artikel-perkembangan ambient media di indonesia

12
PERKEMBANGAN AMBIENT MEDIA DI INDONESIA Rahina Nugrahani * Abstrak Kegiatan periklanan ditujukan untuk mendapatkan respon atau reaksi dari audiens. Pada beberapa kasus, kegiatan periklanan digunakan sebagai sarana untuk menghidupkan brand awareness (kesadaran terhadap merk) sebagai bagian dari upaya untuk membangun citra positif produk yang ditawarkan. Sebagai elemen yang memegang peran utama dalam kegiatan pemasaran, perusahaan harus mampu menentukan strategi media yang paling efektif dan sesuai dengan karakter perusahaan. Ada paradigma bahwa media massa merupakan media yang paling efektif untuk mengiklankan produk. Dibandingkan media yang lain, televisi adalah salah satu media periklanan yang paling populer karena memiliki kompetensi untuk menggabungkan unsur audio visual dan jangkauannya yang luas. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa mempromosikan produk melalui televisi tidak mengurangi antusiasme pemasar untuk beriklan di media tersebut. Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa setiap harinya audiens diserbu tidak kurang dari 8.000 iklan televisi per hari. Berdasarkan hal tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa iklan televisi sudah kehilangan efektivitasnya untuk mempengaruhi keputusan produk dalam membeli produk. Menurunnya keefektifan media konvensional menginspirasi biro-biro iklan dan pemasar untuk menggunakan media periklanan yang lain. Media lini bawah (below the line media) yang tidak terlalu populer sebelumnya, mulai dipertimbangkan sebagai salah satu media alternatif seiring dengan tuntutan untuk menciptakan media yang lebih efektif danl ebih kreatif. Salah satu media media nonkonvensional yang mulai populer akhir-akhir ini adalah ambient media, media yang tujuan utamanya adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan kepada audiens melalui sesuatu yang berbeda, di luar standar, dan pada umumnya media ini terintegrasi dengan lingkungan. Kata Kunci : iklan, media, ambient Pendahuluan Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang paling dikenal karena fungsinya sebagai instrumen pemasaran dengan daya jangkau yang sangat luas bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Sifat dan tujuan iklan cukup beragam, sesuai dengan produsen dan target marketnya. Namun pada umumnya, suatu perusahaan beriklan untuk mendapatkan respons atau reaksi secara langsung maupun tidak langsung dari audiens. Dalam hal tertentu, iklan juga bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran audiens terhadap brand/merk serta sebagai sebuah upaya untuk membentuk suatu citra positif bagi barang atau jasa yang dihasilkannya. Belanja iklan di Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar + 23 triliun rupiah. Televisi mendapatkan perolehan nilai belanja sebesar 70% dengan estimasi biaya sebesar 16 triliun rupiah, * Penulis adalah seorang dosen Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang

Upload: andang-prasetya-adiwibawa-bernardus

Post on 31-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikel tentang perkembangan AMBIENT MEDIA

TRANSCRIPT

  • PERKEMBANGAN AMBIENT MEDIA DI INDONESIA

    Rahina Nugrahani *

    Abstrak

    Kegiatan periklanan ditujukan untuk mendapatkan respon atau reaksi dari audiens. Pada beberapa kasus, kegiatan periklanan digunakan sebagai sarana untuk menghidupkan brand awareness (kesadaran terhadap merk) sebagai bagian dari upaya untuk membangun citra positif produk yang ditawarkan. Sebagai elemen yang memegang peran utama dalam kegiatan pemasaran, perusahaan harus mampu menentukan strategi media yang paling efektif dan sesuai dengan karakter perusahaan. Ada paradigma bahwa media massa merupakan media yang paling efektif untuk mengiklankan produk. Dibandingkan media yang lain, televisi adalah salah satu media periklanan yang paling populer karena memiliki kompetensi untuk menggabungkan unsur audio visual dan jangkauannya yang luas. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa mempromosikan produk melalui televisi tidak mengurangi antusiasme pemasar untuk beriklan di media tersebut. Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa setiap harinya audiens diserbu tidak kurang dari 8.000 iklan televisi per hari. Berdasarkan hal tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa iklan televisi sudah kehilangan efektivitasnya untuk mempengaruhi keputusan produk dalam membeli produk. Menurunnya keefektifan media konvensional menginspirasi biro-biro iklan dan pemasar untuk menggunakan media periklanan yang lain. Media lini bawah (below the line media) yang tidak terlalu populer sebelumnya, mulai dipertimbangkan sebagai salah satu media alternatif seiring dengan tuntutan untuk menciptakan media yang lebih efektif danl ebih kreatif. Salah satu media media nonkonvensional yang mulai populer akhir-akhir ini adalah ambient media, media yang tujuan utamanya adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan kepada audiens melalui sesuatu yang berbeda, di luar standar, dan pada umumnya media ini terintegrasi dengan lingkungan.

