artikel ilmiah meningkatkan keaktifan belajar siswa …
TRANSCRIPT
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 1
ARTIKEL ILMIAH
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV
SD NEGERI 198/1 PASAR BARU
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Diajukan Oleh :
Ardi Pramana
A1D114102
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 2
MENINGKATKAN KEKATIFAN BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SD NEGERI 198/ 1 PASAR
BARU
Diajukan oleh :
ARDI PRAMANA
A1D114102
PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI
ABSTRAK
Pramana, Ardi. 2018. “Meningkatkatkan Keaktifan Belajar Siswa dengan
Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) Pada Mata
Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing : (I) Drs. Faizal
Chan, S.Pd. M.Si dan (II) Ahmad Hariandi, S.Pd.I, M.Ag
Kata kunci : Keaktifan Belajar, Model Numbered Head Together (NHT)
Berdasarkan observasi di kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru, peneliti
memperoleh data dari 27 siswa yang ada di dalam kelas hanya 5 orang yang
terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Bahwa kualitas keaktifan belajar siswa
masih kurang optimal, terlihat dari proses pembelajaran berlangsung, antusias
siswa masih kurang dan siswa kurang berani merespon dalam mengikuti proses
pembelajaran, siswa hanya mendengar dan memperhatikan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui model Numbered Head
Together (NHT) dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tidakan
kelas, dimaksud untuk memperoleh informasi mengenai model Numbered Head
Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan model Numbered
Head Together (NHT) dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa berjalan
dengan baik dengan perbaikan-perbaikan pada tiap siklusya dan dapat mencapai
kriteria keberhasilan penelitian. Pada siklus ke 1 siswa langsung diberikan cara
belajar dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) yaitu
dimana guru menunjuk seorang siswa berdasarkan nomor untuk mewakili
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 3
kelompoknya sehingga menjamin keterlibatan total semua siswa. Pada saat
penelitian, pemberian treatment ini bertujuan agar siswa terbiasa dengan cara
belajar yang peneliti inginkan. Setelah penerapan model Numbered Head
Together (NHT) pada siklus dengan menggunakan mata pelajaran IPS belum
sepenuhnya siswa mencapai kriteria ketuntasan skor 65. Pada perbaikan siklus 2
model Numbered Head Together (NHT) berjalan dengan efektif. Dengan data
bahwa ketuntasan kelas mencapai angka 77%.
Terdapat peningkatan di setiap pertemuan siklus 1 dan 2 dengan jenjang,
60, 64, 71, dan 77. Terbukti terdapat peningkatan yang baik setelah diterapkan
model Numbered Head Together (NHT) di siklus 2 dengan mencapai kategori
“baik” dengan kriteria keberhasilan kelas 65. Maka tindakan dengan
menggunakan model Numbered Head Together (NHT) mampu meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutklak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil manusia
dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju. Pendidikan
dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
yang sesuai prosedur pendidikan.
Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah mengantarkan para siswa menuju
perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral dan sosial agar dapat
hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Di dalam dunia pendidikan
mengenal istilah pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas
melibatkan guru dan siswa, guru sebagai fasilitator dan siswa penerima
pengetahuan yang keduanya saling ketergantungan satu sama lain.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa
Dengan Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) Pada Mata
Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keaktifan belajar siswa
dengan menggunakan model numbered head together (NHT) pada mata pelajaran
IPS di kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar Baru?”.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 4
Numbered Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri
198/1 Pasar Baru.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dalam
meningkatkan keaktifan belajar IPS.
2. Bagi Guru
a. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pengajaran IPS
dengan pengajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
1.6 Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel pada penelitan ini yaitu:
1. Keaktifan belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
2. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memegang peranan yang sangat penting
dalam hubungannya dengan pembentukan sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas.
3. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memiliki ciri khas
dimana guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili
kelompoknya sehingga menjamin keterlibatan total semua siswa.
BAB II Kajian Pustaka
2.1 Keaktifan Belajar
2.1.1 Definisi Keaktifan Belajar
Menurut Mc Keachie (Dimyati dan Mujiono, 2013:45) keaktifan merupakan
manusia belajar yang selalu ingin tahu. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang
kearah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk
tumbuh suburnya keaktifan.
2.1.2 Kriteria Keaktifan Belajar
Menurut Uno dan Nurdin (2012:34) ciri- ciri siswa yang aktif antara lain:
1. Siswa akan terbiasa belajar teratur walaupun tidak ada
ulangan.
2. Siswa mahir memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
3. Siswa terbiasa melakukan sendiri kegiatan belajar tanpa
adanya perintah dari guru terlebih dahulu.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 5
4. Siswa mengerti bahwa guru bukan satu-satunya sumber
belajar.
2.1.3 Klasifikasi Keaktifan Belajar
Banyak jenis keaktifan yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah.
