5) Penerapan PBL melaui media flowchart telah menunjukkan peningkatan kompetensi/hasil belajar. Dengan kenyataan hasil yang dicapai dari penelitian bahwa lebih dari 70 % kelompok mencapai skor minimal 7.5, maka pembelajara dikatakan berkualitas. Hal ini sesuai dengan Mulyasa

Page 9: Artikel SBM

(2004:101) bahwa proses pembelajaran dikatakan berkualitas dapat pula dilihat dari segi hasil, yaitu sekurang kurangnya 70 % siswa tuntas belajar. Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan aktivitas dan kompetensi hasil belajar siswa mengatasi masalah power suply tegangan rendah ”dapat” dilakukan dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart.Hal ini sangat mungkin karena pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart memberikan kegiatan-kegiatan :1. pembelajaran lebih bermakma karena siswa mendapatkan pengalaman langsung yang bermanfaat bagi dirinya.2. pembelajaran lebih demokratis dengan menciptakan komunikasi terbuka sehingga siswa dapat saling berdiskusi dan bertukar pengalaman dalam kelompoknya.3. Pembelajaran dilakukan dengan penyajian baru (Novelty), yaitu dengan menampilkan media flowchart, sehingga siswa tidak merasa bosan dan lebih menyenangkan.4. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan latihan/praktek yang aktif dan bermanfaat, sehingga membimbing siswa untuk dapat melakukan pemecahan masalah yang sebenarnya.5. Pembelajaran dilakukan dengan mewujudkan suasanan belajar menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan memiliki minat yang tinggi untuk meraih hasil belajar yang maksimal.

IV. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kondisi pelaksanaan tindakan maka dapat diformulasikan beberapa simpulan sebagai berikut.Pertama, pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart dapat meningkatkan aktivitas belajar sebesar 17 % dan peningkatan hasil belajar sebesar 32,4 %.Kedua, pembelajaran dengan pendekatan problem base learning melalui media flowchart mendapat respon (tanggapan) yang positif dari siswa. SaranBerdasarkan hasil yang dicapai dari penelitian ini, maka pembelajaran mengatasi masalah power suply tegangan rendah sebaiknya dilakukan secara dinamis dengan pendekaatan problem base learning (PBL) melaui media flowchart, sehingga menumbuhkan aktivitas belajar yang tinggi. Demikian pula agar pembelajaran berlangsung secara interaktif dan mandiri pada siswa.

DAFTAR PUSTAKAAni Catharina Tri, Ahmad Rifa’I, Edi Purwanto, Daniel Purnomo, 2006, Psikologi Belajar, Semarang, Unnes Press

Aqib Zaenal, 2002, Profesional Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendikia

Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004, Kurikulum SMK Edisi 2004, Bidang Keahlian Teknik Elektronika, Program Keahlian Teknik Audio Video. Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas, 2003, Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Elektronika Maintenance & Repair (M&R) , Departemen Pendidikan Nasional.

Kawentar, 2006, Penerapan Pembelajaran Elaborasi untuk Meningkatkan Ketrampilan dalam Membuat Flowchart, PTK, Tidak diterbitkan

Page 10: Artikel SBM

Made Suci Ni. 2008, Penerapan Model Problem Base Learning untuk Meningkatan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntasi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha, www.freewebs.com diunduh 16 April 2009

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Permendiknas No. 41, 2007, Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, BSNP

Santyasa I Wayan, 2008, Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif, www.freeweb.com diunduh 30 Marte 2009

Warmada I Wayan, 2004, Problem-Based Learning (PBL) berbasis Teknologi Informasi (ICT), www.indomedia.com diunduh 30 Mar 2009

Zakir Supratman, 2006, Strategi Pengembangan Komptensi Siswa dengan Manajemen Berbasis Sekolah, http//: fortip.org, diunduh 16 April 2009

http://priyadi64.blogspot.com/2009/12/artikel-peneliian.html

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

A. Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

Pembelajaran langsung

Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan  landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat infrensi dari data, dan mengenal ketidakobjektifan dari presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan.

Salah satu perbedaan yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu atau pemula dengan pakar ialah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa difikirkan lagi, walau dalam situasi baru dan penuh tekanan atau beban.

Page 11: Artikel SBM

Pembahasan materi tentang metode pengajaran langsung menfokuskan pada pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini desebut Model Pengajaran Langsung  (MPL). Istilah lain yang juga dipergunakan ialah Pengajaran Aktif (Good & Grows,  1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine &Stevens, 1986). Meskipun tidak sinonim, kuliah/ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan model pengajaran langsung itu.

1. Istilah dan Pengertian

Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan  prosedural yang terstruktur dengan baik  yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Seperti telah disinggung pada pemaparan terdahulu bahwa Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instructions.

Adapun gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran Pengajaran Langsung (dalam Kardi & Nur, 200: 3) adalah sebagai berikut:

1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan

pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Membahas masalah belajar, para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marx & Winne, 1994, dalam Kardi & Nur, 2000: 4).

Pengetahuan Deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tetang sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan lembaga tertinggi, dan anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara pemeilihan dan penetapan anggota MPR.

Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural  dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

2. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Page 12: Artikel SBM

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Fase Peran GuruFase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan

penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari.

Tabel 1. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran langsung

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik

Page 13: Artikel SBM

terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

3. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan model pengajaran langsung

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan  atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000: 8).

Menurut Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

4. Penelitian tentang Keefektifan Guru

Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan  berbagai komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang palin jelas terhadap model pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Penelitian Stalling dan Kazkowitz (dalam Trianto, 2007: 32) menunjukkan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas (Time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah di antara program-program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Prilaku guru-guru dalam 166 kelas yang diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat diungkap pada penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan yang menggunakan metode pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.

Beberapa hasil penelitian tahun 1970-an, misalnya yang dilakukan oleh Stalling dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (Time task ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17).

B. Pelaksanaan Pengajaran Langsung

Page 14: Artikel SBM

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut:

1. Tugas-tugas perencanaan

Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.

Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah: (1)  merumuskan tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan analisis tugas, dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta  dalam pelajaran itu.

2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.

3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.

4. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.

5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”

6. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.

Page 15: Artikel SBM

7. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

8. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.

Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.

Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan

yang dipelajari Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus

dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan Mempersiapkan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan

keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

Mengecek pemahaman dan Memberiakan Umpan Balik.

Tahap ini kadang-kadang juga disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberi respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini meruapakan aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran.

Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan resitasi misalnya umpan balik secara lisan, umpan balik tertulis dan umpan balik komentar tertulis.

Memberikan kesempatan latihan mandiri

Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan secara pribadi di rumah atau di luar jam pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:

Tugas yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;

Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah

Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Artikel SBM

Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.

Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA UNM.

Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem basedinstruc.htm

Ibrahim, Muslimin.  Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang. 

Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Trianto, S.Pd.M.Pd.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.