    Kata Kunci : iklan, media, ambient

    Pendahuluan

    Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang paling dikenal karena fungsinya sebagai

    instrumen pemasaran dengan daya jangkau yang sangat luas bagi perusahaan yang memproduksi barang

    atau jasa. Sifat dan tujuan iklan cukup beragam, sesuai dengan produsen dan target marketnya. Namun

    pada umumnya, suatu perusahaan beriklan untuk mendapatkan respons atau reaksi secara langsung

    maupun tidak langsung dari audiens. Dalam hal tertentu, iklan juga bertujuan untuk lebih mengembangkan

    kesadaran audiens terhadap brand/merk serta sebagai sebuah upaya untuk membentuk suatu citra positif

    bagi barang atau jasa yang dihasilkannya.

    Belanja iklan di Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar + 23 triliun rupiah. Televisi

    mendapatkan perolehan nilai belanja sebesar 70% dengan estimasi biaya sebesar 16 triliun rupiah,

    *

    Penulis adalah seorang dosen Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang

  • sedangkan 30% lainnya diperoleh media cetak (surat kabar, majalah dan tabloid) dengan persentase yang

    hampir merata satu sama lain (Nielsen Media Research, dikutip Tempo Interaktif Desember 2005). Kegiatan

    beriklan melalui media masa dianggap efektif karena mampu menjangkau audiens dalam jangkauan yang

    luas, serta dapat menciptakan citra merk di benak audiens. Tertanamlah sebuah paradigma bahwa

    pemasang iklan harus sedapat mungkin memanfaatkan iklan di media masa untuk bisa mencapai

    positioning tertentu di mata konsumen.

    Media masa baik elektronik maupun cetak lazim disebut media konvensional. Oleh karena itu iklan

    yang menggunakan media masa juga disebut iklan konvensional. Salah satu media konvensional yang

    paling populer di kalangan masyarakat adalah televisi. Hal ini disebabkan oleh karakternya yang spesifik

    yaitu kemampuan untuk menggabungkan faktor audio dan visual. Selain itu televisi juga mampu mengatasi

    jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil sekalipun dapat menikmati siaran.

    Karena karakteristik tersebut, televisi masih menjadi alternatif pertama pemilihan media yang berkaitan

    dengan kegiatan pemasaran dan periklanan. Iklan televisi dinilai sebagai media konvensional yang paling

    efektif dan mencapai target audiens yang paling luas. Berdasarkan sumber yang diambil dari Roy Morgan

    Indonesia, televisi menjadi sarana iklan yang paling banyak dilihat dan mendapatkan perhatian dari

    responden. Jumlahnya mencapai 97,49%. Sedangkan radio sebagai kompetitor televisi hanya meraih

    35,8%.

    Walaupun televisi diakui sebagai salah satu media beriklan yang paling efektif, namun televisi juga

    merupakan media yang paling mahal untuk beriklan. Biaya penayangan iklan di televisi dihitung per detik,

    selain itu biaya yang dihabiskan untuk memproduksi sebuah iklan yang berkualitas juga menelan biaya

    yang sangat banyak. Di Indonesia, untuk memproduksi iklan dengan durasi kurang dari satu menit bisa

    menelan biaya ratusan juta rupiah, bahkan lebih. Sedangkan tarif rata-rata penayangan iklan televisi per 30

    detik bisa mencapai 20 juta pada saat prime time (19.00-21.00). Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa

    perusahaan yang mampu beriklan di televisi adalah perusahaan-perusahaan dengan omset besar.