Keaktifan siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat. Jenis-jenis keaktifan
belajar menurut Paul D. Dierich dalam (Aries dan Haryono, 2012:83) adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan visual seperti membaca, melihat gambar,
mengamati, eksperimen, demonstrasi pameran, dan
mengamati orang bermain atau bekerja.
2. Kegiatan lisan seperti mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan
tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat
grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
6. Kegiatan metrik seperti melakukan percobaan,memilih alat-
alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan mental seperti merenungkan, mengingatkan,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan emosional seperti minat, membedakan, berani,
dan lain-lain.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Keaktifan Belajar
Menurut W. Gulo (2002: 76), prinsip–prinsip yang perlu diperhatikan dalam
usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan
aktivitasnya dalam pembelajaran. Prinsip–prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang
merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari
siswa dalam pembelajarannya.
2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru
dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan
perolehan yang ada inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.
3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang
berhubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.
4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan
pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan
kegiatan intelektual.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 6
5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada
perbedaan- perbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga
mereka tidak diperlakukan secara klasikal.
6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan
informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari
guru.
7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka
terhadap masalah dan mempunyai kegiatan utuk mampu
menyelesaikannya.
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne dan Brigss dalam (Martinis, 2007:84) faktor-faktor tersebut
diantaranya:
1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan.
2. Menjelaskan tujuan intruksional.
3. Mengingatkan kompetensi belajar siswa.
4. Memberikan stimulus.
5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7. Memberi umpan balek.
8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa terpantau.
9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir
pembelajaran.
2.1.6 Indikator Keaktifan Belajar
Menurut Sudjana (2006:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh
yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 7
2.1.7 Pentingnya Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar sangat penting dan perlu dipahami dan diterapkan dalam
proses pembelajaran oleh guru. Demikian pula harus diterapkan siswa dalam
setiap bentuk kegiatan belajar.
Gagne dan Briggs dalam (Martinis, 2007:83-84) menjelaskan rangkaian
kegiatan pembelajaran di kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan keaktifan
siswa di antaranya:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Menjelaskan tujuan dalam kegiatan instruksional kepada siswa.
3. Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4. Memberikan stimulus yang akan dipelajari.
5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7. Memberikan umpan balik.
8. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir
pembelajaran.
2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2.2.1 Pengertian IPS
Menurut Trianto (2010:171) “IPS atau studi sosial bagian dari kurikulum
sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial,
sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan
psikologi sosial”.
2.3 Model Pembelajaran
Menurut Joyce & Weil dalam (Rusman, 2010:133) “model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.
2.4 Model Numbered Head Together (NHT)
2.4.1 Definisi Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82) “ Numbered Head Together (NHT) atau
penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran tipe kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional”.
2.5 Penelitian Relevan
Penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
Utami (2011) meneliti “peningkatan keaktifan siswa kelas IV A dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif teknik jigsaw di SD
Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang tahun pelajaran
2009/2010”. Penelitian tersebut berhasil dengan ditunjukkan adanya peningkatan
keaktifan siswa secara keseluruhan sebesar 75%, apabila dibandingkan kondisi
awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri 198/1 Pasar baru.
Jumlah siswa pada kelas ini sebanyak 27 siswa 12 laki-laki dan 15 perempuan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 198/1 Pasar Baru pada semester
ganjil.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan beberapa siklus. Siklus akan dihentikan
apabila siswa sudah mengalami peningkatan keaktifan belajar, dengan kata lain
model numbered head together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa.Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus dilakukan 2 kali
pertemuan dalam alokasi waktu 2 X 35 menit setiap pertemuannya, setiap siklus
Tahap perencanan Penelitian ini menerapkan metode penelitian tindakan kelas
model Kemmis & McTaggart. Konsep pokok penelitian tindakan kelas Kemmis &
McTaggart.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Observasi
Menurut Sugiyono (2009:145) teknik pengumpulan data dengan observasi
dilakukan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan
untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan belajar siswa. Alat yang digunakan
dalam mengumpulkan data pada teknik observasi ini adalah lembar observasi
mengenai keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran di kelas.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis penelitian menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitaitf.
Analisis data kualitatif yaitu menggambarkan data dengan kalimat memperoleh
keterangan yang jelas dan terperinci. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis peningkatan keaktifan belajar siswa menggunakan
model numbered head together (NHT).