    Perusahaan kecil-menengah dengan anggaran terbatas akan sulit untuk beriklan di televisi (Morissan

    2007). Meskipun demikian, mahalnya biaya beriklan di televisi tidak mengurangi minat para produsen untuk

    memilih televisi sebagai salah satu media untuk mempromosikan barang atau jasa yang dihasilkannya.

    Banyaknya pemasang iklan yang ingin muncul di TV menjadikan adanya kemungkinan jenuhnya

    audiens terhadap iklan televisi. Pengkajian kepemirsaan Nielsen Media Research di Indonesia mencatat

    bahwa, iklan TV yang menggempur audiens sudah mencapai 7 ribu iklan per hari atau 250 ribu per bulan.

    Hal itu menandakan bahwa setiap harinya audiens dijejali lebih dari 8 ribu iklan dalam sehari. Bisa

    dibayangkan reaksi yang paling mungkin muncul di kalangan konsumen saat iklan ditayangkan adalah

    zapping atau mengganti chanel. Banyak pakar yang akhirnya menyampaikan bahwa tingginya jumlah iklan

  • yang menggempur audiens menjadikan iklan televisi, sebagai salah satu media beriklan dengan

    pendekatan konvensional, telah mencapai titik yang semrawut.

    Bagaimana pun pemasar harus selalu mempertimbangkan media apa yang paling tepat untuk

    mempromosikan suatu produk. Kesemrawutan media konvensional mengilhami biro iklan dan pemasar

    untuk mencari sarana lain sebagai media beriklan. Below the line media (media nonkonvensional) yang

    jarang dilirik oleh pemasar mulai dikembangkan seiring dengan adanya tuntutan untuk lebih kreatif dan lebih

    jitu dalam beriklan. Salah satu bentuk kegiatan below the line media yang menjadi terobosan baru adalah

    ambient media, sebuah media informasi di lingkungan sekitar kita dalam bentuk yang sama sekali berbeda,

    di mana sebuah brand/merk dapat bersentuhan langsung dan memberikan pengalaman yang tidak

    terlupakan (memorable experience) kepada audiens.

    Periklanan sebagai Suatu Proses Kreatif

    Periklanan adalah sebuah bisnis yang besar. Ralph S. Alexander (dalam Morisan 2007:14)

    mendefinisikan iklan atau advertising sebagai any paid form of non personal communication about an

    organization, product, service, or idea by an identified sponsor (setiap bentuk komunikasi nonpersonal

    mengenai suatu produk, layanan atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang dikenali). Secara umum,

    periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi

    perusahaan bisnis dan organisasi lainnya. Adapun beberapa fungsi periklanan menurut Shimp (2003:357)

    ialah (1) informing, (2) persuading, (3) reminding, (4) addiing value, dan (5) assisting. Secara singkat dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

    Dalam fungsi informing periklanan membuat konsumen sadar akan keberadaan merk-merk baru,

    menginformasikan mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk, serta memfasilitasi penciptaan citra

    merk yang positif. Singkatnya fungsi periklanan sebagai sumber informasi bertujuan untuk meningkatkan

    TOMA top of mind awareness (puncak kesadaran dalam benak konsumen). Fungsi persuading dalam

    iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk atau jasa yang

    diiklankan. Fungsi reminding dalam iklan menjaga agar merk perusahaan tetap segar dalam ingatan para

    konsumen. Pada fungsi adding value, periklanan memberi nilai tambah merk dengan mempengaruhi

    persepsi konsumen. Mempengaruhi persepsi konsumen merupakan nilai tambah bagi penawaran-

    penawaran yang dilakukan oleh produsen, sedangkan fungsi assisting mendampingi upaya-upaya lain dari

    perusahaan. Periklanan hanyalah salah satu alat dari bauran komunikasi pemasaran. Periklanan dapat

    membantu perwakilan penjualan, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnnya, juga bisa

    meningkatkan efektivitas transaksi harga. Peran utama periklanan adalah pendamping yang memfasilitasi

    upaya-upaya perusahaan dalam komunikasi pemasaran.

    Sebagai upaya untuk bisa memenuhi kelima fungsi tersebut di atas, dalam membuat iklan perlu

    dipertimbangkan strategi media. Tom Duncan (dalam Morissan 2007:168) mendefinisikan strategi media

  • sebagai ideas about how media objectives will be accomplished through the selection of various

    combination media (ide mengenai bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai

    kombinasi media). Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan, (Shimp

    2004:7). Strategi tersebut ialah pertama, memilih audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasi

    audiens secara tepat dapat menyebabkan hilangnya konsumen yang prospektif. Untuk dapat menetapkan

    segmentasi yang tepat, dalam memilih audiens sasaran terdapat empat faktor utama yang harus dianalisis

    secara jeli, yakni: (a) faktor geografis, (b) demografis, (c) pemakaian produk, dan (d) psikografis atau

    perilaku dan gaya hidup konsumen.

    Strategi kedua, membuat spesifikasi tujuan media. Tujuan media harus dirumuskan secara khusus.

    Para perencana media setidaknya harus mencari jawaban untuk kelima pertanyaan berikut: (a) berapa

    jumlah audiens yang harus menyimak pesan periklanan selama masa tertentu (isu jangkauan); (b)

    seberapa seringkah audiens harus dihadapkan pada periklanan (isu frekuensi); (c) seberapa banyakkah

    periklanan total yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu (isu bobot); (d) bagaimana anggaran

    periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu (isu kontinuitas); dan (e) cara apa yang paling murah untuk

    mencapai tujuan lainnya (isu biaya).

    Strategi ketiga ialah memilih kategori media dan sarana. Setiap media memiliki kekuatan dan

    kelemahannya masing-masing. Setiap pemasar harus jeli memilih media yang sesuai dengan target

    audiens yang akan dibidik. Sementara strategi keempat, membeli media. Suatu strategi media yang baik

    harus menyatakan bagaimana media dapat membantu menciptakan pengalaman merk (brand experience)

    bagi konsumen dan calon konsumen. Sifat dan tujuan iklan berbeda antara satu perusahaan dan

    perusahaan lainnya.

    Kreativitas dan iklan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Periklanan adalah hasil dari sebuah

    proses kreatif yang melibatkan banyak orang kreatif. Mereka yang terlibat dalam produksi iklan umumnya

    disebut sebagai tim kreatif atau orang kreatif. Meski demikian, kreativitas dalam periklanan bukanlah suatu

    hal yang instan, melainkan sebuah proses. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam sebuah

    proses kreatif. Young (1975) merumuskan lima langkah dalam proses kreatif iklan, yakni:

    Pertama, keterlibatan diri (immersion); yaitu upaya untuk melibatkan diri ke dalam masalah yang ada

    dengan cara melakukan riset atau mengumpulkan bahan mentah dan segala informasi yang diperlukan.

    Riset ini disebut dengan background research dan kemudian diikuti dengan tahap mencerna (digestion)

    masalah tersebut sebagai upaya untuk memikirkan dan memecahkan masalah. Kedua, proses inkubasi

    (incubation) yang didefinisikan sebagai putting the problem out of your concious mind and turning the

    information over the subconcious to do the work (meletakkan masalah di luar pikiran sadar dan mengubah

    informasi ke dalam pikiran bawah sadar untuk melakukan pekerjaan). Ketiga, iluminasi, yakni upaya

  • memunculkan ide atau gagasan; dan keempat verifikasi, ialah kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk

    menentukan apakah ide atau gagasan itu sudah sesuai dan mampu menyelesaikan masalah.

    Keempat langkah tersebut tidak menjadi langkah mutlak yang harus dilalui oleh tim kreatif dalam

    membuat sebuah iklan karena proses kreatif merupakan hal yang sangat unik pada setiap individu. Namun

    langkah tersebut menawarkan suatu cara yang sistematis dan terorganisir dalam mengatasi masalah yang

    ada. Pemasang iklan dan perusahaan iklan memulai langkah pertama dalam pekerjaan kreatif dengan

    mengembangkan pemahaman yang menyeluruh mengenai barang dan jasa yang akan dipromosikan,

    memahami target konsumen dan menyadari tingkat persaingan yang ada.

    Saat ini perusahaan besar berskala nasional membelanjakan ratusan juta rupiah untuk memproduksi

    iklan dan ratusan juta rupiah lagi untuk menempatkan hasil produksi iklan di berbagai lini media. Mereka

    menyadari bahwa iklan yang kreatif dan mampu menarik perhatian audiens merupakan salah satu faktor

    terpenting bagi keberhasilan pemasaran. Strategi dan eksekusi ide kreatif yang jeli menjadi hal terpenting

    untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu strategi pemasaran.