1) Menghitung jumlah kriteria ketuntasan per-individu
Peneliti melakukan observasi keaktifan belajar siswa dengan menggunakan
rumus:
Persentase =
x 100
(Sumber Aries dan Haryono, 2012:95)
2) Menghitung jumlah kriteria ketuntasan kelas
Persentase =
x 100%
(Sumber Aries dan Haryono, 2012:95)
3) Keterlaksanaan RPP
Penilaian pada observasi guru didasarkan langkah-langkah dari model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) itu sendiri. Untuk menghitung
presentasi keberhasilan tindakan tersebut dapat menggunakan rumus:
Persentase =
x 100%
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 9
3.6 Kriteria Keberhasilan
Adapun rincian keberhasilan penelitian adalah: Adanya peningkatan
keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model Numbered Head Together
(NHT) di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar Baru, dengan ketentuan keaktifan
belajar siswa dikatakan berhasil jika keaktifan belajar individu siswa mencapai
skala angka sekurang-kurangnya 65 dari jumlah siswa termasuk dalam kriteria
tinggi 100. Jika jumlah skor individu dibagi jumlah siswa dan hasilnya di atas 65
maka kriteria ketuntasan kelas dinyatakan lulus.
3.7 Matriks Metedologi Penelitian
Judul Penelitian: ”Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan
menggunakan model Numbered Head Together pada
mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar
Baru”
Nama Peneliti: Ardi Pramana
Tabel 3.7 Matriks Metode Penelitian
Rumusan
Masalah
Variabel
yang
diamati
Instrumen Sumber
data
Cara
Pengambilan
data
Analisis
Bagaimanakah
model
numbered
head together
dapat
meningkatkan
keaktifan
belajar siswa
pada mata
pelajaran IPS
di kelas IV SD
Negeri 198/I
Pasar Baru
Variabel
x
Keaktifan
belajar
Variabel
Y
Model
numbered
head
together
Lembar
Observasi/
Pengamatan
Siswa
kelas IV
SD
Negeri
198/I
Pasar
Baru
Observasi Kualitatif
dan
Kuantitatif
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 10
3.8 Jadwal Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar Baru.
Tabel 3.8 Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Peneliti telah melaksanakan penelitian yang dimulai tanggal 24 November
2017, dengan memberikan surat izin penelitian kepada Ibu Dwiyanti Marlina,
S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 198/1 Pasar Baru sekaligus melakukan
konsultasi dengan Ibu Emilda Yusuf, S.Pd. Sd selaku guru kelas IV. Dalam
pertemuan tersebut, peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian
di kelas IV mengenai peningkatan keaktifan belajar siswa.
4.2 Pembahasan Hasil Temuan
Berdasarkan hasil penelitian dari siklus 1 sampai siklus 2 terjadi
peningkatan pada keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model Numbered
Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 198/I Pasar
Baru. Upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa dilakukan oleh guru
mempunyai empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
evaluasi. Dalam tahapan perencanaan disetiap siklus guru menyiapkan semua
perangkat pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan guru melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dari model Numbered Head
No Kegiatan
Jadwal Pelaksanaan Keterangan
September November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
administrasi
penelitian
√ √
2 Pelaksanaan
observasi
√
3 Pelaksanaan
siklus I
√ √
4 Analisa dan
refleksi siklus I
√
5 Pelaksanaan
siklus II
√ √
6 Analisa dan
refleksi siklus II
√
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 11
Together (NHT) yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Pada tahapan observasi guru melihat sejauh mana keaktifan belajar siswa
meningkat dengan cara mengisi lembar observasi sesuai dengan indikator
keaktifan belajar siswa. Melalui tahapan ini guru dapat mengetahui persentase dari
keaktifan belajar siswa disetiap siklus sehingga dapat terlihat apakah keaktifan
belajar siswa disetiap siklus sudah mencapai keberhasilan yang telah ditetapkan
peneliti. Persentase keberhasilan keaktifan belajar siswa pada siklus 1 mencapai
62% ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. Oleh karena itu sepakat untuk
melanjutkan penelitian ke siklus 2. Tahapan terakhir adalah refleksi yaitu dengan
menganalisis hasil observasi dan mengidentifikasi ketetapan tindakan yang harus
dipertahankan, ditingkatkan atau diperbaiki dan ditiadakan atau di renovasi. Hasil
refleksi dari siklus 1 digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya. Berdasarkan refleksi pada siklus 1 ada beberapa kendala yang
ditemukan pada siswa dan guru diantaranya siswa seperti susah mengkoordinir
keadaan kelas pada saat pembagian kelompok dan juga siswa banyak yang
bekerja individu dalam kelompok jadi guru, siswa juga cenderung pasif dan malu-
malu bertanya kepada guru serta menyimpulkan hasil pembelajaran, siswa juga
masih kurang spontan mengerjakan tugas atau perintah dari guru, siswa masih
kebanyakan bermain dan siswa juga mudah terpengaruh dengan situasi luar, siswa
masih belum berani tunjuk tangan untuk bertanya dan menyimpulkan hasil
pembelajaran karena masih malu-malu dan siswa lebih sering bertanya kepada
teman dari pada guru dan juga siswa kurang dapat memanfaatkan guru sebagai
fasilitator.