    Kita seringkali mengamati iklan yang menggempur kita setiap hari, baik iklan yang ditayangkan

    melalui media elektronik maupun media cetak. Beberapa di antara iklan tersebut banyak yang berhasil

    menyita perhatian audiens dan membuatnya teringat pada produk yang dipromosikan, namun tidak sedikit

    iklan yang gagal menarik perhatian dan berlalu begitu saja di ingatan audiens tanpa berhasil membangun

    kesan apapun mengenai produk yang diiklankan. Menciptakan sebuah iklan yang kreatif sekaligus iklan

    yang efektif memang bukan hal yang mudah. Harus ada keseimbangan di antara keduanya, sehingga iklan

    bisa menarik perhatian audiens sekaligus memunculkan citra produk atau jasa yang diiklankan dalam benak

    konsumen.

    Terdapat beberapa pakar periklanan yang menyebutkan bahwa iklan yang kreatif adalah iklan yang

    mampu meningkatkan penjualan produk. Pendapat lain mengatakan iklan yang kreatif adalah iklan yang

    berasal dari ide orisinal, memenuhi aspek estetik sekaligus artistik, dan dapat membuktikan

    ketangguhannya dalam ajang perlombaan kreatif bergengsi. Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa

    iklan kreatif adalah iklan yang mampu menarik perhatian dan mampu memberikan efek kepada audiens.

    Akan tetapi, salah satu nilai mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah iklan adalah daya tarik. Daya tarik iklan

    dapat dipahami sebagai something that moves people, speaks to their wants or needs, and excites their

    interest (sesuatu yang menggerakkan orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan mereka, dan

    membangkitkan ketertarikan mereka) (Moriaty 1991:76).

    Secara umum daya tarik yang dapat digunakan dalam menciptakan sebuah iklan dapat dikategorikan

    menjadi (1) daya tarik informatif/rasional, dan (2) daya tarik emosional. Daya tarik informatif atau rasional

    menekankan pada fakta, pembelajaran, dan logika yang disampaikan suatu iklan. Daya tarik iklan informatif

    meyakinkan konsumen bahwa produk mereka memilki manfaat tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan

  • konsumen. Daya tarik emosional berhubungan dengan kebutuhan sosial dan psikologis konsumen dalam

    pembelian suatu produk. Tidak sedikit motif pembelian konsumen bersifat emosional, karena perasaan

    mereka terhadap suatu merk jauh lebih penting dibandingkan pengetahuan mereka terhadap merk.

    Dalam mencapai hasil yang maksimal, tidak menutup kemungkinan bagi tim kreatif untuk

    menggabungkan dua daya tarik tersebut dalam menciptakan sebuah iklan kreatif. Hal itu disebabkan oleh

    keputusan pembeli oleh konsumen seringkali didasari oleh dua motif, yaitu motif emosional dan motif

    rasional. Tujuan utama pemasar dalam menciptakan kreativitas iklan adalah mengembangkan hubungan

    emosional yang paling kuat antara merk produknya dengan konsumen. Meski demikian, tidak semua iklan

    dapat digolongkan sebagai iklan dengan daya tarik rasional dan emosional saja. Beberapa iklan disebut

    sebagai iklan pengingat (reminder advertising) yang memiliki tujuan untuk membangun kesadaran terhadap

    suatu merk produk. Pemasar juga sesekali meluncurkan iklan misteri (mystery advertising) atau iklan

    penggoda (teaser advertising) untuk meluncurkan suatu produk baru. Iklan-iklan tersebut membangun rasa

    ingin tahu di benak konsumen, memungkinkan adanya suatu pembicaraan dan pembahasan di antara

    audiens meskipun identitas produk tersebut tidak diketahui oleh mereka. Dalam menciptakan iklan misteri

    atau iklan penggoda, pemasar tetap dituntut untuk bisa fokus dalam menjaga keefektifan iklan yang dibuat,

    sehingga tujuan dalam membuat iklan tersebut dapat tercapai.

    Terobosan Kreatif Beriklan dalam Ambient Media

    Ambient media merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk

    membangkitkan feeling dan mood konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi dengan

    produk atau layanan yang ditawarkan oleh produsen. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah

    memberikan memorable experience kepada konsumen. Dalam perkembangannya ambient media menjadi

    sebuah kegiatan below the line yang terintegrasi dengan media. Ambient media juga bisa disebut sebagai

    media lingkungan (Lwin dan Aitchison 2002).

    Gb.1 Salah satu contoh ambient media di Amerika. Sebuah halte bus didesain sedemikian rupa sehingga menyerupai salah satu ruangan yang nyaman (sebelah kiri) dan halte bus yang menyerupai meja pemesanan Mc.Donalds (sebelah kanan)

    (sumber : http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006)

  • Ambient media sebenarnya bukanlah satu strategi baru yang tumbuh belakangan ini. Hendroyono

    (2007) menyebutkan bahwa pada tahun 1972 Alfred Hitchock telah memulai sebuah terobosan baru

    kegiatan berpromosi dengan cara membuat dummy (replika) dirinya sendiri yang kemudian ditenggelamkan

    di sungai Thames. Tujuan Hitchock melakukan hal itu supaya semua orang membicarakan film barunya

    FRENZY. Persis seperti yang dia harapkan, kejadian tersebut berhasil membuat semua warga London

    membicarakannya. Kejadian tersebut banyak diliput oleh berbagai media, bahkan ada beberapa yang

    memfilmkannya. Sebuah upaya nonkonvensional yang cerdas, yang dilakukan oleh orang yang cukup

    visioner di tahun 1972- ketika media belum semrawut seperti sekarang ini.

    Ambient media memiliki kecenderungan untuk opportunistic, dalam arti bentuknya memanfaatkan

    lingkungan yang ada dan seringkali atribut yang ada di lingkungan tersebut menjadi bagian dari pesan itu

    sendiri. Kekuatan utama ambient media adalah memberikan surprising effect (efek yang mengejutkan)

    kepada konsumen. Ambient media merupakan salah satu strategi media dengan menggunakan pendekatan

    yang unik dan nyeleneh. Pada tahun 2002, Ambient media mulai muncul di jargon media Inggris dan saat

    ini telah menjadi salah satu teknik beriklan seperti halnya media periklanan komersial yang lain.

    Gb. 2 Ambient media tampil nyeleneh, memberikan surprising effect dengan memanfaatkan lingkungan secara maksimal agar menjadi bagian dari pesan yang disampaikan. (sumber : http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006)

    Ada beberapa faktor pendukung pesatnya pertumbuhan ambient media sebagai salah satu strategi

    beriklan, antara lain:

    - Menurunnya kekuatan media konvensional (seperti spanduk, banner, billboard dan lain-lain)

    - Semakin semrawutnya jumlah iklan televisi yang menggempur konsumen setiap hari

    - Adanya tuntutan permintaan yang semakin tinggi terhadap media komunikasi nonkonvensional, media yang

    tidak biasa (out of standard) dan menarik

    - Kebutuhan untuk menjaring target audience yang lebih signifikan bagi produk

    - Perkembangan teknologi, multimedia, internet dan sebagainya

  • Ambient media memiliki salah satu sifat yang unik, yaitu sifat hidden (tersembunyi) bagi pesan yang

    disampaikan. Seperti apa yang dilakukan oleh Hitchcock di tahun 1972, audiens dibujuk untuk bertanya-tanya

    mengenai pesan apa yang tersembunyi di balik kejadian mengapungnya dummy pakar film suspense itu di

    sungai Thames. Sama halnya seperti sebuah iklan layanan masyarakat yang menggeletakkan boneka patung

    manusia di tengah jalan dengan kondisi kepala pecah dan cairan yang keluar dari kepala direpresentasikan

    dengan isi telur (lihat gambar 3). Ambient media tersebut tidak menampilkan pesan verbal dan mungkin terlihat

    vulgar, namun bisa dipastikan audiens yang melihat ambient tersebut akan lebih berhati-hati ketika

    mengemudi. Sifat yang nyeleneh, unik dan out of standard juga membujuk media lain untuk tidak segan meliput

    momen tersebut, sehingga ambient media seringkali menciptakan sebuah pembahasan dan menjadi topik

    pembicaraan di tengah masyarakat. Ambient media sangat sulit untuk dihindari, sehingga target audience

    seringkali tidak menyadari bahwa pesan yang ingin disampaikan sudah diserap terlebih dahulu. Ambient media

    memiliki kekuatan untuk memaksa alam bawah sadar audiens untuk tidak bisa menolak pesannya.