Adapun kegiatan yang harus dipertahankan dan diperbaiki diantaranya
kegiatan guru yang harus dipertahankan berdasarkan observasi selama dua kali
pertemuan di siklus 1 yaitu dalam melakukan apresisasi dan motivasi, serta cara
guru dalam membimbing siswa. Sedangkan kegiatan guru yang harus diperbaiki
yaitu penyampaian tujuan pembelajaran, pengaturan waktu, dan pemberian
kesempatan menyampaikan pendapat bagi siswa dan menanyakan kepahaman
siswa mengenai materi yang dipelajari.
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 dan
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada siklus 2, dilakukan perbaikan-
perbaikan pada hal-hal berikut : guru tetap mempertahakan hal-hal yang baik pada
siklus 1, guru harus lebih terampil dalam menyampaikan pembelajaran, guru
harus lebih jelas dalam menyampaikan materi, guru harus lebih efektif dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan,
guru harus sering melakukan tanya jawab tentang materi yang dipelajari, guru
juga harus membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari apa yang
dipelajari, membebaskan siswa untuk berpendapat agar mereka lebih leluasa
dalam berbicara sesuai dengan imajinasi mereka.
Pada siklus 2 peneliti melaksanakan tindakan melalui empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Hasil observasi
pada siklus 2 menunjukkan persentase yang meningkat karena guru sudah
melakukan perbaikan-perbaikan melalui refleksi pada siklus sebelumnya dengan
mencapai persentase keberhasilan ketuntasan kelas sebesar 77% dan peneliti
mengkategorikan keaktifan belajar siswa berada pada predikat “baik”, pada siklus
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 12
2 semua indikator sudah mencapai target keberhasilan, sehingga penelitian pada
siklus 2 dianggap berhasil.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas, yaitu menerapkan model Numbered
Head Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas IV SD
Negeri 198/1 Pasar Baru maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Setelah penerapan model Numbered Head Together pada siklus 1 dengan
menggunakan mata pelajaran IPS belum sepenuhnya siswa mencapai
kriteria ketuntasan dengan skor 65. Pada siklus 1 pertemuan ke 1 kriteria
ketuntasan yang dicapai peserta didik berada pada angka 60%, sedangkan
pada pertemuan ke 2 berada pada angka 64%.
2. Pada perbaikan di siklus ke 2 model Numbered Head Together (NHT)
dengan menggunakan mata pelajaran IPS berjalan dengan efektif. Pada
siklus ke 2 pertemuan ke 1 terdapat peningkatan yaitu 71% dan pertemuan
ke 2 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu berada pada angka 77%.
Dengan data bahwa ketuntasan kelas mencapai angka 77%.
3. Terdapat peningkatan disetiap pertemuan siklus 1 dan 2 dengan jenjang
60, 64, 71 dan 77.
4. Terbukti terdapat peningkatan yang baik setelah diterapkan model
Numbered Head Together (NHT) di siklus 2 dengan mencapai kategori
“baik” dengan kriteria ketuntasan kelas 77. Maka tindakan dengan
menggunakan model Numbered Head Together (NHT) mampu
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Dalam melaksanakan model Numbered Head Together (NHT) dalam
pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang paling dekat dengan
siswa dan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan agar pembelajaran
lebih bermakna dan menarik.
2. Tujuan dan manfaat pembelajaran perlu dijelaskan denga lebih lugas.
3. Guru hendaknya mengajar dengan santai dan tidak perlu tegang pada saat
mengajar dan usahakan menggunakan reward verbal yang mendukung
siswa dalam berproses di kelas.
4. Pembelajaran dengan model Numbered Head Together (NHT) bisa
digunakan diseluruh mata pelajaran.
5. Bagi siswa diharapkan agar memiliki tingkat keaktifan belajar yang lebih
tinggi dan berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT).
6. Bagi sekolah hendaknya dengan hasil penelitian ini dapat menentukan
kebijakan pelaksanaan pembelajaran agar kemampuan bertanya dasar
siswa dapat meningkat.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 13
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Annurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Aries, Erna Febru dan Ari Dwi Haryono. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Teori
dan Aplikasinya. Malang: Aditya Media Pubblishing.
Cahyo, N.Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar.
Yogyakarta : DIVA Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gunawan, I. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Huda, Miftahul.2013. Model Model Pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Jalaluddin. 2015. Model-Model Pembelajaran dan Implemetasi Dalam RPP.
Palembang: PT Media Mutiara Lentera.
Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2015. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Kata
pena.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sardjiyo. 2011. Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Silberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Jakarta: PT Indeks.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriyadi. 2011. Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep,
Landasan,dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: PT Bumi Askara.
Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar Dengan Pendekatan
PAIKEM:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.Yamin, Martinis. 2007 Profesionalisasi
Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Persada Press.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI 14
Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan
Mandiri.