    Gb.3 Ambient media sebuah Iklan Layanan Masyarakat yang mengusung tema Safety Riding, vulgar tapi mengena (sumber: http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ tahun 2006)

    Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, keberadaan ambient media sudah mengisi berbagai sudut di

    ruang kota. Di Jakarta, tampak berbagai bentuk iklan dalam tampilan unik yang mencoba menarik perhatian

    masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa ambient media sudah menjadi salah satu media yang banyak dilirik

    oleh pemasar, meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara lain jumlah ambient media di Indonesia bisa

    dikatakan masih terbatas. Jika pemasar sudah mulai melirik dan tertantang untuk menciptakan media

    nonkonvensional, langkah berikutnya yang tidak mudah adalah meyakinkan klien (dalam hal ini produsen)

    bahwa ambient media juga memiliki jangkauan yang sama maksimal dengan media konvensional. Paradigma

    bahwa televisi merupakan media yang paling efektif dalam beriklan masih tertanam kuat di benak klien,

  • sehingga mereka enggan untuk beralih menggunakan terobosan media yang lain. Aristanto (2007) menyatakan

    bahwa ambient media jika dibandingkan dengan iklan televisi, justru memiliki stopping power yang cukup tinggi

    disebabkan oleh sifatnya; unzappable (tidak dapat diganti chanelnya-seperti chanel dalam tv) dan unavoidable

    (tidak dapat dihindari). Kedua hal tersebut yang menyebabkan media ini memiliki daya pikat yang besar.

    Gb.4 Ambient media produk Pepsodent yang menampilkan sikat gigi berukuran raksasa yang digantung di atas gedung Memanfaatkan kaca gedung untuk merepresentasikan bentuk deretan gigi

    (sumber Cakram edisi 268:2006)

    Keengganan klien untuk menggunakan ambient media mungkin juga dipicu oleh kreativitas tim kreatif

    yang kurang berani dan inovatif. Aristanto menambahkan bahwa ambient media di Indonesia memiliki

    kecenderungan untuk bersaing hanya dari segi ukuran dan budget. Ada sebuah persepsi bahwa ambient

    media harus berukuran besar, tetapi pesan yang disampaikan tidak mengena secara emosi kepada target

    audiens. Terdapat kesan bahwa kemampuan tim kreatif untuk memaksimalkan lingkungan sebagai bagian dari

    pesan masih kurang. Hendroyono (2007) menyebutkan bahwa dalam menciptakan sebuah ambient media, tim

    kreatif harus senatural mungkin mengintegrasi ide dengan media yang akan dipakai. Sensitivitas terhadap

    lingkungan sekitar harus semakin diasah. Selain itu, strategi ambient media harus dilakukan secara kontinyu

    karena keterbatasan ambient media dalam menjangkau khalayak sasaran. Oleh karena itu aspek budaya dan

    psikologis target audiens adalah faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

  • Ambient media yang berkembang akhir-akhir ini cenderung untuk menjadi media iklan luar (outdoor

    advertising), itulah sebabnya media semacam ini perlu untuk didesain dan direncana secara seksama agar tidak

    menganggu lingkungan, khususnya aspek tata kota. Salah satu penerapan ambient advertising yang cukup jeli

    adalah ambient produk Softener So Klin di sepanjang Jalan S. Parman dan Gatot Subroto Jakarta. Pohon-pohon

    di kawasan tersebut tiba-tiba berbuah lebat. Buah-buah yang menggantung ini tidak lain adalah poster yang

    dipotong menyerupai bentuk buah. Buah-buah ini digantung cukup tinggi untuk menghindari jangkauan pejalan

    kaki yang mungkin saja jahil dengan memetik buah tersebut.

    Gb. 6 Ambient media dari Softener So Klin yang me-launching trademark baru dengan aroma buah. Poster berbentuk buah ini tergantung di sepanjang Jalan S. Parman dan Gatot Subroto (sumber : http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006)

    Ambient media merupakan salah satu strategi yang bisa merekatkan antara brand dengan konsumennya

    secara langsung, menggunakan pendekatan yang senatural mungkin, mampu menyedot perhatian target audiens

    sekalligus memecah perhatian konsumen dengan sifatnya yang inovatif. Kondisi ekonomi yang belum stabil

    Gb. 5 Ambient media dari biscuit TRENZ di mall Ambasador Jakarta. Sesuai dengan slogan TRENZ ADIKTIF, maka dipasang stiker berukuran besar dengan sosok manusia yang rela merayap dinding mall

    untuk mendapatkan produk TRENZ, di bagian paling atas dinding mall.

    (sumber : Cakram edisi 284:2007)

  • menyebabkan perkembangan penggunaan ambient media di daerah kurang signifikan jika dibandingkan dengan

    Jakarta. Selain itu, jumlah industri yang ada di daerah masih sangat terbatas dan pada umumnya mereka kurang

    berani bereksperimen untuk melakukan kegiatan-kegiatan out of standard. Meski demikian, prospek ambient media

    sangat terbentang luas karena media konvensional seperti iklan media cetak dan iklan televisi sudah menemui titik

    jenuh. Setiap biro iklan full service atau yang memiliki divisi brand activation, perusahaan humas serta event

    organizer sekarang ini banyak yang menyediakan jasa ambient advertising.

    Penutup

    Kreativitas dalam mengeksekusi media periklanan dan menciptakan terobosan baru dalam beriklan

    merupakan syarat mutlak berhasilnya suatu strategi promosi. Menurunnya efektivitas beriklan melalui media

    konvensional, seperti media massa mendorong pemasar dan agen periklanan untuk menciptakan sebuah media

    beriklan yang baru untuk memikat perhatian audiens. Ambient media atau lebih populer disebut sebagai media

    lingkungan yang berkembang pesat akhir-akhir ini merupakan salah satu terobosan kreatif dalam iklan jenis media

    nonkonvensional. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan pengalaman yang tidak

    terlupakan (memorable experience) kepada konsumen.

    Dalam perkembangannya, ambient media memanfaatkan dan mengintegrasikan lingkungan sebagai bagian

    dari iklan itu sendiri. Ambient media seringkali tidak menampilkan pesan verbal namun sifatnya yang unik dan tampil

    berbeda juga membujuk media lain untuk tidak segan meliput momen tersebut, sehingga ambient media seringkali

    menciptakan sebuah pembahasan dan menjadi topik pembicaraan di tengah masyarakat. Ambient media dapat

    dikatakan efektif dan menjadi solusi apabila media tersebut mampu menyedot perhatian audiens dan menumbuhkan

    identitas merk (brand identity) yang positif di benak audiens. Disebabkan ambient media sangat terkait dengan

    lingkungan maka eksekutor media perlu mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, sehingga tidak memberi

    kesan mengganggu atau mengotori lingkungan di lokasi yang akan digunakan.

    Sosialisasi mengenai ambient media dan keefektifannya oleh biro iklan maupun pemasar dirasa mampu

    meyakinkan produsen untuk mulai melirik media ini sebagai media alternatif dalam beriklan. Meski demikian,

    kreativitas dan kepekaan agency untuk bisa mengeksekusi media ini secara tepat dan jitu merupakan syarat mutlak

    bagi keberhasilan ambient media.

    Daftar Pustaka

    Aristantono, C. 2007.Sudut-sudut Ambient di Jakarta. Cakram. Vol 284

    Hendroyono, H. 2007. The Rise of Ambient Media (Not The Fall of Advertising).Cakram. Vol 284

  • Kottler, P. 1980.Principles of Marketing. New Jersey:Prentice Hall

    Lwin, M dan Jim Aitchison. 2002. Clueless in Advertising. New Jersey:Prentice Hall

    Moriaty, S.E. 1991. Creative Advertising:Theori and Practice. New Jersey:Prentice Hall

    Morissan. 2007. Periklanan-Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:Ramdina Prakarasa

    Prita. 2006. Ambient.http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/

    Rofiq, N. B. 2006. Alternatif Memecah Perhatian Konsumen. Cakram. Vol 268.

    Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promosi - Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid 1& 2. Jakarta:

    Penerbit Erlangga

    Young, J.W. 1975. A Technique for Producing Ideas. Chicago:Crain Books